1
OPTIMISASI SISTEM RANTAI SUPLAI LNG UNTUK
KEBUTUHAN GAS DI PULAU JAWA DAN SUMATERA
Yuswan Muharam1,Ratna Dewi Verinasari2
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, 16436, Indonesia
Email:[email protected] Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimisasi pada sistem rantai suplai LNG agar didapatkan biaya suplai yang paling murah dari kilang LNG hingga sampai ke FSRU (Floating Storage
Regasification Unit) dan juga jumlah LNG yang seharusnya dipasok oleh setiap kilang dengan
menggunakan metode optimasi. Metode optimasi harus menentukan fungsi objektif, variabel keputusan dan juga constrain. Untuk mendapatkan biaya suplai yang murah maka akan menggunakan harga dari ex kilang dan harus mendapatkan biaya transportasi yang murah. Kapasitas kapal yang akan digunakan pada penelitian ini adalah 150.000 m3 dan kecepatan 18 knot. Metode pengiriman yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Hub and Spoke. Pada penelitian ini yang akan menjadi sumber yaitu Kilang Tangguh, Masela, Donggi Senoro dan Bontang dengan tujuannya FSRU yang terletak dipulau Jawa dan Sumatera. Yang sangat berpengaruh pada biaya suplai adalah jarak dari setiap kilang LNG menuju FSRU. Dan hasil yang didapatkan kilang Bontang menyuplai LNG ke FSRU Aceh 3,0 MTPA selama 20 tahun dengan biaya suplai tahun ke-1 6,3 $/MMBtu. Kilang Tangguh akan menggunakan 2 kapal untuk memasok LNG 2,1 MTPA ke FSRU Jawa Tengah dengan 35 biaya suplai ditahun ke-1 6,64 $/MMBtu dan 0,9 MTPA untuk FSRU Lampung dengan biaya suplai pada tahun ke-1 6,63 $/MMBtu. Kilang Masela akan menggunakan 3 kapal untuk memasok LNG ke FSRU Jawa Tengah 0,9 MTPA dengan biaya suplai pada tahun ke-4 9,50 $/MMBtu dan FSRU Jawa Barat 3 MTPA dengan biaya suplai pada tahun ke-4 yaitu 9,58 $/MMBtu. Kilang Donggi Senoro akan menggunakan 1 kapal untuk memasok LNG ke FSRU Lampung sebanyak 0,6 MTPA dengan biaya suplai pada tahun ke-1 yaitu sebesar 6,7 $/MMBtu.
Kata kunci: Optimisasi, LNG (Liquefaction Natural Gas), FSRU (Floating Storage and Regasification Unit)
Optimization of LNG Supply Chain System for gas needs in Java and Sumatera Island
Abstract
This research aims to optimize the LNG supply chain system in order to get the lowest supply cost from the LNG plant to FSRU (Floating Storage Regasification Unit) and also the amount of LNG that is supposed to be supplied by each plant by using optimization methods. Optimization method must determine the objective function, decision variables and constrain. To get a low supply cost, low price of ex plant and transportation cost must be used. Vessels with capacity of 150,000 m3 and a speed of 18 knots will be used. Shipping method used in this research is Hub and Spoke. In this study, the LNG source is Tangguh, Masela, Donggi Senoro and Bontang plant with the destination are FSRU located in Java and Sumatra. Supply cost is affected by distance of each LNG plant to the FSRU. From the results, it is obtained that Bontang LNG plant supply 3.0 MTPA to the FSRU Aceh for 20 years with supply cost in the first year $ 6.3 / MMBtu. Tangguh plant will use two ships to supply 2.1 MTPA LNG to Central Java FSRU with first year supply costs of $ 6.64 / MMBtu and 0.9 MTPA to Lampung FSRU with first year supply cost of $ 6.63 / MMBtu. Masela plant will use three ships to supply 0.9 MTPA LNG to the Central Java FSRU with the lowest costs in the 4th year of $ 9.50 / MMBtu and 3 MTPA to west Java FSRU 3 with the lowest supply cost in the 4th year of $ 9.58 / MMBtu. Donggi Senoro will use one ship to supply 0.6 MTPA LNG to Lampung FSRU with supply costs in the first year of $ 6.7 / MMBtu.
Keywords: Optimization, LNG (Liquefaction Natural Gas), FSRU (Floating Storage and Regasification Unit)
2
Pendahuluan
Gas alam sekarang ini telah menjadi sumber energi alternatif yang banyak digunakan oleh masyarakat dunia untuk berbagai keperluan, baik untuk perumahan, komersial maupun industri. Dari tahun ke tahun penggunaan gas alam selalu meningkat. Hal ini dikarenakan banyaknya keuntungan dari pemanfaatan gas alam, sehingga sangat diminat oleh masyarakat Indonesia maupun luar negeri, Energi yang dihasilkan oleh gas alam juga lebih efisien dibandingkan dengan energi yang dihasilkan oleh minyak bumi dan batu bara, penggunaannya jauh lebih bersih dan sangat ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan.
Persediaan gas alam yang ada di Indonesia tersebar diberbagai wilayah yaitu di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua. Gas alam yang tersedia ini sebenarnya sudah dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia akan tetapi pemanfaatan gas alam ini tidak dilakukan secara optimal. Gas alam yang tersedia lebih banyak digunakan sebagai komoditas ekspor dan gas alam yang dimanfaatkan oleh domesitik menjadi lebih kecil.
Seperti yang telah diketahui bahwa kebutuhan gas alam di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat, sesuai dengan meningkatnya pula jumlah penduduk di Indonesia. Sehingga apabila pemanfaatan gas alam masih lebih banyak digunakan untuk komoditas ekspor maka akan terjadi krisis gas alam di Indonensia. Misalnya krisis sektor industri dan krisis listrik yang terjadi di Indonesia, krisis listrik terjadi karena PLN yang selalu mengalami kekurangan pasokan gas untuk pembangkit listrik berbahan bakar gas.
Maka dari itu untuk dapat mengatasi krisis tersebut, pasokan gas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pun harus berjalan dengan efektif sehingga permasalahan kekurangan pasokan dalam negeri juga dapat diatasi. Peneliti akan melakukan optimisasi sistem rantai suplai LNG untuk kebutuhan dalam negeri. Penelitian ini ditunjukan untuk melakukan optimisasi pada sistem rantai suplai LNG dengan mempertimbangkan pada jumlah penggunaan kapal, waktu transportasi serta memperhitungkan fakor ketersediaan produksi dari beberapa supplier LNG domestik dan biaya rantai nilai LNG.
Optimisasi sistem rantai suplai LNG ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan maksimal yang didapat dari biaya transport yang minimal dari setiap supplier yang ada. Untuk melakukan optimasi pada sistem rantai suplai maka pada penelitian ini metode
3 pengiriman yang akan digunakan adalah metode hub and spoke.
Tinjauan Teoritis
Gas alam adalah gas yang berasal dari bumi dan sering juga disebut gas bumi, komponen yang terdapat pada gas alam sangat banyak sekali, komponen utama dalam gas alam adalah Metana (CH4) selebihnya adalah etana, propana, butana, helium, karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen (N2) dan air. Kegunaan dari gas alam sangat banyak sekali contohnya adalah gas alam dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, untuk mengoprasikan berbagai peralatan rumah tangga yaitu kompor, pengering pakaian, memasak dan alat rumah tangga lainnya, gas alam juga dapat dijadikan sebagai bahan baku bagi pabrik-pabrik industri, sebagai komoditas energi ekspor-impor.
Gas alam dapat diolah menjadi gas pipa, CNG (Compressed Natural Gas), LNG (Liquefaction Natural Gas) dan LPG (Liquefied Petroleum Gas). CNG adalah gas alam yang terkompresi pada tekanan tinggi sehingga volumenya menjadi sekitar 1/250 dari volume gas bumi pada keadaan standar. LPG adalah gas bumi yang dicairkan dengan komponen utamanya yaitu propana (C3H8) dan juga butana (C4H10). Sedangkan LNG adalah gas alam yang dicairkan pada tekanan atmosferik dan suhu -160oC. LNG biasanya dipakai sebagai komoditas ekspor-impor.
Biasanya sebelum gas alam akan diekspor maka dilakukan proses pencairan terlebih dahulu menjadi LNG sehingga akan menjadi lebih mudah untuk ditransportasikan apabila gas alam tersebut berbentuk cair, hal ini dikarenakan LNG hanya memiliki volume sekitar 1/600 dari volume gas alam dalam keadaan gas. Gas alam sangat banyak sekali manfaatnya, misalnya dapat dijadikan bahan bakar bagi kendaraan bermotor, banyak digunakan pada sektor industri maupun rumah tangga dan bahan bakar pembangkit listrik tenaga gas atau uap.
Negara Indonesia memiliki banyak cadangan gas alam yang terletak diberbagai wilayah di Inonesia. Pada gambar dibawah dapat dilihat beberapa cadangan gas alam di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
4 Gambar 1 Peta cadangan gas alam di Indonesia
(Sumber: www.esdm.com, 2013)
LNG (Liquified Natural Gas)
LNG (Liquefied Natural Gas) adalah suatu gas alam atau gas metana yang telah dicairkan yang tujuannya adalah untuk memudahkan pengangkutannya atau pendistribusiannya dan penyimpanan LNG tersebut. Pencairan pada gas alam tersebut dilakukan dengan mendinginkan gas alam hingga -160 derajat celcius dan setelah itu gas alam cair akan disimpan pada tekanan atmosferik. Dengan dilakukannya pendinginan, maka fasa gas akan berubah bentuk menjadi fasa cair, dan volume dapat berkurang sekitar 600 kali dari volume pada fasa awal.
Dalam fasa cair LNG akan lebih mudah didistribusikan jika dibandingkan dalam fasa gas. LNG dapat didistribusikan dengan menggunakan kapal, pipa, atau truk. Akan tetapi sarana transportasi LNG dengan menggunakan kapal masih diakui menjadi sarana transportasi yang paling efisien apabila dibandingkan dengan menggunakan truk ataupun pipa, khususnya untuk rute yang cukup jauh. LNG mengandung sebagian besar dari gas metana (CH4) dan mengandung beberapa komponen gas hidrokarbon (gas etana, gas propana, termasuk beberapa komponen hidrokarbon berat lainnya seperti butana, dan pentana).
Jumlah hidrokarbon berat seperti butana dan pentana atau yang lebih berat di dalam LNG biasanya dibatasi agar tidak boleh lebih dari 0.1% sesuai perjanjian kontrak penjualan LNG. LNG juga tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
5 menyebabkan korosi. Akan tetapi terdapat bahaya-bahaya LNG yaitu mudah terbakar, dan membeku. Proses pembuatan LNG secara umumnya adalah pertama-tama melakukan pencairan sumur produksi gas alam, setelah itu gas alam akan diambil dialirkan ke kilang pemroses untuk dimurnikan dengan membuang kondensatnya seperti air, lumpur, juga gas-gas lain seperti CO2 and H2S.
Rantai suplai LNG
Rantai suplai LNG mulanya berasal dari gas alam yang diperoleh melalui sumur-sumur produksi, setelah itu gas alam dapat dialirkan melalui pipa-pipa yang selanjutnya akan dialirkan menuju kilang pencairan gas alam (liquefaction plant), setelah melakukan pencairan gas alam ini LNG akan didistribusikan menuju LNG terminal dan regasifikasi. Dalam pendistribusiam LNG biasanya untuk rute yang jauh dapat digunakan kapal LNG (LNG Carrier), karena tidak memungkinkannya untuk membangun saluran pipa pada wilayah yang akan dilewati. Pada LNG terminal dan regasifikasi, LNG dapat disimpan dan akan diubah menjadi gas kembali sebelum selanjutnya akan dikirimkan menuju ke end user dengan menggunakan saluran pipa. Pada gambar 2 ini adalah gambaran umum dari pendistribusian LNG yang berada di
onshore dari sumber hingga sampai ke end user.
Gambar 2 Rantai suplai onshore LNG
Gambar 3 Rantai suplai FLNG
Dapat dilihat dari gambar 3, perbedaan antara onshore LNG dan juga FLNG adalah FLNG dapat mengeliminasi beberapa bagian proses dari rantai suplai sehingga
6 dapat meminimalkan biaya pengeluaran. Misalnya FLNG dapat mengeliminasi proses dari field development menuju proses liquefaction karena proses liquefaction dapat berlangsung di kapal FLNG. Setelah itu LNG sama-sama diangkut oleh kapal LNG yaitu membawa LNG menuju ke LNG terminal dan regasifikasi. Pada rantai suplai
onshore akan menggunakan onshore terminal penerimaan dan regasifikasi, untuk
rantai suplai FLNG akan menggunakan FSRU (Floating Storage and Regasification
Unit) sebagai terminal penerimaan dan regasifikasi.
FLNG dan FSRU sudah banyak digunakan, hal ini dikarenakan selain dapat mengeliminasi beberapa proses dari onshore LNG, FLNG dan FSRU tidak membutuhkan tempat didaratan, tidak seperti onshore LNG yang membutuhkan lahan yang luas didaratan. Akan tetapi karena FLNG dan juga FSRU berada diatas lautan atau didekat pantai keamanan dan keselamatan di FLNG dan FSRU sangat perlu diperhatikan.
Metode Penelitian
Secara garis besar terdapat empat hal yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu yang pertama adalah pengumpulan literatur dan skenario rantai suplai LNG, menentukan fungsi objektif, menentukan variabel keputusan, dan yang terakhir adalah perhitungan optimasi. Diagram alir penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini:
7 Gambar 4 Diagram Alir Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini maka akan dijelaskan hasil yang telah didapatkan yaitu jumlah gas yang akan dikirimkan dari setiap kilang menuju ke FSRU dalam kurun waktu selama 20 tahun dengan biaya yang paling murah. Pada penelitian ini terdapat 4 supplier yaitu Kilang Bontang, Kilang Tangguh, Kilang Masela dan juga Kilang Donggi Senoro. Dan yang menjadi titik tujuannya adalah 4 FSRU yaitu FSRU Aceh, FSRU Lampung, FSRU Jawa Barat, dan FSRU Jawa Tengah. Sebelum membahas hasil optimasi dari setiap FSRU akan dijelaskan terlebih dahulu kemampuan suplai setiap kilang LNG. Pada tabel 4.1 menunjukan hasil jadwal suplai pada masing-masing kilang:
Tabel 1 Jadwal Suplai Setiap Kilang LNG
No Tahun Masela Tangguh Donggi Senoro Bontang
1 2015 - 3,0 0,6 3,0
2 2016 - 3,0 0,6 3,0
3 2017 - 3,0 0,6 3,0
4 2018 - 3,0 0,6 3,0
8 6 2020 3,9 3,0 0,6 3,0 7 2021 3,9 3,0 0,6 3,0 8 2022 3,9 3,0 0,6 3,0 9 2023 3,9 3,0 0,6 3,0 10 2024 3,9 3,0 0,6 3,0 11 2025 3,9 3,0 0,6 3,0 12 2026 3,9 3,0 0,6 3,0 13 2027 3,9 3,0 0,6 3,0 14 2028 3,9 3,0 0,6 3,0 15 2029 3,9 3,0 0,6 3,0 16 2030 3,9 3,0 0,6 3,0 17 2031 3,9 3,0 0,6 3,0 18 2032 3,9 3,0 0,6 3,0 19 2033 3,9 3,0 0,6 3,0 20 2034 3,9 3,0 0,6 3,0
Dapat dilihat dari tabel diatas, bahwa setiap kilang LNG mampu memasok selama 20 tahun dan dapat diperkirakan berdasarkan cadangan gas yang dimiliki setiap kilang, maka hasil yang didapat selama 20 tahun mendatang yaitu ke empat kilang masih mampu untuk mensuplai gas ke 4 FSRU karna cadangan gas yang dimiliki oleh keempat kilang tersebut masih mencukupi untuk kurun waktu 20 tahun. Akan tetapi kilang Masela baru akan mulai beroprasi pada tahun 2018. Sehingga dari tahun 2015 hingga tahun 2018 akan digunakan 3 kilang saja yaitu kilang Donggi Senoro, kilang Bontang, dan juga kilang Tangguh. Setelah kurun waktu 20 tahun ini, pada tahun 2035 cadangan gas di kilang Donggi Senoro pun sudah habis, sehingga apabila kurun waktu diperpanjang hingga lebih dari 20 tahun, maka kilang Donggi Senoro sudah tidak mampu lagi mensuplai gas dikarenakan kehabisan cadangan gas.
a. Perbedaan harga Ex-Kilang
Biaya rantai suplai LNG hingga sampai di FSRU dipengaruhi oleh biaya ex-kilang LNG, biaya LNG yang mengikuti proyeksi harga crude oil berubah-ubah setiap tahunnya sehingga membuat biaya rantai suplai pun ikut berubah-ubah. Berikut adalah grafik harga ex kilang dengan kurun waktu 20 tahun.
9 Gambar 5 Harga Ex-Kilang
Perbedaan harga ex kilang dapat dilihat pada gambar diatas, dapat dilihat harga ex kilang yang termahal berasal dari kilang Masela, hal ini dikarenakan seperti yang telah diketahui bahwa kilang Masela menggunakan konsep FLNG sehingga menyebabkan harga ex kilang Masela pun menjadi lebih mahal. Setelah itu harga ex-kilang termahal ada di Donggi Senoro, lalu selanjutnya ex-kilang Tangguh dan terakhir kilang Bontang. Dan dapat disimpulkan juga bahwa setiap tahun harga dari crude oil semakin naik sehingga harga ex kilang pun juga semakin naik setiap tahunnya.
b. Perbedaan Biaya Transportasi
Perbedaan dari biaya transportasi akan menjadi faktor yang paling mempengaruhi pemilihan supplier. Perhatikan gambar dibawah yang menunjukkan biaya transportasi dari tiap kilang. Biaya transportasi dari tiap kilang menuju FSRU yang paling murahlah yang akan menjadi pilihan utama dalam pemilihan supplier untuk tiap FSRU. Berikut adalah biaya transportasi dari setiap kilang menuju setiap FSRU: 0 2 4 6 8 10 12 14 16 1 5 9 13 17 $/MM Bt u Tahun ke- kilang tangguh kilang masela kilang Bontang Kilang Donggi
10 Gambar 6 Biaya Transportasi Tiap Kilang
Biaya transportasi dari setiap kilang LNG menuju FSRU ini berbeda-beda, tergantung dari jarak masing-masing kilang dan FSRU, semakin jauh jarak yang ditempuh maka biaya transportasi pun akan menjadi semakin mahal, dapat dilihat dari gambar diatas bahwa jarak tempuh dari kilang Tangguh sampai FSRU Aceh lah yang paling jauh sehinga biaya transportasi termahal adalah biaya transportasi dari kilang Tangguh hingga FSRU Aceh. Hal ini pun juga dikarenakan penggunaan bahan bakar dari kilang Tangguh menuju FSRU Aceh yang mahal karena jarak tempuh yang jauh sehingga menyebabkan biaya transportasi juga menjadi mahal. Bahan bakar yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap biaya transportasi akan tetapi dalam jangka waktu 20 tahun akan diasumsikan bahwa harga bahan bakar solar akan terus konstan, sehingga biaya transportasi pun tidak berubah-ubah selama 20 tahun.
c. Optimisasi Biaya Suplai dari Kilang LNG
Setelah melakukan optimisasi berdasarkan harga ex kilang dan biaya transportasi maka didapatkan biaya suplai yang minimal untuk dapat memenuhi kebutuhan di FSRU. Berikut adalah gambar hasil optimasi biaya suplai yang didapatkan: 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 Kilang
Bontang TangguhKilang MaselaKilang DonggiKilang Senoro
$/MMBtu
FSRU Aceh FSRU Jawa Barat FSRU Jawa Tengah FSRU Lampung
11 Gambar 7 Optimisasi Biaya Suplai dari Kilang menuju FSRU
Untuk dapat memenuhi kebutuhan dari FSRU maka akan dipilih dari keempat kilang biaya suplai yang paling murah, dapat dilihat dari gambar diatas bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan FSRU Aceh maka FSRU Aceh akan disuplai oleh kilang Bontang dengan biaya suplai rata-rata adalah 10,2 $/MMBtu dan harga terendah pada tahun 2015 adalah sebesar 6,3 $/MMBtu dan biaya suplai termahal adalah pada tahun ke-20 dengan biaya suplai 13,2 $/MMBtu. Selanjutnya dari kilang Donggi Senoro menuju ke FSRU Lampung dengan rata-rata biaya suplai adalah 10,9 $/MMBtu, biaya suplai terendah dari kilang Donggi Senoro menuju FSRU Lampung adalah pada tahun ke-1 yaitu 6,7 $/MMBtu dan biaya suplai termahal adalah pada tahun ke-20 yaitu 14,2 $/MMBtu.
Setelah itu untuk kilang Masela, akan memasok ke 2 FSRU yaitu FSRU Jawa Tengah dan Jawa Barat. Rata-rata biaya suplai dari kilang Masela menuju FSRU Jawa Tengah adalah 11,8 $/MMBtu. Biaya suplai terendah dari kilang Masela adalah pada tahun ke-4 dengan biaya suplai menuju FSRU Jawa tengah adalah sebesar 9,50 $/MMBtu dan biaya suplai termahal adalah pada tahun ke-20 yaitu 14,5 $/MMBtu. Untuk Rata-rata biaya suplai dari kilang Masela menuju FSRU Jawa Barat adalah sebesar 11,9 $/MMBtu dan biaya suplai yang paling murah adalah pada tahun ke-4 yaitu 9,58 $/MMBtu dan biaya suplai termahal adalah pada tahun ke-20, yaitu 14,51 $/MMBtu. 0 5 10 15 20 1 5 9 13 17 $/MM Bt u Tahun ke- Bontang ke Aceh Donggi ke Lampung Tangguh ke Lampung Tangguh ke Jawa Tengah Masela ke Jawa Barat
12 Untuk rata-rata biaya suplai dari kilang Tangguh juga akan memenuhi 2 FSRU yaitu FSRU Lampung dan FSRU Jawa Tengah dengan rata-rata biaya suplai dari kilang Tangguh menuju FSRU Lampung adalah 10,6 $/MMBtu, biaya suplai termurah adalah pada tahun ke-1 dengan biaya suplai adalah sebesar 6,64 $/MMBtu dan biaya suplai yang termahal adalah pada tahun ke-20 dengan biaya sebesar 13,84 $/MMBtu. Rata-rata biaya suplai dari kilang Tangguh menuju FSRU Jawa Tengah adalah sebesar 10,66 $/MMBtu dan biaya suplai termurah adalah sebesar 6,63 $/MMBtu pada tahun ke-1 dan yang biaya suplai yang paling mahal adalah pada tahun ke-20 dengan biaya sebesar 13,80 $/MMBtu.
d. Optimisasi jumlah LNG yang akan dipasok
Setelah mendapatkan optimisasi berdasarkan biaya rantai suplai LNG dari setiap kilang maka selanjutnya pada penelitian ini juga akan didapatkan banyaknya LNG yang akan dipasok dari keempat kilang menuju FSRU untuk memenuhi kebutuhan setiap FSRU. Pada penelitian ini setiap kilang LNG akan menggunakan kapal dengan kapasitas dan kecepatanan yang sama yaitu dengan kapasitas 150.000 m3 dan kecepatan 18 knot. Tabel 2 merupakan hasil optimisasi jumlah gas yang akan dipasok oleh setiap kilang selama periode 20 tahun:
Tabel 2 Banyaknya LNG yang dipasok setiap kilang
Tahun Kilang
Bontang Kilang Tangguh Kilang Masela
Kilang Donggi Senoro 2015 3,0 3,0 - 0,6 2016 3,0 3,0 - 0,6 2017 3,0 3,0 - 0,6 2018 3,0 3,0 - 0,6 2019 3,0 3,0 3,9 0,6 2020 3,0 3,0 3,9 0,6 2021 3,0 3,0 3,9 0,6 2022 3,0 3,0 3,9 0,6 2023 3,0 3,0 3,9 0,6 2024 3,0 3,0 3,9 0,6 2025 3,0 3,0 3,9 0,6 2026 3,0 3,0 3,9 0,6 2027 3,0 3,0 3,9 0,6
13 2028 3,0 3,0 3,9 0,6 2029 3,0 3,0 3,9 0,6 2030 3,0 3,0 3,9 0,6 2031 3,0 3,0 3,9 0,6 2032 3,0 3,0 3,9 0,6 2033 3,0 3,0 3,9 0,6 2034 3,0 3,0 3,9 0,6
Berdasarkan hasil optimisasi pada tabel diatas, kilang Bontang dengan kemampuan suplai maksimum adalah sebesar 3,0 MTPA hal ini dikarenakan kapasitas total kilang Bontang adalah 22,5 MTPA akan tetapi yang saat ini beroperasi hanya 4 train dengan persen untuk domestik adalah 52,7%. Kilang Bontang akan mensuplai 3,0 MTPA untuk FSRU Aceh, pemilihan supplier ini berdasarkan dengan jumlah biaya suplai yang paling murah, seperti yang telah diketahui bahwa biaya suplai kilang Bontang yang paling murah sehingga menjadi prioritas utama dalam pemilihan supplier. Kilang Bontang memasok 3,0 MTPA untuk FSRU Aceh dengan jarak 2.176 km dan 49 kali pengiriman/tahun. Jumlah LNG yang akan dipasok dari tahun ke-1 hingga tahun ke-20 terus konstan hal ini dikarenakan pemilihan supplier juga sangat dipengaruhi oleh biaya transportasi.
Dikarenakan biaya transportasi akan dianggap konstan maka jumlah gas yang akan di suplai pun akan ikut konstan. Untuk kilang Tangguh dengan kapasitas total kilang Tangguh adalah sebesar 11,4 MTPA akan tetapi hanya 2 train yang beroperasi dan persen untuk domestik adalah sebesar 40% maka kapasitas total kilang Tangguh yang dapat digunakan adalah sebesar 3 MTPA. Kilang Tangguh akan menggunakan semua kapasitas total untuk memasok 2 FSRU yaitu untuk FSRU Lampung dan FSRU Jawa Tengah. Untuk FSRU Lampung, kilang Tangguh akan memasok LNG sebanyak 0,9 MTPA dengan jarak dari kilang Tangguh menuju FSRU Lampung adalah 3.104 km dan waktu operasi kapal dalam setahun adalah 350 hari maka waktu tempuh bolak-balik dari kilang Tangguh menuju FSRU Lampung adalah 9 hari maka dalam satu tahun kilang Tangguh mampu memasok 0,9 MTPA menggunakan 1 kapal dengan kemampuan pengiriman kapal 15 kali dalam setahun.
FSRU Jawa Tengah akan dipasok oleh kilang Tangguh sebanyak 2,1 MTPA dengan jarak tempuh 3.060 km. Dalam 1 tahun kemampuan operasi kapal adalah selama 350 hari dan waktu tempuh bolak-balik dari kilang Tangguh menuju FSRU
14 Jawa Tengah adalah selama 9 hari. Kilang Tangguh mampu memasok LNG sebanyak 2,1 MTPA dengan 35 kali pengiriman dari kilang Tangguh menuju FSRU Jawa Tengah dengan menggunakan 1 kapal. Kilang Masela memilikin kapasitas total sebanyak 7,5 MTPA akan tetapi untuk domestik hanya 60% sehingga kapasitas masela yang dapat digunakan untuk domestik adalah 4,5 MTPA.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan tiap FSRU kilang Masela menjadi ppilihan supplier terakhir hal ini dikarenakan biaya suplai dari kilang Masela yang paling mahal apabila dibandingkan dengan biaya suplai kilang lainnya sehingga kilang Masela menjadi pilihan supplier terakhir. Selain itu juga kilang Masela baru dapat memasok LNG pada tahun 2019 setelah kilang Masela mampu beroperasi, sehingga pada tahun 2015-2018 terdapat FSRU yang kurang mendapatkan pasokan. Di tahun 2019 kilang Masela ini akan memasok LNG untuk 2 FSRU yaitu FSRU Jawa Tengah dan FSRU Jawa Barat. Kilang Masela akan memasok LNG sebanyak 0,9 MTPA untuk FSRU Jawa Tengah.
Jarak dari kilang Masela hingga FSRU Jawa Tengah adalah 2795 km dan dalam 1 tahun kemampuan operasi kapal adalah selama 350 hari jadi waktu tempuh bolak-balik dari kilang Masela menuju FSRU Jawa Tengah adalah selama 8 hari. Kilang Masela memasok 0,9 MTPA dengan menggunakan 1 kapal dan 15 kali pengiriman/tahun. Untuk FSRU Jawa Barat, kilang Masela akan memasok LNG sebanyak 3,0 MTPA. Jarak tempuh dari kilang Masela menuju ke FSRU Jawa Barat ini adalah 2615 km, waktu tempuh bolak balik adalah 8 hari. Dalam 1 tahun kemampuan kapal beroperasi adalah selama 350 hari. Karna kemampuan kapal dalam setahun hanya mampu mensuplai LNG sebanyak 46 kali, akan tetapi untuk dapat memasok LNG sebanyak 3 MTPA harus 49 kali pengiriman maka kilang Masela menggunakan 2 kapal untuk dapat memasok LNG sebanyak 3 MTPA ke FSRU Jawa Barat.
Kapasitas total dari kilang Donggi Senoro hanya 2 MTPA, dan untuk domestik hanya 30 %. Sehingga dalam penelitian ini kilang Donggi Senoro hanya mampu memasok 0,6 MTPA. Kilang Donggi Senoro akan memasok 0,6 MTPA untuk dapat memenuhi kebutuhan di FSRU Lampung. jarak tempuh dari kilang Donggi Senoro menuju FSRU Lampung adalah 1816 km dan waktu operasi kapal dalam setahun adalah 350 hari maka waktu tempuh bolak-balik dari kilang Donggi Senoro menuju FSRU Lampung adalah 6 hari maka dalam 1 tahun kilang Donggi Senoro mampu memasok sebanyak 0,6 MTPA dengan kemampuan pengiriman kapal 10 kali dalam setahun dengan menggunakan 1 kapal.
15 Dari keempat kilang yang menjadi supplier yang paling banyak memasok LNG untuk memenuhi kebutuhan FSRU adalah kilang Masela, biarpun diketahui bahwa biaya suplai dari kilang Masela ini lebih besar daripada kilang yang lainnya hal ini dikarenakan jika hanya menggunakan 3 kilang saja yaitu kilang Bontang, kilang Tangguh dan kilang Donggi Senoro saja tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan FSRU. Maka dari itu dibutuhkannya kilang Masela untuk dapat memenuhi kebutuhan FSRU, dapat dilihat pula kilang Donggi Senoro, kilang Tangguh dan kilang Bontang memasok LNG sebanyak kemampuan suplai setiap kilang, akan tetapi untuk kilang Masela hanya menggunakan 3,9 MTPA dari kemampuan untuk memasok LNG sebesar 4,5 MTPA.
Karena jumlah LNG yang disuplai paling banyak maka kemampuan pengiriman kapal dari kilang Masela menuju FSRU pun menjadi paling banyak apabila dibandingkan dengan kilang yang lainnya. Dapat dilihat pada gambar dibawah dari tahun ke-1 hingga tahun ke-20 kilang Masela yang paling banyak melakukan pengiriman kapal. Jumlah pengiriman kapal setiap kilang pun juga terlihat konstan, hal ini dikarenakan jumlah LNG yang dipasok oleh setiap kilang pun konstan selama tahun ke-1 hingga tahun ke-20. Karena metode yang digunakan adalah metode hub and spoke maka satu kapal hanya untuk satu tujuan saja.
Gambar 8 Jumlah Pengiriman Kapal Tiap Supplier: 2015-203
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa dari tahun ke-1 sampai tahun ke-4 hanya terdapat 3 kilang saja yang mampu memasok atau mengirimkan LNG menuju
0 10 20 30 40 50 60 70 1 5 9 13 17 Ju ml ah Pe n gir ima n K ap al Tahun ke-
Jumlah Pengiriman Kapal
Kilang Bontang Kilang Masela Kilang Tangguh Kilang Donggi Senoro
16 FSRU, baru pada tahun ke-5 semua kilang dapat memasok LNG. jumlah pengiriman kapal ini dapat dihitung juga berdasarkan jumlah LNG yang akan dipasok, untuk kilang Donggi Senoro yang hanya dapat memasok LNG sebanyak 0,6 MTPA maka jumlah pengiriman kapalnya pun juga menjadi paling sedikit dari tahun ke-1 hingga tahun ke-20.
17
Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, antara lain:
Biaya Suplai paling murah adalah dari kilang Bontang, setelah itu kilang Donggi Senoro, kilang Tangguh dan yang termahal adalah kilang Masela. Optimisasi yang didapatkan, kilang Bontang akan menggunakan untuk
memasok LNG ke FSRU Aceh sebanyak 3,0 MTPA selama 20 tahun. Pengiriman kapal sebanyak 49 kali/tahun dengan biaya suplai paling murah pada tahun ke-1 sebesar 6,3 $/MMBtu
Kilang Tangguh akan menggunakan 2 kapal untuk memasok LNG sebanyak 2,1 MTPA untuk FSRU Jawa Tengah dengan 35 kali pengiriman dan biaya suplai paling murah ditahun ke-1 sebesar 6,64 $/MMBtu dan 0,9 MTPA untuk FSRU Lampung dengan 15 kali/tahun pengiriman dan biaya suplai paling murah pada tahun ke-1 sebesar 6,63 $/MMBtu
Kilang Masela akan menggunakan 3 kapal untuk memasok LNG ke FSRU Jawa Tengah 0,9 MTPA dengan 15 pengiriman dan biaya termurah pada tahun ke-4 sebesar 9,50 $/MMBtu dan FSRU Jawa Barat 3 MTPA dengan 49 kali/tahun pengiriman dengan biaya suplai paling murah pada tahun ke-4 yaitu sebesar 9,58 $/MMBtu
Kilang Donggi Senoro akan menggunakan 1 kapal untuk memasok LNG ke FSRU Lampung sebanyak 0,6 MTPA dengan 10 kali/tahun pengiriman dan biaya suplai paling murah pada tahun ke-1 yaitu sebesar 6,7 $/MMBtu
18
Daftar Referensi
Jacobs, Chase. Operations and Supply Chain Management (13th Edition).
Sri Rahayu, Ade. (2012). “Uji Optimasi Rantai Suplai LNG untuk Desain Operasional
Floating Storage And Regasification Unit (FSRU)”.Skripsi, Universitas
Indonesia:Depok.
Maslihah, Siti. (2013). “Aplikasi Linier Programming untuk Meminimumkan Biaya Transportasi dan Solusinya dengan Solver Excel”.
Esthi Ariningtias, Dwi. (2014). “Uji Optimasi dan Pengembangan Sistem Logistik Small Scale LNG untuk Pemenuhan Pasokan Gas Pembangkit Listrik di Kalimantan Timur dari Lapangan Gas Stranded”. Tesis, Universitas Indonesia:Depok
Nikolaou, M. (2010). “Optimizing the Logistic if Compressed Natural Gas
Transportation by Marine Vessels”. Journal of Natural Gas Science and
Engineering 2, 1-20.
Maulidiana, Mira. (2006).” Prospek Pengembangan LNG Lepas Pantai”. Journal of
the Indonesian Oil and Gas Community, Komunitas Migas Indonesia.
Sohn, Youngsoon. (2012). “Conceptual Design of LNG FSRU Topside Regasification
Plant”.
Sönmez, Erkut. (2013). “Strategic analysis of technology and capacity investments in
the liquefied natural gas industry”. European Journal of Operational Research Volume 226 issue 1 2013.
Hadiwarsito, Dhany. (2012). Kajian Marine CNG Sebagai Alternatif Transportasi Gas Bumi untuk Memenuhi Kebutuhan Pembangkit Listrik di Pulau Bali.Universitas Indonesia:Depok
C. O¨ zelkan , Ertunga. (2007). “Optimizing Liquefied Natural Gas Terminal Design