• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten)"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PENGOLAHAN GULA SEMUT

(Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten)

SKRIPSI

YULLY INDYASTUTI H34060254

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RINGKASAN

YULLY INDYASTUTI. H34060254. 2010. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira,

Kabupaten Lebak, Banten). Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi

Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO).

Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) merupakan salah satu tanaman perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial, sehingga jika dikelola dengan baik akan mampu bersaing khususnya dengan jenis tanaman palma lainnya. Dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk memproduksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman. Meskipun tidak sepopuler gula tebu, gula aren memiliki lebih banyak keunggulan baik dari segi kandungan gizi maupun tingkat harga.

Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi penghasil aren terbesar di Indonesia. Hampir 72 persen dari luas area pohon aren yang ada di Provinsi Banten berada di Kabupaten Lebak dengan produksi gula aren mencapai 1.431 ton. Pada tahun 2009 produk gula aren Kabupaten Lebak ditetapkan menjadi komoditas inti daerah oleh Kementrian Perdagangan RI. Hal ini karena produksi gula aren Kabupaten Lebak menempati urutan pertama di Indonesia.

PD Saung Aren merupakan salah satu perusahaan yang mengolah gula semut di Kabupaten Lebak yang didirikan sejak tahun 2008. Jumlah produksi PD Saung aren meningkat setiap tahun, namun tetap belum mampu memenuhi seluruh permintaan yang ada. Pengalaman kegagalan usaha yang pernah dialami oleh pemilik perusahaan, menyebabkan pemilik PD Saung Aren ragu untuk melakukan pengembangan usaha. Hal ini karena usaha yang dijalankannya saat ini belum pernah dianalisis kelayakannya. Selain itu, penambahan investasi dengan adanya pengembangan ini tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Meskipun sudah ada investor yang bersedia menanamkan modalnya untuk pengembangan usaha nanti, tentunya dibutuhkan jaminan bahwa pengembangan usaha tesebut layak dan memberikan keuntungan yang lebih besar dari kondisi yang sedang dijalankan saat ini. Oleh karena itu diperlukan analisis untuk menilai layak atau tidaknya usaha pengolahan gula semut ini untuk dijalankan.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan, (2) Menganalisis kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek finansial, (3) Menganalisis tingkat sensitivitas dari usaha pengolahan gula semut apabila menghadapi perubahan-perubahan dalam hal ini peningkatan harga gula cetak dan penurunan harga gula semut.

Analisis data kuantitatif menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Data kuantitatif merupakan hasil analisis apek finansial. Kelayakannya dilihat dari

(3)

kriteria kelayakan investasi (Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Periode) dan analisis switching value. Sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif merupakan hasil analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan.

Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, secara umum usaha pengolahan gula semut layak untuk dijalankan. Dilihat dari aspek pasar, adanya potensi pasar yang relatif tinggi dalam usaha pengolahan gula semut dari sisi permintaan dan penawaran, serta adanya strategi pemasaran gula semut yang jelas dan efektif yang dimiliki perusahaan guna mendukung pencapaian penjualan yang lebih tinggi. Dilihat dari aspek teknis, usaha pengolahan gula semut memiliki lokasi usaha yang strategis, kapasitas produksi diatas luas produksi minimum, proses produksi dan layout yang sesuai, dan pemilihan teknologi yang tepat. Dilihat dari aspek manajemen dan hukum, usaha pengolahan gula semut ini telah memiliki struktur organisasi dengan pembagian tugas yang jelas dan memiliki perizinan yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Dilihat dari aspek sosial dan ekonomi, usaha pengolahan gula semut ini mampu membuka kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan pengrajin gula semut, dan meningkatkan pendapatan daerah melaui pembayaran pajak. Dilihat dari aspek lingkungan, kegiatan usaha ini tidak menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan.

Analisis aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi dua skenario. Skenario I adalah kondisi perusahaan saat ini dan skenario II adalah pengembangan usaha melalui peningkatan kapasitas produksi. Pada skenario I, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.063.214.374,71, IRR sebesar 65 persen, Net B/C sebesar 3,6, serta nilai Payback Periode selama 2 tahun 2 bulan dan 12 hari. Pada skenario II, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 1.415.855.468,24, IRR sebesar 77 persen, Net B/C sebesar 4,3, dan Payback Periode selama 1 tahun 10 bulan 11 hari. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial, kedua skenario tersebut layak untuk diusahakan.

Jika dilihat dari hasil analisis switching value, skenario II memiliki tingkat kepekaan yang paling rendah terhadap kenaikan harga gula cetak dan penurunan harga gula semut. Dengan demikian, kondisi pada pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan (skenario II) menjadi skenario yang paling menguntungkan untuk diusahakan sebab mampu menghasilkan tingkat keuntungan dan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada skenario I.

Berdasarkan uraian di atas, rekomendasi yang disarankan dalam penelitian ini yaitu perusahaan sebaiknya melakukan pengembangan usaha melalui peningkatan kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari kondisi saat ini. Apabila pengembangan usaha dilakukan, perusahaaan sebaiknya melakukan kemitraan dengan pemasok gula cetak untuk menjaga kestabilan harga gula cetak, mempertahankan kualitas produk untuk menjaga loyalitas konsumen, meningkatkan kegiatan promosi agar produk lebih dikenal masyarakat, dan merekrut karyawan yang berpengalaman di bidang pemasaran. Bagi Pemerintah, sebaiknya terus mendukung usaha pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak melalui bantuan pemasaran dan modal.

(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PENGOLAHA GULA SEMUT

(Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak,Banten)

YULLY INDYASTUTI H34060254

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Suharno, M.Adev NIP. 19610610 198611 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten)

Nama : Yully Indyastuti

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Banten)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2010

Yully Indyastuti H34060254

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Banten pada tanggal 8 Maret 1989. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Iwa Sugriwa dan Ibunda Hj. Jubaedah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Muara Ciujung Timur XII Rangkasbitung pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 4 Rangkasbitung. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 1 Rangkasbitung diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama, pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai staf Divisi Kewirausahaan Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) IPB tahun 2007, staf Departement Sport and Art Development (D’SAve) Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) IPB tahun 2009. Selain itu penulis tercatat sebagai anggota aktif Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman IPB tahun 2006, Klub Tari Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB tahun 2008-2009 dan pernah menjuarai beberapa perlombaan tari yang diselenggarakan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan baik tingkat Departemen maupun Fakultas.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten)”. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kelayakan usaha baik secara finansial maupun non finansial di PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena kendala dan keterbatasan yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2010 Yully Indyastuti

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesain skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Iwa Sugriwa dan Ibu Hj. Jubaedah. Terimakasih atas cinta dan kasih sayangnya, serta doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini. Karya ini merupakan bukti kasihmu, dukunganmu, serta kerja kerasmu dalam mendidikku.

2. Kakak-kakak terbaikku sekaligus pendahuluku di IPB, Erwin Yudaswara, Destiana, dan Benny Irawan. Terimakasih atas kritik, semangat dan dukungannya baik moril maupun materil. Akhirnya bertambah lagi satu lulusan IPB di rumah kita.

3. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

4. Dr. Ir. Anna Faryanti, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

5. Rahmat Yanuar, SP. MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan pada sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

6. Ir. Jajah K. Wagiono dan Ir. Dwi Rachmina, MSi yang telah menjadi pembimbing akademik serta seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis atas bantuan yang diberikan selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi. 7. Bapak Andi Maulana dan seluruh karyawan PD Saung Aren untuk

kesempatan, waktu, informasi, dan dukungan yang diberikan.

8. Pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, dan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Banten atas informasi dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis.

9. Fuad Nurdiensyah Praja, Nurfitriyani, Nurhadianty, Siskha, dan Oti atas segala bantuan, doa, dan dukungannya.

(10)

10. Mira Septiyaningsih atas saran dan kritikan yang telah diberikan selaku pembahas dalam seminar penulis.

11. Sahabat-sahabat dan teman-teman AGB 43,42,44. Devi sebagai teman satu bimbingan skripsi untuk masukan dan semangatnya. Mayasari, Selly, Wiwin, Dhila, Anggi, Annisa, Inike, Dhida, Bagus, Bayu atas kecerian, kebersamaan, kepedulian, doa dan dukungan dalam menyusun skripsi. Shara dan Ella sebagai teman seperjuangan di “panggung”, terimakasih atas pengalaman luar biasa dan tak terlupakan selama tiga tahun serta semangat dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini. Nisa, Afni, Nunuz, Maryam, Melly, Itie, Yayat, dan teman-teman Andika House IV atas perhatian dan kesabarannya terus menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, Juni 2010 Yully Indyastuti

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 8 1.4 Manfaat Penelitian ... 9 1.5 Ruang Lingkup ... 9 II TINJAUAN PUSTAKA ... 10 2.1 Gula Aren ... 10 2.2 Gula Semut ... 11 2.3 Industri Pengolahan ... 14 2.4 Penelitian Terdahulu ... 17

2.4.1 Penelitian Terdahulu mengenai Kelayakan Usaha ... 17

2.4.2 Penelitian Terdahulu mengenai Gula Aren ... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 24

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24

3.1.1 Studi Kelayakan Proyek ... 24

3.1.2 Aspek Kelayakan Proyek ... 25

3.1.2.1 Aspek Pasar ... 26

3.1.2.2 Aspek Teknis ... 26

3.1.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum ... 29

3.1.2.4 Aspek Sosial dan Ekonomi ... 30

3.1.2.5 Aspek Lingkungan ... 30

3.1.2.6 Aspek Finansial ... 31

3.1.3 Teori Biaya Manfaat ... 33

3.1.4 Analisis Kelayakan Investasi ... 33

3.1.5 Analisis Switching Value ... 36

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 36

IV METODE PENELITIAN ... 40

4.1 Lokasi dan Waktu ... 40

4.2 Data dan Instrumentasi ... 40

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 41

4.4 Metode Pengolahan Data ... 41

4.4.1 Analisis Aspek Pasar ... 41

4.4.2 Analisis Aspek Teknis ... 42

4.4.3 Analisis Aspek Manajemen dan Hukum ... 42

4.4.4 Analisis Aspek Sosial dan Ekonomi ... 43

(12)

4.4.6 Analisis Aspek Finansial ... 43

4.4.6.1 Komponen Biaya dan Manfaat ... 43

4.4.6.2 Kriteria Kelayakan Investasi ... 44

4.4.6.3 Analisis Switching Value ... 47

4.4.6.4 Asumsi Dasar ... 47

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 51

5.1 Profil dan Sejarah Perusahaan ... 52

5.2 Kegiatan Bisnis ... 50

5.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 56

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

6.1 Aspek Pasar ... 58 6.1.1 Permintaan ... 58 6.1.2 Penawaran ... 59 6.1.3 Strategi Pemasaran ... 59 6.1.3.1 Harga ... 59 6.1.3.2 Produk ... 61 6.1.3.3 Promosi ... 63 6.1.3.4 Distribusi ... 63

6.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar ... 64

6.2 Aspek Teknis ... 65

6.2.1 Lokasi Usaha ... 65

6.2.2 Luas Produksi ... 69

6.2.3 Proses Produksi ... 69

6.2.4 Layout Produksi ... 71

6.2.5 Pemilihan Jenis Teknologi ... 73

6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ... 75

6.3 Aspek Manajemen dan Hukum ... 75

6.4 Aspek Sosial dan Ekonomi ... 77

6.5 Aspek Lingkungan ... 78

6.6 Analisis Aspek Finansial ... 78

6.6.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I ... 78

6.6.1.1 Inflow ... 79

6.6.1.2 Outflow ... 81

6.6.1.3 Analisa Rugi Laba ... 91

6.6.1.4 Analisis Kelayakan Finansial ... 91

6.6.1.5 Analisis Switching Value ... 93

6.6.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II ... 94

6.6.2.1 Inflow ... 94

6.6.2.2 Outflow ... 96

6.6.2.3 Analisa Rugi Laba ... 104

6.6.2.4 Analisis Kelayakan Finansial ... 105

6.6.2.5 Analisis Switching Value ... 106

6.6.3 Perbandingan Rugi Laba ... 108

6.6.4 Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial ... 108

(13)

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

7.1 Kesimpulan ... 111

7.2 Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 114

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Penduduk, Pendapatan Nasional, dan Konsumsi Gula Merah Perkapita per Tahun di Indonesia Tahun 2001-

2006 ... 4

2. Sepuluh Besar Provinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2008 ... 4

3. Perkembangan Luas Areal Tanaman Aren dan Produksi Gula Aren di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2009 ... 5

4. Usaha Pengolahan Semut di Kabupaten Lebak Tahun 2008 ... 6

5. Rata-Rata Produksi per Bulan dan Rata-Rata Permintaan per Bulan Gula Semut di PD Saung Aren tahun 2010 ... 7

6. Komposisi Kimia Gula Aren, Gula Kelapa, dan Gula Siwalan (per 100 gram) ... 10

7. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ... 23

8. Sebaran Permintaan dan Produksi Gula Semut di PD Saung Aren Tahun 2010 ... 58

9. Harga Jual, HPP, dan Marjin Keuntungan per Kg Gula Semut di PD Saung Aren Berdasarkan Jenis Konsumen ... 60

10. Perbandingan Harga Gula Semut dari Beberapa Industri Pengolahan Gula Semut di Kabupaten Lebak ... 61

11. Sumber, Jumlah Pasokan dan Harga Gula Cetak per Bulan PD Saung Aren ... 66

12. Perbandingan Kapasitas Produksi dengan Nilai BEP PD Saung Aren ... 69

13. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Gula Semut per Tahun pada Skenario I ... 80

14. Nilai Sisa Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario I ... 80

15. Rekapitulasi Biaya Investasi pada Skenario I ... 82

16. Umur Ekonomis dan Penyusutan dari Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario I ... 83

17. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi pada Skenario I ... 84

18. Rincian Biaya Tetap per Tahun pada Skenario I ... 87

(15)

v 20. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut

pada Skenario I ... 92

21. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I ... 93

22. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Gula Semut per Tahun pada Skenario II ... 95

23. Nilai Sisa Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario II ... 96

24. Rekapitulasi Biaya Investasi pada Skenario II ... 97

25. Umur Ekonomis dan Penyusutan dari Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario II ... 98

26. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi pada Skenario II ... 99

27. Rincian Biaya Tetap per Tahun pada Skenario II ... 101

28. Rincian Biaya Variabel per Tahun pada Skenario II ... 102

29. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario II ... 105

30. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario II ... 107

31. Perbandingan Hasil Rugi Laba ... 108

32. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial ... 109

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pohon Industri Produk Turunan Aren ... 2

2. Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut oleh Petani ... 13

3. Diagram Alur Proses Produksi Gula Semut oleh Sentra Industri ... 14

4. Kurva Biaya Manfaat ... 34

5. Hubungan Antara NPV dan IRR ... 35

6. Kerangka Pemikiran Operasional ... 39

7. Proses Produksi Gula Semut di PD Saung Aren ... 55

8. Struktur Organisasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung Aren ... 56

9. Kemasan 350 gram Gula Semut PD Saung Aren ... 62

10. Kemasan 40 kg Gula Semut PD Saung Aren ... 64

11. Skema Distribusi Gula Semut PD Saung Aren ... 62

12. Perbandingan Proses Produksi Gula Semut di PD Saung Aren dengan Prosedur Produksi Gula Semut di BPTP Banten 71 13. Layout Lokasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung Aren ... 72

14. Mesin Penggiling (Slicer) Gula Cetak ... 73

15. Mesin Pengayak Gula Semut ... 73

16. Mesin Penepung Gula Semut Reject ... 74

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat menurut Kecamatan dan Keadaan Tanaman Jenis Tanaman Aren

Tahun 2008 ... 116 2. Perhitungan HPP Skenario I ... 117 3. Perhitungan BEP Skenario I ... 118 4. Nilai Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa

Skenario I ... 119 5. Proyeksi Laba Rugi Skenario I ... 120 6. Cashflow Usaha Pengolahan Gula Semut Skenario I ... 121 7. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Gula Cetak

6,3% pada Skenario I ... 123 8. Analisis Switching Value Penurunan Harga Gula

Semut 5,9% pada Skenario I ... 125 9. Perhitungan Harga Pokok Produksi Skenario II ... 127 10. Nilai Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa

Skenario II ... 128 11. Proyeksi Laba Rugi Skenario II ... 129 12. Cashflow Usaha Pengolahan Gula Semut Skenario II ... 130 13. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Gula Cetak

6,9% pada Skenario II ... 132 14. Analisis Switching Value Penurunan Harga Gula

(18)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) merupakan salah satu tanaman perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur maupun berpasir. Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada tanah yang memiliki ketinggian di atas 1.200 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 25oC (Soesono 2005).

Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial, sehingga jika dikelola dengan baik akan mampu bersaing khususnya dengan jenis tanaman palma lainnya. Buah aren yang masih muda dengan teknologi yang sederhana dapat diolah menjadi bahan makanan yang disebut kolang-kaling. Daunnya yang masih muda dapat digunakan sebagai pembungkus rokok dan gula aren, sedangnya daun yang sudah tua dapat digunakan sebagai bahan atap rumah, bahan pembuat sapu lidi atau bahan kerajinan tangan. Akar pohon aren dapat dijadikan bahan obat-obatan. Pada bagian luar batang aren diperoleh ijuk yang dapat dibuat menjadi sapu, sikat, tali, dan atap rumah tradisional. Selain itu, batang aren yang masih muda dapat diambil sagunya sebagai bahan baku industri makanan atau industri lem, sedangkan batang aren yang sudah tua dapat dipakai sebagai bahan furniture. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk memproduksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Beberapa produk turunan dari aren yang berpotensi untuk dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 1.

(19)

2

Gambar 1. Pohon Industri Produk Turunan Aren

Sumber : BPTP Banten (2005)

Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman. Hingga saat ini kedudukan gula aren sebagai pemanis belum dapat digantikan oleh pemanis lainnya seperti gula pasir. Hal ini karena gula aren memiliki rasa yang khas dibandingkan zat pemanis lainnya. Apabila gula aren dikemas dengan kemasan yang lebih baik dari kemasan tradisional selama ini, maka gula aren dapat menjadi produk yang berpotensi untuk diekspor ke negara seperti Jepang, Singapura, Hongkong, Philipina, Arab Saudi, Bahrain, Brunei Darusalam, Belanda, Swiss, Maladewa, Amerika Serikat, Kanada, dan Australia (Ditjenbun 2007).

Meskipun tidak sepopuler gula tebu, gula aren memiliki lebih banyak keunggulan baik dari segi kandungan gizi maupun tingkat harga. Gula aren mengandung kadar sukrosa lebih tinggi (84%) dibandingkan gula tebu (20%). Selain itu, kandungan nutrisi gula aren seperti kadar protein, lemak, kalium dan fosfor ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan gula tebu (BPTP Banten 2005). Kelebihan lainnya, gula aren tidak mengandung bahan kimia dan bisa menjadi obat. Kandungan kalori dan glisenik indeknya yang rendah membuat gula aren

AREN

Akar Industri Obat

Batang Industri Alat RT Sagu Industri Makanan Industri Lem Daun Industri Rokok Industri Kerajinan Tangan

Nira Gula Aren Industri Makanan dan Minuman Bunga

(20)

3 tidak berbahaya bagi penderita diabetes. Ini sesuai dengan gaya hidup sehat yang semakin popular di masyarakat1).

Aren jauh lebih produktif dari tanaman tebu dalam menghasilkan kristal gula per satuan luas. Produktivitasnya bisa 4-8 kali dibandingkan tebu. Rendemen gula aren 12 persen, sedangkan tebu rata-rata hanya 7 persen. Gula aren dinilai baik dan dapat dijadikan gula kristal yang dapat diekspor. Harga ekspornya mencapai Rp 50.000/kg dan di tingkat konsumen di Belanda dapat mencapai Rp 90.000/kg, sedangkan harga gula tebu hanya mencapai Rp7.000/kg2).

Permintaan gula aren baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri meningkat setiap tahunnya. Terkait dengan permintaan dalam negeri, kebutuhan gula semut terbesar datang dari industri makanan dan obat yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sementara untuk pasar lokal, permintaan tertinggi terjadi pada saat dan menjelang bulan puasa Ramadhan. Sedangkan untuk permintaan ekspor, banyak datang dari Jerman, Swiss dan Jepang3).

Peningkatan permintaan gula aren dari dalam negeri dapat terlihat pada konsumsi gula merah (termasuk gula aren di dalamnya) di Indonesia yang mengalami kenaikan setiap tahun (Tabel 1). Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa dari tahun 2001 sampai 2006 terjadi peningkatan konsumsi gula merah perkapita pertahun dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,70 persen. Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan nasional. Selama kurun waktu 2001-2006 laju pertumbuhan penduduk sebesar rata-rata per tahun sebesar 1,27 persen dan peningkatan pendapatan nasional rata-rata per tahun mencapai 4,40 persen

1)

Zuhri Sepudin. 2008. Gula Aren Laris Manis. http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/laporan-khusus/1id73516.html [Diakses tanggal 11 Februari 2010]

2)

Kusumanto D. Potensi Besar Agribisnis Aren. 2008.

http://kebunaren.blogspot.com/2008_12_01_archive.html [Diakses tanggal 12 Januari 2010]

3)

[BI] Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Gula Aren. http://www.bi.go.id [Diakses tanggal 22 Desember 2009]

(21)

4

Tabel 1. Jumlah Penduduk, Pendapatan Nasional, dan Konsumsi Gula Merah Perkapita per Tahun di Indonesia Tahun 2001-2006

Tahun Jumlah Penduduk (ribu)

Pendapatan Nasional (milyar Rupiah)

Konsumsi gula merah perkapita per tahun (kg)

2001 208.621 1.277.341,6 1,25 2002 212.003 1.316.776,4 1,28 2003 215.276 1.353.473,6 1,30 2004 216.382 1.451.041,1 1,32 2005 219.205 1.521.161,4 1,33 2006 222.192 1.583.447,9 1,36

Sumber : BPS 2006, diacu dalam Nurani (2008)

Tanaman aren banyak tumbuh dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Di Pulau Jawa, tanaman aren banyak tumbuh di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sedangkan di luar Pulau Jawa, tanaman aren banyak tumbuh di daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara. Secara nasional, Provinsi Banten menempati urutan ke-7 sebagai provinsi penghasil aren terbesar di Indonesia (Tabel 2). Pada tahun 2008 produksi gula aren di Provinsi Banten mencapai 1.626 ton dengan luas area pohon aren yang diusahakan seluas 2.764 hektar. Hal inilah yang mendorong dijadikannya gula aren sebagai salah satu produk unggulan Provinsi Banten.

Tabel 2. Sepuluh Besar Provinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2008

Lokasi Luas Area (Ha) Produksi (Ton)

Jawa Barat 13.873 7.503 Sulawesi Selatan 5.383 3.448 Sumatera Utara 5.044 3.379 Jawa Tengah 2.685 3.131 Sulawesi Utara 5.615 2.850 Bengkulu 3.024 2.604 Banten 2.764 1.626 Kalimantan Selatan 2.028 1.270

Nanggroe Aceh Darussalam 2,764.00 1,225.00

Sulawesi Tenggara 2,703.00 782.00

Sumber : Statistik Perkebunan (2008)

Pada tahun 2008, seluas 1.992,75 hektar atau hampir 72 persen dari luas area pohon aren yang ada di Provinsi Banten berada di Kabupaten Lebak dengan produksi gula aren mencapai 1.431 ton. Pada tahun 2009 produk gula aren Kabupaten Lebak ditetapkan menjadi komoditas inti daerah oleh Kementrian Perdagangan RI. Hal ini karena produksi gula aren Kabupaten Lebak menempati

(22)

5 urutan pertama di Indonesia4), yaitu sebesar 1.547 ton dengan area pohon aren seluas 2.111,5 hektar. Dilihat dari segi perkembangannya dari tahun 2003 hingga tahun 2009, terlihat bahwa peningkatan luas areal tanaman aren masih cukup tinggi yaitu mencapai rata-rata 7,2 persen per tahun dengan rata-rata peningkatan produksi gula aren sebesar 4,7 persen per tahun (Dishutbun Kabupaten Lebak 2009).

Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Tanaman Aren dan Produksi Gula Aren di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2009

Tahun Luas Area (Ha) Produksi (Ton)

2003 1348,00 1156,00 2004 1498,00 1172,00 2005 1630,50 1176,00 2006 1747,25 1280,00 2007 1865,75 1346,00 2008 1992,75 1431,00 2009 2111,50 1547,00

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak (2009)

Tanaman aren banyak ditemukan di hampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten Lebak (Lampiran 1). Namun, dari 28 kecamatan yang ada, hanya 12 Kecamatan yang dijadikan sebagai sentra gula aren di Kabupaten Lebak, yaitu Kecamatan Cijaku, Cigemblong, Sobang, Muncang, Gunungkencana, Bojongmanik, Cihara, Cibeber, Cilograng, Panggarangan, Malingping dan Wanasalam. Sebagian besar sentra gula aren di Kabupaten Lebak menghasilkan gula aren dalam bentuk gula cetak dan hanya sebagian kecil yang membuat gula semut. Padahal, konsumen lebih menyukai gula aren dalam bentuk gula semut. Hal ini dikarenakan gula semut lebih tahan lama, lebih praktis dan dapat dikemas secara lebih menarik dibandingkan gula cetak. Namun tidak semua sentra gula aren dapat memproduksi gula semut. Hal ini karena harga mesin, harga peralatan produksi dan modal kerja untuk memproduksi gula semut sangat besar. Sedangkan, sebagian besar usaha pengolahan gula aren di Kabupaten Lebak merupakan usaha skala kecil dan mikro dengan modal yang tidak besar. Dari 44

4)

Febi. 2010. Gula Aren Lebak Jadi Komoditas Inti Daerah.

http://lepmida.com/news_detail.phpid=17989&sub=news&page=1/news_detail.php.htm [Diakses tanggal 16 April 2010]

(23)

6 sentra gula aren yang ada di Kabupaten Lebak, hanya 6 usaha yang melakukan pengolahan gula aren menjadi gula semut (Tabel 4). Keenam usaha ini tersebar di Kecamatan Sobang, Cihara, Cibeber, Sajira dan Rangkasbitung. Setiap bulannya keenam usaha ini hanya mampu memproduksi gula semut sebanyak 70 ton, padahal permintaan pasar terhadap gula semut dari Kabupaten Lebak mencapai 180 ton per bulan (Dishutbun Kabupaten Lebak 2009). Hal ini menunjukkan masih banyaknya permintaan yang belum mampu dipenuhi oleh usaha pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak.

Tabel 4. Usaha Pengolahan Gula Semut di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No Nama Usaha Lokasi

1. Kelompok Mitra Mandala Hariang Kecamatan Sobang

2. Kelompok Mandiri Kecamatan Cihara

3. Kelompok Berkah Jaya Arenga Kecamatan Cibeber

4. PD Saung Aren Kecamatan Sajira

5. Usaha Pengolahan Gula Semut H. Wiwin Kecamatan Rangkasbitung 6. Usaha Pengolahan Gula Semut Ibu Rina Kecamatan Rangkasbitung

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak (2009)

Usaha pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak merupakan usaha yang memberikan nilai tambah pada produk unggulan daerah yaitu gula aren. Usaha ini tidak hanya melibatkan para pelaku usaha pengolahan gula semut, tetapi juga melibatkan kurang lebih 16.800 orang pengrajin gula cetak sebagai pemasok bahan baku utama dan pihak-pihak yang terlibat dalam saluran distribusinya. Untuk mendirikan usaha pengolahan gula semut dibutuhkan modal yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis yang menilai layak atau tidaknya usaha pengolahan gula semut untuk dijalankan.

1.2. Perumusan Masalah

PD Saung Aren merupakan salah satu perusahaan yang mengolah gula semut di Kabupaten Lebak. Perusahaan yang dimiliki oleh Bapak Andi Maulana ini telah berdiri sejak tahun 2008 atau sekitar dua tahun yang lalu. Pada awal pendiriannya, PD Saung Aren mampu memproduksi gula semut sebesar 8 ton per bulan. Produksi gula semut di PD Saung Aren meningkat di tahun kedua menjadi 15 ton per bulan dan pada tahun 2010 ini produksinya mencapai 26 ton per bulan. Meskipun jumlah produksinya meningkat setiap tahun, namun PD Saung Aren tetap belum mampu memenuhi seluruh permintaan yang ada. Permintaan yang

(24)

7 belum terpenuhi berasal dari trader dan supermarket yang berada di Jakarta, serta konsumen langsung yang berada di Provinsi Banten.

PD Saung Aren memproduksi gula semut dalam dua kemasan yaitu kemasan 40 kg dan kemasan 350 gram. Kedua kemasan gula semut ini dipasarkan ke industri makanan seperti PT Indofood, PT Mayora, dan PT Gandum Mas Kencana. Pemasarannya dilakukan secara langsung atau melalui trader yang ada di daerah Jakarta. Jumlah produksi dan permintaan pasar atas gula semut di PD Saung Aren dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-Rata Produksi per Bulan dan Rata-Rata Permintaan per Bulan Gula Semut di PD Saung Aren tahun 2010

Jenis Produk Rata-Rata Produksi per Bulan (ton)

Rata-Rata Permintaan per Bulan (ton)

Gula semut kemasan 40 kg 26 78

Gula semut kemasan 350 gram 0,175 7

Sumber : PD Saung Aren (2010)

Tabel 5 menunjukkan bahwa kapasitas produksi perusahaan saat ini hanya mampu memenuhi 30,7 persen dari jumlah permintaan pasar terhadap gula semut PD Saung Aren. Dengan kata lain PD Saung Aren belum mampu memenuhi permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar.

Tahun 2010 ini, PD Saung Aren mendapatkan tawaran dari salah satu supermarket yaitu Hero untuk memasok gula semut kemasan 350 gram sebanyak 5 ton setiap bulannya. Namun, pengalaman kegagalan usaha yang pernah dialami sebelumnya menyebabkan pemilik PD Saung Aren ragu untuk melakukan pengembangan usaha. Hal ini karena usaha yang dijalankannya saat ini belum pernah dianalisis kelayakannya. Selain itu, penambahan investasi dengan adanya pengembangan ini tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar, padahal modal merupakan sumberdaya yang terbatas. Meskipun sudah ada investor yang bersedia menanamkan modalnya untuk pengembangan usaha nanti, tentunya dibutuhkan jaminan bahwa pengembangan usaha tesebut layak dan memberikan keuntungan yang lebih besar dari kondisi yang sedang dijalankan saat ini. Oleh karena itu diperlukan analisis untuk menilai layak atau tidaknya usaha pengolahan gula semut ini untuk dijalankan.

Usaha pengolahan gula semut ini tidak lepas dari risiko yaitu adanya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha ini.

(25)

Perubahan-8 perubahan ini terjadi pada harga input dan harga output yang berfluktuasi. Input yang paling banyak menghabiskan biaya adalah gula cetak yang merupakan bahan baku utama dalam memproduksi gula semut. Hampir 95 persen dari total biaya variabel yang dikeluarkan PD Saung Aren adalah untuk membeli gula cetak. Adanya peningkatan harga gula cetak tentu akan mengubah kelayakan usaha sehingga perlu dilakukan analisis sensivitas karena adanya perubahan harga gula cetak. Harga output yaitu gula semut sampai saat ini cenderung berfluktuasi. Jika terjadi penurunan harga gula semut, maka akan mempengaruhi kelayakan usaha sehingga diperlukan adanya analisis sensitivitas terhadap penurunan harga gula semut.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian, sebagai berikut:

1) Bagaimana kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan?

2) Bagaimana kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek finansial?

3) Bagaimana tingkat sensitivitas dari usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren apabila menghadapi perubahan-perubahan dalam hal ini peningkatan harga gula cetak dan penurunan harga gula semut?

1.3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Mengkaji kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan.

2) Menganalisis kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek finansial.

3) Menganalisis tingkat sensitivitas dari usaha pengolahan gula semut apabila menghadapi perubahan-perubahan dalam hal ini peningkatan harga cetak dan penurunan harga gula semut.

(26)

9

1.4. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan :

1) Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

2) Bagi PD Saung Aren, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi untuk bahan pertimbangan dalam menjalankan operasional usaha dan dalam membuat kebijakan pengembangan usaha lebih lanjut. 3) Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk

mengembangkan dan mendukung usaha pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak.

4) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca, dan dapat dijadikan acuan atau perbandingan dalam melakukan studi lanjutan, khususnya di bidang studi kelayakan bisnis.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji aspek-aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingkungan serta aspek finansial. Hal ini dilakukan untuk meneliti kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren yang terletak di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

(27)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gula Aren

Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis. Komponen utama dari gula adalah karbohidrat. Jenis gula yang paling sering digunakan sehari-hari adalah kristal sukrosa padat. Gula berfungsi untuk merubah rasa dan struktur makanan atau minuman. Saat ini setidaknya dikenal tiga jenis gula yaitu gula tebu, gula bit, dan gula aren (BPTP Banten 2005).

Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman yang bisa menjadi substitusi gula pasir (gula tebu). Gula aren diperoleh dari proses penyadapan nira aren yang kemudian dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Kekhasan gula aren dibandingkan dengan gula lainnya adalah gula aren mengandung kadar sukrosa lebih tinggi (84%), dibandingkan gula tebu (20%) dan gula bit (17%). Selanjutnya kandungan nutrisi gula aren seperti kadar protein, lemak, kalium dan fosfor ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan gula tebu dan gula bit. Sebagai bahan komparasi, Tabel 6 memperlihatkan kandungan beberapa zat penting dalam komoditas gula yang berasal dari sumber bahan baku yang berbeda.

Tabel 6. Komposisi Kimia Gula Aren, Gula Kelapa, dan Gula Siwalan (per 100 gram)

No. Sifat Kimia Gula Aren (%) Gula Kelapa (%) Gula Siwalan (%) 1. Kadar air 9,16 10,32 8,61 2. Sukrosa 84,31 71,89 76,85 3. Gula pereduksi 0,53 3,70 1,66 4. Lemak 0,11 0,15 0,19 5. Protein 2,28 0,06 1,04 6. Total Mineral 3,66 5,04 3,15 7. Kalsium 1,35 1,64 0,86 8. Fosfor (P2O5) 1,37 0,06 0,01 Sumber : BTPN Banten (2005)

Proses pembuatan gula aren terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap penyaringan nira dari kotoran, pemasakan, dan pencetakan.

(28)

11 1) Penyaringan Nira dari Kotoran

Seharusnya nira yang diperoleh dari pohon aren segera diperiksa derajat keasamannya (pH). Nira aren dengan pH 6-7 masih baik untuk diolah menjadi gula aren. Sebelum dimasak, nira perlu disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran. Penyaringan dilakukan dua kali, pertama penyaringan terhadap kotoran kasar seperti ranting, daun dan serangga, serta kedua penyaringan terhadap kotoran halus yang dilakukan pada saat proses pemasakan dimana kotoran terkumpul di permukaan.

2) Pemasakan

Pemasakan dilakukan diatas penggorengan di atas tungku api dengan bahan bakar kayu. Hal penting yang perlu dilakukan selama proses pemasakan adalah penyaringan kotoran halus yang dapat dilakukan dengan menggunakan serokan. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau minyak kelapa dengan perbandingan 10 gram minyak kelapa per 25 liter nira. Tujuannya agar buih nira tidak sampai meluap keluar penggorengan atau wajan.

Untuk menguapkan air dalam nira diperlukan waktu pemasakan 3-4 jam. Selama pemasakan dijaga agar asap tidak masuk ke dalam bahan, untuk menghindari warna gula aren menjadi gelap. Apabila nira yang dimasak sudah kental, secara perlahan-lahan api dikecilkan untuk menurunkan panas sambil diaduk agar tidak gosong. Untuk mengetahui kemasakan nira biasanya dilakukan dengan cara meneteskan nira ke dalam air dingin. Apabila tetesan nira tesebut meluncur dengan panjang 2 cm, berarti nira sudah masak.

3) Pencetakan

Dalam proses pencetakan, biasanya kojor (tempat untuk mencetak gula aren) direndam terlebih dahulu dalam air untuk memudahkan pelepasan gula nantinya, kemudian pekatan nira diaduk dan selanjutnya dituangkan ke dalam cetakan tersebut. Pelepasan gula dari cetakan dilakukan setelah gula mencapai suhu kamar.

2.2. Gula Semut

Gula semut adalah gula aren yang berbentuk butiran halus. Butirannya lebih halus dari gula pasir bahkan mirip seperti pasir rumah semut, oleh karena itu disebut “gula semut”. Sebagai pemanis, gula semut ini memiliki keunggulan

(29)

12 dibandingkan gula cetak. Gula semut bersifat kering karena kadar airnya yang rendah sehingga gula semut bisa bertahan hingga dua tahun. Aroma, rasa, dan warna gula semut relatif seragam. Gula semut memiliki tampilan yang lebih menarik karena dapat dikemas dalam berbagai bentuk dan ukuran. Gula semut memiliki bentuk yang lembut dan mudah larut dalam air sehingga sering digunakan sebagai bahan baku industri makanan olahan maupun konsumsi rumah tangga. Mutu dan penampilan gula semut yang lebih baik dibandingkan gula cetak mendukung untuk menembus pasar dalam negeri dan pasar ekspor dengan nilai jual yang lebih tinggi dari pada gula cetak (Forum Pengembangan Kemitraan, diacu dalam Gunawan 1997).

Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak. Perbedaannya adalah gula semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada gula cetak. Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi pekat, api kemudian dikecilkan. Setelah 10 menit, kuali diangkat dari tungku dan dilakukan pengadukan secara perlahan sampai terjadi pengkristalan. Setelah terjadi pengkristalan, pengadukan dipercepat hingga terbentuk serbuk kasar. Serbuk yang masih kasar inilah yang disebut dengan gula semut setengah jadi dengan kadar air masih di atas 5 persen. Gula semut setengah jadi, kemudian dikirim kepada produsen gula semut skala industri kecil di masing-masing sentra produksi. Secara garis besar alur proses produksi gula aren oleh pengrajin dapat dilihat pada Gambar 2.

Industri kecil gula semut yang terdapat di beberapa sentra industri gula aren menerima gula semut setengah jadi dari pengrajin. Gula semut setengah jadi dari pengrajin terlebih dahulu digiling dengan mesin penggiling untuk menghaluskan gula yang masih menggumpal.

Setelah penggilingan, gula semut diayak sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Ukuran yang umum dipakai adalah 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah 3 persen. Untuk memperoleh tiga tingkat kehalusan tersebut, gula yang sudah digiling diayak dengan ayakan dari ukuran yang paling besar terlebih dahulu, yaitu 10 mesh. Gula semut yang tidak lolos pada ayakan ini, yang disebut dengan gula reject. Gula reject tersebut kemudian dimasak kembali hingga meleleh dan mengental untuk dibentuk menjadi gula cetak.

(30)

13 Gambar 2. Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut

oleh Petani

Sumber : BPTP Banten (2005)

Gula semut hasil ayakan pertama, kemudian diayak kembali dengan ayakan ukuran yang lebih kecil, demikian seterusnya hingga ukuran ayakan yang terkecil. Jumlah produksi gula semut dengan tiga jenis kehalusan ini disesuaikan dengan permintaan pasar.

Selanjutnya, gula semut dengan tiga ukuran ayakan tersebut kemudian dijemur di bawah panas matahari hingga kadar airnya mencapai di bawah 3 persen. Jika tidak ada sinar matahari, proses pengeringan dapat dilakukan menggunakan alat pengering, misalnya oven pemanas. Gula semut yang sudah kering kemudian dikemas dalam kemasan karung untuk dikirim kepada industri makanan atau pedagang besar dan dengan kemasan plastik untuk dipasarkan.

Secara garis besar alur proses produksi gula aren oleh sentra industri dapat dilihat pada Gambar 3.

(31)

14 Gambar 3. Diagram Alur Proses Produksi Gula Semut Oleh Sentra Industri

Sumber : BPTP Banten (2005) 2.3. Industri Pengolahan

Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi atau setengah jadi, mengubah barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perusahaan yang melakukan jasa industri dan pekerja perakitan (BPS 2007, diacu dalam Musarofah 2009).

Industri pengolahan digolongkan menjadi empat golongan yaitu industri/usaha besar, industri/usaha menengah, industri/usaha kecil, dan industri/ usaha mikro. Sampai saat ini belum ada definisi maupun kriteria baku mengenai usaha mikro, kecil dan menengah. Masing-masing institusi atau lembaga pemerintah mempunyai kriteria berbeda terhadap UMKM di Indonesia5).

Berdasarkan pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM, dijelaskan mengenai kriteria UMKM berdasarkan jumlah kekayaan bersih dan total penjualan per tahun.

Anonim. 2008. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. http://usaha-umkm.blog.com/tag/ciri-ciri-umkm/ [Diakses tanggal 30 Mei 2010]

(32)

15 a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

− Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

− Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah)..

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

− Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

− Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

− Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

− Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp 50.000.000,00. Ciri-ciri usaha mikro adalah sebagai berikut:

a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat; c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak

memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai;

(33)

16 e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Berdasarkan Undang-undang No.9 Tahun 1995, usaha kecil adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Ciri-ciri usaha kecil adalah sebagai berikut:

a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah;

b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;

d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP; e. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha; f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;

g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.

Berdasarkan Inpres No.10 tahun 1998, usaha menengah adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp 10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) s/d Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Ciri-ciri usaha menengah adalah sebagai berikut:

(34)

17 a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik,

lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;

b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;

c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;

d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;

e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;

f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan topik dan produk yang dipilih dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian yang menjadi rujukan adalah penelitian mengenai kelayakan usaha dan gula aren.

2.4.1. Penelitian Terdahulu mengenai Kelayakan Usaha

Penelitian mengenai analisis kelayakan terutama kelayakan pada usaha pengolahan produk tertentu telah dilakukan oleh peneliti terdahulu namun dengan objek kajian atau produk yang berbeda. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Debie Natalia Francisca Fausta Napitupulu pada tahun 2009 yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul). Analisis kelayakan ini dilakukan karena CV WPIU akan melakukan pengembangan usaha dengan memasok jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah ke supermarket. Hasil penelitian menunjukkan analisis kualitatif aspek-aspek non finansial yaitu aspek-aspek pasar, aspek-aspek teknis, aspek-aspek manajemen, aspek-aspek sosial dan lingkungan serta aspek hukum menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan CV WPIU ini layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis kelayakan finansial tingkat diskonto 14 persen menunjukan nilai NPV positif sebesar

(35)

18 Rp.292.938.966, Net B/C sebesar 3,09, nilai IRR sebesar 48,95 persen, Payback Period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau 3 tahun 7 bulan 4 hari, dan layak untuk dijalankan dengan tingkat diskonto yang ada. Sedangkan hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 14 persen menunjukan bahwa usaha ini menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir mengalami kenaikan melebihi 18,84 persen, harga botol jus mengalami kenaikan melebihi 20,94 persen, penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen, dan penurunan penjualan sirup lebih dari 10,48 persen.

Penelitian Siti Munawarohtul Musarofah pada tahun 2009 menganalisis kelayakan usaha pengolahan nugget ikan (Kasus pada Usaha Pengolahan Nugget Ikan Putra Barokah, Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat). Hasil penelitian menunjukkan analisis kualitatif aspek-aspek non finansial yaitu aspek komersial, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial lingkungan dan aspek ekonomi menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. Peneliti membuat dua skenario pada analisis finansial. Skenario I merupakan usaha yang saat ini sedang dijalankan yaitu usaha pengolahan nugget ikan yang berada di Desa Blanakan dengan skala usaha berdasarkan pada kondisi saat ini. Sedangkan skenario II merupakan pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi 1.747 kemasan per hari. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Pada skenario I diperoleh NPV sebesar Rp 128.253.816, Net B/C sebesar 5,08, nilai IRR sebesar 89 persen, Payback Period yang diperoleh adalah 2,15 tahun. Sedangkan skenario II menghasilkan NPV sebesar Rp. 309.706.718, Net B/C sebesar 6,00, nilai IRR sebesar 98 persen, Payback Period yang diperoleh adalah 2,53 tahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kedua skenario tidak layak saat menghadapi penurunan penjualan sebesar 46 persen, sementara saat menghadapi perubahan berupa kenaikan harga kemasan sebesar 64,7 persen menunjukkan bahwa skenario I tidak layak untuk dijalankan sedangkan skenario II masih layak untuk dijalankan. Analisis switching value menunjukkan bahwa perubahan penurunan penjualan yang masih dapat diterima agar usaha layak untuk dijalankan pada skenario I adalah sebesar 13,22709 persen sedangkan pada skenario II adalah

(36)

19 sebesar 10,475618439 persen. Perubahan berupa kenaikan harga kemasan yang masih dapat diterima pada skenario I adalah sebesar 51,034158 persen dan pada skenario II adalah 66,677150637 persen.

Rustiana (2008) menganalisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga (Mangifera Indica L.) (studi kasus pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat). Hasil penelitian menunjukkan analisis kualitatif aspek-aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan menunjukkan bahwa usaha pengolahan puree mangga layak untuk dilaksanakan. Pada aspek finansial diperoleh NPV sebesar Rp. 346.825.522,00, Net B/C sebesar 6,14, nilai IRR sebesar 87,26 persen, dan Payback Period yang lebih singkat dari umur usaha selama 10 tahun yaitu 2 tahun, 1,6 bulan. Dengan demikian dari aspek finansial usaha pengolahan puree mangga layak untuk dilaksanakan. Analisis switching value menunjukkan bahwa usaha pengolahan puree mangga masih layak untuk dilaksanakan jika volume produksi puree mangga mengalami penurunan maksimal sebesar 15,08664 persen, harga jual puree mangga turun sebesar 15,08664 persen, serta kenaikan harga mangga Harumanis grade C maksimal sebesar 31,896 persen.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Musarofah (2009) adalah pembuatan dua skenario di analisis finansial yang menganalisis kondisi perusahaan saat ini dan rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan. Pada penelitian Rustiana (2008) fokus untuk menganalisis kondisi perusahaan saat ini sedangkan penelitian Napitupulu (2009) hanya menganalisis pengembangan usahanya saja. Aspek non finansial yang dikaji Musarofah (2009) sama dengan penelitian ini, yaitu meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan. Semua kriteria investasi untuk menganalisis aspek finansial yang digunakan dalam penelitian ini, digunakan pula dalam penelitian Napitupulu (2009) Musarofah (2009) dan Rustiana (2008) seperti NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Untuk mengetahui alternatif kemungkinan hasil analisis kelayakan yang telah diperoleh sehubungan dengan kemungkinan terjadinya perubahan atas komponen yang menyangkut pelaksanaan usaha, Napitupulu (2009) dan Rustiana

(37)

20 (2008) menggunakan alat analisis yang sama yaitu analisis switching value, namun Musarofah (2009) menambahkan satu analisis lagi yaitu analisis sensitivitas. Terdapat perbedaan dalam pemilihan variabel yang akan dianalisis dalam switching value. Pada Napitupulu (2009) dan Musarofah (2009) variabel yang dipilih dalam analisis switching value adalah kenaikan harga input dan penurunan volume penjualan, pada Rustiana (2008) variabel yang dipilih dalam analisis switching value adalah kenaikan harga input, penurunan harga output dan penurunan volume penjualan, sedangkan pada penelitian ini variabel yang dipilih dalam analisis switching value adalah kenaikan harga input dan penurunan harga output.

2.4.2. Penelitian Terdahulu mengenai Gula Aren

Tinjauan yang digunakan dalam penelitian ini juga harus merujuk pada penelitian terdahulu mengenai produk yang sama yaitu gula aren. Ada beberapa peneliti yang menganalisis mengenai gula aren namun dengan kajian yang berbeda.

Nurani (2008) meneliti tentang Analisis Usaha Pengolahan Gula Merah Aren di Desa Sukamurni Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh pengrajin gula merah aren berdasarkan status kepemilikan pohon, menganalisis saluran pemasaran, pelaksanaan fungsi pemasaran gula merah aren yang terjadi di setiap lembaga pemasaran di Desa Sukamurni serta efisiensi pemasaran gula merah aren yang terjadi di Desa Sukamurni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan gula merah aren yang dikembangkan oleh pemilik sekaligus penyakap telah efisien. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rasio R/C baik atas biaya tunai maupun biaya total lebih dari satu. Nilai rasio R/C atas biaya total yang diperoleh pemilik sekaligus penggarap yaitu 1,81 dan penyakap yaitu 1,89. Sementara itu, pemilik sekaligus penggarap dan penyakap memperoleh nilai rasio R/C atas biaya tunai yang sama besar yaitu 35,56.

Nilai tambah yang diterima pemilik sekaligus penggarap yaitu Rp. 808,73 per liter nira sedangkan penyakap sebesar Rp. 776,27 per liter nira. Baik pada pemilik sekaligus penggarap maupun penyakap nilai tambah tersebut sebagian besar didistribusikan untuk keuntungan usaha. Marjin yang diperoleh pemilik

(38)

21 sekaligus penggarap memberikan balas jasa terhadap pendapatan kerjanya sebesar 23,04 persen, bagi keuntungan perusahaan 65,03 persen dan sisanya sebesar 11,93 persen merupakan bagian input lain. Sementara itu penyakap mendistribusikan marjin yang diperolehnya terhadap tenaga kerja sebesar 11,81 persen, keuntungan perusahaan sebesar 75,92 persen, dan 12,26 persen bagi sumbangan input lain. Hal ini menunjukkan usaha pengolahan gula merah aren sangat menunjang bagi kehidupan ekonomi pengrajian.

Di daerah penelitian ditemukan sembilan alternatif saluran pemasaran untuk menyalurkan gula merah aren dari pengrajin sampai ke konsumen akhir yang melibatkan tujuh lembaga pemasaran yaitu perajin, tengkulak, pedagang pengecer, pedagang besar antar kota (PBAK), pedagang di pasar Bojong Loa dan di pasar Ciawitali, supermarket yang berada di Kabupaten Garut. Saluran pemasaran yang paling efisien untuk menyalurkan gula merah aren adalah saluran pemasaran lima dengan total marjin dan biaya pemasaran yang paling rendah. Selain itu pada saluran pemasaran ini bagian harga yang dibayar konsumen dapat dinikmati seluruhnya oleh perajin.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Nurani (2008) terletak pada tujuan penelitian dan alat analisis yang digunakan. Tujuan dari penelitian terdahulu adalah untuk menganalisis tingkat efisiensi dari usaha pengolahan gula aren dengan menggunakan Return Cost Ratio (R/C) sebagai alat analisisnya serta menghitung nilai tambah yang dihasilkan dari usaha pengolahan aren ini. Sedangkan pada penelitian ini, tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kelayakan usaha baik dari aspek finansial maupun non finansial serta mengantisipasi risiko perubahan harga input dan outpun dengan menggunakan analisis switching value sebagai alat analisisnya.

Gunawan (1997) meneliti tentang Perspektif Sosiobudaya Perajin Gula Aren Semut (Studi Kasus Desa Padasuka Kecamatan Cibinong Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas perajin gula aren semut dalam upaya berinteraksi dengan lingkungan hidupnya dari aspek sosiobudaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak dulu tataniaga gula aren didominasi oleh para Bandar yang menyebabkan posisi tawar para perajin menjadi lemah akibat sistem ijon. Saat ini kegiatan menyadap dan membuat gula sudah

(39)

22 menjadi rutinitas pekerjaan sehari-hari bagi perajin gula aren di Desa Padasuka. Tahap perkembangan orientasi nilai budaya perajin gula aren menunjukkan perkembangan yang positif, hal ini ditandai hakekat hidup pengrajin yang mengarah pada optimis, hakekat karya yang berorientasi pada prestasi, orientasi masa depan, menyelaraskan pada alam dan menguasainya, serta berjiwa gotong royong. Sebagian besar perajin berperilaku partisipatif secara moral terhadap program gula semut, hanya sedikit sekali perajin yang berperilaku secara alienatif. Sedangkan perajin yang berperilaku secara kalkulatif lebih bersifat laten dengan beralih ke gula cetak sambil menunggu perbaikan sistem.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Gunawan (1997) terletak pada topik penelitian. Perbedaan topik penelitian ini menyebabkan tujuan dari penelitian ini dengan penelitian Gunawan (1997) pun berbeda. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Gunawan (1997) terletak pada kesamaan produk yang diteliti, yaitu gula semut.

Secara ringkas penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

(40)

23 Tabel 7. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian

Nama Tahun Judul Beda Penelitian Terdahulu Metode

Analisis Napitupulu 2009 Analisis Kelayakan

Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul)

Dalam penelitian ini objek kajian yang akan di bahas adalah jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji. Pada aspek finansial dianalisis kelayakan rencana pengembangan usaha NPV, IRR, PBP, NET B/C, Analisis Switching Value

Musarofah 2009 Analisis Kelayakan

Usaha Pengolahan

Nugget Ikan (Kasus pada Usaha Nugget Ikan Putra Barokah, Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat)

Dalam penelitian ini objek kajian yang akan dibahas adalah nugget ikan

NPV, IRR, PBP, NET B/C, Analisis Sensitivitas, Analisis Switching Value Rustiana 2008 Analisi Kelayakan Usaha

Pengolahan Puree

Mangga (Mangifera Indica L.) (Studi Kasus pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat)

Dalam penelitian ini objek kajian yang akan dibahas adalah puree mangga. Pada aspek finansial dianalisis kondisi perusahaan saat ini

NPV, IRR, PBP, NET B/C, Analisis Switching Value

Nurani 2008 Analisis Usaha

Pengolahan Gula Merah Aren di Desa Sukamurni

Kecamatan Cilawu

Kabupaten Garut Jawa Barat

Penelitian ini menganalisis pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh pengrajin gula merah aren berdasarkan status kepemilikan pohon,

menganalisis saluran

pemasaran, pelaksanaan fungsi pemasaran gula merah aren yang terjadi di setiap lembaga pemasaran serta efisiensi pemasaran gula merah aren R/C Ratio, Nilai Tambah, Marjin pemasaran

Gunawan 1997 Perspektif Sosiobudaya Perajin Gula Aren Semut (Studi Kasus Desa Padasuka Kecamatan Cibinong Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Penelitian ini menganalisis aktivitas perajin gula aren

semut dalam upaya

berinteraksi dengan

lingkungan hidupnya dari aspek sosiobudaya. Analisis secara kuantitatif dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang, serta analisis kualitatif dalam bentuk analisis deskriptif

(41)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek

Gray et al. (2007) mendefinisikan proyek sebagai suatu kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan berbagai sumber daya untuk mendapatkan benefit. Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit.

Nurmalina et al. (2009) mendefinisikan studi kelayakan bisnis atau proyek sebagai penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat bila bisnis dilakukan. Menurut Husnan dan Muhammad (2000), studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya proyek investasi), dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang lebih luas. Artian yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah atau lembaga nonprofit, pengertian menguntungkan bisa berarti mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas seperti penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah, penghematan devisa, ataupun penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah.

Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang dijalankan. Menurut Nurmalina et al. (2009) pihak yang membutuhkan studi kelayakan antara lain :

Gambar

Tabel 2. Sepuluh Besar Provinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2008
Gambar 8. Struktur Organisasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung Aren  Sumber: PD Saung Aren (2010)
Tabel 8.  Sebaran Permintaan dan Produksi Gula Semut di PD Saung Aren Tahun  2010
Gambar 9. Kemasan 350 gram Gula Semut PD Saung Aren  Sumber: PD Saung Aren 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dari rumusan masalah, maka manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Current Ratio dan Return On Equity terhadap Price

Teknologi ini dapat digunakan untuk mencegah serangan yang masuk ke jaringan lokal dengan memeriksa dan mencatat semua paket data serta mengenali paket dengan sensor,

Hal ini dapat terjadi karena produk yng dihasilkan benar benar sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga tidak ada pengulanga pekerjaan atau pembuangan bahan baku

Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan generasi kualitas masa

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa tidak ada interaksi antara bokashi blotong dan pupuk ZA pada semua perbandingan yang sama pada parameter luas daun.. Rerata

Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation untuk

Demikian halnya dengan nilai koefisien regresi variabel faktor produk dalam berbelanja (b 3 ) sebesar 0,437, berarti setiap peningkatan nilai faktor produk satu poin, maka

Mengajarkan cara-cara memperkenalkan diri pada tunanetra harus menggunakan metode pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung pada anak tunanetra. Di antara