commit to user
46 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga atau lebih dikenal dengan Dinas Dikpora Kota Surakarta terletak di Jl. DI. Panjaitan No. 7, Banjarsari, Surakarta. Dalam menjalankan tugasnya Dinas Dikpora dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas Dikpora mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kependidikan, kepemudaan dan keolahragaan. Untuk melaksanakan tugas pokok Dinas Dikpora menyelenggarakan fungsi :
1. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas
2. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan 3. Penyelenggaraan pembinaan teknis pendidikan dasar dan anak usia
dini
4. Penyelenggaraan dan pembinaan teknis pendidikan menengah, non formal, kepemudaan dan olah raga
5. Pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan 6. Penyelenggaraan sosialisasi
commit to user 8. Pengelolaan UPTD
Keberadaan Dinas Dikpora sesuai dengan visinya yaitu “Terwujudnya insan yang cerdas, berkarakter, dan kompetitif”. Sebagai penjabaran dari visi tersebut di atas, dirumuskan misi-misi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta yakni sebagai berikut:
1. Mewujudkan insan yang professional, terampil, dan bugar 2. Mewujudkan akses pendidikan yang terjangkau
3. Mengembangkan pendidikan seni dan budaya daerah 4. Menyelenggarakan pendidikan berkarakter
5. Membentuk kepribadian yang religius, berkompetensi ilmu pengetahuan dan kecakapan hidup
6. Mewujudkan pencitraan publik yang kredibel dan akuntabel dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan
7. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, relevan, dan berdaya saing
8. Meningktakan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan 9. Memassalkan olah raga, mengintensifkan pembibitan dan pembinaan
olahragawan berprestasi
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Dinas Dikpora Kota Surakarta memiliki perangkat organisasi yang tercantum dalam struktur organisasi dengan susunan organisasi sebagai berikut :
commit to user 1. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan, kepemudaan dan olah raga. 2. Sekretariat, membawahkan:
a. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan dipimpin oleh Kepala Subbagian. Kepala Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan. Adapan uraian tugas tersebut di atas yakni sebagai berikut :
1) Melakukan penyusunan rencana kerja Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan berdasarkan rencana kerja Sekretariat; 2) Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada
bawahan;
3) Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas sesuai dengan bidang tugas;
4) Menghimpun, mengolah, menyajikan data dan informasi untuk menyusun rencana strategis, rencana kerja dan penetapan kinerja Dinas;
commit to user
5) Melakukan monitoring dan pengendalian pelaksanaan rencana strategis dan rencana kerja Dinas guna evaluasi dan pelaporan; 6) melakukan evaluasi dan analisis hasil kerja guna pengembangan
rencana strategis dan rencana kerja Dinas;
7) Menyiapkan dan membuat laporan hasil pelaksanaan rencana strategis, rencana kerja, LAKIP, LKPJ, LPPD dan EKPPD Dinas;
8) Melakukan penyiapan bahan penyusunan indikator dan pengukuran kinerja bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan; 9) Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara perodik; 10) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas;
11) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas; dan
12) Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Pada Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan ini program BPMKS dikelola. Subbag. PEP Dinas Dikpora Kota Surakarta mendapat tugas tambahan yang tidak lain yaitu mengurus/mengelola BPMKS.
b. Subbagian Keuangan;
c. Subbagian Umum dan Kepegawaian.
3. Bidang Pendidikan Dasar Sekolah Dasar dan Anak Usia Dini, membawahkan:
commit to user
a. Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar Sekolah Dasar dan Anak Usia Dini;
b. Seksi Sarana Prasana Pendidikan Dasar Sekolah Dasar dan Anak Usia Dini.
4. Bidang Pendidikan Dasar Sekolah Menengah Pertama, membawahkan:
a. Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar Sekolah Menengah Pertama; b. Seksi Sarana Prasana Pendidikan Dasar Sekolah Menengah
Pertama.
5. Bidang Pendidikan Menengah, membawahkan : a. Seksi Kurikulum Pendidikan Menengah; b. Seksi Sarana Prasana Pendidikan Menengah.
6. Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, membawahkan:
a. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dasar Sekolah Dasar; b. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dasar Sekolah
Menengah Pertama;
c. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah. 7. Bidang Pendidikan Non Formal, membawahkan:
a. Seksi Pendidikan Masyarakat; b. Seksi Kesetaraan dan Keaksaraan; 8. Bidang Pemuda, membawahkan:
commit to user
b. Seksi Perlindungan Pemuda dan Pemberdayaan Lembaga Kepemudaan.
9. Bidang Olah Raga, membawahkan:
a. Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Olah raga;
b. Seksi Pengembangan Ilmu Olah Raga dan Lembaga Keolahragaan;
c. Seksi Sarana Prasarana dan Kemitraan. 10. Kelompok Jabatan Fungsional
Adapun struktur organisasi dari Dinas Dikpora Kota Surakarta adalah:
(Terlampir)
Dari uraian di atas, pengelolaan program BPMKS ditangani oleh Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Dinas Dikpora Kota Surakarta. Pada Subbag. PEP ini diberikan tugas tambahan yaitu perihal BPMKS sejak program BPMKS ini diluncurkan. Pengelolaan mulai dari sosialisasi pengenalan program, pengajuan peserta BPMKS, pengajuan proposal hingga pelaporan pertanggungjawaban.
2. Deskripsi Program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS)
Dalam Peraturan Walikota Surakarta Nomor 11-A tahun 2012 tentang Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS), BPMKS merupakan kartu yang diterbitkan oleh Dinas untuk penduduk Kota Surakarta yang bersekolah di Kota Surakarta pada jenjang
commit to user
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/SMK/SMALB baik negeri maupun swasta di Kota Surakarta. Dinas yang menjadi implementor dari BPMKS ini adalah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta. Program BPMKS ini merupakan salah satu upaya Pemerintah Kota Surakarta untuk membantu penduduk usia sekolah yang miskin atau tidak mampu agar mendapatkan pendidikan yang layak tanpa harus terbebani atau tidak bisa melanjutkan sekolah karena masalah ekonomi. Maksud dari penyelenggaraan BPMKS yaitu agar penduduk usia sekolah dan peserta didik dapat terlayani dan dapat mengakses pendidikan berkualitas pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah baik negeri maupun swasta. Selain maksud BPMKS di atas, tujuan dari BPMKS adalah sebagai berikut:
1. mensukseskan program penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun menuju Wajib Belajar Pendidikan Dua Belas Tahun;
2. meningkatkan layanan dan mutu pendidikan; dan
3. memenuhi hak dasar masyarakat miskin dan tidak mampu dalam bidang pendidikan.
BPMKS diselenggarakan berdasarkan pada asas keterjangkauan layanan dan pemerataan pendidikan bagi seluruh masyarakat Kota Surakarta untuk Wajib Belajar Sembilan Tahun menuju Wajib Belajar Dua Belas Tahun. Penyelenggaraan BPMKS ini juga berprinsip pada
commit to user
nirlaba, adil, merata dan terjangkau, transparan dan akuntabel serta tepat sasaran.
Pengelolaan dana BPMKS sepenuhnya dilakukan oleh sekolah dan tidak boleh dilimpahkan ke pihak lain dan kegiatan sekolah yang dibiayai dari dana BPMKS harus dicantumkan dalam dokumen RKAS. Pertanggungjawaban dana BPMKS dilakukan sepenuhnya oleh sekolah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun komponen BOSP (Bantuan Operasional Satuan Pendidikan) SD/MI/SDLB dan SMP/MTs/SMPLB, SMA/SMALB/MA/SMK meliputi:
a. alat tulis sekolah;
b. bahan dan alat habis pakai; c. daya dan jasa;
d. pemeliharaan dan perbaikan ringan; e. transportasi;
f. konsumsi;
g. pembinaan siswa;
h. penyusunan evaluasi dan pelaporan; i. kegiatan siswa;
j. kegiatan event kota; k. buku pelajaran; l. alat peraga;
m. pelaksanaan dan evaluasi kegiatan belajar mengajar; n. penataran/ diklat; dan
commit to user
o. pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer.
Sementara itu Biaya Personal (BP) meliputi pengadaan seragam dan perlengkapan sekolah. Jenis kartu BPMKS menurut Peraturan Walikota Surakarta Nomor 11-A tahun 2012 tentang Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) ada 3 (tiga) yaitu kartu silver, kartu gold dan kartu platinum.
Adapun besaran bantuan bagi peserta BPMKS berdasarkan jenis kartu yakni sebagai berikut:
1) Besaran bantuan bagi peserta Program BPMKS, pemilik kartu silver ditentukan sebagai berikut:
a. jenjang SD/MI negeri Rp. 7.000,-/siswa/bulan b. jenjang SMP/MTs negeri Rp.47.000,-/siswa/bulan 2) Besaran bantuan bagi peserta program BPMKS, pemilik kartu gold
ditentukan sebagai berikut:
a. jenjang SD/MI swasta Rp. 34.500,-/siswa/bulan b. jenjang SDLB negeri dan swasta Rp. 34.500,-/siswa/bulan c. jenjang SMP/MTs swasta Rp.68.000,-/siswa/bulan d. jenjang SMPLB negeri dan swasta Rp.68.000,-/siswa/bulan e. jenjang SMA/SMK/MA negeri dan swasta Rp.57.500,/siswa/bulan f. jenjang SMALB negeri dan swasta Rp.90.000,-/siswa/bulan
commit to user
3) Besaran bantuan bagi peserta program BPMKS, pemilik kartu platinum ditentukan sebagai berikut:
a. jenjang SD negeri Rp.44.500,-/siswa/bulan b. jenjang SMP negeri Rp.97.000,-/siswa/bulan c. jenjang SMA/SMK negeri Rp.270.000,-/siswa/bulan
dengan rincian sebagai berikut: 1. untuk BOSP :
a. jenjang SD/MI Rp.7.000,-/siswa/bulan b. jenjang SMP/MTs Rp.47.000,-/siswa/bulan c. jenjang SMA/SMK/MA Rp.190.000,-/siswa/bulan 2. untuk BP :
a. jenjang SD Rp.37.500,-/siswa/bulan b. jenjang SMP Rp.50.000,-/siswa/bulan c. jenjang SMA/SMK Rp.80.000,-/siswa/bulan Uraian di atas merupakan dana BPMKS yang diterima per siswa setiap bulan berdasarkan jenjang pendidikan dan kartu yang dimiliki. Dana BPMKS tersebut sudah diatur di dalam Perwali No. 11-A Tahun 2012 tentang BPMKS. Realisasi anggaran untuk seluruh jenjang pendidikan yang ada di Kota Surakarta yang dikeluarkan oleh DPPKA pada tahun ajaran 2010-2013 yakni sebagai berikut:
commit to user Tabel IV.1
Realisasi Anggaran BPMKS Tahun 2010-2013 No. Tahun Januari-Juni Juli-Desember Total
1. 2010 8.305.947.000 10.611.353.276 18.917.300.276 2. 2011 10.803.627.000 11.030.661.000 21.834.288.000 3. 2012 10.920.603.000 14.666.256.000 25.586.859.000 4. 2013 14.636.547.000 16.941.732.000 31.578.279.000 Jumlah 44.666.724.000 53.250.002.276 97.916.726.000 Sumber: Dinas Dikpora Kota Surakarta
Dari tabel di atas diketahui realisasi anggaran dalam satu tahun ajaran dibagi menjadi 2 yaitu periode Januari-Juni dan periode Juli-Desember. Dana yang di realisasikan ini diberikan kepada seluruh penerima kartu BPMKS yang terdaftar di tiap jenjang pendidikan berdasarkan kartu yang diperolehnya. Adapun jumlah sekolah dan jumlah siswa yang menerima dana BPMKS di seluruh jenjang pendidikan berdasarkan jenis kartu BPMKS yang diterima yaitu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Table IV.2
Jumlah Siswa Penerima Kartu BPMKS Tahun Ajaran 2010 s/d 2013
No. Tahun Ajaran Silver Gold Platinum Total 1. Juli-Des 2010 15.464 48.170 1.423 65.057 2. Juli-Des 2011 14.317 48.324 2.668 65.309 3. Juli-Des 2012 38.052 18.321 7.269 63.642 4. Juli-Des 2013 36.716 19.107 10.806 66.629
commit to user
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa antusias siswa untuk mendapatkan kartu BPMKS ini cukup tinggi. Terlihat penurunan yang cukup tinggi pada tahun ajaran Juli-Desember 2011 ke tahun ajaran Juli-Desember 2012. Hal ini disebabkan adanya perubahan aturan tentang BPMKS dari Perwali No. 6-B Tahun 2011 menjadi Perwali No. 11-A Tahun 2012 tentang Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS).
Adapun jumlah sekolah penerima BPMKS baik sekolah negeri maupun sekolah swasta adalah sebagai berikut:
Table IV.3
Jumlah Sekolah Penerima BPMKS Jenjang
Pendidikan Tahun 2012 Tahun 2013
SD/MI 250 251 SMP/MTs 75 77 SMA/MA 35 36 SMK 47 49 SDLB 17 17 SMPLB 14 14 SMALB 12 12 Total 450 456
Sumber: Dinas Dikpora Kota Surakarta
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah sekolah penerima BPMKS mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan adanya respon yang baik dari sekolah-sekolah. Karena masih ada beberapa sekolah yang menolak untuk mendapatkan bantuan BPMKS ini untuk
commit to user
diterapkan di sekolah tersebut, dengan alasan sekolah tersebut merupakan sekolah orang-orang yang mampu sehingga mereka menolak bantuan BPMKS. Namun dengan penolakan dari beberapa sekolah ternyata masih banyak juga sekolah yang masih mau menerima program BPMKS ini untuk diterapkan disekolahnya. Kenaikan jumlah penerima BPMKS ini memang tidak banyak karena pada tiap tahunnya jumlah sekolah penerima BPMKS relatif sama, kalaupun berbeda itu paling hanya sedikit.
Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) adalah dana bantuan pendidikan untuk penduduk Kota Surakarta yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surakarta. Dana ini merupakan dana hibah yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA). Pencetakan kartu BPMKS ini sendiri dikerjakan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT).
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai efektivitas pelaksanaan program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta. Berikut adalah hasil penelitian yang telah dilakukan penulis terkait pelaksanaan program BPMKS, yaitu:
commit to user
1. Pelaksanaan Program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta
Program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta atau biasa disingkat dengan BPMKS merupakan program Pemerintah Kota Surakarta dalam meningkatkan layanan dan mutu pendidikan serta memenuhi hak dasar masyarakat miskin dan tidak mampu di bidang pendidikan. Program BPMKS dijalankan berdasarkan Perwali Kota Surakarta No. 11-A Tahun 2012. BPMKS sendiri diluncurkan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas, merata dan terjangkau. Sasaran dari program ini adalah untuk penduduk usia sekolah dan bertempat tinggal tetap serta bersekolah di Kota Surakarta.
Lebih lanjut tujuan dan latar belakang Program BPMKS seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak Kurnia selaku Kasubbag PEP Dinas Dikpora Kota Surakarta sebagai berikut:
“……..latar belakang dibuatnya program BPMKS ini seperti yang tercantum di Perwali untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas, merata dan terjangkau, untuk meningkatkan mutu layanan, efisiensi dan efektivitas. Ya pada intinya Pemerintah Kota Surakarta itu membantu masyarakat Kota Surakarta jangan sampai ada warganya yang putus sekolah karena faktor ekonomi, ya kalau karena faktor lain kan banyak ya mbak seperti yang ada di televisi- televisi itu (Wawancara pada tanggal 18 Mei 2015)
Berdasarkan petikan wawancara di atas latar belakang pembuatan program BPMKS pada dasarnya yaitu dari Pemkot Surakarta tidak ingin ada warga Kota Surakarta putus sekolah karena faktor ekonomi, tidak
commit to user
mempunyai biaya untuk sekolah. Pada intinya untuk membantu warga Kota Surakarta namun disamping itu juga untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan menengah.
Pelaksanaan program BPMKS penulis melihat dari juklak juknis program BPMKS berdasarkan Perwali No. 11-A Tahun 2012 tentang BPMKS. Hal ini mengingat fokus implementasi menurut Ripley dan Franklin (1986:54) dalam Spirit Publik oleh Nurharjadmo (2008:217) yaitu kepatuhan. Dalam pelaksanaan program BPMKS terdapat 2 tahapan yaitu sosialisasi dan pelaksanaan. Untuk lebih jelasnya berikut pembahasan secara rinci mengenai tahapan dalam program BPMKS : 1) Tahap Sosialisasi
Sosialisasi adalah penyampaian informasi kepada kelompok sasaran dengan tujuan kelompok sasaran memahami kebijakan yang akan diimplementasikan sehingga mereka tidak hanya akan menerima berbagai program yang diinisiasi oleh pemerintah tetapi juga ikut berpartisipasi aktif dalam upaya mewujudkan tujuan-tujuan kebijakan.
Program dimulai dari pemberian wewenang walikota kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga (Dikpora) Kota Surakarta sebagai tangan kanan Pemerintah Kota dalam mengimplementasikan program BPMKS. Selanjutnya Dinas Dikpora berkewajiban untuk melaksanakan sosialisasi kepada sekolah dan masyarakat Kota
commit to user
Surakarta. Pelaksanaan sosialisasi oleh Dinas Dikpora dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sosialisasi secara langsung adalah sosialisasi yang dilakukan dengan bertatap muka secara langsung antara pihak Dinas Dikpora dengan pihak yang berkepentingan dalam implementasi program BPMKS yakni sekolah-sekolah yang kemudian sekolah meneruskan sosialisasi baik kepada siswa maupun kepada orangtua wali baik secara langsung maupun tidak langsung, sedangkan sosialisasi tidak langsung yaitu sosialisasi yang menggunakan media baik media cetak maupun media elektronik.
a. Sosialisasi Langsung
Sosialisasi dilakukan oleh Dinas Dikpora kepada sekolah-sekolah dengan melakukan pertemuan rutin dan koordinasi secara langsung. Pertemuan ini dilakukan untuk memperkenalkan program BPMKS kepada sekolah dan memberikan informasi bagaimana pelaksanaan program BPMKS mulai dari pengajuan hingga pembuatan laporan pertanggungjawaban (LPJ). Sosialisasi dilakukan dengan memberikan surat undangan kepada sekolah-sekolah untuk mengirimkan perwakilan dari sekolah untuk mengikuti sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Dikpora. Perwakilan dari sekolah ini biasanya adalah tim pengelola dan pelaksana BPMKS di masing-masing sekolah. Sebagaimana diungkapkan
commit to user
oleh Bapak Kurnia selaku Kasubbag PEP Dinas Dikpora dalam pernyataannya:
“….. sebelum program diberlakukan kami mengadakan pertemuan dengan sekolah-sekolah melalui rapat. Kami membahas bagaimana berjalannya program yang sudah jalan sesuai dengan perwalinya. Prosedurnya ya nanti itu dari Dikpora menyebar surat undangan ke sekolah-sekolah dan dari sekolah mengirimkan perwakilan untuk mengikuti rapat terkait BPMKS ini yang rutin diadakan 1 tahun dua kali, yang biasanya perwakilan dari sekolah itu merupakan pengurus BPMKS di sekolah masing- masing karena di sekolah sudah ada pengurusnya sendiri mbak yang dibentuk oleh Kepala Sekolah.” (Wawancara tanggal 26 Oktober 2015)
Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Benny selaku pengelola BPMKS SMA Negeri 08 Surakarta:
“diawal tahun biasanya nanti kita dipanggil ke dikpora untuk sosialisasi terutama pembinaan, kalau awal tuh biasanya sasaran, sasaran tuh siapa saja. Kalau sudah, baru kegunaannya penggunaannya untuk apa saja, apa yang gak boleh dan apa yang boleh” (Wawancara pada tanggal 28 Oktober 2015)
Ibu Azimatul selaku pengelola BPMKS SMP Negeri 25 Surakarta dalam pernyataannya:
“…dari dikpora nanti memberi surat undangan untuk mengikuti rapat mengenai BPMKS, kebetulan di sekolah ini yang ditugaskan mengikuti rapat nantinya ya pengelola BPMKS diwakilkan ke saya. 1 (satu) kali tahun ajaran 2 (dua) kali pertemuannya, itu untuk membahas mekanisme permohonan BPMKS atau pengajuan proposal dan yang pertemuan selanjutnya membahas masalah pelaporan.” (Wawancara pada tanggal 31 Oktober 2015)
Sosialisasi dilakukan setiap 1 (satu) tahun ajaran 2 (dua) kali pertemuan untuk membahas BPMKS baik dalam hal permohonan peserta, pembuatan proposal, pelaporan maupun
commit to user
membahas masalah-masalah yang dihadapi terkait dengan pelaksanaan BPMKS di sekolah serta menyelesaikan masalah tersebut. Rutinnya pertemuan yang dilakukan terlepas dari sosialisasi tetapi juga untuk membahas masalah-masalah yang dialami maka sosialisasi yang dilakukan Dinas Dikopra kepada sekolah-sekolah sudah cukup baik.
Disamping itu Dikpora memberikan pedoman untuk melaksanakan program BPMKS yaitu dengan memberikan selebaran perwali tentang BPMKS sehingga dapat membantu sekolah dalam memahami dan melaksanakan program BPMKS. Setelah sekolah memahami informasi yang diberikan oleh Dinas Dikpora selanjutnya sekolah berkewajiban meneruskan informasi tersebut kepada orangtua wali. Sosialisasi yang dilakukan sekolah kepada orangtua wali dilakukan dalam 2 (dua) bentuk yaitu secara langsung dalam rapat pertemuan wali murid dengan komite sekolah serta pemberian informasi melalui selebaran atau surat edaran yang dibuat sekolah untuk orangtua wali. Disamping itu siswa juga diberikan informasi tentang BPMKS yaitu dengan memberikan pengumuman lewat pengeras suara (speaker), pengumuman menggunakan selebaran yang ditempel di papan pengumumanataupun dengan mengumumkan ke kelas-kelas pada saat pelajaran Bimbingan Konseling (BK). Dengan adanya pemberitahuan kepada siswa diharapkan siswa
commit to user
juga mampu menjelaskan kepada orangtua serta masyarakat sekitarnya perihal BPMKS ini.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Ika selaku pengurus BPMKS SMA Negeri 05 Surakarta sebagai berikut:
“…ya kami dari pihak sekolah memberi informasi kepada siswa juga seperti dengan pengumuman menggunakan pengeras suara karena di tiap-tiap kelas terdapat pengeras suara atau memberikan selebaran mengenai BPMKS....” (Wawancara pada tanggal 2 November 2015)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Murniyati selaku pengurus BPMKS SMA Islam Diponegoro Surakarta dalam pernyataannya:
“…siswa kami berikan pengumuman lewat pengeras suara pada saat setelah melakukan upacara ataupun setelah berdoa bersama sebelum memulai kegiatan belajar. Pengumuman itu dilakukan setelah pegawai sekolah (pengelola BPMKS) mengikuti rapat di Dikpora jadi kami langsung mengumumkan agar para siswa juga bisa mempersiapkan segala hal yang diperlukan.” (Wawancara pada tanggal 10 November 2015)
Sekolah menyampaikan apa yang telah diinformasikan oleh Dikpora secara langsung selain kepada siswa juga kepada orangtua walinya. Hal ini sangat membantu pelaksanaan program BPMKS karena siswa juga mengetahui perihal program BPMKS dan bisa menyampaikan lagi kepada orangtua wali secara langsung. Oleh karena itu, sosialisasi yang dilakukan sekolah kepada siswanya juga berjalan dengan baik.
commit to user b. Sosialisasi Tidak Langsung
Sosialisasi tidak langsung yaitu pemberian informasi terkait program BPMKS melalui media-media baik cetak maupun elektronik. Pemerintah Kota Surakarta melalui media elektronik dengan melalui internet yaitu melalui web www.dikpora-solo.net dapat mengakses beberapa informasi tentang BPMKS, seperti informasi bagaimana program diimplementasikan mulai dari syarat untuk mendapatkan BPMKS, pengajuan proposal hingga pembuatan laporan pertanggungjawaban. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Murniyati selaku pengurus BPMKS SMA Islam Diponegoro Surakarta dalam pernyataannya:
“….kesulitan pembuatan proposal serta laporan pertanggungjawaban sih enggak mbak karena kan dikpora memberi contoh pada saat sosialisasi langsung di Dikpora selain itu juga di web Dikpora ada tuh informasi mengenai BPMKS lengkap bahkan bisa di download jadi hal itu sangat membantu sekali nanti kalau kurang jelas atau ada yang ingin ditanyakan langsung aja datang ke Dikpora atau bisa bertanya lewat group whatsapp soalnya kita ada tuh beberapa pengurus dari sekolah-sekolah yang tergabung dalam group itu…” (Wawancara pada tanggal 10 November 2015)
Bapak Shape selaku pengelola BPMKS bagian administrasi SMA Negeri 05 Surakarta juga mengungkapkan argumennya sebagai berikut:
“…Dikpora juga menginformasikan segala macam info tentang program BPMKS melalui webnya yaitu www.dikpora-solo.net sehingga kita bisa melihat dari web itu atau kalau masih mendapat kesulitan ya langsung datang ke Dinas Dikpora.” (Wawancara pada tanggal 02 November 2015)
commit to user
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi dilakukan melalui media elektronik seperti internet dan media sosial seperti group whatsapp, hal ini sangat membantu sekali. Selain untuk menunjang pelaksanaan program BPMKS juga dapat saling sharing terkait program BPMKS, memberi masukan tentang pelaksanaan program BPMKS baik kritik maupun saran guna untuk perbaikan program BPMKS. 2) Tahap Pelaksanaan
Setelah sosialisasi dilaksanakan dan informasi mengenai BPMKS sudah dipahami dengan baik oleh Dinas Dikpora, sekolah maupun masyarakat, maka program ini bisa memasuki tahapan selanjutnya yaitu tahap implementasi/pelaksanaan. Tahap pelakasanaan dimulai dengan pendataan siswa, penganggaran dan pencairan sampai dengan laporan pertanggungjawaban BPMKS. Hal ini disampaikan oleh Bapak Kurnia selaku Kasubbag PEP Dinas Dikpora dalam pernyataannya:
“…untuk tahapan pelaksanaan BPMKS ya saya buat 3 (tiga) tahapan mbak ada penganggaran dana/ pendataan siswa itu sebagai perencanaan, pencairan sebagai pelaksanaan sampai pertanggungjawaban itu sebagai pelaporan. Semua mekanisme pengajuan BPMKS sudah ada di dalam peraturan (Perwali). Setiap sekolah bisa menjadikan Perwali sebagai pedoman untuk pelaksanaan BPMKS. Namun jika sekolah masih belum paham atau ada masalah biasanya mereka langsung menghubungi kami, langsung datang ke kantor.” (Wawancara pada tanggal 18 Mei 2015)
commit to user
Pelaksanaan program ini juga melibatkan beberapa stakeholder dari program BPMKS. Bapak Kurnia selaku Kasubbag PEP Dikpora Kota Surakarta mengungkapkan argumennya sebagai berikut:
“….setelah diresmikan sejak tahun 2010 sampai saat ini pelaksanaan program BPMKS ini melibatkan bukan hanya Dikpora saja, tetapi ada kerjasama dengan stakeholder lainnya seperti Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) yang bertugas mengelola uang BPMKS yang bersumber dari ABPD Kota Surakarta, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) yang bertugas dalam pencetakan kartu BPMKS, UPTD Dikpora Kecamatan yang mengurusi BPMKS tingkat Sekolah Dasar (SD).” (Wawancara pada tanggal 26 Oktober 2015)
Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program dilakukan sejak tahun 2010 yang melibatkan beberapa dinas yang saling terkait yaitu Dikpora, BPMPT, DPPKA serta UPTD Dikpora Kecamatan. Dinas/ stakeholder tersebut saling berkoordinasi untuk mencapai tujuan program BPMKS. Adapun kegiatan yang dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program BPMKS yaitu pertemuan rutin antar stakeholder tersebut dengan Pemerintah Kota maupun dengan stakeholder lainnya yang terkait dengan program BPMKS.
Semua peraturan dan tata cara pelaksanaan program BPMKS tercatat dalam Perwali No. 11-A TAhun 2012. Dimulai dari mekanisme permohonan, pencairan dana sampai dengan pelaporannya. Pada tahapan pelaksanaan ini dibagi menjadi beberapa kegiatan yaitu pendataan kelompok sasaran/siswa, penganggaran dan pencairan dana hingga pelaporan.
commit to user 1. Pendataan Siswa
Proses yang dilakukan pertama kali dalam pelaksanaan program BPMKS yaitu mendata siswa. Siswa yang ada di sekolah-sekolah Kota Surakarta di data, baik siswa yang berasal dari luar Kota Surakarta maupun dalam Kota Surakarta. Setelah di kelompokkan antara siswa dari dalam Kota Surakarta maupun siswa luar kota kemudian dipilih siswa dalam kota saja yang nantinya dikelompokkan lagi menjadi siswa miskin dan kaya. Setelah itu disesuaikan dengan berkas yang ada dan jenis kartu yang didapat berdasarkan data serta persyaratan dari siswa yang bersangkutan.
Persyaratan permohonan untuk mendapatkan kartu BPMKS satu tahun terakhir ini dirasa oleh pihak pengelola BPMKS di sekolah-sekolah agak sulit. Adapun persyaratan permohonan kartu menurut Perwali No. 11-A tahun 2012 yaitu sebagai berikut:
a. Persyaratan untuk memiliki kartu silver ditentukan sebagai berikut:
a) foto copy KK pemohon yang telah disahkan Lurah setempat;
b) surat keterangan secara kolektif dari Kepala Sekolah yang menyatakan bahwa siswa yang bersangkutan adalah peserta didik aktif di sekolah tersebut; dan
commit to user
c) pas foto siswa ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 lembar. b. Persyaratan untuk memiliki kartu gold dan platinum,
ditentukan sebagai berikut:
a) pemohon termasuk dalam daftar penduduk miskin sesuai Keputusan Walikota tentang Penetapan Jumlah Penduduk Miskin dan/atau memiliki kartu Pelayanan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) Gold/Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)/Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Lurah setempat;
b) bagi pemohon yang melampirkan SKTM dari Lurah ditindaklanjuti dengan kunjungan ke rumah (home visit) oleh petugas dari sekolah;
c) foto copy KK yang telah disahkan Lurah setempat; d) surat keterangan secara kolektif dari Kepala Sekolah
yang menyatakan bahwa siswa yang bersangkutan adalah peserta didik aktif di sekolah tersebut; dan e) pas foto siswa ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 lembar. c. Persyaratan untuk memiliki kartu gold bagi siswa sekolah
luar biasa, ditentukan sebagai berikut:
a) fotocopy KK pemohon yang telah disahkan Lurah setempat;
commit to user
b) surat keterangan secara kolektif dari Kepala Sekolah yang menyatakan bahwa siswa yang bersangkutan adalah peserta didik aktif di sekolah tersebut; dan c) pas foto siswa ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 lembar.
Persyaratan permohonan kartu sebenarnya sudah sangat jelas tercantum dalam Perwali namun pada kenyataannya 1 (satu) tahun terakhir ini persyaratan permohonan kartu mengalami sedikit perubahan. Perubahan syarat permohonan ini juga disampaikan oleh Bapak Kurnia selaku Kasubbag PEP Dikpora Surakarta yang menyatakan:
“…untuk saat ini penerima kartu BPMKS juga harus terdaftar di SK Walikota tentang Gakin kalau tidak terdaftar dalam SK tersebut ya otomatis tidak bisa mendapatkan BPMKS. Ini aturan baru mbak, mungkin juga nanti tahun 2015 ini Perwali akan diperbaharui untuk syarat lebih spesifik tapi untuk saat ini prakteknya sudah dilaksanakan”. (Wawancara pada tanggal 26 Oktober 2015)
Sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Solikhah selaku pengurus BPMKS SMP Al-Irsyad Surakarta dalam pernyataannya:
“….untuk pengajuan yang terakhir ini hanya siswa yang tercantum dalam SK Walikota yang tentang Gakin itu mbak, jadi para orangtua wali yang anaknya dari SD dapat BPMKS sekarang tidak dapat banyak yang mengeluh. Dulu kan bisa menggunakan PKMS (Pelayanan Kesehatan Masyarakat Surakarta) atau Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) tapi sekarang sudah tidak bisa, pokoknya ya yang tercantum di SK Walikota itu aja mbak.” (Wawancara pada tanggal 6 November 2015)
commit to user
Ibu Tuti selaku pengelola BPMKS bagian pendataan SMA Negeri 05 Surakarta juga mengungkapkan argumennya sebagai berikut:
“….syarat BPMKS sekarang kan harus tercantum dalam SK Walikota mbak, makanya ini banyak juga yang pengajuan baru ditolak karena tidak terdaftar dalam SK Walikota. Jadi ya kami hanya melanjutkan yang memang sudah dapat dari dulu aja, untuk yang baru-baru agak susah. Untuk sekarang aja yang lolos hanya sedikit saja dari SMA ini ya turun lah untuk yang menerima BPMKS.” (Wawancara pada tanggal 3 November 2015)
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Murniyati selaku pengurus BPMKS SMA Islam Diponegoro Surakarta dalam pernyataannya:
“…tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya beda mbak, tahun sebelumnya syarat tidak terlalu spesifik jadi bisa pake SKTM dari kelurahan apa Jamkesmas tapi untuk tahun sekarang berbeda harus menunjukan nomor SK Walikota tentang Gakin. Yang mau ngajuin BPMKS sekarang harus tercantum di dalam SK Walikota itu mbak jadi kan ya susah ada juga yang membutuhkan tapi berhubung tidak tercantum di SK tersebut ya mau nggak mau nggak dapat kan kasihan mbak. Jadi seharusnya aturan yang baru itu dengan SK Walikota itu perlu ditinjau lagi.” (Wawancara pada tanggal 10 November 2015)
Dari beberapa wawancara diatas maka dapat diketahui bahwa persyaratan permohonan kartu BPMKS memang sudah agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, adanya syarat pemohon harus tercantum di SK Walikota tentang Gakin semakin menyulitkan serta mengurangi harapan mereka (kelompok sasaran) untuk mendapatkan BPMKS. Adanya perubahan persyaratan tersebut justru semakin menyulitkan
commit to user
sekolah mengajukan siswanya untuk mendapatkan BPMKS karena syarat yang mengharuskan pemohon kartu BPMKS tercantum dalam SK Walikota tentang Gakin dan masih banyak orangtua yang datang ke sekolah untuk meminta penjelasan kenapa anaknya tidak bisa mendapat kartu BPMKS dan dalam hal ini pihak sekolah harus bijak dalam menjelaskan persoalan tersebut kepada orangtua siswa. Sebenarnya peraturan mengenai pemohon kartu BPMKS harus terdaftar dalam SK Walikota tentang Penetapan Jumlah Penduduk Miskin sudah tercantum di dalam Perwali No. 11-A tahun 2012 tentang BPMKS, namun dulu syarat itu masih belum menjadi syarat utama artinya jika dulu masyarakat masih bisa menggunakan surat lain seperti SKTM/Jamkesmas tanpa harus terdaftar dalam SK tersebut akan tetapi pada saat ini SK Walikota tentang Gakin itu menjadi syarat utama. Apabila masyarakat tidak terdaftar di dalam SK Walikota tersebut secara otomatis tidak bisa mendapat kartu BPMKS karena tidak memenuhi syarat.
Sementara itu untuk mekanisme permohonan kartu BPMKS yaitu sebagai berikut:
a. orang tua siswa mengajukan permohonan penerbitan kartu kepada Kepala Sekolah yang dibuktikan dengan memberikan persyaratan;
commit to user
b. sekolah melakukan verifikasi persyaratan untuk kemudian diteruskan kepada Tim Verifikasi Kepesertaan dilengkapi dengan data-data pendukung administrasi yang telah ditentukan dan apabila berkas permohonan tidak memenuhi syarat dikembalikan sedangkan yang memenuhi syarat akan diproses lebih lanjut;
c. Dinas Dikpora meneruskan data dan rekapitulasi pengajuan penerbitan kartu ke BPMPT;
d. BPMPT menerbitkan kartu berdasarkan data yang sudah terverifikasi sesuai pengajuan dari Dinas Dikpora dan dikembalikan ke sekolah untuk diselesaikan proses administrasinya melalui Dinas Dikpora;
e. sekolah menyerahkan kartu kepada pemohon;
f. bagi pemohon kartu gold dan kartu platinum yang melampirkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) oleh Tim Verifikasi Kepesertaan dilaporkan kepada Tim Koordinasi Sinergitas Data Kemiskinan untuk dilaksanakan verifikasi ulang;
g. keputusan dari hasil verifikasi ulang diberikan kepada Tim Verifikasi Kepesertaan digunakan sebagai penentu penerbitan kartu BPMKS;
h. proses penerbitan kartu BPMKS dan pembayaran dana BPMKS tidak menunggu hasil verifikasi ulang;
commit to user
i. apabila timbul keputusan dari hasil verifikasi ulang bahwa pemohon dan atau pemilik kartu tidak memenuhi persyaratan maka Tim Verifikasi Kepesertaan mencabut Kartu BPMKS yang telah diterbitkan;
j. pencabutan Kartu BPMKS berlaku mulai setelah hasil verifikasi ulang diterima oleh Tim Verifikasi Kepesertaan. (Perwali No. 11-A TAhun 2012)
Penerbitan kartu BPMKS bagi siswa yang alih jenjang pendidikan maupun yang hilang atau rusak, diusulkan oleh sekolah kepada Dinas Dikpora berdasarkan kartu yang telah diperoleh sebelumnya, sesuai mekanisme permohonan kartu BPMKS. Masa berlaku kartu yaitu selama siswa yang bersangkutan masih bersekolah sesuai jenjangnya di Kota Surakarta dan berstatus sebagai penduduk Kota Surakarta. Perubahan jenis kartu disesuaikan dengan peralihan jenjang dan atau disesuaikan dengan Keputusan Walikota tentang Penetapan Jumlah Penduduk Miskin. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Kurnia selaku Kasubbag PEP Dikpora Surakarta:
“….apabila ada perubahan kartu maka akan berpengaruh terhadap jenis kartu yang didapat siswa karena kartu baru yang akan diberikan dibuat berdasarkan pengusulan peserta penerima BPMKS yang baru. Kemudian untuk kartu kan berlaku selama siswa yang bersangkutan masih bersekolah sesuai jenjangnya di Kota Surakarta dan berstatus sebagai penduduk Kota Surakarta jadi selama hal itu tetap dan siswa belum alih jenjang kemungkinan besar jenis kartu tidak berubah.” (Wawancara pada tanggal 26 Oktober 2015)
commit to user
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kepemilikan jenis kartu BPMKS selama siswa belum alih jenjang akan tetap sama dan tidak bisa berubah. Ini artinya jika siswa sudah alih jenjang baru bisa merubah jenis kartu yang didapatkannya. 2. Penganggaran dan Pencairan Dana
Penganggaran dana BPMKS pada saat ini tercatat di dokumen pelaksanaan anggaran (DPA). Jadi sekolah membuat Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dulu kemudian setelah belanja baru dana dicairkan, aturan ini berlaku mulai tahun 2015. Pada awal diluncurkannya BPMKS anggaran yaitu dana hibah, artinya uang diberikan ke sekolah untuk dibelanjakan kemudian dibuatkan laporan pertanggungjawaban. Setelah ada perubahan aturan tahun 2012 sampai 2014 anggaran dengan menggunakan sistem dana BPMKS masuk ke rekening masing-masing sekolah tiap tri wulan dan sekolah membuat laporan pertanggungjawaban.
Hal ini disampaikan oleh Kasubbag. PEP Dinas Dikpora Bapak Kurnia yang menyatakan:
“saat ini tidak menggunakan dana hibah lagi tetapi sudah menggunakan sistem baru. Sekolah harus mempunyai RKAS jadi kan dana BPMKS itu mau digunakan untuk apa aja jelas, tidak seperti dulu, sekolah dikasih uang akan tetapi sekolah tidak mempunyai rencana mau digunakan untuk apa dana tersebut”. (Wawancara pada tanggal 26 Oktober 2015)
Bapak Benny selaku pengelola BPMKS SMA Negeri 08 Surakarta menyampaikan hal yang sama sebagai berikut:
commit to user
“anggaran BPMKS tercatat dalam DPA semua mbak, jadi kita membuat RKAS mau belanja apa saja. Nanti kalau mau belanja sendiri artinya pihak sekolah yang membelanjakan maka uang diganti tapi kalau pake pihak ketiga seperti tadi ini mbak ya nanti biaya untuk pihak ketiga langsung masuk ke rekening mereka jadi yang membayar Pemda sana, bukan sekolah”. (Wawancara pada tanggal 28 Oktober 2015)
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa sistem penganggaran pada saat ini sudah berubah. Sistem penganggaran yang sekarang lebih terencana sehingga dana BPMKS ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya oleh pihak sekolah yang mengelola dana BPMKS.
Dana BPMKS oleh bendahara Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) ditransfer ke rekening masing-masing sekolah. Pengajuan proposal pencairan dana BPMKS dalam 1 (satu) tahun anggaran terbagi menjadi 2 (dua) kali periode yaitu periode 1 (pertama) bulan Januari sampai Juni dan periode 2 (kedua) bulan Juli sampai Desember. Adapun pencairan dana BPMKS dilakukan bertahap tiap triwulan dalam satu tahun anggaran, yaitu sebagai berikut:
1. Triwulan pertama, bulan Januari sampai dengan Maret 2. Triwulan pertama, bulan April sampai dengan Juni 3. Triwulan pertama, bulan Juli sampai dengan September 4. Triwulan pertama, bulan Oktober sampai dengan Desember
Namun dalam prakteknya pencairan dana BPMKS tidak sesuai dengan jadwal triwulan yang telah ditentukan. Adanya
commit to user
ketidaktepatan waktu pencairan dana BPMKS menjadi suatu permasalahan dimana sekolah harus mempunyai strategi untuk mengatasinya. Menurut Bapak Benny selaku pengelola BPMKS SMA Negeri 08 Surakarta dalam pernyataannya:
“…dana keluar itu tidak pasti 3 (tiga) bulan, seringnya 6 (enam) bulan sekali atau turun diakhir periode sehingga mau tidak mau sekolah mencari dana lain atau talangan untuk sementara guna menutupi kebutuhan yang menggunakan dana BPMKS, karena tidak mungkin menunggu sampai dana keluar. Hal ini bertujuan agar keterlambatan pencairan dana BPMKS tidak menggangu jalannya kegiatan siswa untuk belajar.” (Wawancara pada tanggal 28 Oktober 2015)
Ungkapan yang sama juga disampaikan oleh Ibu Solikhah selaku pengurus BPMKS SMP Al-Irsyad Kota Surakarta sebagai berikut:
“…masalah pencairan dana itu jadi penerimaan bantuan turun diakhir periode yang kadang terlambat. Kita kan sekolah swasta jadi ya dengan dana BPMKS itu sangat membantu siswa kami yang kurang mampu tapi kalau terlambat begitu kan kita yang susah, untungnya kami mempunyai orangtua asuh sehingga keterlambatan tersebut bisa diatasi dengan mengcovernya dari orangtua asuh atau dari yayasan. Karena dengan keterlambatan dana tersebut kan tidak boleh menghalangi proses belajar siswa sehingga sekolah harus mengusahakannya.” (Wawancara pada tanggal 6 November 2015)
Dari petikan beberapa wawancara diatas yang menjadi permasalahan yaitu masalah dana, karena jumlah dana atau nominal untuk menyelenggarakan program tidaklah sedikit sehingga dengan adanya keterlambatan pencairan menyebabkan terhambatnya realisasi program.
commit to user
Siswa yang mendapat kartu platinum dari pihak sekolah memberikan kebutuhan personal dari siswa tersebut seperti tas, sepatu dll. Satu keistimewaan dari kartu platinum ini yaitu memberikan bantuan personal karena kartu platinum ini diberikan kepada siswa yang benar-benar tidak mampu. Seperti diungkapkan oleh Bapak Kurnia selaku Kasubbag PEP Dinas Dikpora Kota Surakarta sebagai berikut:
“…jadi kartu platinum itu hanya untuk sekolah negeri sesuai dengan yang ada di Perwali dan diperuntukkan untuk siswa yang benar-benar miskin sekali. Ada tambahan biaya personal, untuk kebutuhan personal siswa seperi membeli tas dll.” (Wawancara pada tanggal 18 Mei 2015)
Berikut ini adalah salah satu contoh jenis kartu BPMKS yaitu kartu jenis platinum:
Gambar IV.1
Kartu BPMKS jenis platinum
3. Pelaporan
Laporan pertanggungjawaban dan pemanfaatan dana BPMKS yang diterima sekolah kemudian disampaikan sekolah
commit to user
secara formal dan material setiap 3 (tiga) bulan sekali. Pertanggungjawaban tersebut meliputi:
1. laporan penggunaan BPMKS;
2. surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa dana BPMKS yang diterima telah digunakan sesuai dengan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD);
3. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai ketentuan peraturan perundang-perundangan.
Pertanggungjawaban tersebut disampaikan sekolah kepada Dinas Dikpora untuk diteruskan kepada Kepala DPPKA. Sekolah juga berkewajiban menyelesaikan administrasi pemanfaatan dana BPMKS pada akhir Desember. Seperti yang telah diungkapkan oleh bapak Kurnia selaku Kasubbag PEP Dinas Dikpora Kota Surakarta sebagai berikut:
“….untuk pelaporan itu kami memberikan waktu paling lambat triwulan IV atau 30 hari setelah penerimaan dana BPMKS. Ya itu apabila terjadi keterlambatan, kalau tidak ya normal tanggal 10 untuk tiap triwulan misalnya triwulan I ya tanggal 10 bulan April. Paling kalau masalah laporan telat dan yang lainnya itu hanya kurang komunikasi aja mbak.” (Wawancara pada tanggal 26 Oktober 2015)
Dari petikan wawancara di atas masalah laporan pertanggungjawaban diselesaikan oleh pengelola BPMKS di sekolah masing-masing yang dikumpulkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan apabila ada keterlambatan juga sudah ditentukan waktunya sampai kapan. Dengan adanya waktu yang
commit to user
jelas mengenai pengumpulan laporan pertanggungjawaban maka dapat membantu pelaksanaan BPMKS dengan baik dan lancar sehingga tidak ada penumpukan pekerjaan serta berkas.
Berdasarkan pelaksanaan BPMKS yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program BPMKS dilakukan dengan baik hal ini dilihat dari keterlibatan dinas/stakeholder yang saling berkoordinasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, adanya waktu yang jelas mengenai pengumpulan laporan pertanggungjawaban beserta waktu yang ditetapkan jika mengalami keterlambatan, akan tetapi masih terdapat masalah dalam pencairan dana yang sering mengalami keterlambatan serta persyaratan permohonan kartu BPMKS yang sekarang mengalami perubahan yaitu mewajibkan pemohon tercantum dalam SK Walikota tentang Warga Miskin (Gakin) sehingga menyulitkan masyarakat yang tidak mampu tetapi tidak tercantum dalam SK tersebut, hal ini menjadi faktor terhambatnya pelaksanaan program BPMKS. Berikut lebih jelas tentang tahap pelaksanaan program BPMKS di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel matrik dibawah ini:
commit to user Tabel IV.4
Matrik Pelaksanaan Program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) Oleh Dikpora Kota Surakarta
No. Tahap Pelaksanaan Hasil
1. Tahap Sosialisasi Sosialisasi dilakukan oleh pemerintah kota berkoordinasi dengan stakeholder serta sekolah-sekolah berkoordinasi atau mensosialisasikan dengan orangtua siswa maupun langsung dengan siswa yang bersangkutan. Sosialisasi ini secara keseluruhan berguna untuk memberikan informasi terkait dengan program BPMKS mulai dari syarat-syarat pengajuan permohonan kartu, pembuatan proposal hingga pelaporan. Sosialisasi dilakukan oleh Dikpora Kota Surakarta sebagai implementor program 1 tahun 2 kali dalam satu tahun ajaran, serta sekolah-sekolah kepada orangtua siswa ataupun kepada siswanya. Hal ini dilakukan rutin sehingga kelompok sasaran maupun pengelola BPMKS di sekolah-sekolah paham dan mengerti program ini.
2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan yang dilakukan sejak tahun 2010 sampai sekarang ini sudah berjalan dengan baik dengan melibatkan beberapa stakeholder yang membantu jalannya pelaksanaan program BPMKS di Kota Surakarta. Ada tiga kegiatan dalam pelaksanaan program BPMKS yakni pendataan siswa, penganggaran dan pencairan dana hingga pelaporan. Sejauh ini pelaksanaan program dapat berjalan sesuai dengan Perwali No.11-A tahun 2012 tentang BPMKS, namun masih ada beberapa hambatan di beberapa kegiatan pelaksanaan. Seperti pada kegiatan pencairan dana, masih mengalami keterlambatan pencairan dana BPMKS serta pada proses pendataan siswa bagian syarat penerima BPMKS yakni persyaratan
commit to user
permohonan kartu BPMKS yang saat ini mengalami sedikit perubahan yaitu mewajibkan pemohon harus terdaftar dalam SK Walikota tentang Penduduk Miskin, akan tetapi perubahan persyaratan tersebut masih sangat minim sosialisasi dan juga belum adanya perumusan peraturan untuk peraturan yang terbaru sehingga menimbulkan kesalahpaham antar stakeholder dalam hal ini yaitu pihak sekolah dengan pihak Dinas Dikpora serta menghambat pelaksanaan program BPMKS.
Berdasarkan tahapan pelaksanaan program BPMKS diatas, akhirnya dapat diketahui bahwa pelaksanaan program BPMKS sudah cukup baik, hal ini dilihat dari pelaksanaan BPMKS melibatkan stakeholder yang terkait dan saling berkoordinasi. Hal tersebut dilakukan guna mendukung pelaksanaan program selain itu juga Pemerintah Kota Surakarta membuka lebar ruang untuk masyarakat bertanya, berdiskusi, memberi kritik dan saran mengenai program BPMKS ini melalui stakeholder-stakeholder terkait. Namun disamping diperlukan pengawasan dan pemantauan agar program dapat berlanjut dan tidak berhenti begitu saja. Meskipun masih ada beberapa masalah seperti keterlambatan pencairan dana maupun persyaratan yang dianggap kelompok sasaran semakin sulit. Akan tetapi dari permasalahan tersebut bisa digunakan sebagai perbaikan kebijakan dari program BPMKS ini kedepannya lebih baik dan lebih bermanfaat bagi semua pihak yang terkait khusunya bermanfaat untuk kelompok sasaran.
commit to user C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) telah memenuhi peraturan yang seharusnya. Namun, dalam beberapa hal masih perlu perbaikan/perlu untuk dibenahi. Proses pelaksanaan program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis (Juklak-Juknis) yang telah ditetapkan. Dari sisi kepatuhan, pihak Dinas Dikpora telah melaksanakan program BPMKS dengan baik.
Kepatuhan pelaksanaan program BPMKS ditunjukkan dengan adanya tahap-tahap yang telah dilakukan baik oleh Dinas Dikpora maupun oleh pengelola BPMKS di masing-masing sekolah. Tahap dimulai dari sosialisasi dan pelaksanaan dan pemerintah memulai tahapan dengan sosialisasi. Tahap sosialisasi dilakukan oleh Dinas Dikpora sebagai implementor utama program BPMKS yakni melakukan sosialisasi kepada sekolah-sekolah dan masyarakat pada umumnya. Pihak Dinas Dikpora Kota Surakarta telah melakukan sosialisasi dengan baik, yakni dengan melakukan sosialisasi langsung maupun sosialisasi tidak langsung. Sosialisasi langsung telah dilakukan dengan baik yaitu dengan melakukan pertemuan bersama stakeholder yang berkaitan dengan program BPMKS, dan pihak dari sekolah. Sosialisasi kepada kelompok sasaran yakni siswa dilakukan oleh pihak pengelola BPMKS di sekolah masing-masing. Sosialisasi tidak langsung yaitu melalui media
commit to user
elektronik, yaitu dengan menginformasikan program BPMKS melalui web dari Dinas Dikpora Kota Surakarta. Informasi di dalam web Dinas Dikpora sendiri cukup lengkap dan membantu pengelola BPMKS dalam melaksanakan program BPMKS karena untuk pembuatan pengajuan proposal maupun laporan pertanggungjawaban juga sudah ada contohnya dan bahkan bisa di download. Jadi untuk tahap sosialisasi pihak Dinas Dikpora telah melakukan dengan baik meskipun belum langsung melakukan sosialisasi kepada siswa.
Selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan, terdapat tiga kegiatan yaitu pendataan siswa, penganggaran dan pencairan dana serta pelaporan. Kegiatan pendataan siswa dilakukan oleh pihak sekolah dengan mengelompokkan siswa dari dalam dan luar kota Surakarta kemudian dikelompokkan siswa miskin/tidak mampu dan siswa mampu. Selanjutnya siswa mengumpulkan berkas persyaratan sesuai dengan syarat yang dimiliki berdasarkan jenis kartu. Persyaratan permohonan kartu BPMKS telah mengalami sedikit perubahan, namun adanya perubahan syarat tersebut masih minim/kurang sosialisasi serta belum ada perumusan kebijakannya sehingga menimbulkan kesalahpahaman antar stakeholder dan menghambat jalannya program BPMKS. Kegiatan penganggaran dana sudah berjalan dengan baik yaitu anggaran dilakukan satu tahun ajaran 2 (dua) kali yakni Januari-Juni dan Juli-Desember. Namun pada pencairan dana terdapat masalah yaitu ketidaktepatan waktu pencairan dana BPMKS yang seharusnya pencairan dana dilakukan tiap tri wulan akan tetapi pada kenyataannya pencairan dana seringnya 6
commit to user
(enam) bulan sekali. Hal ini membuat terhambatnya realisasi program BPMKS padahal program BPMKS membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan demikian sekolah harus mempunyai strategi untuk mengatasi masalah keterlambatan pencairan dana BPMKS tersebut. Sedangkan pada kegiatan pelaporan sudah berjalan dengan baik, laporan pertanggungjawaban disampaikan tiap 3 (tiga) bulan sekali dan apabila terjadi keterlambatan pencairan dana maka laporan disampaikan maksimal setelah 30 hari pencairan dana. Pelaksanaan kegiatan pelaporan ini sudah cukup baik dan teratur. Jadi untuk tahap pelaksanaan yang terdiri dari tiga kegiatan sudah dilaksanakan dengan baik namun masih terdapat beberapa masalah dalam kegiatan pendataan siswa serta kegiatan pencairan dana BPMKS, hal ini membuat proses pelaksanaan program BPMKS sedikit terhambat.
Dari keseluruhan hasil tersebut di atas, jika dikaitkan dengan konsep Ripley dan Franklin (1986:54) dalam Spirit Publik oleh Nurharjadmo (2008:217) tentang evaluasi proses implementasi, konsep Ripley dan Franklin dipakai dengan baik oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta.