• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DALAM PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD DI GUGUS II KECAMATAN BANJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DALAM PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD DI GUGUS II KECAMATAN BANJAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DALAM PELAJARAN IPA PADA

SISWA KELAS IV SD DI GUGUS II KECAMATAN BANJAR

Ni Putu Widiawati

1

, Ketut Pudjawan

2

, I Gd Margunayasa

3 1,3

Jurusan PGSD,

2

Jurusan TP,

3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: Widia_wati10@yahoo.co.id

1

,ketutpudjawan@gmail.com

2

,

pakgun.pgsd@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman konsep siswa dalam pelajaran IPA. Penelitian dilakukan di 3 sekolah dasar yang ada di gugus II Kecamatan Banjar yaitu SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV dan guru SD dari masing-masing sekolah, sedangkan objek dari penelitian ini adalah pemahaman konsep IPA siswa, aktivitas-aktiviatas yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa, dan kendala-kendala yang dialami dalam memahami konsep IPA. Pemahaman konsep IPA siswa dikumpulkan menggunakan tes uraian dan wawancara. Hasil penelitian dari ketiga sekolah menunjukkan bahwa 10,81% peserta didik memperoleh nilai rata-rata dari tes pemahaman konsep IPA, sebanyak 45,95% peserta didik memperoleh nilai dibawah rata-rata dan sebanyak 43,24% peserta didik memperoleh nilai diatas rata-rata. Sedangkan hasil analisis indikator menunjukkan bahwa memberi contoh merupakan indikator dengan persentase tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 88,92% dan indikator menjelaskan merupakan indikator dengan persentase terrendah dengan perolehan persentase sebesar 60,81%. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA antara lain dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menarik seperti kegiatan diskusi kelompok, proyek, observasi dan eksperimen. Kendala-kendala yang dihadapi dalam memahami konsep IPA adalah minat siswa yang masih rendah, fasilitas yang kurang memadai, metode pembelajaran yang kurang menarik.

Kata Kunci: deskriptif kualitatif, pelajaran IPA, pemahaman konsep. Abstract

This study was aimed to describe the students' understanding of concepts in science lessons. This research was conducted in three primary schools in the cluster II District Banjar namely SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, and SD Negeri 5 Temukus. The subject of this study is the fourth grade students and elementary school teachers from each school, while the object of the research is understanding the concept of science students. Students' understanding of science concepts is collected using the test descriptions and interviews. The results showed that 10.81% of students gained an average value of test understanding science concepts, as much as 45.95% of students scored below average and as much as 43.24% of students received grades above average. While the results of the analysis indicators show that gives an example of an indicator with the highest percentage with the percentage of 88.92% and an indicator to explain an indicator with the lowest percentage with the acquisition of a percentage of 60.81%. Based on the results of interviews is known that the activities undertaken to improve the understanding of science concepts, among others, by implementing learning activities like group discussions, projects, observation and experimentation,. Constraints faced in understanding the concept of IPA is the interest of students is still low, inadequate facilities, lack of utilization of the environment as a source of learning, learning methods that are less attractive.

(2)

PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga dapat menjadi manusia yang berguna baik bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Melihat pentingnya pendidikan bagi suatu bangsa, maka sudah sepatutnya pendidikan mendapatkan perhatian secara terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia. Mutu pendidikan yang tinggi sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya sumber daya manusia yang cerdas, berkualitas, dan mampu bersaing dari era global ini. Salah satu bidang pendidikan yang perlu diperhatikan dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi adalah pendidikan ilmu pengetahuan alam.

Ilmu pengetahuan alam yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains, merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. IPA merupakan ilmu yang mengajarkan berbagai pengetahuan yang dapat mengembangkan daya nalar, analisa sehingga hampir semua persoalan yang berkaitan dengan alam dapat dimengerti. Fowler & Fowler (dalam Ardana, 2013: 2) IPA didefinisikan sebagai “ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian kebendaan dan pada

umumnya didasarkan atas hasil observasi atau pengamatan, eksperimen dan induksi”. Secara alamiah ilmu pengetahuan alam memiliki konsep pemikiran dan pemahaman yang terintegrasi dalam pengembangan kemampuan berpikir yang sistematis dan analitis. Oleh sebab itu, pendidikan ilmu pengetahuan alam harus ditanamkan secara kuat sejak awal, yaitu sejak pendidikan dasar yang merupakan awal bagi peserta didik untuk kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Melalui pendidikan ilmu pengetahuan alam diharapkan para siswa akan memperoleh pengalaman dalam bentuk kemampuan untuk bernalar induktif dengan berbagai konsep dan prinsip ilmu pengetahuan alam. Kemampuan yang diperolehnya itu diharapkan dapat digunakan untuk mengungkap fenomena-fenomena alam dalam kehidupan sehari-hari, menerapkan prinsip-prinsip dari ilmu pengetahuan alam dengan teknologi, mengembangkan kebiasaan dan sikap ilmiah untuk menemukan dan meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Pemahaman konsep memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar dan merupakan dasar dalam mencapai hasil belajar. Menurut Tjandra & dkk (2005) konsep merupakan kesimpulan dari suatu pengertian yang terdiri dari dua atau lebih fakta dengan memiliki ciri-ciri yang sama. Untuk menanamkan suatu konsep dalam pelajaran, seorang guru perlu mengajarkannya dalam konteks nyata dengan mengaitkannya terhadap lingkungan sekitar. Hal ini akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dan meningkatkan pemahaman konsepnya terhadap materi yang diajarkan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di kelas IV SD Gugus II Kecamatan Banjar, maka diperoleh hasil rata-rata UTS IPA siswa seperti pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Rata-rata UTS IPA Siswa Kelas IV SD di GUGUS II Kecamatan Banjar

No Sekolah KKM Rata-rata 1. SD Negeri 1 Temukus 60 58,0 2. SD Negeri 4 Temukus 64 72,6 3. SD Negeri 5 Temukus 62 79,0 4. SD Negeri 1 Tigawasa 62 63,5 5. SD Negeri 2 Tigawasa 60 69,8 6. SD Negeri 3 Tigawasa 61 73,3

Berdasarkan Tabel 1 rata-rata hasil belajar ulangan tengah semester (UTS) siswa kelas IV SD di GUGUS II Kecamatan Banjar dapat dikatakan berbeda-beda. Ada yang mempunyai nilai rata-rata rendah, sedang dan ada pula yang mempunyai nilai rata-rata tinggi. Penyebab perbedaan rata-rata hasil belajar dimasing-masing sekolah yaitu pertama, ada siswa yang memperoleh konsep IPA melalui proses yang bermakna dan ada pula siswa yang memperoleh konsep IPA tanpa melalui proses yang bermakna. Maksudnya adalah siswa mempelajari IPA ada yang dengan melakukan dan ada yang tanpa melakukan sesuatu yang menarik terkait fenomena yang tengah mereka pelajari, seperti melakukan percobaan, demonstrasi ataupun belajar dengan menggunakan media yang relevan.

Kedua, dari 6 sekolah yang termasuk dalam Gugus II Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, model pembelajaran yang digunakan ada yang berorientasi pada model konvensional dan ada pula yang menggunakan model kooperatif. Dalam proses pembelajaran dengan model konvensional yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, mencatat, mendengarkan, dan memberikan tugas. Guru masih menggunakan metode ceramah dengan menjejalkan berbagai konsep IPA kepada siswa dengan sistem dengarkan, catat dan hapalkan. Hal ini sangat mematikan sikap ilmiah siswa serta membuat siswa tidak aktif dalam pelajaran. Sedangkan dengan menggunakan model kooperatif, siswa akan diminta untuk melaksanakan kegiatan yang lebih mengembangkan keaktifan siswa seperti kegiatan diskusi kelompok dan kegiatan proyek.

Kegiatan-kegiatan tersebut mampu mengeksplorasi kemampuan siswa dalam berpikir kreatif dan berpendapat. Jadi dari 6 sekolah yang ada di GUGUS II Kecamatan Banjar dipilih tiga sekolah yang dianggap mewakili sekolah dengan nilai rata-rata rendah, sedang, dan tinggi yaitu SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus.

Anak-anak di sekolah dasar cenderung tertarik dengan masalah-masalah kecil, baik masalah-masalah buatan maupun masalah yang langsung ada di lingkungan sekitanya (Astawan, 2012). Permasalahan tersebut akan melatih anak-anak untuk dapat berpikir kritis dan objektif dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, pelajaran IPA di sekolah dasar harus dilakukan dengan kegiatan yang menarik seperti penyelidikan sederhana, diskusi dan pengamatan secara langsung di lingkungan sekitar. Pembelajaran dengan menerapkan kegiatan tersebut akan lebih menarik perhatian siswa dan mampu meningkatkan rasa ingin tahu yang dimiliki siswa sehingga akan lebih meningkatkan konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut akan semakin memudahkan siswa dalam memahami konsep yang akan ditanamkan oleh guru. Konsep yang langsung diperoleh dari hasil berpikir kritis siswa dengan mengkonstruksi dari lingkungan sekitar ini akan lebih berkesan dan bertahan lebih lama, serta akan menjadi dasar yang baik bagi siswa utuk mampu mempelajari konsep lainnya dan meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang sedang dipelajari.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang 1) pemahaman konsep IPA siswa

(4)

kelas IV di Gugus II Kecamatan Banjar. 2) Aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA. 3) Kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam memahami konsep IPA. METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini digunakan karena (1) lebih mudah mengadakan penyesuaian dengan kenyataan yang berdimensi ganda, (2) lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan subjek penelitian, dan (3) memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi (Zuriah, 2012).

Penelitian ini dilakukan di SD GUGUS II yang ada di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng tepatnya di SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus. Subjek penelitian atau sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru IPA yang ada di masing-masing sekolah, sedangkan objek penelitiannya adalah pemahaman konsep siswa pada pelajaran IPA, aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa, dan kendala-kendala dalam memahami konsep IPA.

Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, tes, dan wawancara. Tes yang digunakan untuk memperoleh data pemahaman konsep IPA siswa adalah tes uraian yang berjumlah 10 butir. Tes dibuat berdasarkan indikator-indikator

pemahaman konsep yang meliputi menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, meringkas, menduga, membandingkan, dan menjelaskan. Sedangkan jenis wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara semistruktur dengan soal berjumlah 10 butir. Wawancara diberikan kepada guru IPA dan siswa kelas IV. Jumlah siswa yang diwawancarai sebanyak 3 orang, yang dipilih berdasarkan perolehan hasil tes yang dianggap mewakili siswa dengan nilai terendah, sedang dan tertinggi.

Namun sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian terlebih dulu perlu dilakukan uji coba. Uji coba atau validitas instrumen dilakukan untuk memperoleh gambaran kelayakan dari instrumen yang digunakan dalam penelitian. Pada penelitian ini, uji coba diberikan kepada siswa kelas V di SD Negeri 1 Temukus dan SD Negeri 5 Temukus dengan total siswa berjumlah 48 orang. Hasil uji coba ini kemudian dinalisis untuk mengetahui validitas butir tes, reliabilitas tes, daya beda tes, dan tingkat kesukaran tes. Dari 10 soal yang diuji cobakan, semua soal dikatakan valid dan dapat digunakan saat penelitian.

Data yang dikumpulkan saat penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi mean, median, modus, data maksimal, data minimal, varians, standar deviasi, dan rentangan. Dan juga dianalisis dengan menggunakan deskriptif persentase untuk mengetahui jumlah persentase penguasaan masing-masing indikator pemahaman konsep.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tes pemahaman konsep IPA yang diberikan kepada masing-masing sekolah memperoleh hasil yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan peserta didik.

Berikut penyajian hasil tes masing-masing sekolah.

Hasil penyajian data tes pemahaman konsep IPA di SD Negeri 1 Temukus dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep IPA Siswa

Kelas IV SD Negeri 1 Temukus

No Rentang nilai Nilai Tengah frekuensi frelatif (%)

1 59 – 64 61,5 6 18,75

(5)

3 71 – 76 73,5 3 9,37

4 77 – 82 79,5 7 21,87

5 83 – 88 85,5 5 15,62

6 89 – 94 91,5 4 12,5

Jumlah 32 100

Dari Tabel 2. diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean dari data diatas adalah 75,4. Rata-rata tersebut terletak pada rentang nilai 71 – 76. Jumlah siswa yang memperoleh nilai di sekitar rata-rata sebanyak 9,37%, jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata

sebanyak 40,62% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata sebanyak 49,99%.

Hasil penyajian data tes pemahaman konsep IPA di SD Negeri 4 Temukus dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Temukus

No Rentang nilai Nilai Tengah frekuensi frelatif (%)

1 58 – 64 61 4 16 2 65 – 71 68 6 24 3 72 – 78 75 3 12 4 79 – 85 82 5 20 5 86 – 92 88 1 4 6 93 – 99 96 6 24 Jumlah 25 100

Dari Tabel 3. diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean dari data diatas adalah 78,04. Rata-rata tersebut terletak pada rentang nilai 72 – 78. Jumlah siswa yang memperoleh nilai di sekitar rata-rata

sebanyak 12%, jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata sebanyak 40% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata sebanyak 48%.

Hasil penyajian data pemahaman konsep IPA di SD Negeri 5 Temukus dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep IPA

Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Temukus

No Rentang nilai Nilai Tengah frekuensi frelatif (%)

1 61 – 67 64 4 23,53 2 68 – 74 71 3 17,65 3 75 – 81 78 4 23,53 4 82 – 88 85 3 17,65 5 89 – 95 92 3 17,65 Jumlah 17 100

Dari Tabel 4. diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean dari data diatas adalah 77,2. Rata-rata tersebut terletak pada rentang nilai 75 – 81. Jumlah siswa yang memperoleh nilai di sekitar rata-rata sebanyak 23,53%, jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata

sebanyak 41,18% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata sebanyak 35,30%.

Hasil penyajian data tes pemahaman konsep IPA secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 5.

(6)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep IPA Secara Umum (SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus)

No Rentang nilai Nilai Tengah Frekuensi frelatif (%)

1 59 – 63 61 12 16,22 2 64 – 68 66 8 10,81 3 69 – 73 71 14 18,92 4 74 – 78 76 8 10,81 5 79 – 83 81 15 20,27 6 84 – 88 86 3 4,05 7 89 – 93 91 12 16,22 8 94 – 98 96 2 2,70 Jumlah 74 100

Dari Tabel 5 diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean dari data diatas adalah 76,9. Rata-rata tersebut terletak pada rentang nilai 74 – 78. Jumlah siswa yang memperoleh nilai di sekitar rata-rata sebanyak 10,81%, jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata sebanyak 45,95% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata sebanyak 43,24%.

Untuk lebih mengetahui pemahaman konsep IPA peserta didik, maka dilakukan analisis terhadap indikator-indikator pemahaman konsep yang meliputi indikator menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, meringkas, menduga, dan menjelaskan. Berikut hasil penyajian masing-masing indikator di setiap sekolah.

Analisis indikator di SD Negeri 1 Temukus menunjukkan bahwa dari ketujuh indikator pemahaman konsep, indikator memberikan contoh dan indikator membandingkan merupakan indikator dengan persentase tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 94,27% dan 86,46%. Sedangkan indikator meringkas dan menjelaskan merupakan indikator dengan persentase terrendah dengan perolehan persentase masing-masing sebesar 53,12% dan 52,08%. Indikator-indikator pemahaman konsep yang lain seperti menginterpretasi, mengklasifikasi, menduga, dan menjelaskan memperoleh persentase yang cukup tinggi, dengan jumlah persentase berkisar 72% - 79%.

Analisis indikator di SD Negeri 4 Temukus menunjukkan bahwa dari ketujuh indikator pemahaman konsep, indikator menduga merupakan indikator

dengan persentase tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 89,33%. Sedangkan indikator menjelaskan merupakan indikator dengan persentase terrendah dengan perolehan persentase sebesar 65,33%. Indikator-indikator pemahaman konsep yang lain seperti menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, dan meringkas memperoleh persentase yang cukup tinggi dengan persentase yang berkisar antara 70% - 80%.

Analisis indikator di SD Negeri 5 Temukus menunjukkan bahwa dari ketujuh indikator pemahaman konsep, indikator membandingkan merupakan indikator dengan persentase penguasaan tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 97,05%. Sedangkan indikator meringkas dan mengklasifikasikan merupakan indikator dengan persentase terrendah dengan perolehan persentase sebesar 62,74% dan 63,72%. Indikator-indikator pemahaman konsep yang lain seperti menginterpretasi, memberi contoh, menduga dan meringkas memperoleh persentase yang cukup tinggi dengan persentase yang berkisar antara 70% sampai 90%

Untuk mengetahui perbandingan per indikator pemahaman konsep IPA siswa di SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 temukus dapat dilihat pada Tabel 6.

(7)

Tabel 6. Perbandingan Per Indikator Pemahaman Konsep IPA Siswa di SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus

No Indikator SD N 1 Temukus SD N 4 Temukus SD N 5 Temukus

1 Menginterpretasi 76,04% 85,33% 70,59% 2 Memberi Contoh 94,27% 84,67% 80,39% 3 Mengklasifikasikan 76,04% 76,67% 63,72% 4 Meringkas 53,12% 74,67% 62,74% 5 Menduga 75% 89,33% 94,12% 6 Membandingkan 86,46% 73,33% 97,05% 7 Menjelaskan 52,08% 65,33% 70,59%

Dari Tabel 6. terlihat bahwa jumlah persentase tertinggi dari indikator menginterpretasi terdapat di SD Negeri 4 Temukus dengan persentase 85,33%. Jumlah persentase tertinggi indikator memberi contoh terdapat di SD Negeri 1 Temukus dengan persentase 94,27%. Jumlah persentase tertinggi indikator mengklasifikasi terdapat di SD Negeri 4 Temukus dengan persentase 76,67%. Jumlah persentase tertinggi indikator meringkas terdapat di SD Negeri 4 Temukus dengan persentase 74,67%. Jumlah persentase tertinggi indikator

menduga terdapat di SD Negeri 5 Temukus dengan persentase 94,12%. Jumlah persentase tertinggi indikator membandingkan terdapat di SD Negeri 5 Temukus dengan persentase 97,05%, dan jumlah persentase tertinggi indikator menjelaskan terdapat di SD Negeri 5 Temukus dengan persentase 70,59%.

Hasil penyajian analisis perindikator pemahaman konsep IPA secara keseluruhan yang meliputi SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Analisis Per Indikator Pemahaman Konsep IPA Secara Umum (SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus)

No Indikator Persentase (%) Kategori

1 Menginterpretasi 77,93% Tinggi

2 Memberi Contoh 87,84% Tinggi

3 Mengklasifikasikan 73,42% Tinggi

4 Meringkas 62,61% Sedang

5 Menduga 84,23% Tinggi

6 Membandingkan 84,46% Tinggi

7 Menjelaskan 60,81% Sedang

Pada Tabel 7 terlihat bahwa, indikator memberi contoh merupakan indikator dengan persentase tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 87,84%. Sedangkan indikator menjelaskan dan indikator meringkas merupakan indikator dengan persentase terendah dengan perolehan persentase sebesar 60,81% dan 62,61%. Indikator-indikator pemahaman konsep yang lain seperti menginterpretasi, mengklasifikasi, menduga dan

membandingkan memperoleh persentase yang cukup tinggi dengan persentase yang berkisar antara 70% sampai 80%.

Untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA, khususnya indikator menjelaskan, hal yang dapat dilakukan adalah menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik seperti tugas proyek. Pada tugas membuat proyek, peserta didik diminta untuk membuat sebuah karya, baik secara individu maupun secara

(8)

berkelompok. Karya yang telah dibuat peserta didik ini kemudian dipresentasikan atau dijelaskan di depan kelas, dengan begitu kemampuan peserta didik dalam menjelaskan sebuah konsep akan semakin meningkat. Sedangkan untuk indikator memberi contoh harus dipertahankan, bahkan jika bisa harus ditingkatkan.

Selain hasil tes, hasil wawancara dimasing-masing sekolah menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memudahkan dalam memahami konsep adalah dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menarik seperti kegiatan diluar kelas. Hal ini didukung oleh pernyataan guru IPA seperti berikut. P : Kegiatan-kegiatan seperti apa yang Anda lakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA? pernahkah anda melakukan kegiatan di luar kelas seperti observasi dan eksperimen?. R2 : Kalau untuk kegiatan di luar kelas pernah dilaksanakan, tapi kendalanya adalah proses kegiatan tersebut cukup memakan waktu yang lama, sedangkan waktu atau jam belajar di kelas sangat terbatas. Kalau untuk kegiatan eksperimen saya belum pernah melaksanakannya, seperti yang saya bilang fasilitas pendukung berupa alat-alat disini masih sangat minim jadi susah untuk melaksanakan kegiatan seperti eksperimen.

Sedangkan kendala-kendala yang sering dihadapi dalam memahami konsep, khusunya dalam pembelajaran IPA dapat dilihat dalam potongan wawancara guru IPA berikut ini. P : Apakah kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam memahami konsep IPA?. R3 : Kendala yang dihadapi siswa dalam memahami konsep adalah kurang mampunya siswa dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pengetahuan, selain itu siswa masih sering menghafal konsep yang diajarkan sehingga konsep tersebut hanya sekedar ingatan saja, motivasi yang dimiliki siswa juga masih kurang, dan fasilitas yang ada di sekolah kurang terlalu lengkap, meskipun sudah tersedia beberapa.

Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan di SD Negeri 1 Temukus

diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh adalah 93 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 60. Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh rata-rata tes sebesar 75,4. Dari 32 peserta didik, 3 orang peserta didik atau 9,37% memperoleh nilai sama dengan rata-rata, 13 orang peserta didik atau 40,62% memperoleh nilai dibawah rata-rata, dan 16 orang peserta didik atau 49,99% memperoleh nilai diatas rata-rata. Sedangkan hasil analisis perindikator pemahaman konsep menunjukkan bahwa indikator meringkas dan menjelaskan merupakan indikator dengan persentase terrendah yaitu 53,12% dan 52,08%, sedangkan indikator memberi contoh merupakan indikator pemahaman konsep dengan persentase tertinggi yaitu 94,27%.

Hasil tes yang telah dilakukan di SD Negeri 4 Temukus menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh adalah 97 dan nilai terrendah yang diperoleh adalah 60. Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh rata-rata tes sebesar 78,04. Dari 25 peserta didik, 3 orang peserta didik atau 12% memperoleh nilai sama dengan rata-rata, 10 orang peserta didik atau 40% memperoleh nilai dibawah rata-rata, dan 12 orang peserta didik atau 48% memperoleh nilai diatas rata-rata. Sedangkan hasil analisis perindikator pemahaman konsep menunjukkan bahwa indikator menjelaskan merupakan indikator dengan persentase terrendah yaitu 65,33%, sedangkan indikator menduga merupakan indikator pemahaman konsep dengan persentase tertinggi yaitu 89,33%.

Hasil tes yang dilakukan di SD Negeri 5 Temukus menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh adalah 93 dan nilai terrendah yang diperoleh adalah 63. Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh rata-rata tes sebesar 77,2. Dari 17 peserta didik, 4 orang peserta didik atau 23,53% memperoleh nilai sama dengan rata-rata, 7 orang peserta didik atau 41,18% memperoleh nilai dibawah rata-rata, dan 6 orang peserta didik atau 35,30% memperoleh nilai diatas rata-rata. Sedangkan hasil analisis per indikator

(9)

pemahaman konsep menunjukkan bahwa indikator meringkas merupakan indikator dengan persentase terrendah yaitu 62,74%, sedangkan indikator membandingkan merupakan indikator pemahaman konsep dengan persentase tertinggi yaitu 97,05%.

Hasil tes dari ketiga sekolah (SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus) menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh adalah 97 dan nilai terrendah yang diperoleh adalah 60. Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh nilai rata-rata tes sebesar 75,9. Dari 74 peserta didik, 8 orang peserta didik atau 10,81% memperoleh nilai sama dengan rata-rata, 34 orang peserta didik atau 45,95% memperoleh nilai dibawah rata-rata, dan 32 orang peserta didik atau 43,24% memperoleh nilai diatas rata-rata. Sedangkan hasil analisis perindikator pemahaman konsep menunjukkan bahwa indikator yang mendapat persentase paling rendah adalah indikator menjelaskan dengan persentase 60,81% atau sama dengan 45 peserta didik, sedangkan indikator yang mempunyai jumlah persentase penguasaan paling tinggi adalah indikator memberi contoh dengan persentase sebesar 87,84% atau sama dengan 65 orang. Untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA, khususnya indikator menjelaskan, hal yang dapat dilakukan adalah menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik seperti tugas proyek. Pada tugas tersebut siswa diminta untuk menjelaskan tentang proyek yang mereka buat di depan kelas.

Susanto (2012: 171) menyatakan bahwa dalam pelajaran IPA disekolah dasar pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara ketiga sekolah yang menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA adalah dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menarik, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kegiatan di dalam kelas yang dapat menarik perhatian

siswa adalah kegiatan diskusi kelompok dan kegiatan proyek, sedangkan kegiatan di luar kelas dapat berupa kegiatan observasi atau pengamatan dan eksperimen atau penyelidikan sederhana. Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas, tidak hanya mampu membuat peserta didik berpikir kreatif dan inovatif, namun juga melatih kerja sama antar satu individu dengan individu yang lain. Contoh kegiatan proyek berkelompok ini adalah membuat roket mainan saat mempelajari materi energi dan perubahannya. Guru bisa meminta peserta didik untuk menyiapkan bahan dan alatnya dari rumah, kemudian mengerjakannya secara berkelompok di sekolah.

Kegiatan di luar kelas merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan saat pelajaran IPA. Hal ini dikarenakan pelajaran IPA bersentuhan langsung dengan lingkungan alam sekitar, sehingga akan lebih baik jika mereka menjadikan lingkungan sekitar sebagai tempat belajar. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan di luar kelas adalah kegiatan observasi atau pengamatan. Kegiatan ini menuntut peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitarnya secara langsung guna memperoleh informasi yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan di luar kelas akan membuat pelajaran semakin menarik dan membuat rasa ingin tahu yang dimiliki peserta didik semakin tinggi. Selain itu kegiatan mengamati yang dilakukan di luar kelas secara langsung membuat peserta didik mampu memahami konsep secara lebih bermakna dan bukannya hanya sekedar hapalan saja. Dengan demikian kegiatan yang dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas dapat mempengaruhi pemahaman konsep IPA peserta didik tentang materi yang sedang dipelajari.

Sulaeman (dalam Budiarti, 2014) mengatakan bahwa “para siswa mudah mengabaikan guru-guru yang cara mengajarnya berulang-ulang dan karenanya tidak menarik perhatian mereka”. Hal ini sangat jelas mengakibatkan siswa menjadi sangat pasif serta siswa terkesan enggan

(10)

mengikuti pembelajaran dengan suasana monoton yang didominasi oleh guru. Kegiatan pembelajaran menjadi kaku karena siswa melewati sesi tanya jawab saat ada instruksi dari guru yang melontarkan pertanyaan dan siswa menjawab. Pembelajaran yang menekankan pada hapalan akan mematikan kreatifitas siswa dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemahaman siswa terhadap materi akan rendah karena siswa dituntut untuk menghapal bukan memahami. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang menunjukkan bahwa kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam memahami konsep IPA adalah seringnya guru menggunakan metode ceramah saat pembelajaran, dan masih seringnya siswa menghapal konsep yang diajarkan guru. Selain itu kendala yang dihadapi adalah kurangnya minat siswa dalam belajar, fasilitas yang kurang memadai seperti buku ajar dan alat-alat peraga, kurangnya memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep peserta didik di Gugus II Kecamatan Banjar khususnya di SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus sudah cukup memuaskan dengan perolehan nilai yang cukup tinggi yaitu dengan rata-rata umum sebesar 75,9, selain itu penguasaan terhadap indikator-indikator pemahaman konsep juga sudah bagus. Indikator yang memperoleh persentase paling rendah adalah indikator menjelaskan dengan persentase 60,81%, sedangkan indikator dengan persentase tertinggi adalah indikator memberi contoh dengan persentase 87,84%. Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk memudahkan dalam memahami konsep adalah melaksanakan kegiatan yang menarik seperti kegiatan diluar kelas. Kegiatan ini dapat berupa kegiatan observasi atau pengamatan dan dapat juga

melaksanakan kegiatan eksperimen atau percobaan sederhana. Kendala-kendala yang masih dihadapi peserta didik dalam memahami konsep antara lain minat peserta didik yang masih kurang, fasilitas penunjang yang kurang memadai, metode pembelajaran yang digunakan masih terbatas pada metode ceramah, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan guru cenderung membosankan, kegiatan pembelajaran berfokus di dalam kelas, dan kurangnya pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan beberapa hal sebagai berikut (a) pemahaman konsep IPA siswa perlu ditingkatkan, karena memegang peranan penting dalam menentukan suksesnya pelaksanaan pembelajaran. (b) Kepada guru IPA, khususnya di SD Negeri 4 Temukus disarankan untuk mencoba menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariatif dan melaksanakan kegiatan menarik seperti observasi dan eksperimen. (c) Kepada guru IPA di SD Negeri 1 Temukus disarankan untuk memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia di sekolah, dan bukan hanya menyimpannya di perpustakaan. (d) Kepada kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah di SD Negeri 5 temukus disarankan untuk lebih berusaha menyediakan fasilitas sekolah, khususnya buku ajar yang masih sangat kurang. (e) Kepada siswa di SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus diharapkan lebih meningkatkan pemahaman konsepnya dalam pelajaran IPA dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. (f) Kepada peneliti lain disarankan agar melaksanakan penelitian sejenis dengan melibatkan subjek yang lebih banyak, tingkat kelas lebih beragam, dan diharapkan hasil penelitiannya lebih akurat sehingga hasilnya betul-betul memberikan informasi yang lebih rinci.

DAFTAR RUJUKAN

Ardana, I Ketut. 2009. Pendidikan IPA di

Sekolah Dasar. Singaraja:

(11)

Astawan, I Gede. 2013. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Budiarti, Yudha. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Clis Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas IV SD Di Gugus III Kecamatan Busungbiu. Artikel (Tidak Diterbitkan). Singaraja : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.

Susanto, Ahmad. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Tjandra & dkk.2005.Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Di Sekolah

Dasar. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep IPA  Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Temukus
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep IPA  Secara Umum (SD Negeri 1  Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian kompor surya jenis parabola silinder dengan penyimpan panas yang dilakukan dapat diketahui dengan pengambilan data (mengukur variabel) kemudian

Kedatangan pelanggan pada suatu kasir, kejadian gempa bumi pada suatu tempat tertentu, kejadian padam- nya generator listrik merupakan beberapa contoh dari proses Poisson..

(2) Pasa 27 undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 74;

Sebagaimana halnya dengan persen hidup, karakter pertumbuhan tinggi (dalam hal ini pertambahan tinggi), dan jumlah daun pada umur tiga bulan juga tidak menunjukkan perbedaan

Pada bagian ini, akan dianalisis tentang perkembangan artikel technopreneur di Indonesia dari dekade ke dekade, namun data dalam Scopus menunjukkan bahwa Indonesia

Permainan edukasi simulasi astronomi yang dikembangkan pada penelitian ini berhasil menjadi permainan yang edukatif berdasarkan hasil focus testing yang telah dilakukan,

Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kupang Tahun Anggaran 2017, dan mengingat evaluasi yang telah. dilaksaakan oleh Pokja ULP, dengan ini saudara/i diundang untuk

1. Know the company profile of her training institution. Gain knowledge and skills on the actual standard operating procedures of the department she was assigned. Experience the