• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

A.Latar Belakang Masalah

Selama beberapa dekade terakhir, telah muncul kekhawatiran di banyak negara tentang pertumbuhan dan konsekuensi dari stres kerja yang dapat di alami oleh setiap individu di seluruh dunia. Stres kerja pada umumnya telah terjadi sejak dulu namun saat ini telah menjadi salah satu aspek yang ditinjau kembali melihat urgensi aspek tersebut terhadap kualitas sumber daya individu. Definisi Stres pada umumnya mengakui bahwa hal tersebut merupakan bagian dari pengalaman pribadi yang disebabkan oleh adanya tekanan ataupun tuntutan pada individu yang berdampak pada kemampuan individu dalam mengatasi persepsinya mengenai kemampuan tersebut (Blaug & Lekhi, 2007).

Sehingga dapat dilihat bahwa stres terkait pekerjaan pada umumnya terjadi ketika terdapat ketidaksesuaian antara tuntutan pekerjaan dan sumber daya ataupun kemampuan pekerja individu untuk memenuhi tuntutan tersebut. Stres kerja dalam hal ini menurut Mangkunegara (2017) dapat diidentifikasi melalui beberapa aspek di antaranya dari emosi yang tidak stabil, perasaan tidak tenang, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan. Adapun beberapa hal umum yang menjadi faktor penyebab stres kerja diantaranya yakni situasi kerja yang selalu berada dibawah tekanan pekerjaan yang tinggi, kurangnya dukungan personal yang karyawan dapatkan, sifat dan perilaku pimpinan yang tidak adil, konflik dengan sesama rekan kerja, atau bahkan kondisi tempat kerja yang kurang memadai.

(2)

Stres kerja dapat dialami hampir semua orang yang bekerja sebagai seorang karyawan. Salah satunya adalah karyawan yang bekerja dalam industri perbankan. Industri perbankan merupakan salah satu wadah dalam mendukung ataupun mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara, terlebih perbankan berperan sebagai industri yang mana pada umumnya melibatkan metode simpan pinjam yang hal ini menjadi sarana dalam mendukung aktifitas keuangan suatu negara. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilihat bahwa industri perbankan memainkan peranan penting dalam menunjang ekonomi negara dan menjadi salah satu wadah yang menstabilkan keuangan negara. Maka dari itu karyawan yang bekerja pada industri ini tentunya memiliki tantangan yang cukup tinggi serta tak dapat dipungkiri bahwa para karyawan tentunya bekerja berdasarkan target yang menimbulkan suatu tekanan. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan studi yang dilakukan oleh UNI Global Union (JPNN, 2013) yang menunjukkan bahwa pada 2 tahun terakhir lebih dari 80 persen perusahaan perbankan di 26 negara berbeda melaporkan memburuknya kesehatan karyawan sebagai masalah utama, 4 negara di Asia termasuk Indonesia juga sering mendapatkan keluhan dari para karyawannya bahwa kehidupan pribadi mereka berada dibawah tekanan yang cukup besar. Tekanan yang cukup besar ini salah satunya disebabkan peran mereka untuk memerangi krisis keuangan. Hal ini menurut Lynn Mackenzie penulis laporan “Banking: The Human Crisis” mengatakan bahwa bankir sering disalahkan atas krisis keuangan global yang dialami negaranya (JPNN, 2013). Kejadian ini tentunya juga berdampak pada pegawai bank lain yang lebih rendah jabatannya.

(3)

Industri perbankan di Indonesia berkembang dengan cepat, data menunjukkan bahwa saat ini Indonesia memiliki bank dengan jumlah kurang lebih 115 bank, baik milik pemerintah maupun swasta. Itupun belum termasuk bank-bank yang sedang melakukan merger ataupun bank-bank swasta kecil yang sedang dalam masa permulaan (Fauzia, 2019). Bank X (Anonim, 2019) merupakan salah satu industri perbankan yang memainkan peranan yang cukup dominan dalam perekonomian masyarakat di Indonesia. Bank X menjadi bank pemerintah pertama di Indonesia yang saat ini memiliki unit kerja lebih dari 7.975 buah yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain menjadi bank pemerintah pertama di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir Bank X mendapatkan predikat sebagai bank terbaik di Indonesia. Tentunya hal ini membuat Bank X harus selalu memperbaiki kinerjanya agar predikat itu tidak terambil oleh bank-bank kompetitornya.

Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan bahwa setiap kantor unit X setiap bulannya dibebani target untuk mencari nasabah beserta pinjaman kredit yang sudah ditentukan oleh pimpinan. Beban target yang ditentukan tersebut tidaklah ringan, dari pengakuan beberapa karyawan, beban kerja dalam tuntutan mencari pinjaman baru sangatlah tinggi. Para karyawan bahkan meminta bantuan dari orang-orang yang mereka kenal untuk membuka rekening di Bank X demi terpenuhinya target dari atasan. Adapun demi mengejar target dari pimpinan, pada hari Sabtu dan Minggu karyawan sering diperintahkan untuk masuk. Walaupun hanya setengah hari mereka mengaku bahwa hal tersebut sangat melelahkan dan tentunya mereka kehilangan waktu untuk keluarga mereka masing-masing. Selain itu mereka juga mengakui bahwasannya

(4)

mereka memiliki pekerjaan yang langsung berhubungan dengan uang yang menjadi beban tersendiri bagi para karyawan karena merasa memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Tingginya tekanan menjadi salah satu faktor terhadap tingginya tingkat stres kerja yang dialami oleh karyawan perbankan. Dibalik tingginya tekanan dalam pekerjaan, terdapat salah satu faktor yang memainkan peranan yang cukup signifikan dan perlu untuk di perhitungkan dalam melihat stres kerja terdahap karyawan Bank dalam hal ini bank X, yaitu aspek dukungan sosial yang didapatkan oleh para karyawan.

Beberapa hal diatas sejalan dengan Hasibuan (2014) yang menyatakan bahwa indikator stres kerja adalah sebagai berikut. (1) Beban kerja, diukur dari persepsi responden mengenai beban kerja yang dirasakan berlebihan. (2) Sikap pemimpin, diukur dari persepsi responden mengenai sikap pemimpin yang kurang adil dalam nenberikan tugas. (3) Waktu kerja, diukur dari persepsi responden mengenai waktu kerja yang dirasakan berlebihan. (4) Konflik, diukur dari persepsi responden mengenai konflik antara karyawan dengan pimpinan. (5) Komunikasi, diukur dari persepsi responden mengenai komunikasi yang kurang baik antara karyawan. (6) Otoritas kerja, diukur dari persepsi responden mengenai otoritas kerja yang berhubugan dengan tanggung jawab.

Dukungan sosial dapat diartikan individu memiliki teman atau orang lain termasuk keluarga sebagai suatu instrumen untuk beralih ketika individu membutuhkan orang lain. Adapun pada saat individu menghadapi krisis guna memberikan individu fokus yang lebih luas atapun memberikan citra diri yang lebih positif. Dukungan sosial pada umumnya berdampak pada meningkatnya kualitas

(5)

hidup serta memberikan wadah tumpuan terhadap kejadian ataupun peristiwa yang kurang menyenangkan dalam kehidupan. Dukungan sosial dapat menjadi aspek yang membangun individu pada masa-masa stres dan dapat menjadi bagian dari sumber kekuatan untuk melanjutkan ataupun berkembang (Cherry, 2019). Dalam hal ini, dapat dilihat bagaimana peranan penting aspek dukungan sosial terhadap tingkat stres kerja yang dapat di alami oleh setiap karyawan yang mana akan berdampak pada kualitas dari invididu tersebut.

Peranan penting dukungan sosial terhadap individu dalam hal ini karyawan menjadi hal yang sangat diperlukan. Dukungan sosial yang cukup memadai dapat memberikan perasaan kerja yang lebih positif. Walaupun pada kenyataannya, masih terdapat karyawan yang kurang mendapatkan dukungan sosial dari orang terdekat seperti keluarga. Bahkan beberapa karyawan memiliki masalah pribadi pada keluarganya yang menjadi salah satu instrumen untuk menyediakan dukungan sosial yang mengakibatkan kurangnya dukungan sosial, yang mana pada hakikatnya keluarga merupakan orang terdekat secara sosial. Selain keluarga, terdapat aspek lain yang menjadi faktor tingginya stres kerja adalah dukungan dari rekan kerja. Rekan kerja memiliki peranan penting untuk menyediakan lingkungan kerja yang positif. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwasanya masih banyak karyawan dalam sebuah bank memiliki masalah dengan rekan kerja dalam satu lingkungan kerja, atau bahkan pimpinan dari karyawan itu sendiri. Pada kenyataannya dukungan dari rekan kerja dan para pimpinan memiliki efek yang positif dalam mengatasi ataupun menurukan tingkat stres kerja yang dialami oleh

(6)

karyawan itu sendiri (Chiaburu & Harrison, 2008). Hal ini tentunya membuat tingkat stres kerja mereka menjadi semakin tinggi.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan dukungan sosial terhadap stres kerja pada karyawan Bank X.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis penelitian ini yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan untuk pengembangan keilmuan khususnya di bidang Psikologi Industri dan Organisasi dan Psikologi Sosial mengenai stres kerja dan dukungan sosial pada karyawan.

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan peneliti dan mengetahui bagaimana tekanan dalam pekerjaan karyawan yang berdampak pada stres kerja beserta hubungannya dengan dukungan sosial. Selain itu juga dapat menjadi referensi atau bahan pembanding bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji tentang stres kerja dan dukungan sosial.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai stres kerja telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu untuk mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi stres kerja. Salah satu penelitian tentang stres kerja pernah dilakukan oleh Mulia (2014) dimana penelitian tersebut membahas tentang analisis hubungan stres kerja pada karyawan PT.Bank X Cabang bandung. Penelitian tersebut menyatakan bahwa kondisi stres kerja pada karyawan tergolong cenderung tinggi. Faktor dari pada munculnya stres

(7)

kerja tersebut adalah adanya tuntutan pekerjaan yang sangat tinggi, tekanan dari pimpinan, konflik dengan rekan kerja, dan munculnya masalah pribadi dalam keluarga. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa munculnya stres kerja cenderung disebabkan oleh tuntutan pekerjaan yang sangat tinggi, konflik yang muncul dalam pekerjaan, serta peran keluarga yang seharusnya dapat menjadi motivasi untuk bekerja lebih tetapi justru menyebabkan munculnya konflik pribadi yang menurunkan semangat untuk bekerja.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Janice (2016) dengan judul “Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Stres Kerja Perawat”. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan dengan melibatkan 75 orang perawat. Adapun hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa adanya hubungan negatif antara dukungan dengan stres kerja. Artinya, semakin rendah dukungan sosial maka akan semakin tinggi stres kerja, begitu sebaliknya semakin tinggi dukungan sosial maka akan semakin rendah stres kerja pada seseorang.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Syarif (2014) dengan judul “Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Menghadapi Ujian Nasional Siswa SMU Kota Palangkaraya” juga sejalan dengan penelitian ini. Adapun penelitian ini dilakukan di Kota Palangkaraya dengan melibatkan siswa kelas XII baik laki-laki maupun perempuan yang akan menghadapi ujian nasional. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan stres kerja. Hal ini dapat diartikan semakin tinggi dukungan sosial yang dimiliki oleh seorang siswa maka semakin rendah stres yang dialami oleh siswa tersebut. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang

(8)

dialami oleh seorang siswa maka akan semakin tinggi stres yang dialami oleh siswa tersebut.

Adapun hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lumingkewas, Warouw, dan Hamel (2015) menunjukan bahwa dari 31 responden bekerja sebagai perawat semuanya mengalami stres kerja dengan rincian 25 responden mengalami stres kerja ringan dan 6 responden mengalami stres kerja berat. Kemudian penelitian sebelumnya yang juga melibatkan perawat dilakukan oleh Soep (2012) menunjukan bahwa dari 151 perawat di salah satu Rumah Sakit di Medan mengalami stres kerja dengan rincian 19 perawat mengalami stres kerja rendah. Kemudian 20 perawat mengalami stres kerja sangat rendah. Sedangkan perawat dengan stres kerja sedang sejumlah 90 orang. Lalu perawat dengan stres kerja tinggi berjumlah 15 orang dan perawat dengan stres kerja tinggi berjumlah 7 orang. Selain itu menurut hasil penelitian Rose dan Richard (1980) mengidikasikan pekerja kesehatan menderita depresi dan cemas yang berhubungan dengan stres kerja. Dampak dari stres kerja tersebut seperti burnout, absenteeism, berhenti bekerja, kepuasan yang kurang dan kesalahan dalam diagnosis maupun perawatan.

Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Caesaria (2010) menemukan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial terhadap stres kerja pada karyawan bagian produksi dengan nilai (r)= -0,506 dan nilai signifikansi p=0,00 (p<0,05). Adapun enelitian yang dilakukan Abdillah (2017) dengan dukungan sosial dan stres kerja pada anggota polri menemukan bahwa ada hubungan negatif antara dukungan sosial dan stres kerja. Hasil uji korelasi menunjukan korelasi(r)=0,448 dengan nilai signifikansi p=0,02 (p<0,05).

(9)

Pada penelitian tersebut diperoleh nilai R Square = 0,200. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa dukungan sosial memiliki kontribusi sebesar 20 % terhadap stres kerja sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Noviati (2015) mengenai dukungan sosial dan stres kerja menunjukan bahwa ada hubungan negatif antara dukungan sosial dan stres kerja pada anak buah kapal (ABK). Hasil uji korelasi menunjukan nilai koefisien korelasi(r)= -0,686 dengan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05). Berdasarkan hasil uji korelasi tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan stres kerja. Kemudian penelitian sebelumnya yang dilakukan di Rumah Sakit X oleh Sasumba (2017) menunjukan bahwa perawat di Ruang Anggrek sejumlah 15 orang mengalami stres kerja dengan rincian 3 orang mengalami stres kerja rendah, 10 orang mengalami stres kerja sedang, dan 2 orang mengalami stres kerja berat.

Dodiansyah dan Dwityanto (2014) telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara dukungan sosial dan stres kerja pada karyawan Solo Pos. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ada hubungan negatif antara dukungan sosial dan stres kerja. Hubungan tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah stres kerja. Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi stres kerja. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Margiati (1999) yang menyatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi stres kerja adalah tidak adanya dukungan sosial. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Almasitoh (2011) yang mengungkapkan bahwa adanya hubungan yang dapat diandalkan dari rekan kerja atau atasan dapat berperan dalam membantu masalah pekerjaan ataupun di luar pekerjaan.

(10)

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut antara lain:

1. Keaslian Topik

Variabel tergantung yang digunakan dalam penelitian ini yaitu stres kerja yang akan dihubungkan dengan dukungan sosial sebagai variabel bebas. Topik ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Ayu dkk (2016) yang membahas tentang hubungan dan pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja dan penelitian yang dilakukan oleh Harrisma dan Witjaksono (2013) yang membahas pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja.

2. Keaslian Teori

Teori stres kerja pada penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Robbins (2003) dan teori dukungan sosial menggunakan teori yang dikemukakan oleh Zimet, Dahlem, dkk (1988). Oleh karena itu, penelitian ini merupakan pengaplikasian dari teori penelitian yang pernah dilakukan tentang stres kerja dengan mengaitkan variabel dukungan sosial sebagai variabel bebas yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

3. Keaslian Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala stres kerja dan skala dukungan sosial yang disajikan dalam bentuk kuesioner. Skala untuk variabel stres kerja menggunakan skala yang disusun oleh Robbins (2003) Sedangkan alat ukur variabel dukungan sosial menggunakan skala yang disusun oleh Zimet, Dahlem, dkk (1988).

(11)

4. Keaslian Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penilitian ini adalah karyawan baik pria maupun wanita yang berasal dari level manajerial dan non-manajerial di Bank X Cabang Sleman. Subjek berasal dari semua level jabatan karena dalam konteks penelitian ini semua karyawan perusahaan diharapkan dapat menampilkan tingkat stres kerja. Subjek penelitian ini berbeda dengan subjek penelitian sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Lady, Susihono, dan Muslihati (2017) yang membahas tentang analisis tingkat stres kerja dan faktor-faktor penyebab stres kerja pada pegawai BPBD Kota Cilegon.

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Berbasis Web untuk Menampilkan Absensi dan Nilai Akhir Peserta Didik ini dikembangkan dengan menggunakan basis data MySQL sebagai media

Such opposite- side configurations enable to obtain information of both building sides (Liu et al. 2011), which is very helpful in case of neighbouring effects. TerraSAR-X

(NVWUDN \DQJ GLEHULNDQ PHODOXL SHPEHULDQ SDNDQGDQSHQ\HPSURWDQSDGDWXEXKVHUDQJJDXML PHQXQMXNNDQ WLQJNDW HIHNWLYLWDV \DQJ VDPD EDLNQ\D .HFXDOL SDGD NRQVHQWUDVL SHUODNXDQ

langsung sehingga pada ujung jalan dibuat gerbang berupa dinding batu alam serta diberi tulisan “Taman Kuliner” untuk memperjelas batas wilayah Taman Kuliner sekaligus menjadi

Penelitian yang dilakukan telah membuktikan bahwa Enterococcus faecalis ID 6017 mampu tumbuh dan melakukan dekolorisasi dalam medium semisintetik sampai dengan konsentrasi

kegiatan operasional produksinya menggunakan bahan baku berupa gas alam, air dan udara yang mana dalam proses produksi membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi sehingga

Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni hingga Oktober 2013 ini, bertujuan untuk mendapatkan silikon dioksida dan silikon dari sekam padi dengan kemurnian

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran dan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 12 Banjarmasin, dapat diuraikan refleksi awal sebagai