• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH SEBAGAI DASAR MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH SEBAGAI DASAR MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH SEBAGAI DASAR MANAJEMEN

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Analysis of Waste Collection and Composition as Integrated Waste Management in Gunungkidul Regency

Devita Faradina1, Maryono2, dan Budi Warsito3

1,2Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang 3Magister Sistem Informasi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang

Email : devitafaradina.1@gmail.com

Kontributor Penulis ABSTRACT

Good waste management aims to maintain public health and create a clean, good and healthy environment. Currently, waste management faces many problems related to the increasing amount of waste generated by the community, both producers and consumers. All waste from the source will lead to the final landfill (TPA). Gunungkidul Regency has a Baleharjo landfill with an area of 5.6 hectares that uses an open dumping system. Based on the above problems, it is very important to conduct research related to the implementation of policies and strategies for reducing waste from the source. In this case the source of waste generation is community activities in Gunungkidul Regency which are estimated to produce certain types of waste. The research methodology carried out is direct measurement in the field by referring to SNI 19-3964-1994 about the method of taking and measuring waste generation and composition samples. The sampling results obtained that the volume of waste generation is 345,598 kg / day. In general, the composition of solid waste in Gunungkidul Regency is 77.61% organic and 22.39% inorganic. For inorganic waste, the composition of waste considered to be economically potential consists of 3 (three) types of waste with a percentage of 17.49% to be used as synthetic fuels and recycled paper materials. The material is plastic 7.64%, paper 9.85%. The proposed governance is by empowering community activities units in sorting waste of economic value. As for the technical proposal, it is expected to be able to add space for the reception area, heap and sorting area. Keywords: Waste Management, Open dumping, Gunungkidul Regency 1,2,3Kontributor Utama

ABSTRAK

Pengelolaan sampah yang baik bertujuan untuk memelihara kesehatan masyarakat serta menciptakan suatu lingkungan yang bersih, baik dan sehat. Saat ini pengelolaan persampahan menghadapi banyak persoalan terkait semakin besarnya timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat baik produsen maupun konsumen. Semua sampah dari sumber akan bermuara ke tempat pemrosesan akhir sampah (TPA). Kabupaten Gunungkidul memiliki TPA Baleharjo dengan luas 5,6 Ha yang menggunakan sistem open dumping. Berdasarkan permasalahan diatas sangat penting dilakukan penelitian terkait implementasi kebijakan dan strategi pengurangan sampah dari sumbernya. Dalam hal ini yang menjadi sumber penghasil sampah adalah kegiatan masyarakat di Kabupaten Gunungkidul yang diperkirakan menghasilkan jenis sampah tertentu. Metodologi penelitian yang dilakukan adalah pengukuran langsung di lapangan dengan mengacu pada SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah. Hasil sampling diperoleh bahwa volume timbulan sampah yaitu sebanyak 345,598 kg/hari. Secara umum komposisi persampahan di Kabupaten Gunungkidul yaitu 77,61% organik dan 22,39% anorganik. Untuk sampah anorganik, komposisi sampah yang dianggap berpotensi secara ekonomis terdiri dari 3 (tiga) jenis sampah dengan prosentase 17,49% untuk bisa

(2)

dimanfaatkan menjadi bahan bakar sintetis dan bahan kertas daur ulang. Bahan tersebut adalah plastik 7,64%, kertas 9,85%. Usulan tata kelola adalah dengan pemberdayaan unit kegiatan masyarakat dalam pemilahan sampah yang bernilai ekonomis. Sedangkan untuk usulan teknis diharapkan bisa menampah ruang untuk area penerimaan, timbunan dan area pemilahan.

Kata Kunci : Pengelolaan Sampah, Open Dumping, Kabupaten Gunungkidul 1. PENDAHULUAN

Sampah merupakan salah satu permasalahan yang tidak dapat dihindari dengan adanya penduduk (Taufiqqurrahman, Anis A, 2016). Sampah berdasarkan sumbernya secara garis besar dapat dikelompokkan atas sampah domestik dan sampah non domestik (Ruslinda, 2012). Pengelolaan, penyimpanan, pengumpulan dan pembuangan limbah padat yang tidak benar dapat menimbulkan resiko pada kesehatan lingkungan dan masyarakat. Sampah terdiri dari semua limbah berbentuk padat yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan, dan dibuang karena tidak bermanfaat atau tidak diinginkan lagi kehadirannya (Harsari FS, Priyambada IB, 2016). Produksi limbah padat tidak bisa dihindari dalam masyarakat dimana konsumerisme dan populasinya yang terus bertambah (Awopetu et al, 2013). Sampah tidak pernah menjadi bagian yang baik dari lingkungan, sehingga harus didaur ulang agar menjadi sesuatu yang berguna (Mondol et al, 2013). Umumnya semakin besar kemakmuran ekonomi dan semakin tinggi persentase penduduk atau masyarakat semakin besar jumlah limbah padat yang dihasilkan (Alexander AF, Gabriel F, 2012). Untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia maka perlu dirancang suatu sistem pengelolaan persampahan. Sistem pengelolaan persampahan dimulai dari sumber, pengumpulan, transportasi hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pengelolaan sampah di sumber dimulai dari mengetahui terlebih dahulu timbulan sampah dan komposisi sampah (Wardiha et al, 2013). Selain itu juga diperlukan data karakteristik sampah yang dihasilkan di daerah yang direncanakan (Ruslinda, 2012). Pengelolaan limbah padat adalah suatu tugas kompleks yang sangat tergantung pada organisasi dan kerja sama antara rumah tangga, masyarakat, perusahaan swasta dan pemerintah seperti halnya pada daur ulang dan pembuangan (Omran A and Gavrilescu M., 2008). Penentuan timbulan sampah dinyatakan dalam satuan volume dan berat. Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen yang terdapat pada sampah dan distribusinya. Biasanya dinyatakan dalam persen berat (% berat). Data ini penting untuk mengevaluasi peralatan yang diperlukan, sistem, program dan rencana manajemen persampahan suatu kota (Damanhuri E, 2004). Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki banyak aktivitas warga setiap harinya. Dalam aktivitas kegiatan sehari-hari masyarakat menghasilkan sampah, terutama sampah domestik. Kemungkinan timbulan sampah yang dihasilkan cukup banyak sehingga perlu dilakukan perencanaan pengelolaan sampah yang tepat. Belum adanya data tentang timbulan dan komposisi sampah domestik di Kabupaten Gunungkidul sehingga perlu dilakukan pengukuran untuk merencanakan pengelolaan sampah meliputi jumlah alat pengangkut dan sistem pewadahan yang tepat. Sampah yang diidentifikasi yaitu sampah domestik (limbah padat) yang berasal dari kegiatan masyarakat sehari-hari.

2. METODE

Rancangan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Objek penelitian berupa limbah padat/sampah yang dihasilkan dari aktifitas harian masyarakat Kabupaten Gunungkidul. Metode sampling merujuk pada ketentuan SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Data penelitian berupa data primer hasil sampling dan data sekunder dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Timbulan Sampah

Menurut Sinwani (2010), teknik pengelolaan sampah ditentukan berdasarkan ciri dan karakteristik sampah. Dimana karakteristik sampah yang paling penting meliputi timbulan sampah dan komposisi kandungan sampah. Secara umum, karakteristik sampah dipengaruhi oleh peningkatan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan gaya hidup masyarakat Kabupaten Gunungkidul. Berikut merupakan tingkat produktivitas sampah Kabupaten Gunungkidul tahun 2018-2019. Hasil dan diskusi harus didukung oleh gambar dan tabel 1.

(3)

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa produktivitas sampah dari tahun 2018 ke 2019 mengalami peningkatan sebesar 32,892.08 kg/hari. Kecamatan Wonosari merupakan penyumbang sampah tertinggi yaitu sebesar 12% dari timbulan sampah yang dihasilkan di Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan sampling yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015, timbulan sampah rata-rata Kabupaten Gunungkidul adalah 0.48 kg/orang/hari. Menurut timbulan sampah yang dihasilkan, Kabupaten Gunungkidul dapat dikategorikan sebagai kota besar berdasarkan SNI 19-3964-1994. Dimana timbulan sampah kota besar adalah 0.4 – 0.5 kg/orang/hari. Dari hasil sampling yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015, timbulan sampah domestik di Kabupaten Gunungkidul tidak jauh berbeda dengan timbulan sampah domestik di Kabupaten Sleman. Hal ini disebabkan kategori Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Sleman adalah kota besar. Sesuai dengan hasil penelitian Ruslinda (2012), menyatakan kategori/klasifikasi kota khususnya jumlah penduduk sangat mempengaruhi timbulan sampah domestik yang dihasilkan.

Tabel 1. Timbulan Sampah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018-2019

No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Timbulan Sampah (kg/hari)

2018 2019 2018 2019 1 Panggang 28,078 28,360 13,477.44 13,612.80 2 Purwosari 20,506 20,713 9,842.88 9,942.24 3 Paliyan 30,800 31,110 14,784.00 14,932.80 4 Saptosari 36,293 36,658 17,420.64 17,595.84 5 Tepus 33,731 34,090 16,190.88 16,363.20 6 Tanjungsari 27,215 27,488 13,063.20 13,194.24 7 Rongkop 28,487 28,773 13,673.76 13,811.04 8 Girisubo 23,497 23,732 11,278.56 11,391.36 9 Semanu 54,792 55,342 26,300.16 26,564.16 10 Ponjong 52,743 53,779 25,316.64 25,813.92 11 Karangmojo 51,643 52,162 24,788.64 25,037.76 12 Wonosari 83,414 84,257 40,038.72 40,443.36 13 Playen 57,717 58,299 27,704.16 27,983.52 14 Patuk 32,135 32,460 15,424.80 15,580.80 15 Gedangsari 37,344 37,719 17,925.12 18,105.12 16 Nglipar 31,440 31,756 15,091.20 15,242.88 17 Ngawen 33,490 30,860 16,075.20 14,812.80 18 Semin 51,917 52,439 24,920.16 25,170.72 Jumlah 715,242 719,997 314,706.48 345,598.56

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul, 2019 3.2 Komposisi Sampah

Komposisi sampah diperlukan untuk menetapkan jenis perlakuan penanganan sampah yang berorientasi pada pemanfaatan, daur ulang, pengomposan, dsb. Komposisi sampah di Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 6 jenis sampah, meliputi : sampah organik (sisa makanan dan dedaunan), kertas, plastik, tekstil/karet, logam/kaca, dan lain-lain (pecahan bangunan). Berikut merupakan komposisi sampah Kabupaten Gunungkidul :

Tabel 2. Komposisi Sampah di Kabupaten Gunungkidul

(4)

1 Organik 77.61% 268,219.04 2 Kertas 9.85% 34,041.46 3 Plastik 7.64% 26,403.73 4 Tekstil/Karet 1.26% 4,354.54 5 Logam/Kaca 2.25% 7,775.97 6 Lain-lain 1.39% 4,803.82 Total 100% 345,598.56

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul, 2019

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa sampah organik menjadi jenis sampah paling dominan diantara jenis sampah yang lainnya, dengan presentase sebesar 77.61 %. Sampah organik biasanya berasal dari sisa makanan dan dedaunan. Tingginya jenis sampah organik diantara komposisi sampah lainnya disebabkan setiap hari masyarakat mengkonsumsi makanan yang pada umumnya berasal dari bahan organik seperti sayur, buah-buahan dan lain-lain. Sampah kertas merupakan jenis sampah terbanyak kedua setelah sampah organik dengan presentase sebesar 9.85 %. Sampah kertas dihasilkan dari pola konsumsi masyarakat yang menjadikan kertas sebagai bahan pembungkus yang praktis dan instan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ruslinda (2011), menyebutkan bahwa komposisi sampah organik di Kota Bukittinggi sebesar 51 %, sampah plastik sebesar 17 % dan sampah kertas sebesar 15 %. Sedangkan pada hasil penelitian Pratama (2017), mengemukakan bahwa komposisi sampah rumah tangga di Kabupaten Kulon Progo didominasi oleh sampah organik sebesar 82 % diikuti sampah plastik sebesar 12 %, sampah kertas sebesar 7 %, sampah logam sebesar 1%, sampah kaca dan lain-lain yang tidak mencapai angka 1 %.

Berdasarkan data perbandingan terhadap hasil penelitian di beberapa wilayah tersebut, diketahui bahwa jenis sampah organik memiliki presentase lebih dari 50 % dari jumlah timbulan sampah. Hal tersebut sesuai dengan komposisi sampah yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul dimana jenis sampah organik merupakan jenis sampah tertinggi dengan presentase sebesar 77.66 %. Dari beberapa hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan masing-masing kota dapat menghasilkan presentase komposisi sampah yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, tingkat sosial, ekonomi, budaya dan musim di daerah tersebut.

3.3 Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah di Kabupaten Gunungkidul dilakukan dengan memindahkan sampah dari TPS ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang terdapat pada pelayanan sampah. Adapun yang perlu diperhatikan dalam sistem pengangkutan yaitu luas daerah pelayanan, kapasitas pengangkut, frekuensi pengangkutan dan rute pengangkutan. Berikut merupakan data sarana dan prasarana pengangkutan UPT Kebersihan dan Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul :

Tabel 3. Data Sarana Prasarana Persampahan di Kabupaten Gunungkidul

No Jenis Sarana Jumlah (unit) Kapasitas (m3/unit) Ritasi (kali/hari)

1 Truck Armroll 5 6 2

2 Dump Truck 13 6 2

3 Pick up 3 4 2

4 Motor Sampah 2 1 2

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul, 2019

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa Kabupaten Gunungkidul mempunyai sarana prasarana persampahan yaitu truck armroll berjumlah 5 unit, dump truck 13 unit, pick up 3 unit dan motor sampah 2 unit. Dimana masing-masing pengangkutan setiap sarana memiliki ritasi 2 kali sehari.

(5)

Secara umum komposisi persampahan di Kabupaten Gunungkidul yaitu 77,61% organik dan 22,39% anorganik. Untuk sampah anorganik, komposisi sampah yang dianggap berpotensi secara ekonomis terdiri dari 3 (tiga) jenis sampah dengan prosentase 17,49% untuk bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar sintetis dan bahan kertas daur ulang. Bahan tersebut adalah plastik 7,64%, kertas 9,85%. Usulan tata kelola adalah dengan pemberdayaan unit kegiatan masyarakat dalam pemilahan sampah yang bernilai ekonomis. Sedangkan untuk usulan teknis diharapkan bisa menampah ruang untuk area penerimaan, timbunan dan area pemilahan.

5. UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kami sampaikan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul dan Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro yang telah memberi kesempatan dan menfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian ini.

6. DAFTAR PUSTAKA

Alexander AF, Gabriel F, O. O. (2012) ‘Domestic Waste Management and Urban Residential Environment : Focus on Akure, Nigeria’, International Journal of Engineering and Technology, 5(2), pp. 878–887.

Awopetu MS, Awopetu RG, Awopetu SO, Booth CA, Coker AO, Fullen MA, Hammond FN, T. K. (2013) ‘Reduction, Reuse, and Recycling of Solid Waste in The Makurdi Metropolitan are of Nigeria : Public Opinions and Perceptions’, International Journal of Education and Research, 11(1), pp. 1–12.

Damanhuri E (2004) ‘Waste Minimization as Solution of Municipal Solid Waste Problem in Indonesia : The 6 th ASIAN Symposium on Academic Activities for Waste Management’, pp. 1–9.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul (2019) ‘Laporan Timbulan Sampah Harian Permukiman Gunungkidul’.

Harsari FS, Priyambada IB, S. B. (2016) ‘Studi Timbulan, Komposisi dan Karakteristik dalam Perencanaan Teknis Operasional Pengelolaan Sampah di Rusunawa dan LPPU Universitas Diponegoro’, Jurnal Teknik

Lingkungan, 1(5), pp. 1–8.

Mondol EF, Hasan MR, Rahman MS, Alam S, Rahman SA, S. T. (2013) ‘Solid Waste Management Strategy and Improvement of Existing Scenario Based on Market Waste’, Global Journal of Researches in

Engineering, 4(13), pp. 1–5.

Omran A and Gavrilescu M. (2008) ‘Municipal Solid Waste Management and Developing Countries : A Perspective on Vietnam’, Environmental Engineering and Management Journal, 4(7), pp. 469–478. Pratama, B. (2017) ‘Analisis Timbulan dan Komposisi Sampah Pemukiman di Wilayah Kabupaten Kulon Progo’,

Jurnal Teknik Lingkungan UII.

Ruslinda, Y. (2012) ‘Studi Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah Domestik Kota Bukittinggi’, Jurnal

Teknik Lingkungan UNAND, 1(9), pp. 1–12.

Sinwani, H. (2010) ‘Evaluasi Pengelolaan Sampah di Kawasan Kampus Terpadu Unversitas Islam Indonesia Dipandang dari Segi Kebijakan dan Manajemen’, Jurnal Teknik Lingkungan UII.

SNI 19-3964-1994 (no date) ‘Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah’,

Badan Standarisasi Nasional.

Taufiqqurrahman, Anis A, S. (2016) ‘Optimalisasi Pengelolaan Sampah Berdasarkan Timbulan dan Karakteristik Sampah di Kecamatan Pujon’, Institut Teknologi Nasional Malang.

Wardiha MW, Putri PSA, Setyawati LM, M. (2013) ‘Timbulan dan Komposisi Sampah di Kawasan Perkantoran dan Wisma (Studi Kasus : Werdhapura Village Center, Kota Denpasar, Provinsi Bali)’, Jurnal Presipitasi, 1(10), pp. 1–11.

TANYA JAWAB :

Pertanyaan :

Komposisi sampah yang di gunung Kidul termasuk melimpah atau tidak? Jawaban :

Komposisi Sampah di Gunung Kidul termasuk kategori sangat berlimpah dan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam pengelolaan sampah perkotaan harus diikuti dengan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah yang telah dilakukan Kabupaten Gunungkidul mencapai lebih dari 5%.

Gambar

Tabel 1. Timbulan Sampah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018-2019
Tabel 3. Data Sarana Prasarana Persampahan di Kabupaten Gunungkidul

Referensi

Dokumen terkait

Berdoa Tuhan menambahkan hikmat dan pengetahuan kepada kami dalam memberitakan Kabar Baik, memuridkan orang percaya, dan melatih pemimpin-pemimpin kelompok dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media kecambah tanah yang dicampur arang limbah gergaji dan arang sekam dalam perkecambahan benih Aquilaria

“ Saya sebenarnya kurang suka dengan belanja online karena itu membuat saya kurang puas untuk dapat melihatnya langsung saya lebih senang dengan belanja offline yang

Dari hasil percobaan ketika terdeteksi adanya asap maka kontroler akan on kemudian didapatkan nilai PWM yang sesuai untuk menutup valve selama 6 detik sebesar

Sedangkan faktor penghambat dalam membentuk karakter disiplin anak usia dini di PAUD Aisyiyah Bustanul Athfal 39 Al-Ummah adalah kurangnya perhatian anak dalam

Berdasarkan data-data yang telah dianalisa, pengkaji telah menyusun semula data yang dimasukkan ke dalam penulisan ilmiah yang lebih kepada pengkajian tentang

Perancangan Modul HRDSIMRS terdiri dari Proses Penerimaan Pegawai, Pendataan Pegawai dan Riwayat Kepegawaian, Penilaian Kinerja Pegawai, Penjadwalan Kerja dan Absensi

(Dibawah bimbingan MARTUA SIHALOHO). Sumberdaya agraria merupakan sumber nafkah yang akan menentukan seberapa jauh jangkauan para petani dalam memenuhi kebutuhan