• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI INTELLIGENT BLASTING,

STUDI KASUS : “PELAKSANAAN KEGIATAN PELEDAKAN SECARA INTEGRASI UNTUK PENCAPAIAN PRODUCTIVITY DIGGER

DI PT.AEL INDONESIA SITE TCI-MSJ SEPARI, TENGGARONG SEBERANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

1)Andrias Teguh Santoso*, 2)Setto Prayitno 1) PT. AEL Indonesia,Site MSJ, 2) PT.Thiess Site MSJ *E-mail: Andrias.teguhsantoso@aeciworld.com ABSTRAK

Kegiatan pembongkaran batuan Overburden di Site MSJ dilakukan dengan metode peledakan oleh PT. Thiess ( TCI) dan dibantu pelaksanaannya oleh PT. AEL Indonesia.

Desain peledakan dibuat oleh PT. Thiess (TCI) meliputi geometri dan boundary blasting serta

loading sheet atau isian bahan peledak, sedangkan pelaksanaannya dilaksanakan oleh PT. AEL Indonesia meliputi pengukuran kedalaman lubang ledak (sounding), pemasangan demarkasi peledakan, penebaran asesoris peledakan, priming, charging, stemming, tie up, final check (pemeriksaan akhir rangkaian peledakan), firing (penembakan), serta pemeriksaan hasil peledakan atau post blast check.

Hasil peledakan yang kurang baik meliputi boulder, flat salah satunya dipengaruhi oleh akurasi pelaksanaan desain peledakan yang kurang bagus, namun di sisi lain perlu dipastikan juga desain peledakan sudah sesuai dengan karakteristik material. Dalam hal ini, akurasi pelaksanaan peledakan merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan dengan baik agar memperoleh hasil blasting yang

excellent dan productivity digger dapat tercapai.

Untuk mendapatkan akurasi yang baik dalam implementasi eksekusi desain peledakan, hal pertama yang perlu dipastikan adalah kelengkapan desain peledakan ,seperti loading sheet, desain tie up, dan sebagainya. Pengukuran kembali lubang ledak yang sudah di bor (sounding)merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan isian bahan peledak agar sesuai rencana.Kegiatan stemming

merupakan factor penentu juga terkait hasil peledakan, apabila stemming tidak pada maka akan terjadi stemming ejection, oleh karena itu tim lapangan memastikan stemming dilakukan dengan padat denga cara menggunakan tamper atau tongkat pada saat dilakukan stemming. Akurasi pelaksanaan Tie Up juga harus sesuai dengan rencana dengan cara dilakukan pengecekan ulang oleh

customer dengan menggunakan form persetujuan yang telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak antara customer dengan blasting service provider. Kegiatan peledakan dianalisa setiap hari melalui visual video, apabila terdapat anomali maka dilakukan tindakan perbaikan bersama antara customer

dan blasting service provider, dalam hal ini antara PT. Thiess dengan PT. AEL.

Berdasarkan data productivity digger dari customer, productivity telah melebihi target yaitu lebih dari 1400 BCM/jam, salah satu kontribusinya adalah hasil blasting yang excellent. Hal ini merupakan factor akurasi eksekusi yang baik untuk memperoleh hasil blasting yang optimal.

(2)

ABSTRACT

Overburden demolition activities at the MSJ Site were carried out by blasting methods by PT. Thiess (TCI) and assisted in its implementation by PT. AEL Indonesia.

Blasting design made by PT. Thiess (TCI) includes geometry and boundary blasting as well as loading sheets or explosives filling, while the implementation is carried out by PT. AEL Indonesia includes measurement of the depth of the blast hole (sounding), installation of blasting demarcation, distribution of blasting accessories, priming, charging, stemming, tie-up, final check, firing, post blast check.

Poor blasting results include boulders, flat one of which is influenced by the poor accuracy of the blasting design implementation, but on the other hand it is necessary to ensure that the blasting design is in accordance with the characteristics of the material. In this case, the accuracy of blasting is an important thing to do properly in order to obtain excellent blasting results and achieve digger productivity.

To get good accuracy in the implementation of blasting design execution, the first thing that needs to be ensured is the completeness of the blasting design, such as loading sheets, tie up designs, and so on. The re-measurement of the blast holes that have been drilled (sounding) is very important to determine charging explosives so that they are according to plan.Stemming activity is a determining factor also related to the results of the blasting, if the stemming is not on then a stemming ejection will occur, therefore the field team ensures that the stemming is done densely by using a tamper or stick when the stemming is done. The accuracy of the Tie Up implementation must also be in accordance with the plan by re-checking by the customer using the approval form that has been signed by both parties between the customer and the blasting service provider. Blasting activities are analyzed every day through visual video, if there is an anomaly then joint corrective action is taken between the customer and the blasting service provider, in this case between PT. Thiess with PT. AEL.

Based on the productivity digger data from the customer, productivity has exceeded the target of more than 1400 BCM / hour, one of the contributions is the excellent blasting results. This is a good execution accuracy factor to get optimal blasting result.

(3)

A. PENDAHULUAN

PT. Thiess site MSJ menargetkan hasil blasting yang optimal dan salah satu indikatornya adalah produktifitas alat digger harus sesuai dengan target. Oleh karena itu PT.AEL yang merupakan

partner PT.Thiess dalam melaksanakan blasting berupaya agar hasil blasting sesuai dengan rencana yang diharapkan yaitu hasil blasting yang excellent.

Beberapa masalah yang dihadapi oleh tim blasting di lapangan adalah akurasi peledakan dan

stemming confinement. Beberapa kasus di lapangan ditemukan pengukuran lubang ledak yang tidak akurat, pengisian bahan peledak yang tidak sesuai charging sheet, stemming confinement,akurasi

design tie up dan lainnya.Akurasi peledakan dan keterkungkungan stemming merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan hasil peledakan, beberapa kasus hard digging material ditemukan salah satunya karena factor stemming confinement. Oleh karena itu perlu dilakukan strategi untuk melaksanakan blasting secara optimal yang kita sebut dengan intelligent blasting.

Tujuan implementasi intelligent blasting dalam pelaksanaan peledakan secara integrasi adalah untuk menghasilkan peledakan yang excellent sehingga produktifitas digger dapat tercapai.Beberapa

concern penting yang dilaksanakan adalah dengan menerapkan akurasi pengukuran lubang ledak, akurasi pengisian bahan peledak dan akurasi dalam melaksanakan stemming untuk mencapai stemming yang confined.

B. METODOLOGI PENELITIAN

B.1. Pelaksanaan Pengukuran Lubang Ledak ( Sounding )

Pelaksanaan pengukuran lubang ledak dilaksanakan oleh tim crew drilling PT. Thiess setelah kegiatan pengeboran dan dilakukan pengukuran kembali oleh tim PT. AEL sebelum dilakukan pengisian bahan peledak. Pengukuran yang dilakukan oleh tim PT. AEL akan menentukan apakah lubang tersebut dapat dilakukan pengisian bahan peledak atau tidak.

Dalam pengukuran lubang ledak tersebut harus memperhatikan tujuan elevasi atau batubara sesuai

drill plan, apabila over drill maka akan dilakukan penimbunan dengan cangkul sampai kedalalan lubang drill sesuai drill plan, namun apabila ditemukan under drill maka lubang tersebut akan ditandai dan dilakukan kegiatan redrill atau pengeboran ulang sampai kedalaman lubang sesuai drill plan.

(4)

B.2.Loading Sheet atau Plan Isian Bahan Peledak

Penggunaan acuan loading sheet yang digunakan untuk kegiatan charging harus sesuai dengan plan, apabila permintaan produk yang digunakan adalah heavy anfo maka harus menggunakan loading sheet heavy anfo namun apabila produk yang digunakan adalah S130 maka harus menggunakan

loading sheet S130.

Strategi yang digunakan untuk menghindari salah pengisian di lapangan, maka crew sounding akan memberikan tanda pada pita untuk mempermudah operator MMU agar tidak salah dalam menentukan jumlah isian dan produk yang digunakan.

Gambar 2.1 Contoh loading sheet untuk S130 dan heavy Anfo

(5)

B.3. Mekanisme Pengisian Lubang Peledak ( Charging )

Pengisian bahan peledak dilakukan dengan menggunakan MMU ( Manfacturing Mixing Unit). Operator MMU dibantu oleh asisten operator MMU dalam melaksanakan pengisian lubang ledak agar memastikan MMU aman dan pengisian lubang ledak sesuai dengan loading sheet yang di rencanakan.

Salah satu tugas asisten operator MMU adalah membantu operator MMU dalam teknis charging

seperti menunjukan pita yang menginformasikan kedalaman lubang, jumlah isian bahan peledak dan target stemming sesuai loading sheet. Asisten operator MMU juga memastikan agar pengisian bahan peledak tidak over charge dengan menggunakan tali meteran untuk mengontrol panjang stemming.

Apabila target isian bahan peledak sudah tercapai namun panjang kolom stemming belum tercapai, maka asisten operator MMU akan melaporkan kepada operator MMU yang kemudian akan dilaporkan kepada supervisor blasting dan customer.Kemudian akan dilakukan identifikasi penyebabnya untuk dilakukan tindakan yang tepat.

Penggunaan tali stemming harus memiliki beberapa kriteria diantaranya bandul yang digunakan tidak boleh terbuat dari besi, tulisan atau tanda angka meteran harus jelas, dan harus dikalibrasi secara berkala.

Operator MMU harus mencatat loading sheet actual pada form charging sheet yang telah disediakan, form charging sheet kemudian diserahkan kepada supervisor blasting yang kemudian dilakukan rekonsiliasi dengan customer.

Gambar 4.1 Kegiatan pengisian lubang ledak (charging) dan charging sheet actual

B.4. Mekanisme Quality Control Bahan Peledak

Kegiatan QC bahan peledak wajib dilakukan sebelum dimulai kegiatan charging, pada saat akan memulai charging pada lubang pertama, personal QC mengambil sampel produk ke dalam cup density untuk mengetahui indikasi apakah produk terjadi gassing atau tidak. Kemudian setelah diketahui produk ada indikasi gassing maka MMU dapat memulai charging pada lubang pertama kemudian dilanjutkan sampai ke lubang ke tiga, setelah itu kemdudian diambil sampel produk untuk di analisa density dari bahan peledak tersebut. Setelah dianalisa produknya maka didapatkan nilai

density dari bahan peledak, apabila sesuai range target maka pengisian bahan peledak dapat dilanjutkan namun apabila tidak sesuai range target maka kegiatan pengisian bahan peledak dapat dihentikan untuk dilakukan investigasi. Kegiatan Quality Control (QC) ini wajib juga dilakukan pada setiap setelah selesai reload dan dilakukan kembali aktifitas charging.

(6)

Gambar 5.1 Kegiatan Quality Control bahan peledak dan pencatatan QC form

B.5. Mekanisme Kontrol Stemming (Stemming Control Activity)

Aktifitas stemming dapat dilakukan apabila sudah mendapatkan persetujuan dari customer setelah diukur stemming akhir, apabila sudah sesuai target maka dapat dilakukan stemming namun khusus untuk produk S130 apabila belum mencapai target maka harus menunggu waktu gassing selama maksimal 30 menit sampai target stemming tercapai. Apabila dalam waktu 30 menit target stemming belum tercapai maka dapat dilakukan tindakan selanjutnya sesuai rekomendasi customer diantaranya penambahan isian atau pengurangan panjang stemming dan lainnya.

Kegiatan stemming harus memperhatikan kepadatan stemming agar tidak terjadi stemming ejection

yang mengakibatkan hard digging atau fly rock. Oleh karena itu digunakan tamper khusus agar

stemming confined dan padat. Kegiatan stemming dengan tamper dilaksanakan oleh dua personal, diantaranya tugasnya adalah memasukan material stemming dan memadatkan material stemming dengan tamper.

(7)

B.5. Mekanisme Merangkai Lubang Ledak ( Tie Up )

Kegiatan tie up dapat dilakukan apabila sudah ditentukan design tie up oleh customer dan sudah ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Kegiatan tie up harus dilakukan verifikasi oleh customer

untuk memastikan actual tie up sesuai dengan design tie up.

Gambar 7.1 Verifikasi Tie Up oleh AEL dan Customer

Shot firer juga dilengkapi dengan kamera pada helm untuk mempermudah proses investigasi apabila ditemukan tie up yang tidak sesuai dengan design.

Gambar 8.1 Helm Shot firer dilengkapi dengan kamera B.6. Dokumentasi Aktitas Peledakan

Kegiatan peledakan di lapangan banyak ditemukan beberapa anomali diantaranya kondisi lubang yang berlumpur, toe burden yang tidak normal serta beberapa kasus lainnya. Oleh karena itu, tim lapangan dibekali kamera untuk mendokumentasikan beberapa anomali di lapangan dengan tujuan agar mempermudah dalam proses investigasi apabila terjadi kasus hard digging material.Selain itu dokumentasi video peledakan juga harus dilaksanakan setiap ada peledakan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisa masalah diantaranya stemming ejection dan lainnya.

(8)

Gambar 9.1 Dokumentasi video peledakan

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan beberapa perbaikan dan penekanan terhadap kualitas hasil peledakan maka didapatkan hasil peledakan yang optimal dan tentunya sangat berpengaruh terhadap produktifitas digger. Sejak bulan November 2019 sampai dengan bulan Juni 2020 produktifitas digger R9350 mencapai target di atas 1400 BCM/hour.

(9)

Gambar 11.1 Trend productivity digger R9350 di site TCI-MSJ

D. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Akurasi pengukuran lubang ledak, akurasi pengisian bahan peledak, akurasi tie up serta quality control bahan peledak merupakan hal sangat penting untuk hasil blasting yang optimal

2. Stemming confinement merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang hasil peledakan

yang optimal dan menghindari terjadinya stemming ejection

3. Kegiatan peledakan dengan menerapkan intelligent blasting untuk mencapai hasil blasting yang excellent sehingga produktifitas digger tercapai

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada PERHAPI karena telah menyelenggarakan TPT XXIX PERHAPI 2020.

DAFTAR PUSTAKA

Sahat dan Martin,E. (2019): SOP Kegiatan Peledakan, Dokumen Control AEL, 1, 2 – 18. Thiess, (2018): SOP Loading Explosives to Blast Hole,Dokumen SOP TCI,1,2-6

(10)

Gambar

Gambar 1.1 Kegiatan pengukuran ulang lubang ledak (sounding)
Gambar 3.1 Penamaan dan penandaan pita pada lubang ledak
Gambar 6.1 kegiatan stemming dengan menggunakan tamper
Gambar 8.1 Helm Shot firer dilengkapi dengan kamera  B.6. Dokumentasi Aktitas Peledakan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dari kuesioner digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku

Sarana yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kepada wisatawan antara lain seperti fasilitas umum (toilet), restaurant, ruang informasi, sarana transportasi di dalam

Deteksi chilling injury jika dilakukan pada bagian eksternal buah maka buah telah mengalami rusak secara permanen sehingga jaringan buah tidak dapat diperbaiki,

Menurut Keraf (2004:114) kesantunan adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara, khusus pendengar atau pembicara. Rasa hormat di sini tidak

Berada pada kawasan yang menjadi target perkembangan pariwisata perkotaan Kota Padang, berkaitan dengan bahasan da fungsi dari bangunan sebagai pemeraga sains dan

Namun rapat itu akhirnya tidak menghasilkan apa pun, karena ada perbedaan pandangan antara Komisi III dan Baleg terkait masa kedaluwarsa pembahasan usulan revisi

11 Apakah Setelah menerima konseling kepatuhan berobat apabila pasien belum mau memulai pengobatan maka konselor akan melakukan konseling lanjutan dan bila

Setelah dilakukan koreksi data self potensial, kemudian data hasil koreksi diolah menggunakan surfer9 untuk mengetahui arah sebaran aliran air yang terdapat di daerah