• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATA KULIAH PERILAKU ORGANISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATA KULIAH PERILAKU ORGANISASI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

101

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA

MATA KULIAH PERILAKU ORGANISASI

Brillian Rosy

Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya

Email:

brilliant.rosy@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui penerapan model pembelajaran inkuiri. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian adalah siswa angkatan 2012 kelas A yang berjumlah 32 orang. Hasil observasi aktivitas dosen setelah menggunakan pembelajaran inkuiri pada siklus I sebesar 7,7% dan pada siklus 2 sebesar 9,2% maka terjadi peningkatan sebesar 1,5%. Sedangkan hasil observasi pada indikator ketrampilan berpikir kritis siswa setelah menggunakan pembelajaran inkuiri pada siklus I sebesar 79.42% dan siklus II sebesar 82.29% maka terjadi peningkatan sebesar 2,87%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan memenuhi indikator keberhasilan pada mata kuliah perilaku organisasi.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Inkuiri, Kemampuan Berpikir Kritis

ABSTRACT

The purpose of this research is to improve critical thinking skills through the implementation of inquiry learning model.The type of this research is classroom action research. Subjects were students of class 2012 A totaling 32 peoples. Results lecturer activity after using inquiry learning in the first cycle about 7.7% and in the second cycle 9.2%, then increase 1.5%.While the results of observations on indicators of students' critical thinking skills after using inquiry learning in the first cycle 79.42% and 82.29% for the second cycle then increase 2.87%. It can be concluded that the inquiry learning model can improve critical thinking skills and meet the indicators of success in the subject of organizational behavior.

Keywords: Inquiry Learning Model, Critical Thinking Ability

Berdasarkan hasil pengamatan pada angkatan 2012 kelas A, saat pembelajaran mata kuliah perilaku organisasi berlangsung terlihat dosen sudah menggunakan media untuk menyampaikan materi. Namun dari segi metode pembelajaran masih jarang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran terlihat lebih didominasi oleh dosen, sehingga pembelajaran berpusat pada dosen. Meskipun telah menerapkan diskusi

kelas, proses diskusi tersebut masih bersifat konvensional dan biasanya materi yang digunakan sebatas apa yang ada di dalam buku paket atau pegangan yang bersifat teoritik tanpa disertai contoh penerapan dalam kehidupan nyata. Hal ini terlihat ketika guru memberikan pertanyaan, siswa cenderung menjawab sesuai dengan text books. Ketika ditanya lebih lanjut mengapa siswa menjawab demikian, siswa tidak mampu menjabarkan

(2)

102 alasan dari jawaban yang mereka buat. Hal ini mencerminkan bahwa rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah.

Selain itu pembelajaran belum mencerminkan adanya keterampilan, padahal mata kuliah perilaku organisasi sangat diperlukan keterampilan-keterampilan yang mendukung untuk pengembangan pola pikir dengan melatih siswa untuk berpikir logis mengkaji tentang bagaimana mengelola manusia dengan segala karakter dan permasalahan-permasalahan yang ada dalam sebuah organisasi sehingga dapat berkembang dan berhasil di masa depan. Perilaku organisasi yaitu suatu bidang studi yang mempelajari tentang pengaruh dari perseorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk memperbaiki keefektifan organisasi.

Berpikir kritis mendorong munculnya pemikiran-pemikiran baru dan erat kaitannya dengan berpikir kreatif. Apabila keterampilan berpikir kritis dilakukan, maka sebagian dari pembelajaran berpikir kreatif telah dijalani karena tahap pertama untuk melakukan keterampilan berpikir kritis harus memulai keterampilan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kritis siswa sangat perlu dikembangkan demi keberhasilan mereka dalam pendidikan dan dalam kehidupan bermasyarakat.

Kemampuan berpikir kritis perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, oleh

sebab banyak sekali persoalan-persoalan dalam kehidupan yang harus dipecahkan dan diselesaikan. Selain itu keterampilan berpikir kritis dapat juga dikembangkan atau diperkuat, melalui proses pembelajaran. Artinya, di samping pembelajaran mengembangkan kemampuan kognitif untuk suatu mata pelajaran tertentu, pembelajaran juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Sejumlah ahli pendidikan menilai perlunya mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk siswa. Pembelajaran inkuiri dan keterampilan berpikir kritis tumbuh subur di kelas ketika pendidik menilai pemikiran-pemikiran yang berbeda termasuk pemikiran yang berbeda dengan nilai yang dibawa oleh guru dan mendorong siswa untuk berpikir secara bebas (Sapriya, 2009). Di samping itu, menurut Brandt (dalam Sapriya, 2009) menyatakan bahwa pada saat ini belum banyak muncul kesadaran yang tinggi dikalangan pendidik di sekolah untuk mengajar para siswa tentang kondisi dunia yang semakin berkembang pesat yang menuntut adanya respon dengan pemikiran secara kritis. Oleh karena itu, pembelajaran dengan penerapan keterampilan berpikir kritis di kelas merupakan cara paling tepat untuk menjawab tantangan ini. Untuk itu tugas dosen yang paling utama dari pendidikan ini adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswanya. Jadi dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan akan

(3)

103 meningkatnya kualitas pembelajaran pada mata kuliah perilaku organisasi pada khususnya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.) Bagaimana deskripsi aktivitas dosen dalam mata kuliah perilaku organisasi; 2.) Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah penerapan model pembelajaran inkuiri pada mata kuliah perilaku organisasi; 3.) Bagaimana respon siswa setelah penerapan model pembelajaran inkuiri pada mata kuliah perilaku organisasi.

Berpikir merupakan salah satu aktivitas mental yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kemampuan berpikir setiap individu berbeda antara satu dengan yang lainnya sehingga perlu dikembangkan sejak dini. Pembelajaran bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa secara optimal tidak bisa dilaksanakan dalam waktu singkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Muslikhatin (2005) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari, keterampilan berpikir dibedakan menjadi keterampilan berpikir dasar dan kemampuan berpikir kompleks. Sedangkan dalam prosesnya keterampilan berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju yang kompleks.

Dalam bidang pendidikan, berpikir kritis dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan mengevaluasi secara kritis argumen pada buku teks, jurnal, teman diskusi, termasuk argumentasi pendidik dalam kegiatan pembelajaran. Jadi berpikir kritis dalam pendidikan merupakan kompetensi yang akan dicapai serta alat yang diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan. Menurut Cabrera (1992), penguasaan kemampuan berpikir kritis tidak cukup dijadikan sebagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai proses fundamental yang memungkinkan siswa untuk mengatasi ketidaktentuan di masa mendatang. Menurut Johnson (2007), berpikir kritis adalah berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri, maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti, asumsi dan logika. Sedangkan menurut Johnson (2010) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis, asumsi dan melakukan penelitian ilmiah.

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan proses berpikir reflektif yang membutuhkan kecermatan dalam mengambil keputusan melalui serangkaian prosedural untuk menganalisis, menguji, dan mengevaluasi bukti serta dilakukan secara sadar. Berpikir kritis memungkinkan siswa

(4)

104 untuk menemukan kebenaran dari suatu informasi. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat siswa mengerti maksud dibalik ide sehingga mengungkapkan makna di balik suatu kejadian.

Menurut Sutarmo (2012) “Kemampuan berpikir kritis, otak dipaksa berpikir serius untuk memecahkan masalah yang dihadapi individu yang berpikir atau memikirkan tindakan yang akan dilakukan nanti”. Setiap orang memiliki masalah yang bukan untuk dihindari melainkan untuk dipecahkan, maka seharusnya mereka juga memiliki kemampuan berpikir kritis dan keterampilan memecahkan sehingga dapat memikirkan langkah apa yang harus ditempuh untuk memecahkan masalah serius yang mereka hadapi.

Hal ini mempunyai implikasi dalam pembelajaran Perilaku Organisasi dimana memberikan pemahaman pada siswa bahwa dalam kehidupan berorganisasi manusia tidak akan terlepas dari permasalahan-permasalahan yang ada. Siswa yang terbiasa dihadapkan pada masalah dan berusaha memecahkannya akan cepat tanggap dan kreatif apalagi bila masalah yang diciptakan itu bersentuhan dengan kehidupannya maka mereka akan bersemangat untuk memecahkannya dalam waktu singkat. Jadi keterampilan memecahkan masalah sangat penting artinya bagi anak didik dan masa depannya.

Mengingat beberapa hasil penelitian masih mengindikasikan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa di Indonesia maka diperlukan upaya untuk memfasilitasi agar kemampuan berpikir kritis siswa lebih berkembang. Berdasarkan hasil penelitian Fachrurazi (2011) terhadap 16 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada beberapa provinsi di Indonesia menunjukkan hasil tes mata pelajaran matematika sangat rendah, utamanya pada soal cerita. Dalam kasus di atas menjelaskan bahwa kemampuan aplikasi merupakan bagian dari domain kognitif yang lebih rendah daripada kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut Hassoubah (2007), berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Berpikir kritis adalah proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas mental seperti memecahkan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), analisis asumsi (analyzingasumption), dan inkuiri sains (scientific inquiry).

Menurut Gunawan (2003) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, manganalisis masalah yang bersifat terbuka, menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang relevan. Ciri orang yang berpikir kritis akan selalu mencari

(5)

105 dan memaparkan hubungan antara masalah yang didiskusikan dengan masalah atau pengalaman lain yang relevan. Menurut Marpaung (2005), indikator kemampuan dalam berpikir kritis adalah: 1.) Merumuskan masalah (memformulasikan dalam bentuk pertanyaan yang memberi arah untuk memperoleh jawabannya); 2.) Memberikan argumen (argumen dengan alasan yang sesuai, menunjukkan perbedaan dan persamaan, serta argumennya utuh); 3.) Melakukan deduksi (mendeduksi secara logis, kondisi logis, serta melakukan intrepestasi terhadap pernyataan); 4.) Melakukan induksi (melakukan pengumpulan data, membuat generalisasi dari data, membuat tabel, dan grafik, membuat kesimpulan terkait hipotesis serta memberikan asumsi yang logis); 5.) Melakukan evaluasi (evaluasi berdasarkan fakta, berdasarkan prinsip atau pedoman, serta memberikan alternatif); 6.) Memutuskan dan melaksanakan (memilih kemungkinan solusi, dan menentukan kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan).

Dari pendapat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa indikator berpikir kritis dalam penelitian ini adalah proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas mental yang mencakup kemampuan merumuskan masalah, memberikan argumen, menyusun laporan, melakukan deduksi, melakukan induksi, melakukan evaluasi, memutuskan dan melaksanakan, dan berinteraksi dengan yang lain untuk memecahkan suatu masalah.

Keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan atau diperkuat, melalui proses pembelajaran. Artinya, di samping pembelajaran mengembangkan kemampuan kognitif untuk suatu mata pelajaran tertentu, pembelajaran juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Tidak semua proses pembelajaran secara otomatis akan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Hanya proses pembelajaran yang mendorong diskusi dan banyak memberikan kesempatan berpendapat, menggunakan gagasan-gagasan, memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan gagasan-gagasan dalam tulisan, mendorong kerjasama dalam mengkaji dan menemukan pengetahuan, mengembangkan tanggung jawab, refleksi diri dan kesadaran sosial politik, yang akan mengembangkan berpikir kritis siswa. Di samping itu antusiasme dosen dan kultur budaya lembaga pemdidikan juga berpengaruh terhadap tumbuhnya keterampilan berpikir kritis siswa.

Melihat permasalahan yang ada dan agar orang-orang terdidik kelak mempunyai kemampuan dan keterampilan seperti yang dikemukakan, diperlukan sistem pendidikan yang berorientasi pada pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, kreatif, sistematis dan logis (Depdiknas, 2003). Oleh sebab itu perlu diterapkan model pembelajaran Inkuiri guna untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi yang berorientasi masalah. Sesuai dengan definisi pembelajaran Inkuiri yaitu kegiatan pembelajaran yang melibatkan

(6)

106 secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Julianto, 2011). Jadi model pembelajaran inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.

Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Menurut Amri (2010) inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Model pembelajaran ini dipelopori oleh Donal Oliver dan James P. Shaver ini didasarkan atas pemahaman masyarakat di mana setiap orang berbeda pandangan dengan dan prioritas satu sama lain, dan nilai-nilai sosialnya saling berkonfrontasi satu sama lain. Memecahkan masalah kompleks dan kontroversial didalam konteks aturan sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang mampu berbicara satu sama lain dan bernegosiasi tentang perbedaan tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa pendekatan inkuiri sebagai suatu model pembelajaran yang

terpusat pada siswa, yang mana siswa didorong untuk terlibat langsung dalam melakukan inkuiri, yaitu bertanya, merumuskan permasalahan, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, berdiskusi dan berkomunikasi. Dengan demikian, siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir (minds-on

activities) karena mereka mengalami

keterlibatan secara mental dan terampil secara fisik (hands-on activities).

Adapun langkah-langkah model pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2012) adalah: 1.) Langkah orientasi (pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran); 2.) Merumuskan masalah (membawa siswa pada suatu persoalan yang menantang dan membutuhkan berpikir kritis); 3.) Hipotesis (jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji, hipotesis perlu diuji kebenarannya); 4.) Mengumpulkan data (aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan); 5.) Menguji hipotesis (proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data); 6.) Merumuskan kesimpulan (proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis).

Menurut Amin (2009) pendekatan inkuri sebagai strategi pembelajaran memiliki beberapa keuntungan yaitu: 1.) Mendorong

(7)

107 siswa berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri; 2.) Menciptakan suasana akademik yang mendukung berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa; 3.) Membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif; 4.) Meningkatkan penghargaan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri; 5.) Mengembangkan bakat individual secara optimal; 6.) Menghindarkan siswa dari cara belajar menghafal.

Adapun kekurangan pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri, menurut Sanjaya, (2012), diantaranya: 1.) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa; 2.) Sulit dalam merancang pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar; 3.) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang telah ditentukan; 4.) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, strategi pembelajaran inkuiri akan sulit di implementasikan oleh setiap guru.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (Classrom Action

Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

memiliki tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) pembelajaran di kelas melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam satu atau beberapa siklus sesuai yang dibutuhkan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan

Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Unesa angkatan 2012 kelas A yang berjumlah 32 siswa. Lokasi dalam penelitian ini adalah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya jalan Kampus Ketintang Surabaya.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan angket. Berdasarkan tujuan penelitian yang akan ingin dicapai, lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi kegiatan dosen dalam menerapkan langkah-langkah model pembelajaran Inkuiri dan lembar observasi aktivitas siswa yang meliputi indikator kemampuan berpikir kritis. Sedangkan untuk angket digunakan untuk mengetahui respon siswa yang menempuh mata kuliah Perilaku Organisasi terhadap model pembelajaran Inkuiri yang telah diterapkan.

Penelitian ini akan dilakukan dalam dua tahap yaitu pendahuluan dan penelitian tindakan. Pendahuluan meliputi observasi awal pada subyek penelitian. Adapun tahap penelitian tindakan menurut Trianto (2011), tiap siklus melalui 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflective).

Teknik analisis data penerapan langkah-langkah model pembelajaran Inkuiri dianalisis secara deskriptif berdasarkan ketercapaian tindakan yang dilakukan oleh dosen. Hal ini akan ditunjukkan dengan banyaknya tanda cek (√) pada kolom “ya” di lembar observasi presentasi ketercapaian tindakan dosen dengan rumus:

(8)

108 P = f x 100%

N Keterangan:

P = Persentase ketercapaian tindakan dosen f = Jumlah tanda (√) pada kolom “ya” N = Jumlah total tanda (√)

(Mulyasa, 2009).

Ketercapaian tindakan dosen pada siklus I diukur dari prosentase yang dicapai dosen pada siklus I. “Tindakan dikatakan tercapai jika presentase telah mencapai ≥ 75%” (Mulyasa, 2009). Sedangkan ketercapaian tindakan dosen pada siklus II ditentukan berdasarkan refleksi siklus I. Dari sini dapat terlihat apakah terjadi peningkatan antara siklus I dan siklus II.

Data kemampuan berpikir kritis dianalisis secara deskriptif berdasarkan prosentase ketercapaian kemampuan berpikir kritis sesuai dengan pedoman penilaian dengan rumus:

Prosentase=Jumlah skor siswa x 100 % Jumlah skor ideal Prosentase Skor Rata-rata Siswa = Jumlah % skor seluruh siswa

Jumlah siswa

Data respon dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil angket yang telah dijawab dan dikumpulkan oleh siswa, serta didukung juga dari hasil wawancara dengan beberapa siswa setelah tindakan selesai. Angket yang sudah terisi kemudian diolah untuk mengambil keputusan rumusnya adalah sebagai berikut.

P = F x 100% N Keterangan: P = Persentase

F = Banyaknya responden yang menjawab option

N = Jumlah responden

Tabel 1. Kriteria Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Inkuiri Kriteria % Kategori 67 % - 100 % Setuju / Positif 34 % - 66 % Netral / Ragu-ragu 0 % - 33 % Tidak setuju / Negatif (Anwar, 2006) HASIL PENELITIAN

Tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut ini: 1.) Perencanaan, perencanaan ini peneliti dan dosen pengampu mata kuliah melakukan kegiatan diantaranya menganalisis kurikulum pada SK dan KD yang akan digunakan, menyusun perencanaan pembelajaran dan RPP, menyusun materi dan sumber belajar, menyusun penilaian, dan mengembangkan lembar kegiatan siswa (LKS); 2.) Tahap pelaksanaan, pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran inkuiri yang telah disusun pada RPP; 3.) Pengamatan, pada pengamatan ini akan diamati bagaimanakah kemampuan siswa pada pembelajaran dengan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa; 4.) Refleksi, refleksi dilakukan pada tiap siklus, yang berguna untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pada siklus

(9)

109 tersebut dan akan dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

Aktivitas Dosen dalam Penerapan Pembelajaran Inkuiri

Data hasil observasi terhadap aktivitas dosen meliputi observasi langkah-langkah pembelajaran Inkuiri yang dilakukan dosen pada materi dinamika kelompok pada mata kuliah perilaku organisasi. Langkah pembelajaran inkuiri tersebut terdiri dari orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Berdasarkan hasil data observasi penerapan pembelajaran yang dilakukan dosen pada siklus I diketahui bahwa dosen terlalu cepat dalam menyampaikan deskriptor pembelajaran inkuiri sehingga ada sebagian siswa yang masih menanyakan maksud dari pembelajaran inkuiri, selain itu dosen masih terbiasa dengan pola pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada penyampaian informasi sehingga sulit untuk mengubahnya. Tindakan dosen diamati oleh 2 observer dan keduanya memberikan hasil data yang sama yaitu ketercapaian aktivitas dosen pada siklus I adalah sebesar 7,7 %. Selanjutnya setelah diberikan refleksi, aktivitas dosen hasil observasi siklus II menunjukkan hasil meningkat dimana dosen sudah hampir melakukan semua tahap pembelajaran inkuiri sehingga presentase ketercapaian kegiatan dosen pada siklus II adalah menjadi 9,2 %.

Kemampuan Berpikir Kritis dalam Penerapan Pembelajaran Inkuiri

Kemampuan berpikir kritis siswa juga diukur melalui tes uraian yang diberikan di akhir pembelajaran. Penilaian masing-masing skor soal memiliki rentangan 0-4. Adapun kemampuan berpikir kritis yang diukur dalam penelitian meliputi kemampuan merumuskan masalah, melakukan deduksi berdasarkan artikel tentang permasalahan-permasalahan dalam dinamika kelompok. memberikan argumen, dan melakukan evaluasi dengan mengajukan alternatif penyelesaian terhadap masalah yang disajikan. Berdasarkan hasil pengamatan indikator kemampuan berpikir kritis setelah diterapkan pembelajaran inkuiri diperoleh data pada siklus I siswa memiliki skor terendah 54.16% dan skor tertinggi 87.5% sehingga diperoleh rerata skor kelas 79.42%. Setelah diberikan refleksi hasil kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan pada siklus II dapat diketahui bahwa siswa memiliki skor terendah 62.5% dan skor tertinggi 95.83% sehingga diperoleh rerata skor kelas 82.29%.

Respon Siswa dalam Penerapan

Pembelajaran Inkuiri

Penelitian ini juga menggunakan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran inkuiri. Dalam angket tersebut disajikan beberapa pertanyaan mengenai pendapat siswa terhadap pembelajaran Inkuiri dalam mata kuliah Perilaku Organisasi. Kriteria pengisian angket adalah siswa memberi tanda check list (√)

(10)

110 pada kolom yang sesuai dengan pendapat mereka. Berdasarkan data angket dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran inkuiri telah berhasil dilaksanakan pada siswa Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran angkatan 2012 kelas A. Hal ini dapat dilihat dari angket respon siswa yang sebagian besar pernyataannya menyukai atau mendukung diterapkannya model pembelajaran Inkuiri. Siswa merasa senang dengan penerapan model ini, mereka merasa dapat menemukan jawaban sendiri atas permasalahan-permasalahan yang ada. Selain itu siswa lebih memahami konsep pembelajaran dan juga materi mata kuliah perilaku organisasi.

Hal ini dapat terbukti pada lembar evaluasi yang dikerjakan oleh siswa, tiap siklusnya mengalami peningkatan. Semua aspek keterampilan berpikir kritis dapat terlaksana dengan baik, mulai dari menganalis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan dan mengevaluasi. Tentunya juga karena dikolaborasi dengan penerapan model pembelajaran inkuiri maka proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan tuntas, serta mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.

PEMBAHASAN

Kemampuan Berpikir Kritis dalam Penerapan Pembelajaran Inkuiri

Berdasarkan data hasil kemampuan berpikir kritis pada siklus I dan siklus II diketahui bahwa rerata skor kelas pada siklus

I sebesar 79.42% dan siklus II sebesar 82.29% sehingga ada peningkatan sebesar 2,87%. Peningkatan ini disebabkan karena sebelum memasuki siklus II siswa sudah memiliki pengalaman dan kemampuan awal yang diperoleh pada siklus I, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Julianto (2011), pembelajaran Inkuiri yaitu kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Dosen telah melaksanakan pembelajaran inkuiri yaitu dengan menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah maka dosen telah mengajarkan siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang penting dari materi pelajaran yang telah dipelajari. Pembelajaran ini digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam menganalisis suatu masalah pada situasi yang berbeda sesuai dengan permasalahan yang disajikan oleh dosen. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan (2003) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada

(11)

111 level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, manganalisis masalah yang bersifat terbuka, menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang relevan. Ciri orang yang berpikir kritis akan selalu mencari dan memaparkan hubungan antara masalah yang didiskusikan dengan masalah atau pengalaman lain yang relevan. Berpikir kritis juga merupakan proses terorganisasi dalam memecahkan masalah yang melibatkan aktivitas mental yang mencakup kemampuan: merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi dan induksi, melakukan evaluasi, dan mengambil keputusan.

Pada awal pembelajaran diketahui bahwa prosentase kemampuan berpikir kritis siswa yang “cukup baik” sebesar 21,88% atau sebanyak 7 siswa dan sisanya masuk dalam kategori “baik”. Hal ini dikarenakan jawaban beberapa siswa tersebut masih terpaku pada wacana masalah yang disajikan, solusi yang diajukan dalam menanggapi permasalahan yang ada masih sederhana. beberapa siswa tidak mampu menggali informasi dari sumber lain atau menghubungkan dengan permasalahan yang sama dalam mengajukan solusi.

Keterampilan berpikir yang dimiliki oleh sebagian siswa tersebut masih tergolong dalam keterampilan berpikir dasar. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan berpikir siswa itu sendiri. Pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir

tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Muslikhatin (2005) menyatakan bahwa pembelajaran yang bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa secara optimal tidak bisa dilaksanakan dalam waktu singkat. Muslikhatin (2005) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari, keterampilan berpikir dibedakan menjadi keterampilan berpikir dasar dan kemampuan berpikir kompleks. Keterampilan berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju yang kompleks. Adapun aktivitas yang terdapat dalam berpikir rasional adalah menghafal, membayangkan, mengelompokkan, menggeneralisasi, membandingkan, mengevaluasi, menganalisis, mensintesis, mendeduksi, dan menyimpulkan. Dalam hal ini proses dasar berpikir adalah menemukan hubungan, penghubung sebab akibat, mentransformasi, mengklasifikasi dan memberikan kualifikasi.

Aktivitas Dosen dalam Penerapan Pembelajaran Inkuiri

Berdasarkan hasil data observasi aktivitas dosen dalam penerapan pembelajaran inkuiri pada siklus I skor sebesar 7,7 %. Selanjutnya setelah diberikan refleksi, pada siklus II adalah skor menjadi 9,2 %. Dari hasil tersebut dapat diketahui adanya peningkatan sebesar 1,5 %. Hasil observasi aktivitas dosen menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan

(12)

112 inkuiri berlangsung sebagai berikut: dosen menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah, dosen membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya, dosen membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskannya, dosen membimbing siswa untuk merencanakan pemecahan masalh, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja yang tepat, Selama siswa bekerja, dosen membimbing jalannya proses belajar dan memfasilitasi, dosen membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan mengorganisasi data, dosen membantu siswa menganalisis data supaya menemukan suatu konsep, dan dosen membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.

Hasil observasi ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2012), langkah-langkah model pembelajaran inkuiri adalah: 1.) Langkah orientasi (pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran); 2.) Merumuskan masalah (membawa siswa pada suatu persoalan yang menantang dan membutuhkan berpikir kritis); 3.) Hipotesis (jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji, hipotesis perlu diuji kebenarannya); 4.) Mengumpulkan data (aktivitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan); 5.) Menguji hipotesis (proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data); 6.) Merumuskan kesimpulan (proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis).

Respon Siswa dalam Penerapan

Pembelajaran Inkuiri

Berdasarkan data angket respon siswa dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran inkuiri telah berhasil dilaksanakan pada siswa Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran angkatan 2012 kelas A. Hal ini dapat dilihat dari angket respon siswa yang sebagian besar pernyataannya menyukai atau mendukung diterapkannya model pembelajaran Inkuiri. Siswa merasa senang dengan penerapan model ini, mereka merasa dapat menemukan jawaban sendiri atas permasalahan-permasalahan yang ada. Selain itu siswa lebih memahami konsep pembelajaran dan juga materi mata kuliah perilaku organisasi. Hal ini dapat terbukti pada lembar evaluasi yang dikerjakan oleh siswa, tiap siklusnya mengalami peningkatan. Semua aspek keterampilan berpikir kritis dapat terlaksana dengan baik, mulai dari menganalis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan dan mengevaluasi. Tentunya juga karena dikolaborasi dengan penerapan model pembelajaran inkuiri maka proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik

(13)

113 dan tuntas, serta mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Amin (2009) pendekatan inkuri sebagai strategi pembelajaran memiliki beberapa keuntungan yaitu: 1) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri; 2) Menciptakan suasana akademik yang mendukung berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa; 3) Membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif; 4) Meningkatkan penghargaan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri; 5) Mengembangkan bakat individual secara optimal; 6) Menghindarkan siswa dari cara belajar menghafal.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan pada proses belajar mengajar mata kuliah Perilaku Organisasi, siswa Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran angkatan 2012 kelas A maka dapat diambil kesimpulan yaitu Penerapan model pembelajaran inkuiri diawali dengan siklus 1 yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi, kemudian hasil refleksi siklus 1 ditindaklanjuti dengan siklus 2 yang tahapannya sama dengan siklus 1.

Berdasarkan tahap pengamatan pada aktivitas dosen pada siklus 1 sebesar 7,7% dan pada siklus 2 sebesar 9,2% maka peningkatan sebesar 1,5%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan keberhasilan pembelajaran pada mata kuliah perilaku organisasi.

Berdasarkan tahap pengamatan pada ketrampilan berpikir kritis pada siklus I sebesar 79.42% dan siklus II sebesar 82.29% maka peningkatan sebesar 2,87%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada mata kuliah perilaku organisasi. Respon siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri pada mata kuliah Perilaku Organisasi rata-rata sangat baik dan memberikan kepuasan yang bersifat

intrinsic.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang berstandarkan dua sayap yang sama penting, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru sudah terbiasa dengan pola pembelajaran konvensional. yang lebih menekankan pada penyampaian informasi sehingga sulit untuk mengubahnya, Oleh sebab itu perlunya saran agar semua dosen atau pendidik kiranya menguasai berbagai model pembelajaran dan mencoba menggunakan berbagai model pembelajaran tersebut guna meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan meningkatnya kualitas pembelajaran pada umumnya.

(14)

114 DAFTAR RUJUKAN

Amin, Moh. 2009. Mengajarkan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inkuiri. Jakarta: Depdikbud.

Amri, Sofan. 2010. Proses Pembelajaran

wKreatif dan Inovatif dalam Kelas.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anwar. 2006. Penggunaan Pete Konsep Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Proses, Hasl belajar dan Respon pada Konsep Ekosistem Mahasiswa Kelas X SMAN 8 Malang. Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Malang, Malang. Cabrera, G.A. 1992. A Framework for

Evaluating the Teaching of Critical

Thinking. R.N Cassel (ed):

Education.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata

Pelajaran Matematika SD dan MI.

Jakarta: Depdiknas.

Duron, R. 2006. Critical Thinking Framework for Any Discipline. International

Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 17 (1), 160-166.

Fachrurazi, 2011. Penerapan Problem Based Learning untuk Kemampuan Berpikir Kritis, dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Inovatif, 1 (1), 76-89.

Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning

Strategy Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning.

Jakarta. Gramedia Pustaka Utama Hossoubah, Z. 2007. Develoving Creative

and Critical Thinking Skills

(terjemahan). Bandung: Yayasan Nuansa Cendia.

Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching & Learning, Bandung:

MLC

. 2010. Contextual Teaching and Learning Menjadikan

kegiatan belajar Mengajar

Mengasikkan dan Bermakna.

Bandung: Kaifa Learning.

Julianto. 2011. Teori dan Implementasi

Model-Model Pembelajaran Inovatif.

Surabaya: Unesa University Press Marpaung, Rini Rita T. 2005. Penggunaan

Lembar kegiatan Berbasis Masalah (LKBM) Sebagai Assesmen Alternatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang. Tesis tidak dipublikasikan. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang, Malang.

Mulyasa, E. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidiakan (KTSP). Bandung :

Remaja Rosdakarya

Muslikhatin, Yayuk. 2005. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Kooperatif dengan Tipe Kelompok Investigasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Kelas X SMA LAB UM pada materi Ekosistem. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Malang, Malang.

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan

Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sutarmo. Setiadji. 2012. Otak dan Beberapa

Fungsinya. Jakarta: Fakultas

Kedokteran UI.

Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi

Referensi

Dokumen terkait

Setelah krisis global melanda dunia yang dimulai dri Amerika maka muncul tiga fenomena: Pertama : Negara yang selama in menjadi sumber keuangan Negara dan korporasi

Jika tidak NULL, maka node bantu akan berpindah ke node selanjutnya dan membaca isi datanya dengan menggunakan field next sehingga dapat saling berkait.. Pemanggilan dalam c++

Resilience Dividend Valuation Model (RDVM) A dynamic, systems-based approach to estimating the resilience dividend that maps changes in the flow of goods and services from a

No Nomor Peserta Nama Asal Sekolah

Dari hasil pencetakan sampel uji kemudian dilakukan pengujian tarik agar dapat diketahui kekuatan dan regangan tarik masing-masing jenis bahan plastik tersebut dan dari

Manusia berhakekat sebagai makhluk sosial, maka kelompok berperan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lain yang memiliki kesamaan latar

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 huruf a, Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1

6 Prinsip-prinsip moral adalah aturan yang sifatnya personal, yang mengidentifikasikan bagaimana seseorang seharusnya bertingkah laku dan tidak dapat digunakan untuk