• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Tema Pendidikan melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Tema Pendidikan melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Artikel Penelitian

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Tema Pendidikan melalui Metode

Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement

Division)

Mad Sahlan *

Sekolah Dasar Negeri 2 Pasar Batu Muara Uya, Kalimantan Selatan

Histori artikel: Pengiriman Juli 2020 Revisi Agustus 2020 Diterima September 2020

ABSTRAK

Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PKn dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD? (b) Bagaimanakah pengaruh Metode Pembelajaran kooperatif terhadap prestasi belajar PKn?. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif. (b) Ingin mengetahui pengaruh prestasi belajar PKn setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif. (c) memberikan gambaran metode pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan menjadikan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua siklus . setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Pasar Batu tahun pelajaran 2017/2018. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I Pertemuan ke 1, siklus I pertemuan ke 2, siklus II pertemuan ke 1 sampai siklus II Pertemuan ke 2, yaitu (30,00%), (45,00%), (65,00%) dan (95,00%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran STAD dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa Kelas III SDN 2 Pasar Batu Tahun Pelajaran 2017/2018, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran PKn.

Kata Kunci: PKn, Metode Pembelajaran Kooperatif *Email korespondensi:

madsahlan66@gmail.com

Pendahuluan

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secaraa seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.

Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar,

(2)

mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar.

Mengajar adalah membimbing belajar siswa sehingga ia mampu belajar. Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif, sebab siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Pada kenyataan, di sekolah-sekolah seringkali guru yang aktif, sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif.

Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif (Dalle, 2017). Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Pembelajaran PKn tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih

mengutamakan pada pengembangan

kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktifitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas dengan bekerja dalam kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain (Hartoyo, 2000).

Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai

materi pelajaran dengan mudah karena “siswa

lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru, karena taraf pengetahuan serta pemikiran

mereka lebih sejalan dan sepadan” (Wahyuni,

2001).

Pada SDN 2 Pasar Batu pada Tema Pendidikan, Penguasaan Anak masih rendah. Ini terlihat pada hasil ulangan tahun lalu.

Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka peneliti ingin mencoba melakukan

penelitian dengan judul “Meningkatkan

Prestasi Belajar Tema Pendidikan Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa Kelas III SDN 2 Pasar Batu Tahun Pelajaran 2017/2018.

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahannya sebagai berikut: (1) Bagaimanakah peningkatan Prestasi Belajar Tema Pendidikan dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD Pada Siswa Kelas III SDN 2 Pasar Batu Tahun Pelajaran 2017/2018? (2) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran kooperatif model STAD terhadap Prestasi Belajar Tema Pendidikan Pada Siswa Kelas III SDN 2 Pasar Batu Tahun Pelajaran 2017/2018?

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Ingin mengetahui peningkatan Prestasi Belajar Tema Pendidikan setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model STAD Pada Siswa Kelas III SDN 2 Pasar Batu Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Ingin mengetahui pengaruh Prestasi Belajar Tema Pendidikan setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model STAD Pada Siswa Kelas III SDN 2 Pasar Batu Tahun Pelajaran 2017/2018. (3) Memberikan gambaran tentang metode pembelajaran yang tepat dalam Meningkatkan prestasi belajar siswa dan menjadikan siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul

“Meningkatkan Prestasi Belajar Tema

Pendidikan Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division) Pada siswa Kelas III

SDN 2 Pasar Batu Tahun Pelajaran 2017/2018”

yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: "Jika Proses Belajar Mengajar Siswa

(3)

Kelas III SDN 2 Pasar Batu Tahun Pelajaran 2017/2018 menggunakan metode STAD dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa Kelas III SDN 2 Pasar Batu Tahun Pelajaran 2017/2018 akan lebih baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya".

Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: (1) Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru PKn dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. (2) Sumbangan pemikiran bagi guru PKn dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn Tema Pendidikan. (3) Proses belajar mengajar PKn tidak lagi monoton. (4) Ditemukannya strategi pembelajaran yang tepat, tidak konvesional tetapi variatif. (5) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok meningkat. (6) Menjadikan bahan ajar lebih menarik, sehingga proses pembelajaran sesuai dengan tujuan dan prestasi akademik siswa semakin meningkat.

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap tujuan ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: (1) Metode pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam pemecahan masalah dengan kemampuan siswa dalam setiap kelompok yang heterogen. (2) Prestasi belajar adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalan diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. (3) Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi: (1) Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas III SDN 2 Pasar Batu Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret tahun pelajaran 2017/2018. (3) Materi yang

disampaikan adalah pokok bahasan Pemerintahan.

Kajian Pustaka

Menarik Minat dan Perhatian Siswa

Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya, seorang anak menaruh minat dalam bidang kesenian, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian.

Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya.

Mengingat pentingnya minat dalam belajar, Ovide Declory (1871-1932) mendasarkan sistem pendidikan pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap orang yaitu minat terhadap makanan, perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah), mempertahankan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh, bekerja sama dalam olah raga (Usman & Uzer, 2005).

Mursell dalam bukunya Succesfull Teaching (Usman & Uzer, 2005), memberikan suatu klasifikasi yang berguna bagi guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa. Ia mengemukakan 22 macam minat yang diantaranya ialah bahwa anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakekatnya setiap anak berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan minat terhadap belajar. Membangkitkan Motivasi Siswa

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya dalam melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisasi yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi

(4)

perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. (Usman & Uzer, 2005).

Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Motivasi intrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar, tanpa ada suruhan dari orang lain. (2) Motivasi ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya.

Untuk membangkitkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi intrinsik. (1) Kompetisi (persaingan): Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain. (2) Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapainya sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut. (3) Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu perbuatan. (4) Kesempurnaan untuk sukses:

Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru. (5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar. (6) Mengadakan penilaian atau tes: Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik, jadi angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996).

Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan, sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebisaaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993).

Pasal 1 Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

(5)

Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama (Felder, 1994).

Wahyuni (2001) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.

Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyaningsih (2001) mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memusatkan aktifitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerja sama dalam proses pembelajaran.

Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secaraa maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alernatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.

Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi (Nur, 1996). Dalam pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan kerjasama.

Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut: (1) Para siswa harus memiliki persepsi bahawa mereka

“tenggelam atau berenang bersama”. (2) Para

siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam sekelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi. (3)

Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama. (4) Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok. (5) Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluuh anggota kelompok. (6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. (7) Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder (1999) menambahkan unsur-unsur alam pembelajran kooperatif sebagai berikut: (1) Ketergantungan Positif. Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya, maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya. (2) Kemampuan Individual. Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggungjawab melakukan pekerjaannya dan menguasai seluruh bahan untuk dipelajari. (3) Promosi tatap muka interaktif. Meskipun beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan tiap-tiap individu, beberapa diantaranya harus dilakukan secaraa interaktif, anggota kelompok saling memberikan timbal balik. (4) Manfaat dari penggabungan keahlian yang tepat. Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan mempraktekkan pembangunan kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, komunikasi dan koflik manajemen keahlian. (5) Kelompok Proses. Anggota kelompok mengatur kelompok, secaraa periodik menilai apa yang mereka lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan mengidenifikasi perubahan yang akan mereka lakukan agar fungsi mereka lebih efektif di waktu selanjutnya.

Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, Johnson, Johnson dalam Wahyuni (2001) menyebutkan peranan guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut: (1) Menetukan objek pembelajaran. (2) Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar sebelum

(6)

pembelajaran dimulai. (3) Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa. (4) Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas. (5) Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa dengan cara mendiskusikan cara kerjasama.

Keterampilan-keterampilan kooperatif Pembelajaran kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nur (1996) adalah keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.

Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) Menggunakan kesepakatan, artinya setiap anggota kelompok memiliki kesamaan pendapat. Menggunakan kesepakatan bertujuan untuk mengetahui siapa yang memiliki pendapat yang sama. (2) Menghargai kontribusi, yaitu memperhatikan atau mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh anggota kelompok yang dibuat lain. Tidak selalu harus menyetujui, dapat saja tidak menyetujui yang berupa kritik, tetapi kritik yang diberikan harus terhadap ide dan tidak terhadap pelaku. (3) Menggunakan suara pelan. Tujuan menggunakan suara dalam kerja kelompok adalah agar anggota kelompok dapat mendengar percakapan dengan jelas dan tidak frustasi oleh suara keras dalam ruangan. (4) Mengambil giliran dan berbagi tugas. Setiap anggota kelompok harus bias menggantikan seseorang yang mengemban tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok. (5) Berada dalam kelompok. Untuk menciptakan pekerjaan kelompok yang efisien setiap anggota kelompok harus tetap duduk atau berada dalam tempat kerja kelompok. (6) Setiap anggota kelompok harus meneruskan tugas yang menjadi tanggungjawabnya agar kegiatan selesai tepat waktu. (7) Mendorong partisipasi. Anggota kelompok selalu mendorong semua anggota kelompok untuk

memberikan sumbangan terhadap

penyelesaian tugas kelompok, karena jika satu atau dua anggota kelompok tidak berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit

sumbangan, maka hasil dari kelompok tersebut tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang orisinil atau kurang imajinatif. (8) Mengundang orang lain untuk berbicara. Maksud dari mengundang orang lain untuk berbicara yaitu meminta orang lain untuk berbicara agar hasil kelompok bisa maksimal. (9) Menyelesaikan tugas tepat waktunya. Tugas yang dikerjakan harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan agar memperoleh nilai yang tinggi. (10) Menyebutkan nama dan memandang bicara. Memanggil satu sama lain menggunakan nama dan menggunakan kontak mata akan memberikan bahwa mereka telah memberikan kontribusi penting kelompok. (11) Mengatasi gangguan, berarti menghindari masalah yang diakibatkan karena tidak atau kurangnya perhatian terhadap tugas yang diberikan. Gangguan dapat membuat suatu kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan. (12) Menolong tanpa memberi jawaban. Agar siswa tidak merasa telah memahami atau menemukan konsep dalam memberikan bantuan tidak dengan menunjukkan cara pemecahannya. (13) Menghormati perbedaan individu. Bersikap menghormati perbedaan terhadap budaya unik, pengalaman hidup serta suku bangsa / ras dari semua siswa dapat menghindari permusuhan dalam kelompok. Ketegangan dapat dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing individu anggota kelompok dapat meningkatkan rasa kebaikan, sensitivitas dan toleransi.

Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: (1) Menunjukkan penghargaan dan simpati. Menunjukkan rasa hormat, pengertian dan rasa sensitivitas terhadap usulan-usulan yang berbeda dari usulan orang lain. (2)

Menggunakan pesan “saya”. Dalam berbicara

perlu menggunakan kata “saya” agar orang lain

tidak merasa terancam atau merasa bersalah, sehingga permusuhan dapat dihindari. (3) Menggunakan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima. Menyatakan pendapat yang berbeda atau menjawab pertanyaan harus dengan cara yang sopan dan sikap yang baik, karena jika mengkritik seseorang dan

(7)

memadamkan ide seseorang dapat menimbulkan atmosfir yang negatif dalam kelompok. (4) Mendengarkan dengan aktif, maksudnya menggunakan pesan fisik dan lisan dalam memperhatikan pembicara. Pembicara akan mengetahui bahwa pendengar secaraa giat sedang menyerap informasi. Pengertian terhadap konsep akan meningkat dan hasil kelompok akan menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi. (5) Bertanya, artinya meminta atau menanyakan suatu informasi atau penjelasan lebih jauh. Dengan bertanya dapat menjelaskan konsep, seseorang yang sedang tidak aktif dapat didorong untuk ikut serta, dan anggota kelompok yang malu dapat dimotivasi untuk ikut berperan serta. (6) Membuat ringkasan, maksudnya mengulang kembali informasi. Ini dapat digunakan untuk membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan apa yang perlu dikerjakan. (7) Menafsirkan, artinya menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan hal-hal yang penting dapat diberi penekanan. (8) Mengatur dan mengorganisir. Merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secaraa efektif dan efisien. Dengan mengatur dan mengorganisir tugas-tugas yang diberikan akan dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien. (9) Memeriksa ketepatan. Membandingkan jawaban dan memastikan bahwa jawaban itu benar. Manfaatnya yaitu pekerjaan akan bebas dari kesalahan dan kekurang tepatan. Pemahaman terhadap bidang studi juga akan berkembang. (10) Menerima tanggung jawab, bersedia dan mampu memikul tanggungjawab dari tugas-tugas kewajiban untuk diri sendiri dan kelompok, untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. (11) Menggunakan kesabaran. Bersikap toleran pada teman, tetap pada pekerjaan dan bukan kesulitan-kesulitan, serta tidak membuat keputusan yang tergesa-gesa. (12) Tetap tenang / mengurangi ketegangan, maksudnya menimbulkan atmosfir yang damai dalam kelompok. Suasana yang hening dalam kelompok dapat menimbulkan tingkat pembelajaran yang lebih tinggi.

Keterampilan tingkat mahir meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) Mengelaborasi, berarti

memperluas konsep, kesimpulan dan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik tertentu. Mengelaborasi dapat menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan prestasi yang lebih tinggi. (2) Memeriksa secara cermat. Berbicara dengan pokok pembicaraan yang lebih mendalam untuk mendapatkan jawaban yang benar. Memeriksa secaraa cermat dapat menjamin bahwa jawabannya benar. (3) Menanyakan kebenaran, maksudnya membuktikan bahwa jawaban yang dikemukakan adalah benar atau memberikan alasan untuk jawaban tersebut. Menanyakan kebenaran akan membantu siswa untuk berfikir tentang jawaban yang diberikan dan untuk lebih meyakinkan terhadap ketepatan jawaban tersebut. (4) Menganjurkan suatu posisi, maksudnya menunjukkan posisi kelompok terhadap suatu masalah tertentu. (5) Menetapkan tujuan, maksudnya menetukan prioritas-prioritas. Pekerjaan dapat diselesaikan lebih efisien jika tujuannya jelas. (6) Berkompromi, yaitu menentukan pokok permasalahan dengan persetujuan bersama. Kompromi dapat membangun rasa hormat kepada orang lain dan mengurangi konflik antar pribadi. (7) Menghadapi masalah khusus, maksudnya menunjukkan masalah dengan

pemakai pesan “saya”, tidak menuduh, tidak

menggunakan sindiran, atau memanggil nama. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya sikap yang dapat berubah bukan ciri atau ketidak mampuan seseorang. Semuanya itu bertujuan untuk memecahkan masalah dan bukan untuk memenangkan masalah. Dengan hal ini konflik pribadi akan berkurang. Tingkat kebaikan, sensitivitas dan toleran akan meningkat. Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Langkah-langkah dalam pembelajarn kooperatif mode STAD sebagai berikut: (1) Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. Angota-anggota kelompok dibuat heterogen, meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan, prestasi belajar, jenis kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda. (2) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran

(8)

berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan presntasi adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa. (3) Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok Mereka boleh mengerjakan tugas-tgas tersebut secaraa serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban, tapi juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut. (4) Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya. (5) Hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok. (6) Setelah itu guru memberikan penghargan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.

Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman mereka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga dan menyenangkan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk. (2002) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.

Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurtut Oja yang sebagaimana dikutip oleh Kasbolah dalam Sukidin dkk. (2002), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antar proyek dengan sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalm proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan Kelas III untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini perananya tidak dominan dan sangat kecil.

Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Tagart (1988) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN 2 Pasar Batu tahun pelajaran 2017/2018.

(9)

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April Tahun Pelajaran 2017/2018.

Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas III SDN 2 Pasar Batu Tahun Pelajaran

2017/2018 pada pokok bahasan

pemerintahan, jumlah siswa 20 orang.

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, 2002). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan teersebut dapat mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut: (1) Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. (2) Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukn tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. (3) Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien. (4) Metodologi yang harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas, sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. (5) Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan setiap waktu (Arikunto, 2002).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya (Arikunto, 2002). Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan

Rancangan / rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD.

Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

Rancangan / rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam 2 Siklus, yaitu Siklus I dan II, dimana masing- masing siklus terdiri dari 2 Pertemuan, setiap siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing-masing Pertemuan. Dibuat dalam dua Siklus dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah (Arikunto, 2002): (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu;(2) Untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai; dan (3) Untuk

(10)

memperoleh suatu nilai. Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secaraa individual maupun secaraa klasikal. Disamping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian mana TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan, maka juga digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktifitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa, juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap siklusnya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir Pertemuan.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

Untuk menilai ulangan atau tes formatif, peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

𝑋̅ =∑ 𝑋

∑ 𝑁 Dengan: 𝑋̅ = Nilai rata-rata

∑ 𝑋 = Jumlah semua nilai siswa ∑ 𝑁= Jumlah siswa

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secaraa klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan

kelas disebut tuntas belajar baik dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

𝑃 =∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟

∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 × 100%

Untuk lembar observasi terbagi menjadi 2, yaitu:

Pertama, lembar observasi pengelola metode pembelajaran koooperatif model STAD.Untuk menghitungnya digunakan rumus sebagai berikut:

𝑋̅ =𝑃1 + 𝑃2

2

Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2 Kedua, lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Untuk menghitungnya digunakan rumus sebagai berikut: % = 𝑋̅ ∑ 𝑋× 100% dengan 𝑋̅ =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑃1 + 𝑃2 2 Dimana: % = Presentase pengamatan

𝑋̅ = Rata-rata

∑ 𝑋 = Jumlah rata-rata P1 = Pengamat 1 P2 = Pengamat 2

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Data penelitian diperoleh dari data observasi berupa pengamatan perngelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD dan pengamatan aktivitas guru dan siswa pada setiap siklus.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam meningkatkanprestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas guru dan siswa.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah

(11)

diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD.

Analisis Data Penelitian Persiklus

Pada tahap perencanaan siklus I pertemuan ke 1 ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I pertemuan ke 1 dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2018 di Kelas III SDN 2 Pasar Batu dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Dari data hasil penelitian pada siklus I pertemuan ke 1 dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran STAD diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 58,50 dan ketuntasan belajar mencapai 30,00% atau ada 6 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas

belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥

65 hanya sebesar 58,50% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih asing dengan diterapkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran STAD.

Pada tahap perencanaan siklus I pertemuan ke 2 ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I pertemuan ke 2 dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2018 di Kelas III SDN 2 Pasar Batu dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 2 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Dari tabel di atas data hasil penelitian pada siklus I pertemuan ke 2 dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran STAD diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 64,50 dan ketuntasan belajar mencapai 45,00% atau ada 9 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas

belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥

65 hanya sebesar 45,00% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih asing dengan diterapkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran STAD.

Pada tahap perencanaan siklus II per-temuan ke 1 ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II pertemuan ke 1 dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2018 di Kelas III SDN 2 Pasar Batu dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I pertemuan ke 2, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I pertemuan ke 2 tidak terulang lagi pada siklus II pertemuan ke 1. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 3 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif 3.

Dari data hasil penelitian pada siklus II pertemuan ke 1 diperoleh nilai rata-rata

(12)

prestasi belajar siswa adalah 72,50 dan ketuntasan belajar mencapai 65,00% atau ada 13 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II pertemuan ke 1 ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I pertemuan ke 2. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena siswa sudah mulai akrab dan menemuan keasyikan dengan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran STAD. Disamping itu kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar dalam metode ini juga semakin meningkat sehingga proses belalar-mengajar semakin efektif.

Pada tahap perencanaan siklus II per-temuan ke 2 ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 4, soal tes formatif 4 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II pertemuan ke 2 dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2018 di Kelas III SDN 2 Pasar Batu dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II pertemuan ke 1, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II pertemuan ke 1 tidak terulang lagi pada siklus II pertemuan ke 2. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 4 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif 4.

Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus II pertemuan ke 2 diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 83,50 dan dari 20 siswa yang telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 95,00% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II pertemuan ke 2 ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II pertemuan ke 1. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II

pertemuan ke 2 ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa mempelajari materi pelajaran yang telah diterapkan selama ini. Disamping itu dengan adanya metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD ini siswa dapat bertanya dengan sesama temanya, dan ternyata dari proses bertanya antar siswa ini, siswa lebih mudah menerima penjelasan dari temannya yang lebih paham tentang materi pelajaran tersebut.

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. (2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. (3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. (4) Hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan ke 2 mencapai ketuntasan.

Pada siklus II pertemuan ke 2 guru telah menerapkan metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembahasan

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Kooperatif Model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan daya ingat siswa. Hal ini dapat dilihat dari

(13)

semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I pertemuan ke 1, Siklus I pertemuan ke 2, Siklus II pertemuan ke 1, dan siklus II pertemuan ke 2) yaitu masing-masing 30,00%, 45,00%, 65,00%, dan 95,00%. Pada siklus II Pertemuan ke 2 ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kontekstual model pengajaran STAD dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap proses mengingat kembali materi pelajaran yang telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PKn dengan Pembelajaran Kooperatif Model STAD yang paling dominan adalah bekerja

dengan menggunakan alat/media,

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Hasil Observasi pada Siklus I pertemuan 1 (67%), Siklus I pertemuan 2 (72%), Siklus II pertemuan 1 (83%) dan Siklus II pertemuan 2 (89%). Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa

dalam mengerjakan kegiatan,

menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase Hasil Observasi pada Siklus I pertemuan 1 (69%), Siklus I pertemuan 2 (81%), Siklus II pertemuan 1 (87%) dan Siklus II pertemuan 2 (90%) maka untuk aktivitas di atas bisa dikatakan cukup besar.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn. (2) Metode pembelajaran kooperatif model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestsi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I Pertemuan ke 1 (30,00%), Siklus I pertemuan ke 2 (45,00%), siklus II Peretmuan ke 1 (65,00%), siklus II Pertemuan ke 2 (95,00%). (3) Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dan pertanyaan. (4) Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan tugas individu maupun kelompok. (5) Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelum agar proses belajar mengajar PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: (1) Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif model STAD memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan Metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam pross belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang optimal. (2) Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantiny dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. (3) Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di Kelas III SDN 2 Pasar Batu tahun pelajaran 2017/2018. (4) Untuk peneltian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

(14)

Referensi

Ali, M. (1996). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

Arikunto, S. (1993). Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarata: Rineksa Cipta.

Arikunto, S. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Azhar, M. (1993). Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.

Dalle, J. (2017). Interactive courseware for supporting learners competency in practical skills. TOJET, 16(3).

Daroeso, B. (1989). Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.

Djamarah, S. B. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Putra.

Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar. Rineksa Putra. Felder, R. M. (1994). Cooperative Learning In The Technical

Corse, (online), (Pcll\d\My% Document\Coop % 20 Report.

Hadi, S. (1982). Metodologi Research, Jilid I. Yogayakarta: yp. Fak. Psikologi UGM.

Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Hasibuan, J. J. dan Moerdjiono. (1998). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Margono. (1997). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.

Masriyah. (1999). Analisis Butir Tes. Surabaya: Universiats Press. Ngalim, P. M. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nur, M. (2001). Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya: University Press Universitas Negeri Surabaya.

Nur, M. (1996). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Negeri.

Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru– Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rustiyah, N. K. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina

Aksara.

Sardiman, A. M. (1996). Interaksi dan Prestasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Soekamto, T. (1997). Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Soetomo. (1993). Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Sudjana, N., & Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana. (1996). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sukidin, dkk. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insane Cendekia.

Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Surakhamad, W. (1990). Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Syah, M. (1995). Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Usman, M. U. (2001). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (3) dan Pasal 19 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Perparkiran, Pengelolaan tempat

Pemeriksaan kendaraan bermotor atau disebut juga “ syaken ” ,adalah pemeriksaan dengan waktu tertentu, apakah mobil yang Anda pakai sesuai dengan standart dasar hukum

Dokumen ini adalah f ormulir Resmi VerVal NUPTK periode 2013, untuk inf o lebih lanjut kunjungi http://padamu.kemdikbud.go.id.. FORMULIR

Pada abad ke-21 guru akan dihadapkan pada berbagai tantangan dalam mengajar, antara lain mengajar dalam masyarakat multikultur, mengajar untuk konstruksi

Pada sistem enzim ini terlihat polimorfik namun banyak sampel yang tidak konsisten muncul pola pita.. Pola pita pada sistem enzim ini terlihat polimorfik tetapi

Peningkatan penumpang untuk bulan-bulan tertentu di tahun mendatang dengan skema penambahan kecepatan kapal dan penambahan trip untuk masing-masing rute yang mengalami

Kesamaan penelitiaan yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian akan menggunakan linux IPCop dengan menjadikan IPCop sebagai firewall dalam