• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sepak bola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sepak bola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu yang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sepak Bola

Sepak bola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 11 orang pemain, yang lazim disebut kesebelasan. Masing-masing regu berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan berusaha mempertahankan gawangnya sendiri agar tidak kemasukkan, sepak bola mempunyai tujuan yang sangat sederhana, yaitu berusaha memasukan bola ke gawang lawan dan berusaha mempertahankan gawangnya agar tidak kemasukan bola dari lawan. Apabila unsur unsur yang menunjang dalam mencapai tujuan permainan maka tujuan tersebut akan dapat dengan mudah tercapai (Sarumpaet, 1992).

Sepak bola adalah permainan beregu yang dimainkan masing-masing regunya yang terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Permainan boleh dilakukan dengan seluruh anggota tubuh selain tangan, kecuali penjaga gawang diperbolehkan menggunakan tangan (Soekatamsi 1994).

Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola kian kemari untuk diperebutkan di antara pemainpemain yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang sendiri agar tidak kemasukan bola. Di dalam permainan sepak bola, setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang atau kiper yang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan. Sepak bola merupakan permainan beregu yang masingmasing regu terdiri atas sebelas

(2)

pemain. Biasanya permainan sepak bola dimainkan dalam dua babak (2x45 menit) dengan waktu istirahat (10 menit) di antara dua babak tersebut.

Sepak bola adalah permainan beregu yang dimainkan dengan menggunakan seluruh bagian tubuh selain tangan kecuali penjaga gawang yang diperbolehkan menggunakan tangan, dan permainan ini mengutamakan kerjasama tim serta berusaha untuk memasukan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya dan mempertahankan gawang sendiri agar tidak kemasukan.Dalam pengertian lain sepak bola merupakan permainan kelompok yang melibatkan banyak unsur, seperti fisik, teknik, taktik, dan mental (Herwin, 2006).

Menurut Muchtar (1992) teknik sepak bola adalah cara pengolahan bola maupun pengolahan gerak tubuh dalam bermain. Pemain yang memiliki fisik dan mental yang lebih dapat melakukan gerakan terampil ketika dalam permainan. Pada saat dalam peraminan, pemain yang mampu berlari beberapa meter dalam suatu pertandingan, hampir menyamai kecepatan sprinter dan dapat menghadapi perubahan situasi permainan dengan cepat. Kemampuan pemain untuk memenuhi semua tantangan ini menentukan penampilan dilapangan sepak bola (Joseph, 1999).

Soekatamsi (2001) menyatakan bahwa teknik bermain sepak bola dibagi menjadi dua yaitu (1) Teknik tanpa bola (teknik badan) dan (2) Teknik dengan bola. Teknik tanpa bola pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan fisik untuk mencapai kesegaran jasmani (physicalfitness) agar dapat bermain sepak bola dengan sebaik-baiknya. Unsur-unsur teknik tanpa bola terdiri dari lari cepat dan mengubah arah, melompat dan meloncat, gerak tipu tanpa bola dan gerakan-gerakan khusus untuk penjaga gawang. Sedangkan, teknik dengan bola yaitu semua gerakan-gerakan dengan bola. Kemampuan seorang pemain dalam memainkan bola akan sangat membantu penampilannya dalam bermain sepak bola. Teknik dasar

(3)

dengan bola yang harus dimiliki pemain sepak bola menurut (Herwin, 2004) antara lain adalah pengenalan bola dengan bagian tubuh (ball feeling), mengoper bola (passing), mengoper bola pendek dan panjang atau melambung, menendang bola ke gawang (shooting), menggiring bola (dribbling), menghadapi lawan dan daerah bebas, menerima dan menguasai bola (receiving and controlling the ball) dengan kaki, paha, dan dada, menyundul bola (heading) untuk bola lambung atau bola atas, gerak tipu (feinting) untuk melewati lawan, merebut bola (tackling) saat lawan menguasai bola, melempar bola (throw-in) bila bola keluar lapangan untuk menghidupkan kembali permainan dan teknik menjaga gawang (goal keeping).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan dasar sepak bola adalah tingkat kemahiran yang dimiliki seseorang dalam bermain sepak bola. Teknik ini akan sangat bermanfaat apabila dapat dikuasai dengan benar. Pada penelitian ini teknik-teknik dasar sepak bola yang akan diteliti meliputi menimang bola (jugling), menggiring bola (dribbling), mengoper bola (passing), menembak bola (shooting), dan menyundul bola (heading). Di bawah ini akan dijelaskan bentuk-bentuk latihan teknik dasar dalam permainan sepak bola.

2.1.1 Menimang Bola (jugling)

Juggling pada prinsipnya merupakan teknik dasar bermain sepak bola yang dilakukan dengan memantul-mantulkan bola menggunakan kaki, paha, kepala (dahi) bahkan menggunakan dada. istilah juggling dalam sepak bola merujuk pada aktivitas menendang- nendang bola ke atas atau menyundul bola berulang-ulang ke atas. Yang paling pokok adalah bola harus dijaga sedemikian rupa sehingga jangan sampai jatuh menyentuh tanah.

Teknik dasar juggling diberikan atau dilatikan kepada siswa pemula dalam sepkbola dimaksudkan untuk mengenal bola. Mengenal bola yang

(4)

dimaksud yaitu, mengenal sifat-sifat bola. Dengan mengenal sifat-sifat bola melalui juggling diharapkan akan mendukung penguasaan teknik dasar sepak bola lainnya secara lebih lanjut. Menurut Sneyers (1990) bahwa, untuk para remaja harus kita luangkan waktu yang cukup untuk mengajarkan berbagai teknik penguasaan bola. Hal ini dimaksudkan untuk memupuk suatu feeling terhadap bola pada setiap pemain. Sedangkan Mielke (2003) berpendapat, melakukan juggling adalah cara yang sangat bagus untuk mengembangkan reaksi yang cepat, kontrol bola, dan meningkatkan konsentrasi yang diperlukan agar bisa berperan dengan baik di dalam permainan sepak bola. Mielke (2003), menyatakan bahwa, macam-macam cara melakukan juggling dapat dilakukan dengan menggunakan kaki, paha, dada dan kepala.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, juggling merupakan teknik mengenal sifat-sifat bola dan upaya meningkatkan penguasaan bola. Juggling dapat dilakukan dengan menggunakan kaki, paha, kepala, dada dan kepala serta mengkombinasikan bagian-bagian tersebut. 2.1.2 Menggiring Bola (Dribbling)

Menurut (Mielke, 2003) dribbling didefinisikan sebagai penguasaan bola dengan kaki saat kamu bergerak di lapangan permainan. Menggiring bola dapat di artikan sebagai suatu gerakan lari menggunakan bagian kaki mendorong bola agar bergulir terus-menerus di atas tanah. Menggiring bola dapat dilakukan pada saat-saat menguntungkan saja, yaitu bebas dari lawan. Kegunaan teknik menggiring bola antara lain untuk melewati lawan berputar dan mengubah arah bola mencari kesempatan memberikan umpan bola kepada kawan dengan tepat menahan bola tetap dalam penguasaan dan

(5)

menyelamatkan bola, apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk segera mengoperkan bola kepada kawan.

Macam-macam teknik dasar menggiring bola adalah menggiring bola dengan kaki bagian dalam, menggiring bola dengan punggung kaki, menggiring bola dengan punggung kaki bagian luar.

2.1.3 Passing(mengoper)

Menurut (Kushandoko,2002) passing dalam sepak bola ada beberapa macam. Untuk memberikan bola ke teman yang posisinya berjauhan, seorang pemain sering melakukan umpan jarak jauh dengan bola yang melambung. Sedang untuk posisi yang berdekatan dilakukan umpan pendek dengan bola datar menyusur tanah. Mengumpan juga bisa menggunakan kaki bagian dalam atau luar (efek). Selain itu ada juga beberapa jenis mengumpan antara lain mengumpan secara diagonal atau sering dikenal dengan istilah umpan menyilang dan umpan terobosan.

Mielke (2007) menyatakan passing adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain lain. (Luxbacher, 2001) Membagi teknik dasar passing menjadi 3, yaitu:

(a) Menendang bola dengan kaki bagian dalam (inside of foot). (b) Kaki bagian luar (outside of the foot).

(c) Punggung kaki (instep of the foot).

Kebanyakan passing menggunakan kaki bagian dalam karena di kaki bagian itulah terdapat permukaan yang lebih luas sehingga operan lebih baik. 2.1.4 Menembak Bola (Shooting)

Menurut Mielke (2003) dari sudut pandang penyerangan, tujuan sepak bola adalah melakukan shooting ke gawang. Seseorang pemain harus

(6)

menguasai keterampilan dasar menendang bola dan selanjutnya mengembangkan sederetan shooting yang memungkinkannya untuk melakukan tendangan shooting dan mencetak gol dari berbagai posisi di lapangan

Luxbacher (2001) membagi teknik dasar shooting menjadi 5 macam, yaitu tembakan instep drive, tembakan full volley, tembakan half volley, tembakan side volley, dan tembakan swerving.

2.1.5 Menyundul (Heading)

Menyundul bola merupakan suatu keterampilan teknik dasar dalam permainan sepak bola dengan menggunakan bagian kepala. Para pemain bisa melakukan heading ketika sedang meloncat, melompat ke depan, menjatuhkan diri (diving), atau tetap diam dan mengarahkan bola dengan tajam ke gawang atau teman satu tim (Mielke, 2003). Kegunaan menyundul bola dalam permainan sepak bola antara lain untuk mengoperkan bola kepada teman untuk memasukkan bola ke arah gawang lawan dan untuk menyapu bola di daerah pertahanan sendiri serta mematahkan serangan lawan. Adapun teknik menyundul bola ada dua macam yaitu menyundul bola dengan sikap berdiri di tempat dan menyundul bola dengan sikap berlari.

2.1.6 Biomekanika Saat Menendang Bola

Menendang bola merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh seorang pemain sepak bola, karena berdasarkan fungsinya, menendang bola dapat digunakan sebagai cara memberikan (mengoper) bola kepada teman dalam berbagai jarak dan menembak bola ke gawang. Jika kemampuan menendang bola ini kurang baik maka seorang pemain dapat dikatakan tidak dapat bermain sepak bola dengan baik.

(7)

Biomekanika sering digunakan untuk membantu menguraikan, mendefinisikan dan memperbaiki permainan sepak bola. Biomekanika membantu untuk pemain dan pelatih untuk lebih memahami gerakan, sehingga mereka lebih bisa meningkatkan apa yang seharusnya dilakukan untuk mencapai tujuan yang akan dituju, seperti shooting yang bertujuan untuk memasukkan bola ke dalam gawang lawan hal ini sangat penting, merujuk kepada Fralick (1945) yang menyatakan, shooting at the goal is a very important phase of the game.

Berbicara tentang biomekanika tendangan pada sepak bola tentu saja tidak terlepas dari kecepatan, kekuatan dan akurasi yang ditambah dengan hukum Newton yang bekerja pada beberapa posisi tubuh kita. Sebuah studi pendahuluan diawali oleh (Hall, 2009) mendapatkan hasil bahwa perubahan sudut tubuh saat menendang tidak mempengaruhi akurasi dan kecepatan bola, tetapi meski demikian perubahan sudut yang besar (putaran pinggul) akan menciptakan ruang gerak yang lebih besar sebelum dan selama kontak dengan bola.

Hukum Newton I berlaku saat pemain berlari menghampiri bola dengan kondisi berlari, yaitu benda akan tetap diam atau terus bergerak dengan kecepatan konstan, selama gaya netto sama dengan nol. Pemain harus berakselerasi untuk mengatasi inersia mereka sendiri untuk menghasilkan momentum yang cukup sehingga menghasilkan kekuatan untuk menciptakan gol. Hukum ke II Newtons menyakatan bahwa percepatan suatu benda sebanding dengan gaya bersih yang bekerja dengannya dan berbanding terbalik dengan massa benda, hukum Newton ke II ini yang mendasari bahwa semakin banyak gaya yang diterapkan pada bola, maka semakin banyak

(8)

akselerasi yang mengurangi waktu reaksi penjaga gawang sehingga peluang gol akan semakin tinggi. Gambaran gerakan dalam menendang bola dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 2.1

Posisi saat menendang bola dari samping (Blazevich, 2008)

Gambar 2.2

Posisi saat menendang bola dari depan (Blazevich, 2008)

Untuk mencapai tujuan tendangan, maka tungkai sebagai subjek gerak harus dapat bergerak dengan cepat dan kuat khususnya untuk menendang bola ke gawang yang jaraknya jauh. Secara mekanik, kecepatan gerak ditentukan oleh force (gaya), dan waktu tempuh. Hal ini berarti tendangan harus dilakukan dengan gaya yang besar, dan waktu tempuh yang singkat. Pada saat melakukan tendangan, untuk mencapai jarak horizontal yang sejauh-jauhnya, mengingat besarnya impuls = K x t. Impuals yang besar mengakibatkan momentum yang dihasilkan juga besar. K = kekuatan dan t = waktu. Hal ini

(9)

berarti apabila tendangan dilakukan dengan dukungan power yang besar dan dilakukan dalam waktu yang cepat, maka akan menimbulkan impuls dan momentum yang besar sehingga efek tendangan pun akan besar pula. Artinya bola sebagai objek tendangan akan bergerak dengan cepat menuju sasaran. Untuk melakukan tendangan terhadap bola diperlukan kekuatan (K) otot tungkai dan awalan (jarak sasaran dengan kaki ayun) (Hidayat, 1990).

Kekuatan dan jarak awalan saat menendang bola menghasilkan kerja/usaha yang besarnya = K x s. Kaki ayun berada dalam tegangan yang mengandung tenaga disebut Tenaga Kerja Tempat (karena tempat dan potensinya). Tenaga Kerja Tempat mampu mencapai sasaran sesuai dengan besarnya kekuatan dan awalan yang dilakukan. Hidayat (1990) menjelaskan, sebuah benda dikatakan mempunyai tenaga kerja tempat bilamana oleh karena tempatnya benda tersebut mempunyai kerja.

Momentum tidak timbul begitu saja. Yang menyebabkannya adalah kekuatan (K). Makin lama kita kerahkan K, makin besar momentum yang ditimbulkannya. Jadi K (kekuatan) x t (lamanya kekuatan bekerja) adalah yang menyebabkan, sedangkan m (massa) x v (velocity) adalah akibat yang ditimbulkan. Sebab dan akibat selalu sama besarnya. K x t = m x v. Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa bila momentum benda diteruskan atau dipindahkan ke benda lain, maka jumlah momentum dari benda yang pertama sama besar dengan jumlah momentum dari benda ke dua. Dalam hal tendangan terhadap bola, momentum ayunan kaki diteruskan ke sasaran dengan besar atau jumlah yang sama.Berbicara tentang olahraga sepak bola, tentunya satu hal yang terlintas di benak kita adalah sebuah olahraga termurah

(10)

yang paling digemari oleh berbagai kalangan di hampir seluruh pelosok dunia yang dimainkan oleh berbagai jenis usia baik tua maupun muda.

Fase-Fase dalam menendang bola: 1. Back Swing

Dalam back swing ini posisi pemain adalah berdiri dengan titik tumpu di tengah tubuh tetapi lebih condong ke arah kaki yang tidak digunakan untuk mengayun, tangan yang sama dengan kaki yang digunakan untuk tidak menendang akan mengayun ke belakang menciptakan keseimbangan.Tubuh akan condong kebelakang juga untuk menjaga kestabilan dari bidang tranversal.

Gambar 2.3.

Fase Back Swing dalam menendang bola (Blazevich, 2008) 2. Ball Contact

Pada fase ini, kaki pemain yang akan digunakan untuk menendang bola sudah menyentuh bola, pada fase ini, posisi tangan dan tubuh tetap berada lebih condong ke belakang untuk menjaga keseimbangan bidang tranversal, putaran pinggul mulai maju ke depan mengikuti arah gerakan kaki yang digunakan untuk menendang bola.

(11)

Gambar 2.4

Fase Ball Contact dalam menendang bola (Blazevich, 2008) 3. Follow Trought

Fase Follow Trought adalah fase dimana kaki yang digunakan untuk menendang berayun mengikuti momentum yang diciptakan dari gerakan awal, putaran panggul akan selesai pada fase ini, dan arah tubuh akan menuju ke depan yang diikuti dengan tangan yang berlawan dengan kaki yang digunakan untuk menendang.

Gambar 2.5

Fase Follow Throught dalam menendang bola (Blazevich, 2008) 2.2 Akurasi Tendangan

(12)

Keahlian menyarangkan bola ke gawang sangat penting untuk mencetak angka, jika pemain tidak dapat menembakkan bola dengan tepat ke gawang maka tidak dapat memenangkan pertandingan (Koger, 2007). Adapun waktu yang tepat untuk untuk melakukan shooting ialah pada saat ada ruang tembak, ada waktu yang cukup untuk melakukan tembakan, dan berada pada posisi yang jauh lebih menguntungkan untuk melakukan tembakan, dan tentu saja semua ini membutuhkan akurasi tendangan yang baik dan tepat.

Akurasi tendangan dalam sepak bola berhubungan dengan ketepatan dalam mengarahkan bola pada titik atau area tertentu, akurasi bukan hanya bertujuan untuk memberikan operan yang pas kepada pemain satu dengan pemain yang lainnya, tetapi juga berhubungan dengan arah shooting ke gawang lawan.

Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan-gerakan bebas terhadap suatu sasaran, sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bidang tubuh Dengan latihan atau aktivitas olahraga yang menuju tingkat kesegaran jasmani maka ketepatan dari kerja tubuh untuk mengontrol suatu gerakan tersebut menjadi efektif dan tujuan tercapai dengan baik. Ketepatan dalam sepak bola merupakan usaha yang dilakukan seorang pemain untuk dapat mengoperkan bola secara tepat pada teman, selain itu juga dapat melakukan shooting ke arah gawang secara tepat untuk mencetak gol (Sajoto, 1995).

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi tendangan

Beberapa hal yang menjadi faktor pengganggu dalam penelitian ini adalah faktor internal dan ekstrenal, yang mana faktor internal antara lain adalah umur, tinggi

(13)

badan, berat badan dan indeks massa tubuh, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan, keluarga dan masyarakat. Faktor-faktor internal biasanya akan berhubungan dengan morphologi seseorang, yang mana morphologi memiliki hubungan dengan karakter olahraga seseorang, orang yang memiliki tinggi badan lebih akan lebih sesuai dengan olahraga tertentu, begitu juga dengan berat badan. Akurasi tendangan juga berhubungan secara tidak langsung dengan faktor-faktor tersebut meski penelitian belum spesifik dilakukan, tetapi dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara akurasi tendangan dengan panjang tungkai seseorang (Effendi, 2013).

Faktor eksternal yaitu keluarga, lingkungan, dan masyarkat berkontribusi terhadap aktivitas sehari-hari, faktor keluarga, lingkungan dan masyarakat berperan dalam mental dan psikologis seseorang, hal ini termasuk kepercayaan diri, akurasi tendangan membutuhkan aspek kepercayaan diri,hal ini senada dengan apa yang Komara (2016) teliti yaitu tentang kepercayaan diri terhadap prestasi olahraga. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang baik memiliki keyakinan dan selalu berusaha mengembangkan potensi diri secara maksimal serta menunjukan yang terbaik dari dirinya dibuktikan dengan sebuah prestasi.

2.3 Back Strengthening Exercise

Back strengthening exercise adalah bentuk latihan yang menguatkan Core pada tubuh manusia, core adalah bagian yang menghubungkan tubuh bagian atas dengan bagian bawah. Meskipun bagian tulang rusuk melindungi semua organ besar di bagian dada atas, itu adalah empat lapisan otot perut yang mendukung dan melindungi visera (organ) dari toraks bawah. Keempat lapisan otot membungkus seluruh perut ke berbagai arah. Ketika bekerja dengan benar mereka juga membantu dalam mendukung sirkulasi yang baik dan fungsi organ yang sehat. Fungsi utama lain dari

(14)

dinding perut adalah untuk menstabilkan tulang belakang kita. Core adalah dasar bagi semua gerakan tersebut (Panagos, 2009).

Back strengthening exercise adalah latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dari otot-otot core, mengontrol posisi otot utama dari core muscle adalah otot panggul, transversus abdominis, multifidus, internal dan eksternal obliques. Kontraksi otot abdominalis menghasilkan sebuah rigid cylinder yang meningkatkan stabilitas dari lumbal spine. m.rectus abdominalis dan m.oblique abdominalis mengaktivasi pola yang spesifik yang bertanggung jawab untuk gerakan anggota gerak bawah sekaligus memberikan postural support sebelum anggota gerak bawah bergerak (Irfan, 2010).

Otot perut berfungsi sebagai komponen yang sangat penting dari core.Transversus abdominis mendapat perhatian dalam perannya sebagai efek menstabilkan tulang belakang lumbal.Transversus abdominis memiliki serat yang berjalan horisontal (Kecuali untuk serat yang paling rendah, yang berjalan sejajar dengan otot obliq internus), menciptakan sabuk di sekitar perut.Transversus abdominis dan multifidus telah terbukti berkontraksi 30 ms sebelum gerakan bahu dan 110 ms sebelum gerakan kaki pada orang sehat.Secara teoritis dalam hal ini berperan untuk menstabilkan tulang belakang lumbal (Akuthota et al., 2008)

2.3.1. Bentuk latihan Back Strengthening Exercise

Pelaksanaan back strengthening exercise bertujuan untuk menguatkan otot-otot core dan memperbaiki postural tubuh. Bentuk latihan back strengthening dalam penelitian ini adalah:

(15)

Gambar 2.6

Bridging Back Strengthening Exercise (Cowell, 2016)

Bridging dilakukan dengan berbaring terlentang kemudian mengangkat kedua lutut secara bersama tetapi dengan perlahan-lahan, latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot punggung belakang antara vertebra, pelvic, hip, dan juga otot-otot abdominal layers.

b. Table Top

Gambar 2.7

Table Top Back Strengthening Exercise (Cowell, 2016)

Posisi ini dilakukan dengan berbaring terlentang sambil menekuk lutut dan telapak kaki menekan rata di lantai, pertahankan posisi ini selama 10-15 detik, kemudian setelah itu angkat kedua kaki pada saat punggung sudah masih sejajar menempel dengan lantai. Latihan ini berfungsi untuk menguatkan dan menormalkan bentuk curva dari vertebra dan pelvic.

(16)

Gambar 2.8.

The Dart Back Strengthening Exercise (Cowell, 2016)

Posisi ini diawali dengan berbaring dengan kedua tangan di samping tubuh, gerakkan tubuh bagian atas untuk menuju ke arah atas dan bagian bawah (kaki) menuju ke arah bawah seperti yang terlihat pada gambar. Latihan the Dart ini akan meningkatkan fleksibilitas dan rengangan pada ruas tulang belakang.

d. Pilates Crunches

Gambar 2.9

Pilates Crunches Back Strengthening Exercise (Cowell, 2016)

Posisi seperti pada posisi latihan kedua, tetapi kali ini ditambahkan dengan gerakan tangan yang meraih ke arah langit-langit setinggi mungkin, lalu kemudian turunkan tangan menuju turun ke bawah diikuti dengan kepala membungkuk mengikuti gerakan tangan. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dari vertebra dan menambah kekuatan otot abdominal layers.

(17)

Gambar 2.10

Forearm Plank Back Strengthening Exercise (Cowell, 2016)

Posisi ini dilakukan dengan berbaring di atas perut atau dalam posisi tengkurap, kemudian badang diangkat ke atas dan bertopang hanya dengan siku yang tepat berada di bawah bahu. Kemudian gerakkan tulang belikat (os Scapula) ke arah lateral sembari mengangkat tubuh (perut) ke atas, tahan posisi demikian dalam 10-15 detik. Latihan ini berfungsi untuk menguatkan otot-otot punggung belakang.

f. The 100

Gambar 2.11

(18)

Adalah melakukan gerakan pulse up dan pulse down dalam posisi seperti pilates crunches, latihan ini meningkatkan kekuatan dari abdominal layers mucsle baik pada saat gerakan pulse up dan pulse down.

g. Air Planing

Gambar 2.12.

Air Planing Back Strengthening Exercise (Cowell, 2016)

Posisi tubuh membentuk seperti merangkak kemudian mengangkat salah satu tangan untuk diluruskan ke depan, dan salah satu kaki yang berlawanan dengan tangan juga diluruskan kebelakang, pertahankan dalam bentuk punggung, tangan dan kaki yang lurus, kemudian lakukan gerakan pada tangan dan kaki yang lainnya. Latihan ini bertujuan untuk menyeimbangkan postur, koreksi, melakukan penguluran pada daerah yang mengalami pemendekan otot.

2.3.2. Mekanisme Back strengthening terhadap akurasi tendangan

Back strengthening pada hakikatnya adalah latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dari otot-otot core, mengontrol posisi otot utama dari core muscle yang termasuk core muscle adalah otot panggul, transversus abdominis, multifidus, internal dan eksternal obliques. Kontraksi otot abdominalis menghasilkan sebuah rigid cylinder yang meningkatkan stabilitas dari lumbal spine. m.rectus abdominalis dan m.oblique abdominalis mengaktivasi pola yang spesifik yang bertanggung jawab untuk gerakan

(19)

anggota gerak bawah sekaligus memberikan postural support sebelum anggota gerak bawah bergerak (Irfan, 2010).

Core stability adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerak dari trunk sampai pelvic yang digunakan untuk dapat menghasilkan, memindahkan dan mengontrol kekuatan dan gerak sampai dengan segmen akhir pada aktivitas yang terintegrasi. Kerja core stability memberikan suatu pola adanya stabilitas proksimal yang digunakan untuk mobilitas pada distal. Pola proksimal ke distal merupakan gerakan berkesenambungan yang melindungi sendi pada distal yang digunakan untuk mobilisasi saat bergerak. Core stability exercise adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerak dari trunk sampai pelvic yang digunakan untuk melakukan gerakan secara optimal, perpindahan, control tekanan dan gerakan saat aktifitas (Kibler, 2006).

Stabilisasi postural yang baik erat kaitannya dengan kemampuan seseorang pemain sepak bola dalam membantu seseorang untuk stabil mengarahkan bola yang akan ditendangnya, kestabilan core yang menopang ekstremitas atas untuk tetap terjaga dalam posisi yang seimbang saat menerima gaya tangensial dari gerakan kaki yang diayunkan (ball contact) akan membuat pandangan (visual) pemain sepak bola dalam mengarahkan target mana yang akan dituju menjadi lebih jelas, sehingga koordinasi mata-kaki menjadi lebih baik, kemampuan akurasi menendang memang terkait erat dengan koordinasi mata dan kaki (Adhianto, 2013).

2.4 Pilates Exercise

Pilates exercise adalah salah satu bentuk lain dari latihan Core stability exercise, yang didalamnya memberikan bentuk latihan dengan adanya peregangan/stretching

(20)

dan penguatan/strengthening pada bagian core antara pelvis, abdominal dan vertebra dengan tujuan untuk membantu menstabilkan posisi tubuh baik diam ataupun bergerak (Bryden, 2009).

Pilates exercise sendiri bentuk latihan gerak tubuh yang dikembangkan oleh Joseph Pilates, olahraga ini menekankan keseimbangan tubuh dengan core strength atau kekuatan keseimbangan baik dari otot dalam dan luar tubuh. Prinsip latihan pilates sendiri memiliki enam prinsip pokok yaitu centering, control, flow, breath, precision dan concentration (Ogle, 2011).

2.4.1 Centering (Berpusat)

Latihan pilates sering disebut sebagai latihan dengan gerakan dari inti menuju keluar, dimana pusat latihan dalam latihan pilates ini berpusat di perut. 2.4.2 Control (Pengendalian)

Pilates adalah bentuk olahraga yang membutuhkan control pikiran dan tubuh, selain itu juga dibutuhkan kemampuan untuk mengontrol alat dan gerak tubuh yang digunakan.

2.4.3 Flow (Mengalir)

Gerakan dalam pilates dilakukan mengalirsecara kontinyu, tidak sebatas itu didalam pilates juga terdapat prinsip mengalirkan tenaga kedalam alat bantu baik berupa matras atau physioball.

2.4.4 Breath (Nafas)

Dalam pilates mengatur pernafasan sangatlah penting, teknik pernafasan yang benar akan membantu dalam memperlancar sirkulasi darah. Teknik

(21)

pernafasan dalam pilates ini yaitu dengan menarik nafas dari hidung dan mengeluarkan melalui mulut.

2.4.5 Precision (Presisi)

Prsesisi adalah melakukan gerakan dari awal sampai akhir dengan benar dan teratur.

2.4.6 Concentration (Konsentrasi)

Konsentrasi dalam latihan pilates ini merupakan bentuk dari focus dalam setiap gerakan dan tidak berpikiran lainnya. Tidak membiarkan pikiran kosong selama melakukan gerakan.

Teknik Pilates menawarkan metode body control, stretching, dengan pemberian stretching dapat memberi tahu kita dimana permasalahan yang sebenarnya terjadi dalam tubuh. Dalam pilates hal ini disebut sebagai Listening to your body. Pilates tidak hanya membantu dalam kesehatan tubuh, tetapi juga pikiran dan jiwa. Gerakan halus tepat dan mengalir dari pilates dirancang untuk membuat kita lebih memperhatikan tubuh. Pemberian stretching ini juga bertujuan untuk mengembalikan memperbaiki otot kedalam bentuk semula. Dan pada akhirnya akan mengembalikan bentuk postur dalam posisi yang normal. Teknik Pilates juga berguna untuk membentuk memori tubuh dalam gerakan yang tepat sesuai dengan latihan yang dilakukan. Pembentukan kembali postural dengan membetulkan core sehingga tercapai keseimbangan antara ekstremitas atas dan bawah (Menezes, 2004).

(22)

Pelaksanaan latihan ini dilakukan dengan 6-8 pengulangan, dengan waktu istrahat 1 menit disetiap sesi dan dilakukan 3 kali dalam satu minggu dan dilakukan selama 5 minggu mengikuti dari penelitian yang dilakukan oleh (Kenedy dkk, 2006).

2.4.7 Mekanisme Pilates exercise terhadap akurasi tendangan

Pilates exercise adalah bentuk latihan gerak tubuh yang dikembangkan oleh Joseph Pilates, olahraga ini menekankan keseimbangan tubuh dengan core strength atau kekuatan keseimbangan baik dari otot dalam dan luar tubuh. Pilates exercise menekankan latihan pada penguatan otot perut, pinggul, lengan dan punggung. Teknik pilates menawarkan penguatan otot dan juga meningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan. Selama pelaksanaan dilakukan dengan benar akan meningkatkan kekuatan, body alignment, keseimbangan tubuh, kesadaran tubuh, mengurangi berat badan, mengurangi resiko cedera tubuh dan meningkatkan performa gerakan (Firmpointpilates, 2011).

Pengaruh pilates exercise sendiri terhadap akurasi tendangan juga berhubungan dengan core stability, keseimbangan core, centering of body baik secara fleksibilitas dan kekuatan yang seimbang yang dihasilkan dari latihan ini tentu saja akan menciptakan kestabilan postural pemain sepak bola. Pada saat melakukan tendangan yang menurut (Less & Nolan, 2002) rata-rata lingkup geral pelvic dari posisi retraksi ke protraksi pada saat kaki bersentuhan dengan bola pada saat menendang tercatat sekitar 30º dan 36º. Meningkatnya kestabilan lumbopelvic dengan otot-otot corenya yang dihasilkan dari pilates exerice maka

(23)

diharapkan akan membantu mengontrol gerakan lumbo pelvic agar tetap dalam lingkup sudut sekitar 30º dan 36º.

Selain itu pilates juga memberikan peningkatan konsentrasi seseorang, membantu pengendalian otot punggung dalam bekerja, menguatkan stabilisasi otot perut, dan juga meningkatkan keseimbangan tubuh, beberapa faktor yang dihasilkan dari latihan pilates exercise ini tentu saja menjadi nilai tambah untuk pemain sepak bola dalam melakukan tendangan shooting yang akurat (Patch, 2013).

2.5 Perbedaan Back Strengthening Exercise dan Pilates Exercise

Back strengthening exercise dan pilates exercise meskipun sama-sama merupakan bentuk latihan untuk punggung bawah, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang bisa dilihat dari prinsip dan bentuk pelaksanaannya, pada back strengthening exercise sendiri adalah latihan yang memfokuskan kepada penguatan otot-otot core, mengontrol posisi otot utama dari core muscle sehingga mampu untuk mengontrol posisi dan gerak dari trunk sampai pelvic, sedangkan Pilates exercise memiliki enam prinsip pokok yaitu centering, control, flow, breath, precision dan concentration (Bryden, 2009). Centering (berpusat), control (pengendalian), flow (mengalir), breath (nafas), precision (presisi), concentration (konsentrasi) yang kesemua prinsip tersebut dapat dirangkum dalam tujuan listening to your body atau menyadari kesalahan dalam tubuh dan membenarkan dengan gerakan yang terkontrol.

Pilates exercise menawarkan bentuk latihan yang didalamnya memuat unsur aerobic dengan gerakan yang tidak terlalu berat tetapi menyeluruh dengan berpusat kepada core. Perubahan yang terjadi dalam tubuh untuk ukuran skala mikro adalah dengan adanya peningkatan metabolisme lokal, baik yang terjadi pada core muscle ataupun group otot yang dipengaruhi dalam setiap gerakan yang dilakukan.

(24)

Peningkatan metabolisme lokal ini membantu dalam proses pembuangan zat sisa dan pengambilan cadangan energy yang berada pada lemak tubuh saat sistem tubuh tidak mampu lagi mencukupi kebutuhannya (Segal et al., 2004).

Sedangkan untuk back strengthening exercise akan memberikan efek pembakaran lemak dengan model kontraksi isometrik yang terjadi pada otot perut, belakang dan panggul, meskipun demikian gerakan pada ekstremitas yang lebih jauh baik pada ekstremitas atas ataupun bawah juga tercapai, hal ini dikarenakan hasil dari gerakan back strengthening exercise yang lebih mengutamakan penguatan dibandingkan dengan pemberian fleksibilitas (Cakmacy, 2012).

Dari hal ini dapat dilihat bahwa pilates exercise dan back strengthening exercise memiliki perbedaan meskipun sama-sama berfokus untuk membetulkan dan membentuk postural yang benar, baik dari sisi metabolisme otot selama latihan, dan juga back strengthening exercise sendiri jika dilihat dari manfaatnya lebih menekankan kepada stabilitas otot segmental dan otot superfisial global dengan tujuan keseimbangan tubuh akan terjaga kestabilannya pada saat bergerak, dan juga mengkondisikan otot-otot untuk lebih mendukung tulang belakang dalam mengurangi stress, sedangkan pilates exercise yang lebih menekankan kontrol dan kendali posisi dari gerakan central tubuh dan juga meningkatkan kekuatan, body alignment, keseimbangan tubuh, kesadaran tubuh, mengurangi berat badan, mengurangi resiko cedera tubuh dan meningkatkan performa gerakan (Firmpointpilates, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini berisi tentang laporan setiap tahapan pelaksanaan kegiatan survey endline mulai dari tahap persiapan antara lain dengan melakukan ujicoba kuesioner yang akan digunakan

Penciptaan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu tahun 2014 sebesar 5,49 persen dari sisi pengeluaran terlihatn bahwa komponen pengeluaran konsumsi rumahtangga

Untuk menguji hipotesis yang diaju- kan dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data kuantitatif dengan menguna- kan metode analisis regresi berganda tiga prediktor

hal ini bertujuan untuk mengetahui keakuratan pencatatan tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di Taman Nasional Bali Barat berdasarkan Peraturan Pemerintah

Perilaku materialistis dipandang dari segi budaya apalagi dalam adat Minangkabau telah dijelaskan sebelumnya bahwa sesungguhnya adat Minanangkabau melarang bersifat

Pembahasan kali ini dibatasi pada dampak Globalisasi Pangan terhadap ketahanan pangan dan pertanian lokal, keragaman produk pangan, keamanan pangan dan lingkungan,

Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi hiburan tinggi dipengaruhi oleh pola pengambilan keputusan orang lain untuk menonton televisi