• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Malang, 9 Maret Penulis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Malang, 9 Maret Penulis"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta usaha yang penulis lakukan akhirnya paper ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW sebagai pembawa rahmat yang syafa’atnya selalu kita nanti.

Paper ini dengan judul “Persepsi dan Komunikasi” dimaksudkan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Komunikasi dan Advokasi Kebijakan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya Bapak Dr. Drs. Muhammad Shobaruddin, MA. selaku dosen mata kuliah Komunikasi dan Advokasi Kebijakan yang telah memberikan amanah kepada penulis untuk menyelesaikan paper ini.

Penulis tentu menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk paper ini, supaya nantinya dapat menjadi paper yang lebih baik lagi. Dengan menyelesaikan paper ini, penulis mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil. Semoga dengan adanya paper ini dapat membantu pembaca memahami tentang Persepsi dan Komunikasi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada paper ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih.

Malang, 9 Maret 2021

(4)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAGAN ALUR PEMIKIRAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan... 1 1.3. Metode Penulisan ... 1 BAB II PEMBAHASAN ... 3 2.1. Persepsi Manusia ... 3 2.1.1 Seleksi ... 3 2.1.2 Organisasi ... 4 2.1.3 Interpretasi (Tafsiran) ... 5

2.2. Pengaruh pada Persepsi ... 6

2.2.1 Fisiologi ... 6

2.2.2 Budaya ... 7

2.2.3 Peran Sosial ... 7

2.2.4 Kemampuan Kognitif ... 7

2.3. Meningkatkan Kompetensi Komunikasi ... 8

2.3.1 Persepsi, Komunikasi, dan Abstraksi ... 8

2.3.2 Pedoman untuk Meningkatkan Kompetensi ... 8

BAB III PENUTUP ... 10

3.1. Kesimpulan... 10

3.2. Saran ... 10

(5)

iv

BAGAN ALUR PEMIKIRAN

PERSEPSI DAN KOMUNIKASI PERSEPSI MANUSIA SELEKSI ORGANISASI PROTOTYPE (BENTUK DASAR) KONSTRUKSI PRIBADI MENGKLISEKAN PRASANGKA (STEREOTIPE) NASKAH (SKRIP INTERPRETASI (TAFSIRAN) ATRIBUSI PENELITIAN PRASANGKA MANDIRI PENGARUH PADA PERSEPSI FISIOLOGI BUDAYA PERAN SOSIAL KEMAMPUAN KOGNITIF KOGNITIF KOMPLEKSITAS KOGNITIF BERPUSAT PADA MANUSIA MENINGKATKAN KOMPETENSI KOMUNIKASI PERSEPSI, KOMUNIKASI, ABSTRAKSI PEDOMAN MENINGKATKAN KOMUNIKASI PERSEPSI ADALAH SUBJEKTIF HINDARI MEMBACA PIKIRAN PERIKSA PERSEPSI DENGAN ORANG LAIN BEDAKAN FAKTA DAN KESIMPULAN MEMANTAU PRASANGKA DIRI SENDIRI

(6)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perlunya mengeksplorasi hubungan antara persepsi dan komunikasi untuk memahami bagaimana manusia menciptakan makna untuk dirinya sendiri dan aktivitasnya. Kedua proses ini berinterakasi sehingga saling mempengaruhi dalam siklus berkelanjutan. Dengan kata lain, persepsi membentuk bagaimana kita memahami komunikasi orang lain dan bagaimana kita sendiri berkomunikasi. Pada waktu yang bersamaan, komunikasi mempengaruhi persepsi apa yang disekitar kita dan apa yang kita rasakan. Terdapat beberapa arti penting dari adanya materi ini, yaitu: 1. Bagi penulis: materi ini memberikan gambaran baru bagi penulis dalam memahami bagaiamana bentuk – bentuk komunikasi dapat memberikan pengaruh dalam membentuk persepsi seseorang. Selain itu, dengan adanya materi ini mendorong penulis untuk terus mengembangkan keativitas dalam berfikir dan berimajinasi untuk menciptakan sebuah tulisan.

2. Bagi professional: dapat dijadikan sebagai referensi dalam mengartikan suatu persepsi yang dipengaruhi oleh cara berkomunikasi, sehingga dapat mendorong perubahan dalam membuat kebijakan publik yang berdimensi pada kepentingan publik secara luas dapat dilaksanakan dengan advokasi yang strategis sehingga masyarakat dapat menerima manfaat dari kebijakan publik yang dibuat oleh para professional.

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami bagaimana persepsi dan komunikasi berinteraksi.

a. Mengetahui dan memahami persepsi manusia melalui proses seleksi, organisasi, dan interpretasi

b. Mengetahui dan memahami pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. c. Mengetahui dan memahami cari meningkatkan kompetensi dalam berkomunikasi. 1.3. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah metode kepustakaan, yakni mencari referensi-referensi yang dari berbagai sumber. Dengan menggunakan metode kepustakaan, penulis dapat menggunakan semua informasi dan ide yang berkaitan untuk dibahas yang kemudian dikumpulkan. Mengumpulkan informasi atau data dari berbagai sumber dapat dilakukam dengan cara membaca, mereview, meneliti dan merekam dokumen yang berkaitan dengan topik. Data dan informasi yang dapat mendukung penulisan ini dikumpulkan dengan cara melakukan penelusuran pustaka dan

(7)

2

mencari sumber – sumber yang dianggap relevan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu diantaranya:

1. Melakukan studi pustaka terlebih dahulu sebelum menganalisis data untuk dijadikan bahan pertimbangan dam menambah wawasan bagi penulis mengenai ruang lingkup pembahasan dan konsep – konsep yang tercakup di dalam tulisan.

2. Mencari data referensi yang dianggao relevan guna dijadikan sebagai acuan dan dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga analisis dalam pembahasan dapat dilakukan, dan juga diperoleh solusi dan kesimpulan.

(8)

3

BAB II PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis mencoba untuk membahas bagaimana bentuk – bentuk dari komunikasi dapat bekerja dalam mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Manusia sebagai manusia sosial dimana dalam melaksanakans segala aktivitas sehari – hari, dan tentu terdepata kegiatan komunikasi di dalamnya. Dengan adanya pembahasan ini, penulis berhadap bagi yang membaca tulisan ini dapat menyadarai bahwa tindakan manusia baik nyata maupun tidak, dipengaruhi oleh bagaiaman seseorang mempresepsikan sesuatu itu negatif ataupun positif melalui bagaimana seseorang menyampaian sesuatu melalui komunikasi.

2.1. Persepsi Manusia

Persepsi manusia berkaitan dengan bagaimana cara kita dalam memahami dunia atau lingkungan yang ada di sekitar kita dan apa yang terjadi di dalamnya. Persepsi adalah suatu proses aktif dalam memilih, mengatur, dan menafsirkan seseorang, objek, peristiwa, situasi, dan aktivitas. Hal pertama yang harus diperhatikan tentang arti dari persepsi adalah bahwa persepsi merupakan suatu proses yang aktif bekerja untuk memahami diri sendiri, orang lain dan interaksi sekitar. Persepsi terdiri dari tiga proses, yaitu : pemilihan (selection), pengorganisasian (organization), dan penafsiran (interpretation). Ketiga proses yang ada merupakan suatu proses yang saling berkaitan dan berkelanjutan, sehingga berbaur dan saling mempengaruhi untuk kedepannya didalam mencapai suatu tujuan, proses tersebut juga interaktif, sehingga mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.

2.1.1 Seleksi

Didalam kehidupan sehari-hari terkadang kita tidak menyadari apa saja yang terjadi di sekitar kita, ini adalah ciri khas bagaimana kita dalam menjalani kehidupan. Stimulasi akan terjadi didalam kita melakukan komunikasi, stimulasi sendiri adalah datangnya sebuah sensasi. Sensasi adalah tahap paling awal dalam penerimaan informasi (Mulyana, 2002, p.59). Sensasi yang menstimulus tadi menimbulkan atensi atau perhatian dari diri peserta komunikasi. Kemudian berlanjut dengan adanya seleksi. Peserta komunikasi akan menyeleksi mana saja stimulasi yang layak masuk ke tahap berikutnya. Hal ini disebabkan keterbatasan manusia yang tidak mungkin memberi atensi kepada semua hal yang ada dilingkungannya, stimulus yang

PERSEPSI MANUSIA

ORGANISASI PENAFSIRAN

(9)

4

dianggapnya relevan yang akan mereka berikan perhatian/atensi untuk masuk ke tahap selanjutnya (Wood, 2007, p.74). Rangsangan mana yang kita perhatikan bergantung pada sejumlah faktor. Pertama, beberapa kualitas fenomena eksternal menarik perhatian. Misalnya, kami memperhatikan banyak hal yang nyata karena bersifat langsung, relevan, atau intens. Kedua, persepsi kita dipengaruhi oleh ketajaman indera. Misalnya, jika Anda memiliki indera penciuman yang baik, kemungkinan kita akan melihat orang atau terpikat oleh aroma roti yang baru dipanggang. Ketiga, perubahan atau variasi menarik perhatian.

2.1.2 Organisasi

Setelah dapat memilih apa yang perlu kita perhatikan maka kita juga perlu memahaminya. Teori yang paling berguna untuk menjelaskan bagaimana kita mengatur persepsi adalah konstruktivisme, teori bahwa kita mengatur dan menafsirkan pengalaman dengan menerapkan struktur kognitif yang disebut skema kognitif untuk memahami persepsi: prototipe, konstruksi pribadi, stereotipe, dan skrip (Fehr, 1993; Hewes, 1995).

Prototipe (bentuk dasar) merupakan struktur pengetahuan yang mendefinisikan yang terbaik atau contoh paling representatif dari beberapa kategori (Fehr, 1993) dan memiliki arti lain Prototypes, yaitu representasi yang paling mendekati dengan kategori pesan tersebut. Prototipe mencontohkan kategori tempat kita menempatkan orang dan fenomena lainnya. Kita boleh kemudian pertimbangkan seberapa dekat fenomena tertentu dengan prototipe mengenai kategori. contoh, Anda mungkin memiliki prototipe guru yang sangat baik, teman sejati, hebat pembicara publik, dan pasangan romantis yang sempurna. masing-masing kategori ini adalah dicontohkan oleh orang yang merupakan kasus ideal.

Konstruksi pribadi adalah tolok ukur mental yang memungkinkan kita untuk memposisikan orang lain dan situasi di sepanjang dimensi pertimbangan atau memiliki arti, yaitu tolak ukur yang ada di benak seseorang mengenai penilaian dua sisi sebuah situasi. Contoh konstruksi pribadi adalah cerdas - tidak cerdas, bertanggung jawab - tidak bertanggung jawab, baik hati - tidak baik hati, dan menarik - tidak menarik. Untuk menilai seseorang, kita

PROTOTYPE KONTRUKSI

PRIBADI

STEREOTIPE NASKAH

(10)

5

mengukurnya dengan konstruksi pribadi yang kita gunakan mengenai pikiran kita tentang orang tersebut. Betapa cerdas, baik, bertanggung jawab, dan menariknya ini orang? Sedangkan prototipe membantu kita memutuskan ke dalam kategori luas seseorang atau situasi yang cocok, konstruksi pribadi kita buat penilaian yang lebih rinci kualitas tertentu dari fenomena yang telah kita rasakan secara selektif.

Stereotipe (mengklisekan perkara) adalah generalisasi prediktif tentang orang lain dan situasi sekitar atau memiliki arti sederhana yaitu Stereotip adalah sebuah keyakinan positif ataupun negatif yang dipegang terhadap suatu kelompok sosial tertentu. Berdasarkan kategori dimana kita menempatkan suatu fenomena dan bagaimana caranya fenomena ini mengukur konstruksi pribadi yang kita terapkan, lalu memprediksi apa yang akan dilakukannya. Stereotip biasanya akan timbul suatu prasangka negatif yang tidak dapat dibenarkan terhadap anggota kelompok tersebut. Stereotip dapat bersifat positif dan ada yang negatif, contohnya orang padang adalah pekerja keras dan stereotip negatifnya adalah keras kepala.

Skrip atau naskah, yaitu panduan/perencanaan yang ada di benak kita untuk bagaimana kita bersikap, didalam aktivitas sehari-hari kita sering diatur oleh skrip, meskipun kita sering melakukannya dengan tidak sadar. Christine Bachen dan Eva Illouz (1996) mempelajari 184 orang untuk mempelajari tentang pandangan mereka tentang romansa. Mereka menemukan orang tersebut memiliki skrip yang jelas untuk urutan acara yang sesuai didalam kencan pertama dan makan malam romantis. Dalam berkencan dan dalam sebagian besar aktivitasnya, digunakan skrip untuk mengatur persepsi menjadi garis tindakan.

2.1.3 Interpretasi (Tafsiran)

Proses selanjutnya adalah penginterpretasian dan evaluasi. Kedua proses ini tidak dapat dipisahkan. Pada tahap ini terjadi pembentukan kesimpulan. Tahap ini bersifat sangat subjektif dan dipengaruhi berbagai faktor yang bersifat personal (DeVito, 2006, p.60). Untuk menentukan sebuah makna maka kita perlu menafsirkan apa yang telah kita perhatikan dan atur maka dari itu maka diperlukan intepretasi proses atribusi.

Atribusi adalah penjelasan mengapa sesuatu terjadi dan mengapa orang bertindak seperti yang mereka lakukan. Atribusi memiliki empat dimensi. Yang pertama adalah lokus, yaitu atribut apa yang dilakukan seseorang baik faktor internal atau faktor eksternal. Dimensi kedua adalah stabilitas, yang menjelaskan tindakan sebagai hasil dari faktor stabil yang tidak berubah atau dari faktor sementara yang tidak. Cakupan atau spesifisitas adalah dimensi ketiga, dan mendefinisikan perilaku sebagai bagian dari global pola atau contoh spesifik. Terakhir, dimensi tanggung jawab juga mengaitkan perilaku untuk faktor-faktor yang dapat dikontrol orang atau ke yang tidak bisa mereka. Aktif menjelaskan persepsi yang akan diberikan artinya bagi mereka.

(11)

6

Adapun penelitian prasangka mandiri yaitu persepsi yang melibatkan tiga proses yang saling terkait. Pertama dari ini, seleksi, memungkinkan kita untuk memperhatikan hal-hal tertentu dan mengabaikan yang lain. Proses kedua adalah organisasi, di mana kita menggunakan prototipe, konstruksi pribadi, stereotipe, dan skrip untuk mengatur apa yang telah kita persepsikan secara selektif. Terakhir, kita terlibat dalam interpretasi dengan menggunakan atribusi untuk menjelaskan apa yang kami lakukan dan yang lainnya melakukannya. Meskipun kita membahas proses ini secara terpisah, pada kenyataannya mereka berinteraksi terus menerus.

2.2. Pengaruh pada Persepsi

Persepsi adalah proses memaknasi informasi yang didapat dari berbagai modalitas sensorik pada tubuh (Marwick dan Birrell, 2015, h. 122). Sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna, manusia diberikan akal untuk berfikir yang memiliki perbedaan diantara satu dengan yang lainnya dalam hal bersikap, bertindak, dan berfikir. Terdapat sudut pandang yang berbeda dalam penginderaan yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata (Sugihartono, 2007). Persepsi merupakan inti dari sebuah komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti dari suatu persepsi yang identik dengan penyandian-balik dalam proses komunikasi (Mulyana. 2000).

2.2.1 Fisiologi

Dalam konteks persepsi, alasan yang jelas mengapa persepsi bervariasi adalah bahwa orang berbeda dalam kemampuan sensorik dan fisiologis. Sebagai salah satu bukti nyata variasinya suatu persepsi yaitu mengenai respon dalam memaknai sebuah musik. Musik yang menurut seseorang memekakkan teling, belum tentu hal tersebut sama dengan orang yang lainnya, bahkan hampir tidak terdengar oleh orang tersebut (Wood, 2009). Fisiologi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk persepsi. Mengutip pernyataan Wentzel dan Kathryn, Bandura di dalamnya mengatakan bahwa seseorang dapat memperoleh informasi dari keadaan fisiologi dan emosional sepserti kecemasan dan stress (Fitriach, 2020, h. 50). Jika seseorang sedang dalam keadaan lelah, stres, atau sakit, orang tersebut cenderung akan menganggap komentar dari rekan kerjanya merupakan sebuah kritikan terhadapnya. Begitu

(12)

7

juga sebaliknya, komentar yang dilontarkan tersebut mungkin akan menjadi hal biasa dan tidak akan mengganggu jika orang tersebut dalam keadaan baik (Wood, 2009).

2.2.2 Budaya

Adanya faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah karateristik lingkungan masyakrat dalam hal ini karakteristik sosial budaya masyarakat sendiri. Penilaian atau persepsi oleh seseorang tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan penilian seseorang tersebut dari penilaian terhadap latar belakang sosial budaya masyarakat (Prasetijo dan Ikhwalauw, 2005). Budaya terdiri dari keyakinan, nilai, pemahaman, praktik, dan cara menafsirkan pengalaman yang dibagikan oleh sejumlah orang. Ini adalah satu set asumsi yang diterima begitu saja yang membentuk pola hidup dan panduan kita bagaimana kita memandang serta bagaimana kita berpikir, merasakan, dan bertindak (Wood, 2009).

2.2.3 Peran Sosial

Individu di dalam masyarakat merupakan kesatuan yang saling berinterkasi sehingga membentuk kehidupan yang mempunyai jiwa. Sebagaimana terungkap dalam ungkapan-ungkapan jiwa rakyat, kehendak rakyat, kesadaran masyarakat dan seterusnya. Jiwa masyarakat ini merupakan potensi yang berasal dari unsur-unsur masyarakat meliputi pranata,status,dan peranan sosial (Bahar, h. 5). Persepsi kita juga dibentuk oleh peran sosial yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Pesan yang memberi tahu bahwa seseorang diharapkan dapat memenuhi peran tertentu sesuai dengan tuntutan sebenarnya dari peran tersebut yang dapat mempengaruhi cara kita memandang dan berkomunikasi (Wood, 2009). Seperti halnya seorang dokter dalam perannya sebagai seorang tenaga kesehatan yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang sehingga orang tersbut dapat mempercayai apa yang didiagnosa oleh seorang dokter

2.2.4 Kemampuan Kognitif

Adapun hal selain fisiologis, budaya, dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu dibentuk oleh kemampuan kognitif kompleksitas dan kognitif berpusat pada manusia. Kompleksitas kognitif, setiap orang berbeda dalam jumlah dan jenis pengetahuan skema yang mereka gunakan untuk mengatur dan menafsirkan orang dan situasi. Persepsi yang berpusat pada orang, mencerminkan kompleksitas kognitif karena memerlukan pemikiran abstrak dan jangkauan yang luas. Persepsi yang berpusat pada orang adalah kemampuan untuk melihat orang lain sebagai individu yang unik dan berbeda. (Wood, 2009). Krech di dalamnya menekankan bahwa persepsi berkaitan dengan peta kognitif individu bukanlah penlajian fotografik dari suatu kennyataan fisik, melainkan agak bersifat konstak pribadi yang kurang

(13)

8

sempuma mengenai objek tertenru, diseleksi sesuai dengan kepentingan utamanya dan dipahami menurut kebiasaan-kebiasaannya (Simbolon, 2007, h. 54).

2.3. Meningkatkan Kompetensi Komunikasi

Menjadi komunikator yang kompeten, perlu menyadari bahwa persepsi dan komunikasi saling mempengaruhi. Berikut hubungan antara persepsi dan komunikasi serta pedoman untuk meningkatkan kompetensi.

2.3.1 Persepsi, Komunikasi, dan Abstraksi

Persepsi merupakan proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi prilaku kita (Mulyana, 2005:167). Ketika kita menyebutkan perasaan dan pikiran, kita menciptakan cara yang tepat untuk menggambarkan dan memikirkannya. Begitu kita

memberi label persepsi kita, kita dapat merespons label kita sendiri daripada fenomena yang sebenarnya. Ini berarti bahwa apa yang kita rasakan adalah langkah yang dihapus dari rangsangan karena persepsi yang selalu parsial dan subjektif. Sedangkan, komunikasi sendiri juga didasarkan pada proses mengabstraksi dari rangsangan kompleks serta menyarankan untuk meningkatkan kompetensi dalam interaksi. Sehingga, Persepsi merupakan inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif.

2.3.2 Pedoman untuk Meningkatkan Kompetensi

Berpikir tentang komunikasi sebagai proses abstrak menyarankan cara untuk meningkatkan kompetensi dalam interaksi. Perlu adanya pedoman untuk membantu kita menghindari masalah abstraksi yang dapat mengundang interaksi.

Mengakui bahwa semua persepsi itu subyektif. Menurut Webster sebagaimana dikutip oleh Sutisna (2001:63) yang menyatakan persepsi adalah proses bagaimana stimulus-stimulus yang mempengaruhi tanggapan-tanggapan itu diseleksi dan diinterpretasikan, persepsi setiap orang terhadap suatu objek itu berbeda-beda oleh karena itu persepsi mempunyai sifat subyektif. Persepsi bernilai subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Jadi, informasi yang kita dapat, lihat, dan rasakan biasanya tidak lengkap, ini terjadi karena kita langsung menyimpulkan apa yang ada didepan kita.

(14)

9

Hindari membaca pikiran. Persepsi yang akurat juga bisa dilakukan dengan menghindari “membaca” isi pikiran orang lain. Ketika kita membaca pikiran, kita bertindak seolah-olah kita tahu apa yang ada di pikiran orang lain, dan ini bisa membuat kita mendapat masalah. Kita mungkin kadang berusaha menerka-nerka apa yang dipikirkan orang lain, padahal sebenarnya belum tentu orang tersebut memikirkan hal yang kita khawatirkan (Sarmiati, 2019: 100-101). Ini akan membuyarkan persepsi dan menjadikannya kurang akurat, sehingga menghindari membaca pikiran merupakan salah satu cara meningkatkan persepsi.

Periksa persepsi orang lain. Karena persepsi bersifat subyektif, kita perlu memeriksa persepsi kita dengan orang lain. Pengecekan persepsi adalah keterampilan komunikasi yang penting karena membantu orang-orang

saling memahami. Untuk memeriksa persepsi, pertama-tama Anda harus menyatakan apa yang Anda perhatikan. Kedua, periksa apakah orang lain merasakan hal yang sama. Ketiga, menawarkan penjelasan alternative dari persepsi Anda (Wood, 2009: 48). Maka dari itu, selanjutnya dibutuhkan verifikasi dengan sedemikian rupa menggunakan metode yang terukur dan disepakati bersama, dan status hasil verifikasi harus mengikat dan bisa dipakai sebagai jembatan pengambilan keputusan. Dengan demikian, jalan menuju resolusi konflik akan semakin terbuka dan konsensus akhir berpeluang besar bisa dicapai.

Bedakan antara Fakta dan Kesimpulan. Suryanto (2015: 103) mengatakan bahwa fakta adalah keadaan atau peristiwa yang merupakan kenyataan. Fakta merupakan pernyataan berdasarkan observasi atau data lain tentang sesuatu yang ada dalam kenyataan dan kebenaran tidak perlu diragukan lagi. Sedangkan kesimpulan merupakan interpretasi yang dilekatkan pada fakta. Umumnya, individu mencampuradukkan antara fakta dan kesimpulan. Sehingga ketidakmampuan dalam membedakan fakta dan kesimpulan akan mengakibatkan kesalahpahaman komunikasi

Memantau Prasangka pada Diri Sendiri. Prasangka pada diri sendiri mencontohkan kecenderungan luas manusia untuk melindungi citra diri (Tavris & Aronson, 2007: 7).

Misalnya, ingin menjadi kompeten, baik, cerdas, dan lain hal positif lainnya. Individu cenderung mengaitkan kesalahan kita dengan kekuatan luar yang tidak bisa tidak kita atributkan semua kebaikan yang kita lakukan dengan kualitas dan upaya pribadi kita. Ketika seseorang melakukan kesalahan, kita cenderung menghubungkan kesalahan tersebut dengan kekuatan internal, bukan eksternal, di luar kendali mereka (Sedikides et.al, 1998: 378).

(15)

10

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Persepsi manusia melibatkan pemilihan, pengorganisasian, dan penafsiran pengalaman. Dalam praktiknya, interaksi ketiga proses tersebut saling mempengaruhi dalam persepsi. Persepsi dibentuk oleh banyak faktor. Kemampuan dan kondisi fisiologis kita mempengaruhi apa yang kita perhatikan dan bagaimana kita mengenali rangsangan di sekitar kita. Selain itu, latar belakang budaya dan sudut pandang kami di masyarakat membentuk cara kami melihat dan berinteraksi dengan dunia. Peran sosial adalah pengaruh lain pada persepsi. Dengan demikian, pelatihan dan peran profesional dalam keluarga memengaruhi apa yang kami perhatikan dan bagaimana kami mengatur dan menafsirkannya. Akhirnya, persepsi dipengaruhi oleh kemampuan kognitif, termasuk kompleksitas kognitif, persepsi berpusat pada orang, dan pengambilan perspektif. Berpikir tentang komunikasi sebagai proses abstrak membantu kita memahami bagaimana persepsi bekerja. Kami membahas lima panduan untuk menghindari masalah abstraksi yang kadang-kadang menyebabkan. Pertama, sadari bahwa semua persepsi bersifat subyektif, jadi tidak ada pemahaman benar atau terbaik tentang situasi atau seseorang. Kedua, karena orang melihat secara berbeda, kita harus menghindari membaca pikiran atau mengasumsikan kita tahu apa yang orang lain rasakan. Ketiga, ada baiknya untuk memeriksa persepsi, yang meliputi menyatakan bagaimana Anda memahami sesuatu dan menanyakan bagaimana orang lain melihatnya. Pedoman keempat adalah membedakan fakta dari kesimpulan. Akhirnya, menghindari prasangka yang melayani diri sendiri adalah penting karena itu dapat membawa kita untuk menganggap diri kita terlalu murah hati dan orang lain terlalu keras.

3.2. Saran

Catatan kekurangan aspek tulisan yang belum di bahas serta saran bagi penulis lain yang hendak menulis topik yang sama, yaitu

1. Aspek mengenai umpan balik sebagai cara menguji sejauh mana persepsi dapat komunikasikan

2. Adanya keterbatasan dalam segi waktu dan kemampuan dalam penulisan paper ini Dengan adanya penulisan paper ini, semoga menjadi pembelajaran bagi penulis sendiri agar dapat menjadi lebih baik lagi dalam menulis paper di lain kesempatan dan juga semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, paling tidak untuk penulis sendiri.

(16)

11

DAFTAR PUSTAKA

Bahas, H. 2016. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Forum Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Studi di Desa Panciro Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa). Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Desvianto, Sofyan. 2013. Studi Fenomenologi :Proses Pembentukan Persepsi Mantan Pasien Depresi di Rumah Pemulihan Soteria. Jurnal E-Komunikasi Vol 8(2) 122-124. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Fitirach, N. W. 2020. Permodelan Pembelajaran IPA Dengan Teknik Two Stay Two Stray. Tangerang Selatan: Indocamp.

Marwick, K. F. dan Birrell, S. 2009. Crash Course Psychiatry 1 Indonesian Edition. Singapore: Elsevier. hal 122.

Mulyana, Deddy. 2002. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Human Communication:Prinsip – Prinsip Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prasetijo, R. dan Ikhwalauw, J.O.I. 2005. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: ANDI. Sarmiati, Elva R.R. 2019. Komunikasi Interpersonal. Malang: CV IRDH.

Sugihartono, at all. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sedikides, C., Campbell, W. K., Reeder, G. D., & Elliot, A. J. 1998. The self-serving bias in relational context. Journal of Personality and Social Psychology, 74(2), 378—386.

Simbolon, M. 2007. Persepsi dan Kepribadian. Jurnal Ekonomis, 1(1), 52-66. Bandung Barat: Universitas Advent. hal 54.

Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi Bandung: CV Pustaka Setia.

Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Tavris, C., & Aronson, E. 2007. Mistakes were made (but not by me): Why we justify foolish beliefs, bad

decisions, and hurtful acts. New York: Harcourt.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melakukan penyimpanan kemasan limbah B3-nya, PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap sudah menerapkannya di ketiga bagian gudang limbah B3. Akan tetapi peletakan kemasan

Delapan artikel tersebut mengulas tentang , biologi reproduksi dan kebiasaan makan ikan Banggai Cardinal (Pteropogon kauderni, Koumans 1933), keanekaragaman ikan di daerah padang

karton pembungkus botol vial tersebut diperlakukan sebagai limbah biasa r 2.3.4.6.7]. Penanganan Limbah

Skipsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples dengan Pencitraan Tepandu dalam Peningkatan Minat, Aktivitas, dan Hasil Belajar IPA

Intervensi yang diberikan pada pasien dalam penelitian adalah pemberian erythromycin dan metoclopramide sebelum operasi sebagai prokinetik untuk mencegah ileus pasca

• Hubungan Kemanusiaan atau gaya yang lunak dihubungkan pada pemimpin yang tidak k dihubungkan pada pemimpin yang tidak mempertimbangkan perbedaan yang besar diantara teman-teman

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa return on assets dan quick ratio masing-masing menunjukkan bahwa masing-masing variabel mempunyai pengaruh yang signifikan

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD KELAS 2B. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu