• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Industri Property dan Real Estate pada umumnya merupakan dua hal yang berbeda. Real estate merupakan tanah dan semua peningkatan permanen di atasnya termasuk bangunan-bangunan, seperti gedung, pembangunan jalan, tanah terbuka dan segala bentuk pengembangan lainnya yang melekat secara permanen. Menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, pengertian mengenai industri Property dan Real Estate tercantum pada PMDN No.5 Tahun 1974 yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan mengenai penyediaan dan pemberian tanah untuk keperluan perusahaan. Dalam peraturan ini pengertian industri real estate adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan, pengadaan, serta pematangan tanah bagi keperluan usaha-usaha industri, termasuk industri pariwisata. Sedangkan definisi property menurut SK Menteri Perumahan Rakyat no.05/KPTS/BKP4N/1995, Ps 1.a:4 property adalah tanah hak dan bangunan permanen yang menjadi objek pemilik dan pembangunan. Dengan kata lain, property adalah industri real estate ditambah dengan hukum-hukum seperti sewa dan kepemilikan. (sumber: www.bpn.go.id).

Perusahaan Property dan Real Estate merupakan salah satu sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri Property dan Real Estate begitu pesat dan akan semakin besar di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan supply tanah bersifat tetap. Diawal tahun 1968, industri Property dan Real Estate mulai bermunculan dan mulai tahun 80-an, industri Property dan Real Estate sudah mulai terdaftar di BEI. Sampai tahun 2014 sudah ada 46 perusahaan Property dan Real Estate yang mendaftarkan sahamnya di BEI dapat dilihat pada Lampiran 1.

Sektor Property dan Real Estate memiliki sensitivitas tinggi terhadap perubahan kondisi ekonomi makro (www.rumah123.com). Property dan Real Estate merupakan salah satu jenis industri yang sangat rentan menghadapi

(2)

2 masalah, misalnya kebijakan pemerintah dengan menaikkan harga BBM yang berimbas pada kenaikan bahan material bangunan (www.news.liputan6.com), serta kebijakan BI menaikkan tingkat suku bunga sehingga berdampak pada penurunan daya beli masyarakat yang dapat menyebabkan terjadinya kemacetan pembayaran kredit perumahan real estate maupun penurunan penjualan (www.fokus.news.viva.co.id)

Pemilihan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dikarenakan perusahaan Property dan Real Estate memiliki potensi yang menjanjikan. Adanya prospek bisnis yang menjanjikan akan menjadi daya tarik para investor untuk menanamkan modalnya. Faktor yang mendasari antara lain adalah jumlah populasi masyarakat di Indonesia merupakan yang terbesar keempat di dunia, lebih tepatnya 253.609.643 jiwa di tahun 2014 sehingga dapat menciptakan potensi pasar yang besar pula (sumber: www.finance.detik.com). Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang setiap tahunnya semakin meningkat dan sektor Property dan Real Estate merupakan sektor yang tak pernah lepas dalam kehidupan manusia sehari-hari, misalnya kebutuhan terhadap tempat tinggal yang juga meningkat. Property dan Real Estate di Indonesia merupakan perusahaan property yang bergerak dalam penyediaan, pengadaan, serta pengolahan tanah bagi keperluan-keperluan usaha industri. Hal ini membuat pembangunan Property dan Real Estate tidak berhenti dan terus berkembang. Perkembangan Property dan Real Estate yang terjadi terus menerus telah menarik perhatian para investor.

Selain itu perusahaan Property dan Real Estate dari tahun 2008-2013 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu menurut data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistika (BPS) pertumbuhan perusahaan real estate tahun 2008 sebesar 3,8% pada tahun 2009 sebesar 5,0%, pada tahun 2010 sebesar 5,7%, pada tahun 2011 sebesar 6,8%, pada tahun 2012 sebesar 7,15%, serta pada tahun 2013 sebesar 7,56% (www.bps.go.id).

1.2 Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan merupakan penyajian mengenai informasi keuangan yang terstruktur untuk pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Hery (2012: 2-4)

(3)

3 laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi kondisi dan kinerja keuangan perusahaan yang salah satunya dapat tercermin pada laba perusahaan, baik laba yang diperoleh pada periode yang bersangkutan maupun prediksi terhadap pertumbuhan laba pada periode mendatang, dibutuhkan oleh para pelaku bisnis untuk pengambilan keputusan ekonomi (Dwimulyani & Shirley, 2007).

Prediksi pertumbuhan laba tersebut dibuat informasi-informasi yang tersedia dalam laporan keuangan perusahaan. Namun karena laporan keuangan bersifat historis yang menyajikan informasi tentang apa yang terjadi dimasa lalu, maka diperlukan analisa terhadap laporan keuangan agar dapat membantu dalam melakukan prediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang (Arif, 2006).

Dengan mengukur pertumbuhan laba tersebut dapat dilihat bagaimana kinerja perusahaan real estate pada saat melakukan kegiatan operasi penjualan bangunan dan pada saat perusahaan sama sekali tidak melakukan kegiatan operasinya untuk mendapatkan laba. Untuk menghindari adanya kemunduran kinerja perusahaan yang tujuan utamanya mendapatkan laba yang maksimal, salah satunya dengan menerbitkan saham ke bursa efek. Karena dengan melaporkan saham mereka ke bursa akan menarik para calon investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan mereka dengan menilai perusahaan tersebut berdasarkan perkembangan perusahaan melalui laba yang tercantum pada laporan keuangan. Menurut Gunawan dan Wahyuni (2013) mengatakan ukuran yang sering kali dipakai untuk menentukan sukses tidaknya manajemen perusahaan adalah laba yang diperoleh, sehingga investor akan cenderung memperhatikan naik atau turunnya laba dalam berinvestasi.

Berikut ini merupakan perusahaan Property dan Real Estate yang mengalami peningkatan laba sejak tahun 2008 sampai dengan 2013, perushaan-perusahaan tersebut cenderung stabil mengalami peningkatan jumlah laba dikarenakan perusahaan tersebut merupakan perusahaan dengan umur yang panjang sehingga mampu menangani setiap masalah yang berkaitan dengan pengadaan maupun penjualan property dan dianggap stabil dalam kegiatan operasionalnya.

(4)

4 Tabel 1.1

Contoh LabaPerusahaan Property dan Real Estate tahun 2008-2013

Sumber: Data Sekunder yang Diolah Penulis

Menurut Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI), Setyo Maharso, mengungkapkan pertumbuhan sektor real estate tetap tinggi karena tingginya angka blacklog (kekurangan pasokan) dan kurangnya hunian juga menjadi pemacu pertumbuhan industri ini. Walaupun demikian, Setyo menegaskan, pada triwulan keempat tahun 2013, sektor real estate akan melambat dikarenakan pada triwulan ketiga banyak bermunculan regulasi-regulasi yang menghambat pertumbuhan industri properti, khususnya perumahan.Kebijakan tersebut diantaranya berupa aturan tentang kredit pemilik rumah (KPR) inden oleh Bank Indonesia per 1 Oktober 2013, serta ketentuan loan to value (LTV) untuk rumah kedua dan ketiga (sumber: www.bisnis.news.viva.co.id).

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013 perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang melakukan Pemberian Kredit atau Pembiayaan Kendaraan, Properti, Kredit atau Pembiayan Konsumsi Beragun Properti dan Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor. Yang berlaku sejak tanggal 30 September 2013. Surat Edaran ini dimaksudkan untuk membatasi jumlah minimal dana yang dapat diberikan bank penyedia jasa pembiayaan untuk kepemilikan rumah dan kendaraan bermotor. Pada Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) jumlah pemberian pinjaman adalah 70% dari nilai angunan. Dengan kata lain, penerima KPR wajib membanyarkan setidaknya 30% dari nilai KPR.

Pertumbuhan industri Property dan Real Estate mengalami kemunduran sejak Bank Indonesia memberikan Surat Edaran mengenai loan to value (LTV) yakni rasio nilai kredit yang mengatur besaran batasan uang muka pembayaran kredit

Kode Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 DART 40.087.592.994 211.986.451.546 267.041.220.494 422.405.402.492 613.327.842.111 756.858.436.790 GMTD 8.022.795.695 13.485.473.435 27.572.486.921 49.084.685.373 64.373.090.893 91.845.276.661 LPKR 370.872.333.757 388.053.495.627 525.345.786.018 814.094.348.926 1.322.847.018.938 1.592.491.214.696 JRPT 147.817.898.000 191.705.460.000 264.923.460.000 346.698.745.000 427.924.997.000 546.269.619.000 SMRA 94.141.182.000 168.202.988.000 234.336.639.000 388.706.644.000 792.085.965.000 1.095.888.248.000

(5)

5 kepemilikan rumah atau apartemen kepada konsumen pada tahun 2013 telah berdampak kepada daya beli properti di Batam yang mengalami penurunan sebesar 20%. LTV mengatur batas pemberian kredit untuk satu unit rumah di atas 70 meter persegi sebesar 70%. Di mana nasabah harus membayar uang muka sebesar 30% sebagai syarat mendapat pembiayaan dari perbankan. Menurut ketua REI Batam mengatakan bahwa jika aturan LTV diperlunak maka pasar properti yang cenderung menurun sepanjang 2014. Peraturan lain yang menyebabkan melambannya industri real estate yaitu adanya rencana undang undang pembatasan lahan untuk membangun kebutuhan rumah. Ketua umum DPP REI, Eddy Husni mengatakan berdasarkan data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa kebutuhan rumah mencapai 800.000 per tahun. Sementara pengembangan hanya mampu merealisasikan sebesar 400.000-500.000 unit rumah. Selisih dari kebutuhan dan realisasinya itulah dinamakan backlog yang tidak mampu dipenuhi dikarenakan keterbatasan lahan dimiliki. (sumber: www.ekbis.sindonews.com).

Perusahaan konsultan properti Jones Lang LaSalle, menyatakan pasar properti Indonesia, khususnya di Jakarta mulai mengalami pelambatan begitu memasuki kuartal II dan berlanjut hingga kuartal III tahun 2013. mengatakan bahwa perlambatan di kuartal III ini tercermin dari menurunnya penjualan dan kenaikan harga yang tak setinggi periode sebelumnya. Penyebab pelambatan tersebut adalah fluktuasi harga yang terimbas dari gejolak di bursa saham dan potensi kenaikan inflasi. Selain itu, melemahnya nilai tukar rupiah dan keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan juga turut melemahkan permintaan pasar properti. Head of Markets Jones Lang Lasalle Luke Rowe mengatakan, di sektor hunian kenaikan suku bunga dan kebijakan Bank Indonesia terkait loan to value (LTV) secara umum cukup berdampak pada penjualan kondominium. Ia mencatat, penjualan kondominium di pasar primer mencapai 2.390 unit atau hanya separuh dari kuartal sebelumnya di tahun 2013 (sumber: www.tempo.com).

Surat edaran yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dapat menghambat penjualan dan perolehan laba perusahaan, namun hal yang berbeda terjadi pada perusahaan Sentul City, Tbk penjualan Sentul City dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 54% meningkat dbandingkan tahun sebelumnya yang hanya mengalami perubahan penjualan sebesar 36%, kenaikan

(6)

6 presentase penjualan pada tahun 2012-2013 meningkatkan laba perusahaan dari Rp 220.979.887.692 sampai Rp 605.095.613.999dengan presentase peningkatan sebesar 174%, hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu menghadapi perlambatan penjualan yang disebabkan oleh adanya surat edaran yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Perusahaan juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi dalam pengadaan tanah dan bangunan perusahaan, sehingga rasio TATO mengalami penurunan karena adanya kenaikan yang cukup signifikan dari Rp 6.154.231.305 sampai dengan Rp 10.665.713.361.698.

Penelitian mengenai pertumbuhan laba dalam hubungannya dengan rasio-rasio keuangan telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya Hamidu (2013), Dewi dan Mukhlis (2012), Gunawan dan Wahyuni (2013), Adisetiawan (2012), Mahaputra (2012) menganalisis laporan keuangan menggunakan laporan keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan menunjukan bahwa rasio-rasio keuangan dapet memprediksi laba pada suatu perusahaan. Beberapa penelitian menunjukan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba namun ketidakkonsistenan dalam penelitian tersebut.

Fahmi (2011:136) mengatakan rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Mengenai profit margin ini Joel G. Siegel dan Jae K. Shim yang dikutip oleh Fahmi mengatakan, “(1) Margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Ini menunjukan kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada tingkat penjualan. Dengan memeriksa margin laba dan norma industri sebuah perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya, kita dapat menilai efesiensi operasi dan strategi penetapan harga serta status persaingan perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri tersebut. (2) Margin laba kotor sama dengan laba kotor dibagi laba bersih. Menurut Gani dan Indira (2011) Net Profit Margin menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan bersih. Net Profit Margin yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan dari kegiatan penjualan. Dengan laba bersih yang besar, bertambah luas kesempatan bagi perusahaan untuk memperbesar modal usahanya tanpa melalui hutang-hutang baru, sehingga pendaapatan menjadi meningkat. Margin laba yang tinggi lebih disukai karena menunjukkan bahwa

(7)

7 perusahaan mendapatkan hasil yang baik yang melebihi harga pokok penjualan.” Net Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat pendapatan tertentu (Dewi dan Mukhlis : 2012). Maka pertumbuhan laba dapat diukur menggunakan Net Profit Margin karena NPM yang tinggi menunjukkan penjualan juga tinggi dan berdampak pada laba perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hamidu (2013) bahwa Net Profit Margindan Total Assets Turnover berpengaruh signifikan dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba. Maka dari hal itu suatu perusahaan dapat memprediksi pertumbuhan laba dengan menggunakan rasio ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Mukhlis (2012) yang menemukan bahwa Net Profit Margin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba yaitu semakin tingginya Net Profit Margin menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat pendapatan tertentu.

Rasio perputaran total aktiva atau sering disebut sebagai Total Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir, 2012:185). Menurut Gunawan dan Wahyuni (2013) Total Assets Turnover mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva, maka hubungan antar Total Assets Turnover dan pertumbuhan laba yaitu semakin tinggi Total Assets Turnover akan semakin tinggi tingkat efesiensi perusahaan dalam penggunaan aktivanya maka tingkat penjualannya pun akan ikut tinggi. Rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi laba karena total akiva dan penjualan merupakan komponen dalam menghasilkan laba (Gani dan Indira, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Wahyuni (2013) yang menemukan bahwa Total Assets Turnover memiliki pengaruh yang signifikan bahwa efektivitas pengelolaan sumber daya yang dimilki perusahaan dari ketersediaan total aktiva sangat baik, sehingga ketersediaan assets yang dimiliki dapat meningkatkan aktivitas operasional perusahaan terutama dalam hal kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan.

(8)

8 Beberapa peneliti terdahulu mengenai rasio-rasio yang mempengarui pertumbuhan laba memperoleh hasil yang berbeda diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Syamsudin dan Primayuta (2009) memperoleh kesimpulan bahwa Net Profit Margin dan Total Assets Turnover tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktanto dan Nuryatno (2014) memperoleh kesimpulan bahwa Total Assets Turnover tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan dan hasil penelitian terdahulu, penulis termotivasi untuk menganalisa mengenai faktor-faktor seperti Net Profit Margin dan Total Assets Turnover Penelitian ini mengambil “Pengaruh Net Profit Margin dan Total Assets Turnover Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013)”.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dibahas sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana NPM dan TATO pada perusahaan Property dan Real Estatedi Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2013?

2. Apakah NPM dan TATO berpengaruh secara simultan terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan Property dan Real Estatedi Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2013?

3. Apakah NPM berpengaruh secara parsial terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan Property dan Real Estatedi Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2013?

4. Apakah TATO berpengaruh secara parsial terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan Property dan Real Estatedi Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2013?

(9)

9 1.4 Tujuan Penelitian

Berdaasarkan perumusan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka tujuan penelitian inisebagai berikut:

1. Untuk mengetahui NPM dan TATO mempengaruhi Pertumbuhan Laba pada perusahaan Property dan Real Estatedi Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2013.

2. Untuk mengetahui apakah NPM dan TATO memiliki pengaruh secara simultan terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan Property dan Real Estatedi Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2013.

3. Untuk mengetahui apakah NPM memiliki pengaruh secara parsial terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan Property dan Real Estatedi Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2013.

4. Untuk mengetahui apakah TATO memiliki pengaruh secara parsial terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan Property dan Real Estatedi Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2013.

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan terkait pertumbuhan laba dan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya.

1.5.2 Aspek Praktis A. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba, dan dapat digunakan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan.

B. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam melakukan perencanaan dan evaluasi kinerja perusahaan.

(10)

10 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Pembahasaan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penullisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang menyangkut fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini mengungkapkan dengan jelas, ringkas, dan mengenai landasan teori tentang kinerja keuangan, pertumbuhan laba dan variabel penelitian yaitu Net Profit Margin dan Total Assets Turnover. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel), serta teknik analisa data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi, analisis model dan hipotesis, dan pembahasaan mengenai pengaruh variabel

(11)

11 independen (Net Profit Margin dan Total Assets Turnover) terhadap variabel dependen (Pertumbuhan Laba).

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan hasil penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran secara kongkrit yang diberikan terhadap pengaruh Net Profit Margin dan Total Assets Turnover terhadap pertumbuhan laba dalam aspek praktis dan tujuan pengembangan ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

RSUD.Prof.Dr.Aloei Saboe kota Gorontalo Pencegahan flebitis dapat dilakukan dengan cara bagaimana perawat bisa memilih ukuran yang tepat untuk vena pasien, letak

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam teks, muncul kata-kata tertentu yang dominan dan dinaturalisasikan kepada pembaca. Kata tersebut selalu diulang-ulang dalam berbagai peristiwa tutur. Kata-kata

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar