Daftar Pustaka
• Fitzpatrick's Dermatology, Ninth Edition
• Panduan Praktik Klinik PERDOSKI thn 2017
• Kepmenkes Th 2019 Nomor 308 tentang PNPK Kusta
1. Salah satu kandungan pelembab yang bersifat humectan adalah ...
a. Hyaluronic Acid b. Petrolatum
c. Ceramid
d. Propylenen glycol e. Squallene
2. Yang bukan termasuk adneksa kulit adalah: a. Melanosit b. Kelenjar apokrin c. Kelenjar ekrin d. Kelenjar pilosebasea e. Folikel rambut
3. Yang merupakan
morfologi lesi kulit primer kecuali a. Papul b. Pustul c. Erosi d. Makula e. Fisura
4. Penimbunan cairan diantara sel sel epidermis sehingga celah diantara sel bertambah
renggang disebut dengan a. Akantosis
b. Spongiosis
c. Hipergranulosis d. Hiperplasia
5. Fase pertumbuhan dari rambut disebut dengan: a. Katagen b. Telogen c. Anagen d. Exogen e. Endogen
6. Berikut yang termasuk steroid topikal kelas superpoten adalah:
a. Clobetasol propionate 0.05% cream b. Flucinonide 0.05% ointment
c. Triamcinolone acetonide 0.1% ointment d. Desonide 0.05% cream
7. Campuran dua fase berlainan, tidak larut
terdispersi dalam cairan, sehingga memerlukan
pengocokan sebelum dipakai, mudah dioleskan dan terasa dingin setelah diaplikasikan karena adanya penguapan komponen air disebut:
a. Solusio b. Losio c. Busa d. Emulsi e. Ointment
8. Antihistamin yang relatif lipofilik, yang
meningkatkan penetrasi blood-brain barrier dan menyebabkan sedasi adalah:
a. Cetirizin b. Loratadin
c. Desloratadin d. Hydroxyzin e. Acrivastin
9. Luka bakar grade 1 ditandai dengan a. sangat nyeri
b. luka bakar kering c. terbentuk eschar d. terbentuk blister e. nonblanching
10. Komplikasi yang dapat terjadi akibat tersengat listrik adalah KECUALI?
a. luka bakar
b. Ventrikulat fibrilasi
c. Sindrom Kompartemen d. Stroke
11. Berikut mengenai Frostbite yang benar adalah: a. Terapi debridement harus segera
b. Blood clotting penyebab tissue injury
c. Slow warming lebih berbahaya dari rapid warming
d. Injury yg dihasilkan berbeda dengan cryotherapy e. Pink skin setelah rewarming merupakan tanda prognostic yang buruk
12. Penyebab tersering dari Paronikia adalah: a. S. aureus b. Pseudomonas c. Kandida d. Streptokokus e. Dermatofita
13. Wrist drop terjadi karena adanya kerusakan pada saraf: a. N. Medianus b. N. Radialis c. N. Ulnaris d. N. Peroneous Komunis e. N. Tibialis posterior
KUSTA
• Penyakit kusta adalah penyakit infeksi
granulomatosa kronis yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium leprae yang bersifat obligat
intraselular
• Saraf perifer sebagai afinitas pertama, kemudian selanjutnya dapat menyerang kulit, lalu menyebar ke organ lain (mukosa mulut, traktus respiratorius bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis), kecuali susunan saraf pusat
• Klasifikasi untuk kepentingan riset menggunakan klasifikasi Ridley-Jopling (1962) 1. Tuberculoid (TT) 2. Borderline Tuberculoid (BT) 3. Borderline-borderline Mid-borderline (BB) 4. Borderline-lepromatous (BL) 5. Lepromatosa (LL) • Klasifikasi untuk
kepentingan program kusta berkaitan dengan
pengobatan (WHO 1988) 1. Pausibasilar (PB)
Kusta tipe TT, dan BT sesuai klasifikasi Ridley dan Jopling dan tipe I dengan BTA negatif. 2. Multibasilar (MB)
Kusta tipe BB, BL, LL
menurut klasifikasi Ridley dan Jopling dan semua tipe kusta dengan BTA positif
• Diagnosis didasarkan pada temuan tanda kardinal (tanda utama) menurut WHO, yaitu
1. Bercak kulit yang mati rasa
Bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (makula) atau meninggi (plak). Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa raba, suhu, dan nyeri
2. Penebalan saraf tepi
Dapat/tanpa disertai rasa nyeri dan gangguan fungsi saraf yang terkena, yaitu: • Gangguan fungsi sensoris: mati rasa
• Gangguan fungsi motoris: paresis atau paralisis
• Gangguan fungsi otonom: kulit kering, retak, edema, pertumbuhan rambut yang terganggu
3. Ditemukan kuman tahan asam
• Bahan pemeriksaan berasal dari apusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada bagian yang aktif
• Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi saraf
• Diagnosis kusta ditegakkan bila ditemukan paling sedikit satu tanda kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan, disebut tersangka/suspek kusta, dan pasien perlu diamati dan diperiksa ulang 3 sampai 6 bulan sampai diagnosis kusta dapat ditegakkan atau disingkirkan
Pemeriksaan fisik meliputi: 1. Inspeksi
• Dengan pencahayaan yang cukup (sebaiknya dengan sinar oblik), lesi kulit (lokasi dan morfologi) harus
diperhatikan 2. Palpasi
• Kelainan kulit: nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada tangan dan kaki
• Kelainan saraf: pemeriksaan saraf tepi (pembesaran, konsistensi, nyeri tekan, dan nyeri spontan)
3. Tes fungsi saraf
• Tes sensoris: rasa raba, nyeri, dan suhu • Tes otonom
Pemeriksaan Penunjang
1. Bakterioskopik: sediaan slit skin smear atau kerokan jaringan kulit dengan pewarnaan Ziehl Neelsen
2. Bila diagnosis meragukan, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi dan histopatologi, serta pemeriksaan serologi (PGL-1) atau PCR
14. Foot drop terjadi karena adanya kerusakan pada saraf: a. N. Medianus b. N. Radialis c. N. Ulnaris d. N. Peroneous Komunis e. N. Tibialis posterior
15. Pernyataan berikut yang benar mengenai kusta tuberculoid adalah:
a. Sistem imun sistemik yang tinggi b. Tidak adanya imunitas
c. Basil dengan mudah ditemukan
d. Adanya perubahan sistem imunitas seluler yang cepat
e. Adanya kompleks antigen dan antibodi yang mengaktivasi komplemen
16. Obat alternatif yang dapat digunakan baik pada reaksi kusta tipe 1 maupun tipe 2
ialah: a. Pentoksifilin b. Metotreksat c. Thalidomid d. Takrolimus e. Klofazimin
REAKSI KUSTA
• Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit yang
sebenarnya sangat kronik
• Reaksi kusta terdiri atas reaksi tipe 1 (reaksi reversal) dan tipe 2 (eritema nodosum
Prinsip tatalaksana reaksi tipe 1 adalah
sebagai berikut:
MDT harus segera dimulai (bila pasien belum
mendapat terapi kusta) atau tetap dilanjutkan (bila pasien sedang dalam terapi kusta)
• Terapi reaksi tipe 1 sesuai dengan tingkat keparahan
• Terapi reaksi reversal ringan dapat diterapi dengan aspirin atau parasetamol selama beberapa minggu
• Terapi reaksi reversal berat dan neuritis akut : Kortikosteroid (prednisolon) masih merupakan terapi utama dan terapi pilihan pada RR
Prinsip tatalaksana reaksi tipe 2 adalah
sebagai berikut:
• Identifikasi tingkat keparahan reaksi tipe 2
o Reaksi ringan (hanya ada beberapa lesi ENL, tanpa keterlibatan
organ lain, tetapi pasien merasa tidak nyaman)
- Dapat diterapi dengan obat
analgetik dan obat antiinflamasi, misalnya aspirin dan OAINS
lainnya
o Reaksi sedang (demam ringan <100o F dan lesi ENL dalam jumlah sedikit-sedang,
ditemukan leukositosis dan
keterlibatan beberapa organ lain kecuali saraf, mata dan testis) - Dapat diterapi dengan antimalaria
(klorokuin),
antimonial(stibophen) dan kolkisin
o Reaksi berat (demam tinggi, lesi ENL luas dengan atau lesi
pustular/nekrotik, neuritis,
gangguan fungsi saraf, iridosiklitis, orkitis, dan/atau nyeri tulang
hebat, dan lain-lain), harus dirawat inap untuk diobservasi dan ditatalaksana lebih lanjut. • Mencari dan mengatasi faktor
presipitasi
Reaksi tipe 2 berat terdiri atas reaksi tipe 2 episode pertama ENL berat dan reaksi tipe 2 episode ulangan atau ENL kronik
• Terapi reaksi tipe 2 episode pertama ENL berat
o Pilihan pertama: prednison
Pemberian prednisolon jangka pendek, tetapi dengan dosis awal tinggi, 40-60 mg sampai ada
perbaikan klinis kemudian taper
5-10 mg setiap minggu selama
6-8 minggu atau lebih
o Pilihan kedua: kombinasi prednisolon dan klofazimin.
Kombinasi prednisolon (dosis seperti di atas) dan klofazimin diberikan
dengan dosis sebagai berikut: - 300 mg/hari selama 1 bulan - 200 mg/hari selama 3-6 bulan
- 100 mg/hari selama gejala masih ada o Pilihan ketiga: talidomid
Talidomid diberikan sebagai pilihan terakhir, dengan dosis awal 400 mg atau 4x100 mg selama 3-7 hari atau sampai reaksi terkontrol, diikuti penurunan dosis dalam 3-4 minggu atau diturunkan perlahan-lahan
Pengobatan alternatif/second-line treatment
• Reaksi tipe 1: beberapa obat dipakai untuk RR, antara lain azatioprin, siklosporin metotreksat • Reaksi tipe 2: Beberapa terapi alternatif yang
pernah dilaporkan adalah pentoksifilin,
17. Cara kerja rifampisin pada kusta adalah: a. Menghambat sintesis protein bakterial b. Menghambat DNA-gyrase
c. Menghambat RNA polymerase
d. Menghambat enzim dihydropteroate synthetase
e. Menghambat komponen dinding sel mikobakterial
18. Seorang laki-laki usia 25 tahun datang ke poliklinik
kulit dengan keluhan bercak kemerahan terasa gatal pada tungkai bawah, lipat siku dan lipat lutut sejak 1 bulan
yang lalu. Sejak seminggu lalu bercak dirasakan bertambah luas disertai luka bernanah. Status
dermatologis didapatkan plak eritem dengan beberapa tempat tampak ekskoriasi disertai pustule multipel.
Pemeriksaan kultur dari lesi kulit didapatkan kuman S.
aureus. Apakah penatalaksanaan yang sesuai untuk kasus di atas?
a.Pemberian antibiotik topical neomisin b.Pemberian antibiotik topikal basitrasin
c.Pemberian antibiotik topical kloramfenikol d.Pemberian antibiotik topikal eritromisin e.Pemberian antibiotik topical mupirosin
19. Yang merupakan predileksi furunkel adalah: a. Pantat b. Lengan atas c. Paha d. Abdomen e. Glan penis
20. Seorang laki laki, 35 tahun, datang dengan
keluhan adanya benjolan tanpa rasa sakit di leher sudah 2 bulan. Benjolan mulanya kecil dan makin membesar dan ada bagian yang melunak. Pada
pemeriksaan tampak tumor dengan diameter 2 cm dengan konsistensi kenyal dan perlunakan
ditengahnya. Hasil kultur dijumpai
Mycobacaterium. Penyakit ini disebabkan karena
penularan Mycobactaerium dengan cara:
a. Inokulasi langsung
b. Penularan dari droplet c. Penjalaran hematogen
d. Penjalaran dari kelenjar getah bening
Tuberkulosis Kutis
• Infeksi kronis pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (jenis human)
Skrofuloderma
• Merupakan infeksi mikobakterium (M. Tuberculosis atau M. Bovis atau M.
Atypic) pada kulit akibat penjalaran langsung organ di bawah kulit yang telah
terkena tuberkulosis, tersering berasal dari KGB, tulang atau sendi
• Predileksi adalah tempat yang banyak kelenjar getah bening: leher, ketiak, paling jarang lipat paha, kadang ketiganya diserang sekaligus
• Mulai sebagai limfadenitis, mula-mula beberapa kelenjar, kemudian makin banyak dan berkonfluensi
• Terdapat periadenitis, menyebabkan perlekatan dengan jaringan sekitarnya • Kelenjar mengalami perlunakan tidak serentak hingga konsistensi
bermacam-macam: keras, kenyal, dan lunak (abses dingin)
• Abses akan memecah membentuk fistel yang kemudian menjadi ulkus khas: bentuk memanjang dan tidak teratur, sekitarnya livid, dinding bergaung, jaringan granulasi tertutup pus seropurulen atau kaseosa yang mengandung
M. tuberculosis.
• Ulkus dapat sembuh spontan menjadi sikatriks/parut memanjang dan tidak teratur (cord like cicatrices), dapat ditemukan jembatan kulit (skin bridge) di atas sikatrik
• Porte d’entreé
skorfuloderma di leher adalah tonsil atau paru
• Jika di ketiak kemungkinan porte d’entreé pada apeks pelura, bila di lipat paha pada ekstremitas bawah • Kadang-kadang ketiga
tempat predileksi tersebut diserang sekaligus, yakni pada leher, ketiak, dan lipat paha, kemungkinan besar terjadi penyebaran
21. Fase inisial pada pengobatan Tuberkulosis kulit diberikan selama?
a. 1 bulan b. 2 bulan c. 3 bulan d. 4 bulan e. 6 bulan
22. Bentuk klinis vitiligo ditandai dengan eritem, skuama, dan gatal di perbatasan, lesi
hipopigmentasi atau depigmentasi yang hanya
sementara berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, namun meluas disebut
a. confetti depigmentasi b. sparing phenomenon c. inflammatory vitiligo d. bichroma vitiligo
Vitiligo
• Vitiligo merupakan penyakit depigmentasi didapat pada kulit, membran mukosa, dan rambut yang memiliki karakteristik lesi khas berupa makula berwarna putih susu
(depigmentasi) dengan batas jelas dan bertambah besar secara progresif akibat hilangnya melanosit fungsional
Klinis
1. Anamnesis
• Timbul bercak putih seperti susu/kapur onset tidak sejak lahir
• Tidak ada gejala subjektif, kadang sedikit terasa gatal
• Progresivitas lesi: dapat bertambah
luas/menyebar, atau lambat/menetap, kadang timbul bercak sewarna putih pada lesi tanpa diberikan pengobatan (repigmentasi spontan) • Bisa didapatkan riwayat vitiligo pada keluarga
(10-20%)
• Bisa didapatkan riwayat penyakit autoimun lain pada pasien atau keluarga (10-25%)
Pemeriksaan Fisik
Terdapat makula depigmentasi berbatas tegas dengan distribusi sesuai klasifikasi sebagai berikut: • Vitiligo nonsegmental
(VNS)/generalisata/vulgaris
- Merupakan bentuk vitiligo paling umum
- Lesi karakteristik berupa makula berwarna putih susu yang berbatas jelas, asimtomatik, melibatkan
beberapa regio tubuh, biasanya simetris
- VNS terdiri dari vitiligo akrofasial, vitiligo mukosal, vitiligo universalis, dan vitiligo tipe campuran yang
berhubungan dengan vitiligo segmental
• Vitiligo segmental (VS)
- Pada tipe ini lesi biasanya muncul pada anak-anak, berkembang
dengan cepat (dalam waktu beberapa minggu atau bulan), kemudian menjadi stabil dan
biasanya lebih resisten terhadap terapi
- Vitiligo tipe ini sering
dihubungkan dengan hipotesis neurokimia.
• Undetermined/unclassified o Vitiligo fokal
- Merupakan lesi patch yang tidak memenuhi kriteria ditribusi
segmental, dan tidak
meluas/berkembang dalam waktu 2 tahun
- Vitiligo tipe ini dapat berkembang menjadi tipe VS maupun VNS.
o Mukosal: hanya lesi di mukosa tanpa lesi di kulit
23. Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, dengan
bercak-bercak putih berbatas tegas di paha kanan bagian atas. Bercak dirasakan bertambah dan meluas sejak
sekitar 6 bulan terakhir. Bulu rambut menjadi putih pada beberapa area bercak-bercak putih tersebut (poliosis).
Diagnosis yang tepat untuk kasus tersebut di atas adalah: a. Focal vitiligo
b. Mixed vitiligo c. Mucosal vitiligo d. Acrofacial vitiligo e. Segmental vitiligo
24. Kebotakan nonscaring yang progresif dengan pemendekan fase anagen dari folikel rambut pria dan wanita yang memiliki kecenderungan genetik dan biasanya dalam distribusi pola tertentu dan biasanya dimulai sejak pubertas disebut dengan ? a. Alopesia Areata
b. Alopesia Androgenik c. Alopesia Sikatrikal d. Telogen Efluvium
Alopesia Androgenik
• Alopesia terpola akibat faktor hormon androgen dan genetik. Sifat fisik yang diwariskan secara
herediter, tergantung androgen, menyebabkan konversi rambut terminal menjadi rambut velus dalam pola karakteristik
• Kebotakan rambut kepala terpola:
- Pada pria penipisan rambut di temporal, frontal/parietal, verteks, oksipital
- Pada wanita penipisan rambut difus terutama di daerah frontal/parietal
Derajat Keparahan
Norwood-Hamilton
• Tipe I muncul pada skalp prepubertas dengan rambut terminal tumbuh pada dahi dan pada seluruh scalp
• Tipe II dan III menunjukkan kemunduran garis rambut frontal kebanyakan bentuk M • Tipe IV V, VI menunjukkan
semakin menipis pada vertex • Tipe VII dan VIII tampak
kebotakan bergabung dan
rambut yang tinggal hanya pada belakang dan samping kepala
Ludwig
• Kerontokan difus pada puncak kepala dan
menetapnya garis frontal, namun pada wanita
terdapat juga kerontokan yang meningkat pada
bagian depan, disebut dengan Christmast tree
25. Seorang perempuan usia 18 tahun datang dengan keluhan rambut mudah rontok sejak sembuh dari
menderita demam tifoid. Pada waktu dilakukan hair pull test dinyatakan hasil positif (+), tidak dijumpai adanya kelainan hasil pemeriksaan laboratorium, dan tidak
tampak kelainan pada skalp. Apa diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini?
a. Alopecia areata
b. Alopecia androgenetic c. Alopecia totalis
d. Telogen effluvium akut e. Telogen effluvium kronis