• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desti Srikandi Fatimah, Mina Elfira. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desti Srikandi Fatimah, Mina Elfira. Abstrak"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Pandangan terhadap Ide Sosialisme Utopis dalam Novel Записки из

подполья/Zapiski iz podpol’ja/Catatan dari Bawah Tanah Karya Fyodor

Mikhailovich Dostoyevsky

Desti Srikandi Fatimah, Mina Elfira

1. Sastra Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

2. Sastra Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: desti.srikandi@gmail.com

Abstrak

Jurnal ini berisi tentang pandangan Fyodor Dostoyevsky terhadap sosialisme utopis dalam novel Записки из

подполья/Zapiski iz podpol’ja/Catatan dari Bawah Tanah yang diungkapkan melalui tokoh utama di dalamnya.

Analisis dalam penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa di dalam novel ini dibahas mengenai nilai-nilai sosialisme utopis. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analitis dan didukung oleh teori penokohan, serta sosiologi sastra. Berdasarkan hasil analisis, terbukti bahwa dalam novel terdapat kritik mengenai ide-ide sosialisme utopis, seperti ketidaksetujuan terhadap pengekangan keinginan manusia.

Kata kunci: sosialisme utopis, keinginan manusia, komunitas ideal, Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky, Записки

из подполья /Zapiski iz podpol’ja/Catatan dari Bawah Tanah

The View towards the Idea of Utopian Socialism in the Novel Записки из подполья/Zapiski iz podpol'ja/Notes from the Underground by Fyodor Mikhailovich

Dostoyevsky Abstract

This journal contains the views of Fyodor Dostoevsky towards the utopian socialism in the novel Записки из

подполья/Zapiski iz podpol'ja/Notes from the Underground which is expressed through the main character in it.

The analysis in this study aims to prove that in this novel are discussed regarding the values of utopian socialism. The method used in this research is descriptive-analytical, and supported by the theory of characterizations, as well as the sociology of literature. Based on analysis result, it is evident that in the novel there are criticisms regarding the ideas of utopian socialism, such as disapproval towards the restraint of human desire.

Keywords: Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky; human desire; ideal community; Записки из подполья /Zapiski

iz podpol'ja/Notes from the Underground; utopian socialism

Pendahuluan

Dalam penulisan karya sastra, kehidupan pengarang dikatakan sebagai suatu sumber inspirasi bagi karya-karya yang dihasilkan oleh pengarang tersebut. Banyak diantara pengarang Rusia yang memasukkan unsur-unsur dalam kehidupan nyata yang sedang terjadi pada masanya, salah satunya adalah Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky. Beberapa hal yang membuat

(2)

kehidupan Dostoyevsky menjadi menarik untuk diketahui adalah tentang pembunuhan yang menimpa ayah kandungnya, lalu keterlibatannya dalam Lingkaran Petrashevsky1. Hal itu yang menjadi penyebab penangkapan atas dirinya dan hendak dieksekusi sebelum akhirnya hukuman tersebut dibatalkan. Setelah pembatalan eksekusi itu, Dostoyevsky diasingkan selama delapan tahun di penjara militer di Siberia. Setelah pembebasan dirinya, Dostoyevsky kembali dengan pemikiran yang berbeda akibat pengalaman hidupnya di Siberia. (Elfira, 1999:191)

Termasuk di dalam latar belakang, yaitu ideologi yang dianut oleh suatu pengarang tertentu juga ikut mendukung suatu karya sastra. Tidak hanya itu saja, pengarang juga dapat mengungkapkan pemikirannya tentang beberapa hal yang ada semasa hidupnya. Mengungkapkan pendapat melalui karya sastra sudah tidak asing lagi di Rusia sejak abad ke-19 (1855-1880) merupakan puncak kejayaan kesusastraan Rusia dan disebut sebagai Золотой век/Zolotoj vek/Zaman Keemasan. (Elfira, 2012:41) Pada masa itu, pengarang tidak hanya berperan sebagai pengarang saja, namun juga sebagai perantara dalam proses pembudayaan dan kemasyarakatan. Banyak sastrawan Rusia yang mengekspresikan perlawanannya terhadap pemerintah melalui karya sastra. Oleh karena itu, sastrawan memiliki peran ganda untuk menggerakkan masyarakat di sekitarnya, layaknya pemerintah. (Elfira, 2012:4-5) Namun, ide-ide pengarang Rusia tidak dapat secara langsung diungkapkan karena Kekaisaran Rusia melarang membuat tulisan yang memungkinkan dapat menjatuhkan nama Kekaisaran2. Peraturan itu dikontrol sedemikian rupa sehingga sebuah karya hanya akan diterbitkan jika memenuhi syarat (tidak menjatuhkan citra Kekaisaran Rusia) dan harus melalui badan sensor. (Reeve, 1959:375) Oleh karena itu, para pengarang memutar otak bagaimana cara mereka membuat sebuah karya yang indah namun tetap bisa menyampaikan ide-ide mereka. Para pengarang itu menyamarkan isu-isu, baik isu kecil maupun besar, yang ingin mereka angkat dengan memanfaatkan tokoh-tokoh serta jalan cerita yang menarik pembaca untuk memahami pesan tersembunyi dibalik cerita tersebut. Maka dapat dikatakan pula bahwa pada abad ke-19, Rusia tidak memiliki sastra fiksi yang sebenarnya karena tujuan dari pembuatan suatu karya sastra pada masa itu semata-mata untuk menghindari sensor dari pemerintah (Kekaisaran). (Elfira, 2012:42-43)

1

Merupakan sebuah organisasi rahasia Rusia beraliran sosialisme utopis yang terbentuk pada tahun 1845. Para anggotanya membahas masalah politik dan membaca literatur sosialis ilegal (Harkins, 1959:287).

2 Nicholas I (memimpin tahun 1825-1855) mengizinkan publikasi karya sastra yang bermanfaat bagi negara,

sedangkan Alexander II (memimpin 1855-1881) mengizinkan publikasi selama karya tersebut tidak membahayakan negara (Elfira, 2012:42).

(3)

Sebuah karyanya yang menarik untuk dipahami lebih dalam adalah Записки из подполья/Zapiski iz podpol’ja/Catatan dari Bawah Tanah (1864), yang bercerita tentang tulisan yang dibuat oleh seorang pria yang tinggal di “bawah tanah”. Dostoyevsky bercerita mengenai pria tersebut dengan segala pemikiran dua sisinya. Konflik pemikirannya itu mencerminkan manusia yang mempertanyakan ketidakbebasannya dan menjadikan dirinya untuk bertindak kasar atau destruktif. Selain itu, tokoh Aku juga merupakan tawanan intertekstualitas karena ia menjadi orang yang selalu terasing meskipun tidak dapat melarikan diri dari masyarakat sosial dan orang lain. (Jones, 1990:65)

Selain latar belakang pengarang dan ideologi yang sedang berkembang pada masa yang sesuai dengan latar novel, hal penting lainnya adalah tokoh di dalamnya. Dengan adanya tokoh, kita dapat mengetahui jalan pikiran pengarang mengenai suatu masalah yang digambarkan pada percakapan dan pemikiran para tokoh. Tokoh sentral dalam novel Записки из подполья/Zapiski iz podpol’ja/Catatan dari Bawah Tanah adalah seorang pria yang disebut sebagai tokoh Aku. Ia banyak menuangkan pikirannya dalam sebuah catatan mengenai apa yang terjadi pada dirinya dan juga pendapatnya mengenai berbagai hal. Salah satu pendapatnya membahas mengenai konsep sosialisme utopis. Dalam catatannya, tokoh Aku mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap hal tersebut. Ia beralasan bahwa bila sosialisme utopis benar terwujud, maka tidak akan ada hal lain yang tersisa untuk dikerjakan oleh manusia.

Dengan hal-hal tersebut, terdapat suatu permasalahan yang menarik untuk dikaji, yaitu mengenai pandangan terhadap ide sosialisme utopis yang terdapat pada novel Записки из подполья/Zapiski iz podpol’ja/Catatan dari Bawah Tanah karya Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky. Hal ini bertujuan untuk menganalisis bahwa di dalam novel tersebut terdapat pembahasan mengenai konsep sosialisme utopis. Selain itu untuk membuktikan bahwa latar belakang sosial pengarang, ideologi, kepribadian, dan kehidupan pengarang juga mempengaruhi karya sastra.

Tinjauan Teoretis

(4)

Teori yang akan digunakan dalam menganalisis konsep sosialisme utopis yang terdapat dalam novel ini adalah teori penokohan. Penokohan merupakan cara pengarang dalam menampilkan tokoh atau pelaku dalam sebuah karya sastra. (Aminuddin, 1987:79) Pengarang tidak secara langsung mendeskripsikan perilaku, dan sikap tokoh. Pengarang menggunakan percakapan sebagai media untuk memberitahu kita bagaimana perwatakan, watak, dan karakter tokoh tersebut. Selain itu, monolog dan jalan pikiran tokoh juga menjadi hal yang dapat kita kaji untuk mendalami penokohan seorang tokoh.

 Teori Sosiologi Sastra

Selain teori penokohan, teori lain yang digunakan adalah teori sosiologi sastra. Sosiologi sastra adalah sastra yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia, yaitu hubungan manusia dengan keluarga, masyarakat, politik, dan negara. (Swingewood & Laurenson, 1972:12-14) Secara spesifik, teori sosiologi sastra yang akan digunakan adalah teori mengenai kepengarangan. Dalam teori ini dikemukakan bahwa latar belakang sosial, status, dan ideologi pengarang dapat mempengaruhi isi dari sebuah karya sastra. Taine dan Plekhanov berpendapat bahwa sosiologi sastra diawali dengan milieu (lingkungan) dan bekerja ke arah luar dan berusaha menghubungkan faktor eksternal melalui refleksi dari bias dalam teks sebuah karya sastra. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan korelasi sosial sastra pada masa tertentu karya tersebut dibuat. (Swingewood & Laurenson, 1972:78)

Hal yang paling jelas terlihat dalam penciptaan sebuah karya sastra adalah pengaruh sang pengarang dalam penulisan. Kepribadian dan kehidupan pengarang merupakan metode yang paling tua dan terbaik dalam mengkaji karya sastra. (Wellek & Warren, 1949:67) Selain itu menurut Avron Fleisman, karya sastra juga merupakan respon dari peristiwa yang terjadi di dunia nyata. Oleh karena itu, tidak jarang pula ditemukan konsep ideologi yang ada pada masanya dan dapat dikatakan pula sebagai sebuah ekspresi dari suatu ideologi. (Elfira, 2012:22) Vladimir Vladimirovich Nabokov (1889-1977)3 juga mengatakan bahwa demi menikmati suatu karya sastra seutuhnya, diperlukan pula pemahaman mengenai masyarakat yang melahirkan sang pengarang yang merupakan seseorang yang hidup pada suatu masa dalam suatu masyarakat tertentu. (Elfira, 2012:19)

3 Salah seorang sastrawan Rusia yang berimigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1940 dan resmi menjadi warga

negara Amerika lima tahun kemudian. Ia adalah seorang sastrawan besar Rusiayang merupakan penentang Uni Soviet dan sastrawan paling berpengaruh dalam perkembangan sastra di Amerika pada tahun 1950-an.

(5)

Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam menganalisis novel Записки из подполья/Zapiski iz podpol’ja/Catatan dari Bawah Tanah adalah metode deskriptif analisis. Metode ini bertujuan untuk memberikan deskripsi serta gambaran secara sistematis yang berkaitan dengan fakta dalam proses analisis. Penerapan metode ini adalah dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta dalam novel lalu dilanjutkan dengan menganalisis fakta-fakta tersebut. Selain memberikan uraian, metode ini juga dapat memberikan pemahaman serta penjelasan lebih mendalam mengenai isi novel. (Nazir, 1988:65)

Selain menggunakan metode deskriptif analisis, penulis juga menggunakan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Pada pendekatan intrinsik, yang akan dibahas yaitu penokohan dan perwatakan. Dalam proses analisis novel ini dibutuhkan pemikiran dari tokoh-tokoh yang tercermin dalam monolog maupun dialog. (Wellek & Warren, 1956:157) Hal yang berkaitan dengan pengarang akan masuk pada pendekatan ekstrinsik melalui sosiologi sastra ini. Pada pendekatan ekstrinsik akan dibahas mengenai latar belakang dan ideologi pengarang yang merupakan anggota dari suatu masyarakat dalam masa tertentu. Karya sastra juga merupakan respon dari peristiwa yang terjadi di dunia nyata dan tidak jarang pula ditemukan konsep ideologi dan dapat dikatakan pula sebagai sebuah ekspresi dari suatu ideologi. (Elfira, 2012:22)

Hasil Penelitian

Ada beberapa tokoh dalam sosialisme utopis yang disebut sebagai tiga serangkai yang merupakan perintis dari sosialisme utopis, yang kemudian menjadi Marxisme, antara lain Henri Saint-Simon, Charles Fourier, dan Robert Owen. (Beecher, 1986:411) Seorang tokoh yang memiliki banyak keterkaitan dengan Dostoyevsky dan banyak dibicarakan sebelumnya adalah Charles Fourier. Ia sangat berpengaruh dalam perkembangan pemikiran Rusia dengan sosialisme utopis dengan dibantu oleh Lingkaran Petrashevsky. Fourier merupakan seorang utopis sejati pada abad ke-19. (Beecher, 1986:1) Tak lama setelah kematian Fourier, selama dekade 1840-an, “Fourierisme” muncul sebagai salah satu sekte sosialis awal yang paling signifikan di Prancis. (Beecher, 1986:2) Ide-ide yang disumbangkan oleh Charles Fourier mencakup berbagai hal, salah satunya tentang komunitas ideal.

(6)

Fourier melakukan sebuah percobaan untuk membuktikan ide-idenya dapat diterapkan dalam kehidupan bernegara. (Beecher, 1986:241-258) Ia menciptakan sebuah tempat bernama

Phalanstery. Menurut Friedrich Engels4, karakteristik utama dari ide para sosialis utopis

adalah perencanaan mereka yang fantastis terhadap masyarakat masa depan. Para sosialis utopis akan menjabarkan secara sangat detil terhadap pemikirannya akan masyarakat ideal. Charles Fourier salah satu yang termasuk sebagai utopis sejati karena ia telah menggambarkan, bahkan mewujudkan gambarannya tersebut ke dalam Phalanstery. Ia memikirkan hal-hal yang kecil sekalipun seperti spesifikasi bangunan, desain perabot di klinik, skema warna seragam kerja, bahkan panduan untuk menggiring ternak ke kandang. Seluruh hal dalam Phalanstery harus sesuai dengan perencanaan dan jika percobaan pertama berhasil, maka semua institusi Phalanstery akan bisa beradaptasi secara sempurna terhadap pendiktean keinginan. Berikut adalah contoh peraturan yang disusun dalam Phalanstery: (Beecher, 1986:277-278)

1. Each worker must be an associate who is compensated by dividend and not by wages.

2. Each person‒man, woman, or child‒must be paid in proportion to his contribution in capital, work, and talent.

3. Work sessions must be varied about eight times a day because a man cannot remain enthusiastic about his job for more than an hour and a half or two when he is performing an agricultural or manufacturing task.

4. These tasks must be performed by groups of friends who have gathered together spontaneously and who are stimulated and intrigued by very active rivalries.

5. Workshops, field, and gardens must offer the worker the enticements of elegance and cleanliness. 6. The division of labor must be carried to the supreme degree in order to allot suitable tasks to

people of each sex and of every age.

7. The distribution of tasks must assure each man, woman, or child the right to work or the right to take part at any time in any kind of work for which he or she is qualified.

X. Finally, in this new order the common people must enjoy a guarantee of well-being, a minimum income sufficient for present and future needs. This guarantee must free them from all anxiety either for their own welfare or for that of their dependents.

Menurut kutipan di atas, dalam komunitas ini semua orang, yaitu laki-laki, perempuan, dan bahkan anak-anak, boleh dan berhak untuk bekerja jika mereka memenuhi syarat dan memiliki keterampilan dalam suatu bidang pekerjaan tersebut. Mereka juga berhak untuk mendapat upah dari kontribusi mereka itu. Intinya, semua orang yang ada di dalam komunitas ideal tersebut memiliki hak untuk bekerja, berapapun usia mereka, dan apapun jenis kelamin

4

(7)

mereka, yang penting adalah mereka memiliki kemampuan, keinginan, dan keterampilan. Dengan adanya upah minimum, orang yang berkontribusi sedikit, pun, akan bisa menikmati hidup yang nyaman dan tidak kekurangan.

Pada tahun 1819, Fourier memikirkan untuk melaksanakan percobaan skala kecil, sekitar 80 keluarga atau 400 orang. Tetapi, idealnya, untuk melakukan percobaan dalam skala penuh, dibutuhkan setidaknya 1.500 dan maksimal 2.000 partisipan. Fourier menginginkan semuanya berjalan sesuai dengan apa yang ia bayangkan, jadi ia terus menerus membacakan sejumlah hal kecil yang tidak terlalu berhubungan dengan persiapan percobaan Phalanstery. Mimpinya akan masyarakat yang ideal sangat besar, ia selalu membayangkan bahwa Phalanstery akan terus ada dan semakin berkembang dari generasi ke generasi. Seorang utopis sejati akan selalu bisa melihat masa depan dengan mata di pikirannya. Berikut adalah salah satu contoh deskripsi detil Fourier tentang kehidupan di dalam Phalanstery: (Beecher, 1986:242)

“At sunrise on a spring morning [he would begin] one can see thirty groups with their distinctive banners and emblems passing out through the gates of the palace. These various squadrons take their places in the fields and gardens.

If we could see...all of these groups in activity, well sheltered from the suns by colored tents, working in dispersed masses, moving about with their banners and tools, singing hymns in chorus as they march along, [if we could see] the countryside dotted with small castles and belvederes with colonnades and spires instead od (sic) thatched huts, we would suppose that the landscape was enchanted.”

Dalam kutipan di atas, kita dapat melihat bahwa Fourier mengelompokkan orang-orang menjadi 30 kelompok yang berbeda, dilengkapi dengan panji-panji kelompoknya lalu mereka semua bekerja di kebun. Selain itu, Fourier juga dengan detilnya menjelaskan bahwa tenda yang dipakai memiliki warna tertentu sesuai bayangannya, juga menyanyikan berbagai himne secara bersama-sama. Lalu ia juga membayangkan di dalam wilayah tersebut terdiri dari banyak kastil kecil yang dihiasi tiang-tiang dan menara-menara, dan bukan pondok jerami. Ini menggambarkan bahwa adanya kesetaraan di antara semua penduduk Phalanstery sehingga tidak ada seorangpun yang tinggal di pondok jerami yang identik dengan kaum yang tidak mampu. Semua penduduk dijamin kesejahteraannya dengan diberi tempat tinggal yang sama.

Fourier juga membuat tiga kelas sosial, yaitu kaya, menengah, dan miskin. Tentu saja, orang-orang yang berada di kelas miskin jauh berada di atas kelas rendah dalam masyarakat beradab. Dalam percobaannya itu pula, Fourier menerapkan kepemilikan pribadi dan warisan. Ia juga

(8)

membuat orang-orang dapat meraih keuntungan yang wajar dari saham yang mereka investasikan. Selain itu, kontribusi dari setiap anggota Phalanstery akan diperhitungkan pada setiap akhir tahun dan mereka berhak mendapatkan upah sesuai dengan yang mereka kerjakan. Jadi, semakin keras kita bekerja, maka semakin banyak pula upah yang kita hasilkan.

Syarat lain yang harus dipenuhi oleh pada anggota Phalanstery adalah mereka harus sopan dan memiliki sikap yang baik dan berasal dari kelas bawah. Tujuannya adalah agar tidak terjadi perselisihan antara kaya dan miskin karena dalam Phalanstery semua orang akan disamaratakan. Fourier berpendapat bahwa jika si kaya dan si miskin hidup berdampingan dalam jangka waktu yang lama, maka anak-anak harus mendapatkan pendidikan yang sama, dan harus dilatih untuk bersikap baik. Anak-anak dalam Phalanstery mendapat pendidikan kolektif yang memungkinkan anak-anak dari kalangan bawah bersikap dan memiliki pengetahuan yang sama dengan anak-anak dari kalangan atas. Diharapkan dengan metode ini, akan tercipta generasi-generasi penerus yang memiliki kualitas baik, dan akan terbentuk dunia yang lebih baik, seperti yang diharapkan selama ini. Namun, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, para penduduk akan diberi upah sesuai dengan kontribusi mereka. Ini juga berpengaruh terhadap pendidikan anak-anak mereka. Bila kontribusi yang dihasilkan oleh orangtua sang anak dianggap besar, maka anaknya dapat memperoleh pendidikan dari para akademisi. Jika orangtua sang anak tidak berkontribusi banyak terhadap Phalanstery, maka anaknya juga mendapat pendidikan dari kepala sekolah, yang pendidikannya lebih rendah dibanding para akademisi. Ini menunjukkan bahwa walaupun kesetaraan dijunjung tinggi, tapi tetap saja ada perbedaan sebagai hasil dari kontribusi yang dilakukan selama hidup dalam Phalanstery. (Beecher, 1986:249)

“Common norms of civility, speech, and behavior can only be established by means of a collective education, which will give the poor child the same good manners as the rich. The education that children receive in our society varies according to their wealth: the rich are taught by academicians, children of the middle class have their pedagogues, and the poor are left to the village schoolmaster. If Harmony followed the same practice, it would attain the same results. Social classes would be mutually incompatible and each would have its own particular style: the poor would be coarse, the bourgeoisie would be petty, and only the rich would be refined. The result would be a state of general discord, which must be avoided in Harmony. It will be avoided thanks to a system of education that is THE SAME for a whole Phalanstery and for the whole globe. This new system of education will make good breeding universal”

(9)

Para penduduk Phalanstery memiliki jadwal yang sangat ketat. Mereka tidak akan melakukan suatu pekerjaan lebih dari dua jam, dan harus berpindah ke jadwal selanjutnya secepat mungkin, lalu begitu seterusnya setiap hari. Mereka hanya memiliki waktu tidur sekitar lima jam per hari, dan menurut Fourier, waktu tidur tambahan tidak diperlukan. Jika mereka tidur sedikit, mereka bisa makan lebih banyak, dan mereka bisa menikmati banyak hiburan, serta dalam bekerja. Maksud dari kalimat tersebut adalah, jika seseorang tidur lebih sedikit dari yang lain, maka waktu kerja dan kontribusi mereka akan lebih banyak. Jika kontribusi seseorang itu banyak, maka upah yang ia dapatkan pun juga akan sebanding dengan yang ia kerjakan. Maka, orang tersebut akan mendapat hiburan yang ia inginkan karena ia banyak bekerja dan akan tidur lebih sedikit. Berikut ini adalah contoh jadwal yang dibuat oleh Fourier. Ia menunjukkan bahwa ada perbedaan diantara jadwal Lucas dan Mondor. Jadwal yang dimiliki Lucas adalah perkiraan saat Phalanstery baru dibuka, sementara jadwal Mondor menunjukkan saat Phalanstery sudah membentuk keharmonian sepenuhnya. Dapat kita lihat bahwa Fourier merencanakan secara detil waktu yang akan digunakan. Kita juga dapat melihat bahwa semakin keharmonisan itu terbentuk, maka waktu yang digunakan untuk tidur semakin sedikit. Ia beralasan bahwa dengan adanya keharmonisan sepenuhnya, kebersihan lingkungan, pola makan yang telah dikembangkan, akan mengurangi tingkat keletihan setelah seharian bekerja dengan jadwal yang lebih padat dari awal penbentukan komunitas ini. (Beecher, 1986:280-282)

LUCAS’S DAY IN JUNE

Time

3:30 Rising, preparations

4:00 Session with a group assigned to the stables 5:00 Session with a group of gardeners

7:00 Breakfast

7:30 Session with the reapers’ group

9:30 Session with the vegetable growers’ group, under a tent 11:00 Session with the barnyard series

1:00 DINNER

2:00 Session with the forestry series 4:00 Session with a manufacturing group 6:00 Session with the irrigation series 8:00 Session at the Exchange

8:30 Supper 9:00 Entertainment 10:00 Bed

(10)

MONDOR’S DAY IN THE SUMMER

Time

Sleep from 10:30 at night to 3:00 in the morning 3:30 Rising, preparations

4:00 Morning court, review of the night’s adventures 4:30 Breakfast, followed by industrial parade 5:30 Session with the group of hunters 7:00 Session with the group of fishermen 8:00 Lunch, newspapers

9:00 Session with a group of horticulturalists, under a tent 10:00 Mass

10:30 Session with the group of pheasant breeders 11:30 Session at the library

1:00 DINNER

2:30 Session with the greenhouse group

4:00 Session with the group of exotic plant growers 5:00 Session with the fish-tank group

6:00 Snack, un the fields

6:30 Session with the sheep-raising group 8:00 Session at the Exchange

9:00 Supper, fifth meal

9:30 Art exhibition, concert, dance, theater, receptions 10:30 Bed

Detil yang digambarkan oleh Charles Fourier sangat luar biasa, ia seperti seorang pembuat miniatur handal. Ia sangat perhatian kepada detil yang signifikan dan ia berpikir bahwa tidak ada seorang novelis yang dapat mengalahkan dirinya dalam berimajinasi. Ia mampu membuat sebuah model masyarakat ideal yang diwujudkannya dalam Phalanstery dan tidak akan pernah berhenti sampai imajinasinya terwujud. Idenya ini menyebar ke banyak tempat, salah satunya di Rusia. Di sana terdapat beberapa lingkaran yang merupakan penggemar dari pemikiran Charles Fourier dan memiliki mimpi yang sama tentang masyarakat yang ideal. Lingkaran tersebut bernama Lingkaran Petrashevsky, dan mereka juga mencoba membuat sebuah Phalanstery yang mirip dengan buatan Fourier, serta membicarakan segala sesuatunya dengan detil.

Pembahasan

(11)

Tokoh Aku menganggap peraturan yang dibuat oleh para pemikir itu seperti rumus matematika. Dalam novel ini, tokoh Aku menunjukkan bahwa para pemikir, yaitu para sosialis utopis, menganggap diri mereka telah berhasil memetakan keinginan manusia dengan membentuk rumusan layaknya ilmu eksak, seperti matematika, yang menurut tokoh Aku hanyalah meliputi kesejahteraan, kekayaan, kebebasan, dan kedamaian. Ini juga menjadi sebagai sebuah penjara bagi manusia.

Ведь в самом деле, ну, если вправду найдут когда-нибудь формулу всех наших хотений и капризов, то есть от чего они зависят, по каким именно законам происходят, как именно распространяются, куда стремятся в таком-то и в таком-то случае и проч., и проч., то есть настоящую математическую формулу, ‒ так ведь тогда человек тотчас же, пожалуй, и перестанет хотеть, да еще, пожалуй, и наверно перестанет. (Fyodor Dostoyevsky, 2011:30) /Ved’ v samom dele, nu, esli vpravdu najdut kogda-nibud’ formulu vsex našix xotenij i kaprizov, to est’ ot čego oni zavisjat, po kakim imenno zakonam proisxodjat, kak imenno rasprostranjajutsja, kuda stremjatsja v takom-to i v takom-to slučae i proč., i proč., to est’ nastojaščuju matematičeskuju formulu, ‒ tak ved’ togda čelovek totčas že, požaluj, i perestanet xotet’, da ešče, požaluj, i naverno perestanet./

„Sekiranya pada suatu waktu, jika Anda benar-benar menemukan formula bagi semua hasrat dan keinginan kita, yang berarti dari apa hal tersebut bergantung, bagaimana hukum dijalankan, bagaimana aspirasi manusia, dan kasus seperti ini, seperti itu dan sebagainya, dan sebagainya, yang diwujudkan dalam rumus matematika ‒ lalu dengan demikian manusia segera, mungkin, tidak lagi merasakan keinginan, dan mungkin, benar-benar berhenti merasakannya.‟

Tokoh Aku menganggap bahwa manusia tidak dapat disamakan dengan rumus matematika, yang, contohnya, dua dikali dua hasilnya akan selalu empat. Para pemikir ini berpendapat bahwa jika manusia melakukan tindakan A, maka yang dihasilkan akan selalu B. Pada kutipan di atas, semua hal yang berhubungan dengan kehidupan kita diatur dengan sangat detil dan itu menyebabkan kita tidak akan lagi memiliki keinginan dan pada akhirnya tidak akan ada dalam diri manusia yang disebut sebagai keinginan. Tanpa keinginan, manusia tidak ada bedanya dengan robot yang diprogram dan hanya bisa melakukan hal-hal sesuai dengan program yang dibuat oleh pemrogram robot tersebut. Robot akan menuruti semua perintah yang diinput ke dalam programnya dan tidak pernah memiliki inisiatif dan keinginan sendiri karena robot adalah suatu mesin yang diciptakan manusia untuk mewujudkan pengharapan manusia akan sebuah imajinasi tentang gambaran ideal manusia. Robot-robot yang diciptakan oleh manusia merupakan cerminan keinginan manusia karena pada umumnya manusia biasa tidak dapat melakukan apa yang robot tersebut lakukan. Rumus matematika merupakan program, dan manusia adalah robot yang diharuskan mengikuti segala rumus yang telah

(12)

ditentukan dan keluaran dari sebuah program itu akan selalu sama dalam setiap manusia karena matematika merupakan ilmu pasti.

Mereka menganggap bahwa dengan adanya peraturan yang sedemikian detilnya, manusia akan menyadari kepentingan-kepentingan yang sewajarnya dan mengubah perlaku diri menjadi baik dan mulia. Selain itu, keinginan manusia secara natural akan berubah seiring dengan pengetahuan mengenai kepentingan-kepentingan wajar yang semakin bertambah pula. Dengan terwujudnya hal itu, tokoh Aku berpikir apakah masih perlu untuk bersikap baik setelah tercapainya tujuan itu. Jika hanya ada hal baik di dunia ini, maka tidak akan ada tolok ukur untuk mengetahui apakah kebaikan yang dilakukan itu benar-benar sebuah kebaikan, bukan keburukan, karena tidak ada keburukan yang terjadi maka akan sulit untuk menentukannya. Maka, keburukan sebenarnya diperlukan agar kita mengetahui seberapa baik atau buruk hal yang telah kita perbuat. Intinya, jika tidak ada lagi keburukan, maka hal yang dinamakan kebaikan pun akan musnah pula. Hal ini seperti yang terdapat dalam kutipan novel di bawah ini: Но все это золотые мечты. О, скажите, кто это первый объявил, кто первый провозгласил, что человек потому только делает пакости, что не знает настоящих своих интересов; а что если б его просветить, открыть ему глаза на его настоящие, нормальные интересы, то человек тотчас же перестал бы делать пакости, тотчас же стал бы добрым и благородным, потому что, будучи просвещенным и понимая настоящие свои выгоды, именно увидел бы в добре собственную свою выгоду, а известно, что ни один человек не может действовать зазнамо против собственных своих выгод, следственно, так сказать, по необходимости стал бы делать добро? (Fyodor Dostoyevsky, 2011:24)

/No vse éto zolotye mečty. O, skažite, kto éto pervyj ob”javil, kto pervyj provozglasil, čto čelovek potomu tol’ko delaet pakosti, čto ne znaet nastojaščix svoix interesov; a čto esli b ego prosvetit’, otkryt’ emu glaza na ego nastojaščie, normal’nye interesy, to čelovek totčas že perestal by delat’ pakosti, totčas že stal by dobrym i blagorodnym, potomu čto, buduči prosveščennym i ponimaja nastojaščie svoi vygody, imenno uvidel by v dobre sobstvennuju svoju vygodu, a izvestno, čto ni odin čelovek ne možet dejstvovat’ zaznamo protiv sobstvennyx svoix vygod, sledstvenno, tak skazat’, po neobxodimosti stal by delat’ dobro?/

„Semua ini adalah impian emas. Oh, katakan padaku, siapa yang pertama kali mengumumkan, siapa yang pertama kali menyatakan bahwa manusia hanya melakukan hal-hal buruk karena ia tidak tahu kepentingan mereka yang sebenarnya; dan bahwa jika ia sudah tercerahkan, jika matanya sudah dibukakan untuk kepentingan-kepentingan yang wajar, maka manusia akan segera berhenti berbuat kejahatan, segera menjadi manusia yang berlaku baik dan mulia, karena setelah diberi pencerahan dan

(13)

memahami keuntungannya yang nyata, ia akan melihat kepentingannya dalam hal yang baik, dan tidak ada seorangpun yang dapat dengan sengaja bertindak melawan kepentingan mereka sendiri, akibatnya, boleh dikatakan, perlukah untuk melakukan kebaikan?‟

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa manusia memang menjadikan sebuah keinginan sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi demi kepuasan batinnya. Keinginan tersebut menjadi sebuah hal vital yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Tokoh Aku menganggap bahwa bila manusia tidak memiliki atau haknya untuk berkeinginan dicabut, maka ia bukanlah manusia. Seperti yang telah diungkapkan bahwa manusia harus memberi kebebasan pada dirinya yang berarti manusia harus bebas berkeinginan agar hidup yang dijalani tidak dirasakan sebagai beban. Dalam Phalanstery, hak manusia untuk berkeinginan dikekang karena mereka hanya diperbolehkan untuk melakukan hal-hal yang telah diatur demi tercapainya cita-cita para sosialis utopis yang menginginkan kehidupan manusia yang jauh lebih baik. Вы кричите мне (если только еще удостоите меня вашим криком), что ведь тут никто с меня воли не снимает; что тут только и хлопочут как-нибудь так устроить, чтоб воля моя сама, своей собственной волей, совпадала с моими нормальными интересами, с законами природы и с арифметикой. ‒ Эх, господа, какая уж тут своя воля будет, когда дело доходит до таблички и до арифметики, когда будет одно только дважды два четыре в ходу? Дважды два и без моей воли четыре будет. Такая ли своя воля бывает! (Fyodor Dostoyevsky, 2011:34)

/Vy kričite mne (esli tol’ko ešče udostoite menja vašim krikom), čto ved’ tut nikto s menja voli ne snimaet; čto tut tol’ko i xlopočut kak-nibud’ tak ustroit’, čtob volja moja sama, svoej sobstvennoj volej, sovpadala s moimi normal’nymi interesami, s zakonami prirody i s arifmetikoj.

‒ Éx, gospoda, kakaja už tut svoja volja budet, kogda delo doxodit do tablički i do arifmetiki, kogda budet odno tol’ko dvaždy dva četyre v xodu? Dvaždy dva i bez moej voli četyre budet. Takaja li svoja volja byvaet!/

„Anda berteriak kepadaku (hanya jika Anda bersedia berteriak), bahwa tidak ada seorangpun yang mengganggu keinginan bebasku; bahwa yang diinginkan hanya agar keinginanku dengan sendirinya, atas kehendaknya sendiri, menyesuaikan diri dengan kepentingan wajarku, dengan hukum-hukum alam dan ilmu hitung.

‒ Ah, Tuan-tuan, keinginan bebas yang seperti apa lagi yang ada jika sudah berdasar pada tabel-tabel dan ilmu hitung, disaat hal itu menjadi satu dengan dua dikali dua sama dengan empat? Dua dikali dua menjadi empat tanpa keinginanku. Seolah-olah itu adalah keinginan bebas!‟

Lebih jauh lagi, tokoh Aku berujar kepada para pemikir mengenai perubahan yang ingin dilakukan mereka terhadap masyarakat. Ia bertanya mengapa para pemikir itu dapat

(14)

mengetahui apa yang diinginkan oleh setiap manusia dan akibat pasti dari setiap tindakan manusia. Selain itu, ia juga bertanya apakah memang perubahan inilah yang diinginkan oleh seluruh umat manusia di dunia demi mencapai kebahagiaan mutlak. Menurut tokoh Aku, perubahan itu hanya diinginkan oleh para pemikir dan tidak mewakili keinginan seluruh manusia yang hidup di dunia. Pasti ada orang-orang yang juga tidak setuju dengan pemikiran tersebut, sama halnya dengan tokoh Aku yang mengungkapkan ketidaksetujuannya. Hal ini dapat kita lihat dalam kutipan berikut:

Вот вы, например, человека от старых привычек хотите отучить и волю его исправить, сообразно с требованиями науки и здравого смысла. Но почему вы знаете, что человека не только можно, но и нужно так переделывать? из чего вы заключаете, что хотенью человеческому так необходимо надо исправиться? Одним словом, почему вы знаете, что такое исправление действительно принесет человеку выгоду? И, если уж все говорить, почему вы так наверно убеждены, что не идти против настоящих, нормальных выгод, гарантированных доводами разума и арифметикой, действительно для человека всегда выгодно и есть закон для всего человечества? Ведь это покамест еще только одно ваше предположение. Положим, что это закон логики, но, может быть, вовсе не человечества. (Fyodor Dostoyevsky, 2011:35) /Vot vy, naprimer, čeloveka ot staryx privyček xotite otučit’ i volju ego ispravit’, soobrazno s trebovanijami nauki i zdravogo smysla. No počemu vy znaete, čto čeloveka ne tol’ko možno, no i nužno tak peredelyvat’? iz čego vy zaključaete, čto xoten’ju čelovečeskomu tak neobxodimo nado ispravit’sja? Odnim slovom, počemu vy znaete, čto takoe ispravlenie dejstvitel’no prineset čeloveku vygodu? I, esli už vse govorit’, počemu vy tak naverno ubeždeny, čto ne idti protiv nastoyaščix, normal’nyx vygod, garantirovannyx dovodami razuma i arifmetikoj, dejstvitel’no dlja čeloveka vsegda vygodno i est’ zakon dlja vsego čelovečestva? Ved’ éto pokamest ešče tol’ko odno vaše predpoloženie. Položim, čto éto zakon logiki, no, možet byt’, vovse ne čelovečestva./

„Anda, misalnya, ingin membebaskan manusia dari kebiasaan lamanya dan mengubah keinginan mereka sesuai dengan ilmu pengetahuan dan akal sehat. Tapi bagaimana Anda tahu bahwa hal itu tidak hanya mungkin, tapi memang diperlukan? Dari mana Anda menyimpulkan, bahwa kecenderungan manusia perlu diubah? Singkatnya, bagaimana Anda tahu bahwa perbaikan tersebut benar-benar akan menguntungkan bagi manusia? Dan, mengapa Anda percaya bahwa dengan tidak melawan kepentingan-kepentingan yang sesungguhnya yang berdasarkan argumen akal dan aritmatika benar-benar bermanfaat dan harus selalu menjadi hukum bagi manusia? Sejauh ini, semua itu hanya sekedar asumsi Anda. Kami berasumsi bahwa itu adalah hukum logika, namun, mungkin tidak bagi kemanusiaan.‟

Tetapi, yang dibutuhkan manusia tidak hanya akal saja. Seperti kutipan di atas, akal hanya dapat memenuhi kebutuhan sifat rasional manusia. Hal lain yang dibutuhkan oleh manusia adalah keinginan karena hal itu merupakan perwujudan dari seluruh kehidupan manusia. Jadi,

(15)

jika manusia tidak memiliki keinginan, maka kehidupan manusia tidak akan terasa seperti kehidupan. Dengan tidak adanya keinginan, maka manusia seperti menjadi tersesat dalam dunia tempat ia dilahirkan, ia tidak memiliki tujuan dan pengharapan, maka pembatasan keinginan manusia dikatakan merupakan awal dari kematian. Manusia yang hidup dengan peraturan di komunitas ideal lama kelamaan tidak akan punya perasaan lagi setelah sebelumnya berhenti berkeinginan. Manusia tidak berarti jika tidak memiliki keinginan, kemauan bebas, dan pilihan. Alih-alih manusia, mereka hanya akan seperti boneka marionet yang dikendalikan oleh para sosialis utopis sesuai impian mereka yang pada akhirnya manusia boneka itu tidak akan bisa merasa hidup lagi jika tidak dikendalikan, pada kenyataannya, mereka hidup tapi seperti mati.

Selain itu, dalam kutipan di bawah ini, tokoh Aku mengritik pekerjaan pada cendekiawan di masanya yang membentuk lingkaran-lingkaran diskusi yang tidak terhitung jumlahnya. Dalam lingkaran tersebut, para cendekiawan yang bergabung banyak mendiskusikan mengenai ide-ide yang berasal dari luar Rusia. Kebanyakan dari lingkaran tersebut juga merupakan lingkaran ilegal yang dilarang oleh pemerintah. Tujuan sebenarnya dari pada intelligentsia di Rusia adalah untuk mengedukasi masyarakat. Namun, yang dikatakan oleh tokoh Aku di sini adalah para orang-orang muda terpelajar itu hanya memutar ilmunya di sekitar lingkaran tersebut. Ide-ide cemerlang yang selama ini didiskusikan demi kemajuan negara dan masyarakat tidak mewujudkan implementasi yang nyata yang dapat diterapkan dalam masyarakat. Maka, ia menyebut bahwa para cendekiawan itu berbicara panjang lebar dan tidak mendapat hasil yang berarti, seperti menuang air ke saringan, tidak ada yang tersaring dan kembali lagi seperti sedia kala.

 Pandangan Positif terhadap Sosialisme Utopis

Dalam novel ini juga terdapat pandangan yang positif, yang berarti setuju dengan pendapat yang dilontarkan para sosialis utopis, seperti pada kutipan di bawah ini:

Ну, попробуйте, ну, дайте нам, например, побольше самостоятельности, развяжите любому из нас руки, расширьте круг деятельности, ослабьте опеку, и мы… да уверяю же вас: мы тотчас же попросимся опять обратно в опеку. Знаю, что вы, может быть, на меня за это рассердитесь, закричите, ногами затопаете... (Fyodor Dostoyevsky, 2011:124)

/Nu, poprobujte, nu, dajte nam, naprimer, pobol’še samostojatel’nosti, razvjažite ljubomu iz nas ruki, rasšir’te krug dejatel’nosti, oslab’te opeku, i my… da uverjaju že vas: my totčas že poprosimsja opjat’ obratno v opeku. Znaju, čto vy, možet byt’, na menja za éto rasserdites’, zakričite, nogami zatopaete.../

(16)

„Nah, cobalah untuk, ya, marilah kita, contohnya, memberi kebebasan lebih, bebaskan tangan kita, memperluas ruang gerak kita, melebarkan sayap, lalu kita... ya, kuyakinkan Anda: kita akan segera memohon agar dikendalikan kembali. Aku tahu, Anda akan marah sekali karena ucapanku, berteriak-teriak, dan menghentak-hentakkan kaki...‟

Pada kutipan di atas, dapat kita lihat bahwa tokoh Aku mengatakan bahwa manusia akan memohon untuk dikendalikan kembali jika diberi kebebasan yang lebih. Maksud dari hal ini adalah tokoh Aku berpendapat bahwa manusia memang ingin hidup dengan bebas sesuai kehendaknya masing-masing, tetapi di sisi lain, manusia juga ingin agar ada peraturan-peraturan yang mengekang keinginan mereka. Hal ini kita ketahui sebagai sesuatu yang secara tidak langsung bernada kesetujuan akan pengaturan kehidupan manusia seperti yang ingin diwujudkan oleh para pemikir. Tujuan dari adanya peraturan ini adalah agar manusia tidak melakukan hal-hal yang akhirnya dapat merusak dunia itu sendiri akibat perbuatan mereka. Oleh karena itu, tokoh sentral dalam novel ini mengatakan bahwa manusia akan merasa bahwa mereka sebenarnya juga membutuhkan peraturan-peraturan seperti yang dikatakan oleh para sosialis utopis. Dengan ini, tokoh Aku mengungkapkan kesetujuannya, namun tetap pada pendiriannya, peraturan yang mengekang keinginan manusia tidak boleh sepenuhnya merepresi keinginan-keinginan bebas manusia dan hanya membatasi secara wajar.

Kesimpulan

Dilihat dari isi novel Записки из подполья/Zapiski iz podpol’ja/Catatan dari Bawah Tanah, penulis menyimpulkan bahwa hal yang utama dibahas yaitu tentang kritik terhadap komunitas ideal. Komunitas tersebut dipercaya oleh para sosialis utopis dapat memberikan kebahagiaan dan kepuasan dalam kehidupan manusia. Dostoyevsky melalui tokoh Aku ciptaannya, mengungkapkan bahwa ia tidak setuju dengan adanya komunitas ideal tersebut. Ini juga menjadi bukti bahwa keterkaitan Dostoyevsky dengan Lingkaran Petrashevsky tidak juga menjadikan ia sebagai seorang sosialis utopis. Sejak dulu, Dostoyevsky merasa bahwa impian-impian yang diutarakan dalam lingkaran itu sebagai suatu hal yang naif dan mustahil. Selain itu, hukuman yang dijatuhkan terhadap dirinya bersama anggota-anggota Lingkaran Petrashevsky itu menjadi pengalaman traumatis bagi dirinya yang mengakibatkan dirinya semakin menjauh dari sosialisme utopis.

Pandangan negatif Dostoyevsky yang dilontarkan dalam novel ini adalah mengenai kebebasan manusia. Dalam pelaksanaan perwujudan komunitas ideal, diharuskan bagi semua orang untuk menaati segala peraturan yang ada tanpa terkecuali. Semua hal dari yang besar, seperti

(17)

pengaturan ekonomi, sampai hal kecil, seperti warna baju dan jam kerja, semua telah ditentukan oleh pendiri komunitas ideal. Mereka percaya bahwa dengan memberitahu apa yang menjadi kepentingan-kepentingan manusia sewajarnya, sebagai contoh, penting bagi sesama manusia untuk saling membantu dalam segala hal bagi kemajuan komunitas sehingga dapat dicapai sebuah kebahagiaan karena komunitas tersebut menjadi sama rata, manusia tersebut akan langsung mengubah dirinya menjadi pribadi yang baik dan mulia. Dostoyevsky berpendapat bahwa manusia tidak akan berubah semudah itu, karena manusia adalah makhluk yang kompleks. Manusia penuh dengan kreativitas dalam hidupnya yang menurutnya membuat manusia berkembang dan hidupnya lebih beragam. Dengan itu, manusia dapat memperoleh banyak pengalaman yang akan berguna bagi hidupnya juga. Para sosialis utopis ini mencoba menyamakan sifat manusia yang sangat beragam dengan menggunakan peraturan berdasarkan ilmu matematika sebagai alatnya. Bila dikekang seperti itu, lama kelamaan manusia tidak akan lagi merasakan keinginan dan akhirnya tidak memiliki rasa apapun.

Selain itu, hal yang menjadikan manusia sebagai manusia sendiri adalah karena ia memiliki keinginan, kemauan bebas, dan pilihan. Bila tidak memiliki hal-hal tersebut, maka manusia tidak ubahnya hanya sebuah sumbat organ. Pentingnya sebuah keinginan bagi manusia adalah karena keinginan merupakan perwujudan dari segala pengharapan manusia dalam hidupnya. Jika manusia tidak lagi memiliki keinginan maka harapan dalam hidupnya juga tidak akan ada. Dengan begitu, pembatasan keinginan manusia sama saja dengan membunuh manusia dari dalam dirinya sendiri.

Pandangan yang lain merupakan sebuah persetujuan atas peraturan-peraturan yang dibuat sedemikian rupa oleh para sosialis utopis. Tokoh Aku berpendapat bahwa manusia lama-kelamaan akan menyadari bahwa mereka juga menginginkan dirinya untuk dikendalikan oleh pihak lain selain dirinya sendiri. Ini berarti tokoh Aku sebenarnya setuju dengan adanya peraturan-peraturan yang mengekang keinginan-keinginan manusia dan hal tersebut bertentangan dengan semua hal tentang kebebasan yang ia selalu sebutkan hampir di setiap paragraf dalam novel.

Dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pandangan terhadap ide sosialisme utopis yang ada di novel Записки из подполья/Zapiski iz podpol’ja/Catatan dari Bawah Tanah secara garis besar adalah pandangan yang negatif. Artinya, ditemukan pertentangan antara konsep yang diusung sosialis utopis dengan pendapat yang tertulis pada novel ini.

(18)

Walaupun terdapat hal yang disetujui, tetapi dibalik kesetujuan itu tetap mengandung sebuah pertentangan. Hasilnya, novel tersebut memang terdapat pemikiran-pemikiran yang membahas sosialisme utopis namun lebih dominan dalam menentang ide-ide tersebut.

Daftar Referensi

Books:

Aminuddin. (1987). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Beecher, J. (1986). Charles Fourier: The Visionary and His World. California: University of California Press.

Dostoyevsky, F. M. (2011). Zapiski iz podpol'ja. London: Sovereign.

Harkins, W. E. (1959). Dictionary of Russian Literature. New Jersey: Littlefield, Adams & Co.

Jones, M. V. (1990). Dostoyevsky after Bakhtin: Readings in Dostoyevsky's Fantastic Realism. Cambridge: Cambridge University Press.

Mina Elfira, (2012). Sastra & Masyarakat Rusia. Jakarta: Padasan. Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Jaya.

Swingewood, A., & Laurenson, D. (1972). The Sociology of Literature. London: Mac Gibbon and Kee.

Wellek, R., & Warren, A. (1949). Theory of Literature. New York: Harcourt, Brace and Company, Inc.

Journal Article:

Mina Elfira, (1999). Pemikiran Anti-rasional dan Anti Kemapanan dalam Karya-karya F.M. Dostoyevski. Jurnal Filsafat , 190-197.

Online Journal:

Reeve, H. S. (1959). Utopian Socialism in Russian Literature: 1840's-1860's. American Slavic

and East European Review , 374-393. Accessed on January 28, 2014 from http://www.

Referensi

Dokumen terkait

LIPI Press merupakan layanan penerbitan korporat LIPI yang memiliki kapasitas dalam (1) memproses dan mengelola bahan-bahan informasi dan pengetahuan menjadi produk-produk

Pengukuran kembali lubang ledak yang sudah di bor ( sounding )merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan isian bahan peledak agar sesuai rencana.Kegiatan

3.2 Melakukan penentuan mood/karakter visual yang sesuai dengan karakter/kebutuhan klien, beserta dengan penjabaran kaitan mood visual dengan kebutuhan klien 3.3 Mengidentifikasi

1 LISTENING (Mendengarkan) Memahami makna teks lisan berupa percakapan sehari-hari dalam berbagai konteks situasi dan berbagai jenis monolog (naratif, deskriptif, dsb) serta teks

Lampiran 15 Lokasi penangkapan, parameter oseanografi, dan hasil tangkapan ikan di DPI II Peralihan Musim Barat Timur (PMBT).. Lokasi Penangkapan

72 - Bandung (Kota) - Jawa Barat Pengadaan Barang 180 Dinas Peternakan Perikanan dan.

Dalam penelitian ini, tema-tema dari cerita yang akan dimainkan dapat disesuaikan dengan tema pembelajaran yang sedang berlangsung di TK yaitu tema Makanan dan Minuman,

Membuka sebuah wawasan bahwa ada sebuah realita di lingkungan masyarakat yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum normatif baik hukum Islam ataupun Undang Undang Negara