• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM MENCARI ILMU DALAM TERJEMAHAN KITAB TA LIM Al-MUTA ALLIM THARIQ AL-TA ALLUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM MENCARI ILMU DALAM TERJEMAHAN KITAB TA LIM Al-MUTA ALLIM THARIQ AL-TA ALLUM"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM

MENCARI ILMU DALAM TERJEMAHAN KITAB TA’LIM

Al-MUTA’ALLIM THARIQ AL-TA’ALLUM

SKRIPSI

Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah untuk Memenuhi Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Bidang Ilmu Agama Islam

NADYA SARI NIM. 11 101 021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

BATUSANGKAR 2016

▸ Baca selengkapnya: jelaskan dua cara melakukan permainan mencari koin di dalam kolam

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

i

KATA PENGANTAR

Alhamd li Allahi Rabb al „Alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam penulis mohonkan kepada Allah Swt. Semoga disampaikan kepada pimpinan umat Islam sedunia yakni Nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan menuju alam yang berilmu pengetahuan dan suri teladan bagi umat manusia.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik berupa arahan, petunjuk, dorongan dan semangat kepada penulis. Ucapan terima kasih tersebut penulis tujukan kepada: 1. Bapak Drs.Yahdizer, M.Ag (alm), Bapak Prof. Dr. H. Hasan Zaini, M.A, dan Ibu

Dra. Hj. Eliwatis, M.Ag, pembimbing skripsi yang dengan kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu dan pikiran, perhatian serta arahan untuk membimbing penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Fadriati, M.Ag. dan Dra. Fatmawati, M.Ag sebagai penguji yang telah memberikan kritikan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Abhanda Amra, M.Ag Penasehat Akademik yang telah membantu penulis baik berupa motivasi dan arahan dalam perkuliahan.

4. Ketua STAIN Batusangkar yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini

5. Ketua, sekretaris Jurusan Tarbiyah, dan Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam 6. Seluruh Dosen, Staf dan karyawan STAIN Batusangkar yang telah banyak

(9)
(10)

iii ABSTRAK

NADYA SARI, NIM. 11 101 021, SKRIPSI: “PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM MENCARI ILMU DALAM TERJEMAHAN KITAB TA’LIM AL-MUTA’ALLIM THARIQ AL-TA’ALLUM”. Jurusan tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar 2016, 92 halaman.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah tentang cara peserta didik dalam mencari ilmu dalam kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum dengan fokus masalah bagaimana pemikiran Al-Zarnuji tentang cara peserta didik dalam mencari ilmu dengan ruang lingkup pembahasan yaitu niat, memilih ilmu, guru, teman, ketabahan, bersungguh-sungguh, kontiunitas dan cita-cita, tawakal, istifadah, wara‟ pada masa belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pemikiran al-Zarnuji tentang cara peserta didik mencari ilmu dalam kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Strata Satu (S-1) pada Jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar, menambah ilmu pengetahuan tentang pemikiran al-Zanuji tentang cara peserta didik dalam mencari ilmu.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research). Metode penelitian adalah metode studi tokoh yaitu memaparkan serta menganalisis tentang cara peserta didik dalam mencari ilmu menurut pemikiran al-Zarnuji dalam kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thariq

al-Ta‟allum. Sumber data primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Ta‟lim

al-Muta‟allim Syaikh al-Zarnuji terj. Ahmad Zacky el-Syafa dan Faizah Ulfah Choiri dan

Ta‟lim al-muta‟allim, terj. Aliy As‟ad, sumber data sekunder adalah buku tulisan ilmuwan yang berkaitan dengan topik pembahasan penulis. Alat pengumpul data penulis gunakan adalah dokumentasi. Jenis analisis data yang penulis gunakan adalah analisis taksonomi (taxonomyanalysis).

Berdasarkan penelitian yang penulis bahas dapat diketahui bahwa menurut Al-Zarnuji cara peserta didik dalam mencari ilmu yang pertama ialah niat, Pelajar harus mempunyai niat untuk mencari ridha Allah Swt, jangan berbuat iffah, kedua Memilih ilmu, guru, teman, seharusnya memilih ilmu yang baik, mendahulukan belajar ilmu tauhid, hadits pilih ilmu kuno, jauhi ilmu debat. Cari guru yang wira‟i, intelektualitas yang tinggi , lebih tua dan bermusyawarah dalam menentukan guru. Pilih teman yang rajin, wira‟i, jujur, dan lurus dan memahami. Menjauhi teman malas, mengangur, banyak omong, berprilaku rusak.

Ketiga, Bersungguh-sungguh, kontiunitas, cita-cita, belajar harus bersungguh-sungguh. Waktu belajar yang tepat adalah awal dan akhir malam karena itu waktu yang penuh berkah. Pelajar harus memiliki tekat kuat untuk belajar. Keempat, Tawakal dan ketabahan, Selalu pasrah dan berserah diri kepada Allah Swt, Jangan menyibukkan dirinya dengan masalah rizqi, pusatkan perhatian ke akhirat. Kelima, Istifadah, memanfaatkan semua kesempatan untuk belajar, hingga dapat mencapai keutamaan. Keenam, Wara‟ (menjaga diri dari yang

(11)

iv

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BIODATA

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

ABSRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 8

C.Fokus dan Ruang Lingkup Pembahasan. ... 8

D.Definisi Operasional ... 9

E. Tujuan Penelitian... 10

F. Kegunaan Penelitian ... 10

G.Tinjauan Pustaka ... 11

BAB II. LANDASAN TEORITIS A.Riwayat Hidup al-Zarnuji... 13

B.Latar Belakang Pedidikan al-Zarnuji ... 15

C.Latar Belakang Politik al-Zarnuji... 18

D.Karya-Karya al-Zarnuji ... 22

E. Situasi Pendidikan Pada Masa Zaman al-Zarnuji ... ... 25

F. Gambaran Umum Isi Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim ... 26

G.Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim di Indonesia ... 38

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 40

B.Metode Penelitian ... 40

C.Sumber Data ... 40

D.Teknik dan Langkah Pengumpulan Data... 41

E. Jenis dan Teknik Analisis Data 43 BAB IV. PAPARAN DATA STUDI A. Niat ketika menuntut ilmu menurut al-Zarnuji ... ... 45

B. Memilih ilmu, Guru, Teman menurut al- Zarnuji ... 46

C. Bersungguh-Sungguh, Kontiunitas dan Cita-cita menurut al-Zarnuji ... 48

(12)

v

D. Tawakal dan Ketabahan menurut al-Zarnuji ... 51

E. Mengharapkan faedah (istifadah) menurut al-Zarnuji ... 53

F. Wara‟ ( Menjaga Diri dari yang Haram dan Syubhat) pada Masa Belajar menurut al-Zarnuji ... 54

BAB V PEMBAHASAN STUDI A. Perbandingan Pemikiran al-Zarnuji dan Hasyim Asy‟ari tentang Cara Peserta Didik dalam Mencari Ilmu 1.Niat Ketika Menuntut Ilmu ... 60

2.Memilih Ilmu, Guru, Teman ... 63

3.Bersungguh-Sungguh, Kontiunitas dan Cita-cita ... 72

4.Tawakal dan Ketabahan ... 77

5.Mengharapkan Faedah (Istifadah) ... 80

6.Wara‟ ( Menjaga Diri dari yang Haram dan Syubhat) pada Masa Belajar ... 81

B. Tabel Perbandingan Pemikiran al-Zarnuji dan Hasyim Asy‟ari tentang Cara Peserta Didik dalam Mencari Ilmu ... 86

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan kelangsungan hidup manusia. Pendidikan juga merupakan proses untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dalam UU Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Adapun fungsi dan tujuan pendidikan yang telah diatur dalam UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang terdapat dalam bab II pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangasa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 SISDIKNAS Sistem

Pendidikan Nasional 2006 H.2

2 Tim Redaksi Fokus media, Himpunan Peraturan Perundangan Standar Nasional

(14)

2

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Selain itu tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaibani yaitu sebagai berikut:

Tujuan pendidikan Islam adalah perubahan yang diinginkan yang diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar dimana individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan sebagai profesi asasi dalam masyarakat.4

Lebih lanjut dijumpai pula pendapat Al-Ghazali, dimana Al-Ghazali mempunyai pandangan yang berbeda dari kebanyakan ahli filsafat pendidikan Islam lain mengenai tujuan pendidikan. Beliau menekankan tugas pendidikan adalah mengarah pada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dimana fadhilah (keutamaan) dan taqarrub kepada Allah merupakan tujuan yang paling penting dalam pendidikan.

Pendidikan mengajarkan untuk selalu belajar. Karena itu adalah modal awal untuk mendapatkan ilmu. Dalam proses pendidikan terdapat tiga unsur yang tidak dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Yaitu pendidik, peserta didik atau siswa dan realitas dunia. Peserta didik juga memegang peranan yang sangat penting. Ia memiliki apa-apa yang akan dikembangkan. Ia akan mengolah apa-apa yang diajarkan padanya, dan ia juga mempunyai beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Selain itu peserta didik merupakan subyek dan obyek. Oleh karena itu, aktifitas kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan peserta didik didalamnya. Dalam melaksanakan

3 Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan

Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. (Jakarta: 2006), h. 8-9

4 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press,

(15)

3

proses pendidikan hendaknya peserta didik menyadari tugas dan kewajibannya.

Menurut imam al-Ghazali dalam buku ilmu pendidikan Islam karangan Nur Uhbiyati menyatakan adab seorang peserta didik dalam mengikuti pelajaran ada beberapa macam sebagai berikut:

a. Hendaklah seorang pelajar mengemukakan cita-cita yang suci murni dan dipenuhi oleh semanggat yang suci, terhindar dari sifat yang tidak senonoh, dan sebagai peserta didik hendaklah ia mempunyai budi pekerti yang baik.

b. Hendaklah tidak berhubungan dengan urusan lain. Hendaklah dia meninggalkan tanah air tumpah darahnya dan keluarganya, apalagi ditempat lahirnya pula, niscaya akan bimbang pikirannya, antara belajar dan menginggat keadaan keluarga dikampung. Allah tidak akan menjadikan dua buah hati dalam badan seseorang.

c. Jangan menyombongkan diri, karena ilmu pengetahuan yang dipelajari. Jangan menaruh buruk sangka kepada guru yang mengajar. Hendaklah hati-hati mendengar nasihat guru sebagaimana orang sakit memperhatikan nasihat dokter.

d. Hendaklah seorang pelajar itu tetap dan tenang belajar menghadapi seorang guru. Janganlah ia bimbang belajar pada beberapa orang guru untuk mempelajari satu mata pelajaran.

e. Janganlah mengambil tambahan pelajaran sebelum mengerti pelajaran lama, karena susunan ilmu itu teratur baik dan dapat membantu pelajaran lanjutannya.5

Demikian beberapa aturan yang harus ditaati siswa apabila ia benar-benar menghendaki agar belajarnya memperoleh hasil belajar yang bermanfaat. Ketidak tercapaian tujuan pendidikan yang hakiki tersebut

5 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005)

(16)

4

disebabkan karena telah ditinggalkannya nilai etis humanitis terhadap guru maupun teman-temannya. Selain itu pula nilai etik spritual yang didasarkan pada agama dan diganti dengan nilai nilai material6. Dalam keadaan yang demikian, maka perlu dibangun kembali cara-cara peserta didik dalam menuntut ilmu.

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan prilaku kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya ilmu menunjukan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling diharapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu kearah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap, dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.

Manusia dalam pandangan Al-Qur‟an memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya atas izin Allah. Karena itu bertebaran ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Rasulullah Saw bersabda, dua keinginan yang tidak pernah puas, keinginan menuntut ilmu dan keinginan menuntut harta. Dari sini jelas bahwasanya manusia memiliki naluri haus akan pengetahuan. Dan akan senantiasa untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Menuntut ilmu merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh seseorang semenjak lahir sampai saat-saat sebelum meningal dunia. Orang yang menjalani pendidikan ini tentunya mempunyai harapan bahwasanya apa yang dia pelajari akan mencapai suatu kesuksesan atau keberhasilan yang nantinya akan dapat dipergunakan sebagai bekal menghadapi masa depannya. Dalam hal ini indikator yang bisa dijadikan sebagai petunjuk bahwa seseorang

6 Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Dan Murid (Jakarta:

(17)

5

dianggap berhasil dalam belajar adalah daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tertinggi. 7

Ilmu merupakan salah satu dari buah pikiran manusia dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia. Seperti kata peribahasa perancis, mengerti berarti memaafkan segalanya, maka pengertian yang mendalam terhadap hakikat ilmu, bukan saja akan mengikatkan apresiasi kita terhadap ilmu namun juga membuka mata terhadap berbagai kekurangannya.8

Ilmu telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Indikasi untuk itu adalah munculnya ilmu tokoh-tokoh yang baru dalam keilmuannya. Seperti semakin bertambahnya cabang-cabang ilmu tertentu yang telah ada, serta ditemukannya teori-teori ilmiah dari berbagai bidang oleh tokoh-tokoh tertentu. Berkembangnya ilmu membawa keuntungan dan kemudahan bagi kehidupan manusia yaitu banyaknya persoalan yang dapat terpecahkan dan banyaknya persoalan yang dapat terpecahkan dan banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.

Penjelasan tersebut merupakan gambaran bahwasanya manusia termasuk orang yang lemah, karena selalu melakukan kesalahan baik yang disadari maupun tidak. Karena manusia adalah makhluk yang lemah maka sudah menjadi kewajiban baginya untuk selalu mencari ilmu guna melengkapi hidupnya untuk menjadi lebih baik.

7 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,

(Jakarta:PT Rineka Cipta,2000) h. 96 8

Jujun S Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2009) h.3

(18)

6

Seperti firman Allah dalam Q.S Al-Mujadallah:11

                                                         

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S al-Mujadallah:11)

Ayat tersebut dijelaskan bahwasanya Allah akan meninggikan derajat bagi manusia yang mempunyai ilmu. Ayat ini menjawab dari fenomena yang ada diatas bahwasanya manusia yang berilmu akan ditinggikan derajatnya baik ketika didunia maupun diakhirat. Karena ilmu pengetahuan bagaikan cahaya penerang, kebodohan adalah kegelapan.

Pada dasarnya siswa merupakan manusia yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu. Keingintahuan siswa terbentuk menjadi sebuah impian yang ingin dicapainya. Kesulitannya adalah keingintahuan dan impian yang tidak bisa sesuai dengan apa yang diinginkan. Maka yang didapat adalah kegagalan dalam impiannya. Berbagai permasalahan terjadi pada pendidik terhadap peserta didik pada saat sekarang ini mengakibatkan peserta didik tidak menghargai pendidik, diantaranya adalah pendidik tidak memiliki kesabaran dalam menghadapi peserta didiknya dalam menyelesaikan permasalahan dan tidak bertanggung jawab terhadap peserta didiknya. Serta

(19)

7

banyaknya para pendidik sekarang yang tidak mengerti dan melaksanakan aturan-aturan dalam undang-undang pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga peserta didik pada zaman sekarang banyak yang memiliki sikap yang tidak seharusnya mereka lakukan seperti perkelahian antar pelajar, bunuh diri, bolos sekolah, bertengkar, menjajankan uang SPP untuk pesta bersama temannya, salah satunya adalah akibat dari kesulitan dan kegagalan apa yang diinginkannya.9

Mendapatkan ilmu bukanlah sesuatu yang mudah, butuh sebuah proses yang lama untuk bisa mendapatkannya. Karena pengetahuan dikatakan sebagai ilmu ketika ada sebuah langkah yang jelas, dengan metode yang jelas dan dapat dibuktikan keabsahan datanya. Banyak sekali buku kajian Islam yang membahas mengenai tentang itu, tapi siswa terkadang lebih cenderung memilih orang barat sebagai pedomannya. Karena menurut siswa teori sesuatu yang sudah lama itu adalah kuno, dan telah tergantikan oleh yang baru.

Dalam pendidikan bagi peserta didik menurut buku Ta‟lim Al Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum karangan al-Zarnuji prinsip pokoknya ada 13 diantaranya: Esensi ilmu, fikih serta keutamaannya, niat ketika menuntut ilmu, memilih ilmu, guru, teman dan tentang ketabahan, keagungan ilmu dan orang yang berilmu, bersungguh-sungguh, kontinu serta cita-cita, permulaan dalam menuntut ilmu ukuran dan tata tertibnya, tawakal, masa belajar, kasih sayang dan nasihat, istifadah (mengharap faedah), wara‟ dalam belajar, penyebab mudah hafal dan lupa, penarik rezeki dan penghalangnya serta pemanjang dan pengurang umur.

Oleh karena itu penulis meneliti pemikiran al-Zarnuji lebih jauh mengenai, niat ketika menuntut ilmu, memilih ilmu, guru, teman dan tentang ketabahan, bersungguh-sungguh, kontinu serta cita-cita, tawakal, istifadah (mengharap faedah), wara‟ dalam belajar.

9

(20)

8

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis merasa sangat penting untuk dibahas, dengan memunculkan tokoh pendidikan klasik dari dunia Islam yakni al-Zarnuji yang dikenal sebagai pengarang kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thariq Al-Ta‟allum dengan mengangkat judul”PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM

MENCARI ILMU DALAM TERJEMAHAN KITAB TA’LIM

MUTA’ALLIM THARIQ AL-TA’ALLUM” B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Esensi Ilmu, Fikih serta Keutamaannya menurut al-Zarnuji 2. Niat Ketika Menuntut Ilmu menurut al-Zarnuji

3. Memilih Ilmu, Guru, dan Teman menurut al-Zarnuji

4. Keagungan Ilmu dan Orang yang Berilmu menurut al-Zarnuji 5. Bersungguh-sungguh, Kontiunitas dan Cita-cita menurut al-Zarnuji 6. Permulaan Menuntut Ilmu Ukuran, dan Tata Tertibnya menurut al-Zarnuji 7. Tawakal dan tentang Ketabahan menurut al-Zarnuji

8. Masa Belajar menurut al-Zarnuji

9. Kasih Sayang dan Nasihat menurut al-Zarnuji

10.Mengharapkan Faedah (Istifadah) menurut al-Zarnuji

11.Wara‟ (Menjaga Diri dari yang Haram dan Syubhat) pada Masa Belajar menurut al-Zarnuji

12. Penyebab Mudah Hafal dan Lupa menurut al-Zarnuji

13.Penarik Rezeki dan Penghalangnya serta Pemanjang dan Pengurang Umur menurut al-Zarnuji

C. Fokus dan Ruang Lingkup Pembahasan 1. Fokus Pembahasan

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka fokus masalah penelitian ini adalah :”Bagaimana pemikiran al-Zarnuji tentang

(21)

9

cara peserta didik dalam mencari ilmu dalam kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum”

2. Ruang Lingkup Pembahasan

Sedangkan yang menjadi ruang lingkup pembahasan pada skripsi ini adalah:

a. Niat Ketika Menuntut Ilmu menurut al-Zarnuji b. Memilih Ilmu, Guru, dan Teman menurut al-Zarnuji

c. Bersungguh-sungguh, Kontiunitas dan Cita-cita menurut al-Zarnuji d. Tawakal dan tentang Ketabahan menurut al-Zarnuji

e. Mengharapkan Faedah (Istifadah) menurut al-Zarnuji

f. Wara‟ (Menjaga Diri dari yang Haram dan Syubhat) pada Masa Belajar menurut al-Zarnuji

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian ini, ada beberapa istilah yang perlu penulis jelaskan, yaitu:

Pemikiran al-Zarnuji adalah ide/ gagasan yang direncanakan oleh salah seorang tokoh pendidikan yaitu Syaikh Burhan al-Islam al-Zarnuji (w 591H/ 1195 M). Ia ahli pendidikan dan pengikut Fiqih hanafi yang mana beliaulah yang telah mengarang kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum. Ia berasal dari Zaradj. Zaradj ini adalah salah satu kota di daerah yang kini dikenal dengan nama Afganistan. 10

Cara Peserta Didik Mencari Ilmu adalah jalan yang ditempuh, kiat-kiat, bentuk-bentuk yang digunakan oleh peserta didik untuk merubah tingkah laku dan perilaku yang kearah lebih baik, karena pada dasarnya ilmu menunjukan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.

10 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam ( Jakarta: PT. Raja

(22)

10

Yang penulis bahas dalam penelitian ini adalah cara peserta didik mencari ilmu yang dijelaskan oleh al-Zarnuji yaitu; niat ketika menuntut ilmu, memilih ilmu-guru-teman-tentang ketabahan, bersungguh-sungguh-kontiunitas-serta berusaha mencapai cita-cita, tawakal, mengharapkan faedah (Istifadah), wara‟ (menjaga diri dari yang haram dan syubhat) pada masa belajar maupun setelah tamat belajar.

Kitab Ta’lim Muta’allim Thariq al-Ta’allum adalah salah satu kitab yang dikarang oleh Syeih Burhanuddin al-Zarnuji bin Nu‟man bin Ibrahim yang mempunyai arti “bimbingan bagi penuntut ilmu pengetahuan”. Kitab ini muncul kurang lebih pada abad VI H, yaitu zaman kemerosotan dan kemunduran Daulah Abbasiyah atau periode kedua Dinasti ababasiyah sekitar tahun 296-656 H. Dalam skripsi ini maksudnya adalah mengambil beberapa bagian dari isi dalam kitab Ta‟lim Muta‟alim Thariq al-Ta‟alum berkenaan dengan tata cara mencari ilmu.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan tentang niat ketika menuntut ilmu menurut al-Zarnuji 2. Untuk menjelaskan tentang memilih ilmu, guru, dan teman menurut

al-Zarnuji

3. Untuk menjelaskan tentang bersungguh-sungguh, kontiunitas dan cita-cita menurut al-Zarnuji

4. Untuk menjelaskan tentang tawakal dan ketabahan menurut al-Zarnuji 5. Untuk menjelaskan tentang mengharapkan faedah (Istifadah) menurut

al-Zarnuji

6. Untuk menjelaskan tentang Wara‟ (menjaga diri dari yang haram dan syubhat) pada masa belajar menurut al-Zarnuji

(23)

11

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi salah satu dari syarat-syarat untuk menyelesaikan studi pada jenjang Strata Satu (S1) pada jurusan Tarbiyah.

2. Untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya penulis tentang pemikiran al-Zarnuji tentang cara peserta didik dalam mencari ilmu dalam kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum

3. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan pendidikan Agama Islam dalam pengembangan pendidikan Agama Islam khususnya bagi tenaga pengajar dan peserta didik.

4. Untuk menambah wawasan praktis sebagai pengalaman bagi penulis sesuai dengan disiplin ilmu yang telah penulis tekuni selama ini.

G. Tinjauan Pustaka

Dengan adanya telaah pustaka adalah sebagai perbandingan terhadap penelitian yang ada baik mengenai kekurangan atau kelebihan yang ada sebelumnya. Di samping itu, telaah pustaka juga mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada tentang teori-teori yang ada kaitannya dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.

1. Konsep Memuliakan Guru menurut al-Zarnuji dalam kitab Ta‟lim al-Muta‟alim, oleh Hildayatus Saihat, 2003, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Pembahasan dalam skripsi ini menitik beratkan hakekat memuliakan guru menurut al-Zarnuji pada posisi yang tinggi. Pembahasan dalam skripsi ini menitik beratkan hakekat memuliakan guru menurut al-Zarnuji pada posisi yang tinggi. Menurut al-Zarnuji terkait dengan pribadi guru yang ideal yaitu guru yang memenuhi kriteria dan kualifikasi kepribadian sebagai guru yang memiliki kecerdasan ruhaniah tinggi disamping kecerdasan intelektual dan mempunyai kesalehan sebagai aktualisasi keilmuan. Sehingga pemikiran al-Zarnuji berupaya

(24)

12

membawa lingkungan belajar pada tingkat ketekunan dan kewibawaan guru dalam ilmu dan pengajarannya. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis terfokus pada Cara Peserta Didik Dalam Mencari Ilmu dalam Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum. Jadi baik secara tema, judul, maupun fokus pembahasan jelas beda.

2. Persyaratan Mencari Ilmu Bagi Siswa menurut al-Zarnuji (Upaya Kontekstualisasi Isi Kitab Ta‟lim al-Muta‟alim Thariqat al-Ta‟alum), oleh Ahmad Munif, 2011, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Enam syarat yang disebutkan oleh al-Zarnuji (cerdas, kemauan keras, sabar, biaya, petunjuk guru dan waktu yang lama) merupakan tuntunan yang harus dijadikan modal oleh para pencari ilmu guna mencapai kesuksesan, yaitu mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Tuntunan tersebut diharapkan menjadi kepribadian siswa yang akan tercermin dalam setiap usaha dalam menuntut ilmu, sehingga ilmu yang telah didapatkan tidak hanya menjadi pengetahuan kognitif saja tapi juga menjadi keterampilan afektif sekaligus psikomotorik. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis terfokus pada Cara Peserta Didik Dalam Mencari Ilmu dalam Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum. Jadi baik secara tema, judul, maupun fokus pembahasan jelas beda

(25)

13

BAB II

RIWAYAT HIDUP TOKOH

A. Riwayat Hidup Al-Zarnuji

Nama lengkap al-Zarnuji adalah Burhanuddin al-Islam al-Zarnuji. Namun demikian, nama ini sebenarnya masih diperdebatkan kebenaranya, Karena belum ditemukan data yang valid mengenai nama asli al-Zarnuji.11 Ketidak jelasan ini dikarenakan sedikitnya kitab yang menulis tentang riwayat hidup al-Zarnuji. Dengan demikian apa yang ada dalam berbagai kajian tentang kitab Ta‟lim memuat riwayat hidup al-Zarnuji hanya berdasarkan perkiraan, karena memandang tidak ada kepastian yang menunjukan secara jelas mengenai riwayat hidup al-Zarnuji.12

Mengenai kelahirannya, al-zarnuji diperkirakan hidup pada tahun 570 H. Adapun mengenai kewafatannya, setidaknya ada dua pendapat yang dapat dikemukakan disini. Pertama, pendapat mengatakan bahwa Burhanuddin al-Zarnuji wafat pada tahun 591H /1195 M. Sedangkan pendapat kedua, mengatakan bahwa ia wafat pada tahun 840 H/ 1243 M.13

Sehubungan dengan hal dia atas, Grunebaum dan Abel mengatakan bahwa Burhanuddin al-Zarnuji adalah Toward The End Of 12 Th And Beginning Of The Century A. D.14 Demikian pula mengenai daerah tempat kelahirannya tidak ada keterangan yang pasti. Namun jika nisbahnya, yaitu Al-Zarnuji maka sebagian peneliti mengatakan bahwa ia berasal dari Zaradj. Kaitanya dengan ini, Abd Al-Qadir Ahmad mengatakan bahwa Zaradj ini adalah salah satu kota di daerah\ yang kini dikenal dengan nama Afganistan.

11 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Seri Kajian Filsafat

Kajian Islam, (Jakarta: Rajawali Persada,2001)h.103

12 Sya‟roni, Model Relasi Ideal Guru Dan Murid, Telaah Atas Pemikiran Al-Zarnuji

Dan Kh.Hasyim Asy‟ari,(Yogyakarta:Teras,2007)H.37-38

13 Sya‟roni, Model Relasi Ideal Guru...,h.38

(26)

14

Latar belakang intelektual al-Zarnuji dimulai dengan belajar di Bukhara dan Samarkand, yang merupakan pusat kegiatan keilmuan, pengajaran, dan lain-lainya. Masjid di kedua kota tersebut di jadikan sebagai lembaga pendidikan dan Ta‟lim yang antara lain diasuh Burhanuddin al-Marginani, Syamsuddin Abd al-Wajdi Muhammad bin Muhammad bin Abd al-Sattar al-Amidi dan lainya. Selain itu al-Zarnuji juga belajar kepada Ruknuddin al-Firginani, seorang ahli fiqih sastrawan dan penyair yang wafat pada tahun 594 H/ 1196 M, Hammad bin Ibrahim, seorang ahli ilmu kalam, di samping sebagai sastrawan dan penyair, yang wafat pada tahun 594 H/1170M. Rukn al-Islam Muhammad bin Abi Bakar yang juga dikenal dengan Khawahir Zada, seorang mufti Bukhara dan ahli dalam bidang fiqih, sastra, dan lain-lain.15

Berdasarkan informasi ini, ada kemungkinan besar bahwa al-Zarnuji selain ahli dalam bidang pendidikan dan tasawuf, juga menguasai bidang-bidang lain, seperti sastra, fiqih, ilmu kalam, dan lain sebagainya, Sekalipun belum diketahui dengan pasti bahwa untuk bidang tasawuf ia memiliki seorang guru tasawuf yang masyhur. Namun dapat diduga bahwa dengan memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang fiqih dan ilmu kalam disertai jiwa sastra yang halus dan dalam, seorang telah memperoleh peluang yang tinggi untuk masu kedalam dunia tasawuf.

Mu‟id Khan sebagaimana dikuti Affandi Mukhtar menyimpulkan bahwa Al-Zarnuji cenderung pada aliran hanafiyah. Indikasinya adalah referensi pendapat yang di nukilkan oleh al-Zarnuji kebanyakan dari uama-ulama hanafiyah. Di samping itu, apabila di tinjau dari materi kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum maka apa yang ada di dalamnya lebih cenderung ke pemikiran hanafiyah. Hal ini sebagaimana disoroti oleh Mu‟id Khan bahwa ada tiga aspek penting yang dapat di cermati, yakni berkaitan

15

(27)

15

dengan pandangan dasar tentang ilmu dan pelajar, klasifikasi pelajaran dan metode pelajaran. 16

Adapun dalam aliran teologi yang saat itu terjadi perdebatan sengit antara sunni dan mu‟tazilah. Dalam pencaturan politik kekuasaan terjadi tarik menarik antara sunni dan syi‟ah, dimana selama sekitar seratus tahun syi‟ah menjadi mazhab resmi negara yang diterapkan oleh bani buwaih. setelah kekuasaan bani buwaih runtuh dan digantikan oleh bani seljuk, paham sunni dikembalikan lagi menjadi mazhab negara sebagaimana semula.17 Di tenggah-tengah perdebatan ini al-Zarnuji merupakan ulama yang membela dan melestarikan paham sunni. Hal ini sebagaiman di ungkapkan Syeikh Ibrahim yang mensyarahi kitab Ta‟lim Al-Muta‟allimnya al-Zarnuji memuji dan berpegang teguh terhadap paham sunni dan menentang mu‟tazilah yang dianggap sesat dan menyesatkan.18

B. Latar Belakang Pendidikan al-Zarnuji

Adapun guru-gurunya atau yang pernah hubungan langsung dengan al-Zarnuji yaitu sebagai berikut:

1. Imam Burhan al-Din bin Abi Bakr al-Farghinani al-Marghinani (w.593H/1195 M)

2. Imam Fakr al-Islam Hasan bin Mansur al-Farghani Khadikan (w. 592 H/1196M )

3. Imam Zahir al-Din al-Hasan bin Ali al-Marghinani (w. 600H/1204M) 4. Imam Fakr al-Din al-Khasani(w. 587H/1191M) dan Imam rukn al-Din

Muhammad bin Abi Bakr Imam Khwarzade (491-576H).19

Sedangkan menurut para peneliti mengemukakan, bahwa al-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkhan, yaitu kota yang menjadi pusat

16

Sya‟roni, Model Relasi Ideal Guru...,h.40

17 Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2002)h.50 18 Sya‟roni, Model Relasi Ideal Guru...,h.41

19http://mustastghitsin-aghitsna.blogspot.com/2015/11/nilai-etika-kitab-ta‟lim-al

(28)

16

kegiatan keilmuan, pengajaran dan lain-lainnya. Masjid-masjid di kedua kota tersebut dijadikan sebagai lembaga pendidikan dan ta‟lim yang diasuh antara lain oleh Burhanudin al-Marghinani, Syamsuddin abd. al-Wadjdi, Muhammad bin Muhammad al-Abd as-Sattar al-Amidi dan lain-lainnya.

Selain itu al-Zarnuji belajar dari ulama-ulama lain seperti Ali bin Abi Bikr bin Abdul Jalil al-Marghinani al-Rustami Ruknul Islam Muhammad bin Abi Bakar (w. 573/1177), Hammad bin Ibrahim (w. 587/1180), Taruddin al-Hasan bin Mansyur atau Qadhikhan (w. 592/1196), Ruknuddin al-Farghani( 594/1098) dan al-Imam sadiduddin al-Shirazi.

Dengan demikian berdasar keterangan tersebut dapat diidentifikasi bahwa pemikiran dan intelektualitas al-Zarnuji sangat banyak dipengaruhi oleh faham fiqih yang berkembang saat itu, sebagaimana faham yang dikembangkan oleh para gurunya, yakni fiqih aliran Hanafiyah. Sebagaimana dikemukakan oleh Muid Khan, dalam studinya tentang kitab Ta‟lim yang dipublikasikan dalam bahasa inggris, mengenai karakter pemikiran al-Zarnuji, yang dikutip oleh Affandi Muchtar bahwa dalam kajian tersebut, Muid Khan memasukkan pemikiran al-Zarnuji kedalam garis pemikiran madzhab hanafiyah, yang dikuatkan dengan bukti banyaknya ulama‟ hanafiyah yang dikutip oleh al-Zarnuji, termasuk imam Abu Hanifah sendiri. Dari sekitar 50 ulama yang disebut al-Zarnuji, hanya ada dua saja yang bermadzhab Syafi‟iyah, yakni imam Syafi‟i sendiri dan imam Yusuf al-Hamdani (w. 1140). Menurut Muid Khan ide-ide mazhab yang dianutnya mempengaruhi pemikirannya tentang pendidikan. Sehingga Mahmud bin Sulaiman al-Kaffawi yang wafat tahun 990 H/ 1562 M, dalam kitabnya al-A‟lamul akhyar min fuqaha‟i madzhab al-nu‟man al-mukhtar, menempatkan al-Zarnuji dalam peringkat ke-12 dari daftar madzhab hanafi. Disamping ahli dalam bidang

(29)

17

pendidikan dan tasawuf, sangat dimungkinkan, bahwa al-Zarnuji juga menguasai bidang sastra, fiqih, ilmu kalam, dan lain-lain.20

Sejarah peradaban Islam terdapat lima tahap pertumbuhan dan perkembangan dalam bidang pendidikan Islam. Pertama pendidikan pada masa nabi Muhammad Saw (571-632 M), kedua pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M), ketiga pendidikan pada masa bani umayyah di Damsyik (661-750), dan kelima pendidikan pada masa jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad (1250-sekarang).21

Untuk memahami al-Zarnuji sebagai seorang pemikir, maka harus dipahami ciri zaman yang menghasilkannya, yaitu zaman Abbasiyah yang menghasilkan pemikir-pemikir ensiklopedik yang sukar ditandingi oleh pemikir-pemikir yang datang kemudian.22 Sebagaimana dijelaskan di atas, al-Zarnuji hidup pada awal pemerintahan Abbasiyah di Baghdad yang berkuasa selama lima abad berturut-turut. 23

Dengan demikian al-Zarnuji hidup pada masa ke-empat dari periode pendidikan dan perkembangan pendidikan Islam, yakni antara tahun 750-1250 M. Sehingga beliau sangat beruntung mewarisi banyak peninggalan yang ditinggalkan oleh para pendahulunya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sebab dalam catatan sejarah periode ini merupakan zaman kejayaan peradaban Islam pada umumnya dan pendidikan Islam pada masa khususnya. Menurut Hasan Langgulung bahwa,” zaman keemasan tersebut mengenai dua pusat, yaitu kerajaan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad,

20 Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Seri Kajian Filsafat

Pendidikan Islam), Cet.2,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001),h.105

21 Fazlur Rahman, Islam terj. Ahsin Muhammad, (Bandung: Pustaka, 1997), h.267 22 Hasan Langgulung, Pendidikan Menghadapi Abad 21, ( Jakarta: Pustaka

Al-Husna, 1988), h. 99

23

(30)

18

berlangsung kurang lebih lima abad ( 750-1258 M) dan kerajaan Umayyah di Spanyol kurang lebih delapan abad (711-1492)”.24

Sebagai seorang filosof muslim Zarnuji lebih condong kepada al-Ghazali, sehingga banyak jejak al-Ghazali dalam bukunya dengan konsep epitemologi yang tidak lebih dari buku pertama dan ihya ulum al-din akan tetapi al-Zarnuji memiliki sistem tersendiri, yang mana pada setiap bab dengan bab yang lain, atau setiap kalimat dengan kalimat yang lain, bahkan setiap kata dengan kata yang lain dalam buku tersebut merupakan sebuah kerikil dan konfigurasi mosaic kepribadian Al-Zarnuji sendiri.25

C. Latar Belakang Sosial Politik Al-Zarnuji

Selain karena faktor latar belakang pendidikan sebagaimana tersebut diatas, faktor situasi sosial, politik dan perkembangan masyarakat juga mempengaruhi pola pikir seseorang. Untuk mengetahui kondisi sosial politik dan perkembangan masyarakat, maka harus diketahui masa hidup al-Zarnuji. Al-Zarnuji hidup pada akhir abad ke 12 dan awal abad ke 13. Dari kurun waktu tersebut dapat diketahui bahwa al-Zarnuji hidup pada masa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di masa Abasiyah, yaitu antara tahun 750-1250 M. Dalam catatat sejarah, periode Abbasiyah ini merupakan zaman keemasan atau kejayaan peradaban Islam pada umumnya, dan pendidikan Islam khususnya.

Al-Zarnuji hidup pada masa periode ke-empat dari masa pemerintahan Abbasiyah, selama masa pemerintahan tersebut dawlah Abbasiyah dipimpin selama sembilan orang khalifah yakni khlaifah yang ke-26 al-Qaim sampai khalifah yang ke-34 al-Nashir. Dari 9 orang khalifah tersebut, seorang khalifah dicopot secara in absentia, yakni khalifah yang ke-30 al-Rasyid, namun tidak ada khalifah yang dibunuh oleh penguasa Saljuq. Memang ada

24 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi Dan

Pendidikan, ( Jakarta: Pustaka Utama,1989),h.13

25

(31)

19

khalifah yang tewas terbunuh, yakni khalifah ke-29 al-Murtasyid. Namun yang membunuhnya bukanlah penguasa Saljuq, tetapi adalah orang-orang dari kelompok Bathiniyah, yang sebelumnya juga telah membunuh Wazir Nizham al Mulk, wazir kepercayaan penguasa bani Saljuq sendiri. Al-Rasyid al Makhlu‟ akhirnya juga tewas terbunuh, tetapi hal itu adalah resikonya sendiri, sebab setelah dicopot dari jabatannya khalifah, dia masih brtempur melawan penguasa Saljuq. Nama-nama khalifah pada masa periode ke-4 dari dawlah Abbasiyah ini adalah:

1. Abu Ja‟far Abdullah ibn al Qadir, bergelar al-Qa-im ( 21 Dzulhijah 422-wafat 15 Sya‟ban 466 H)

2. Abu al Qasim „Ubaydullah ibn Muhammad ibn al Qa-im, bergelar al Muqtadiy ( Sya‟ban 466- wafat 15 Muharram 487 H)

3. Abu al Abbas Ahmad ibn Muqtadiy, bergelar al Mustazhhir ( Muharram 487- wafat 16 Rabi‟al Akhir 512 H)

4. Abu Manshur al Fadhl ibn al Mustazhhir, bergelar al Mustarsyid ( Rabi‟al Akhir 512- dibunuh 7 Dulhijjah 529 H)

5. Abu Ja‟far al Manshur ibn al Mustarsyid, bergelar al Rasyid ( 9 Dzulhijjah 529- dicopot secara absentia pada tanggal 16 Dzulqaidah 530 H)

6. Abu „Abdillah Muhammad ibn al Muztazhhir, al Muqtadiy (Dzulqaidah 530-wafat 2 Rabi‟al awal 555 H)

7. Abu al Muzhaffar Yusuf ibn al Muqtadiy, bergelar al Mustanjid (Rabi‟al Awwal 555- wafat 8 Rabi‟al Akhir 566 H)

8. Abu Muhammad al Hasan ibn al Mustanjid, bergelar al Mustadiy (Rabi‟al Akhir 566-wafat 29 Syawwal 575 H)

(32)

20

9. Abu al „Abbas Ahmad ibn al Mustadhiy, bergelar al Nashir (29 Syawwal 575- wafat pada hari minggu 29 Ramadhan 622 H).26

Pada masa ini banyak terjadi gangguan keamanan seperti: 1. Terror orang-orang Bathiniyah

Banyak tokoh yang tewas mereka bunuh, di antaranya adalah wazir Nizham al-Mulk dan khalifah al Mustarsyid, yang bahkan mereka mutilasi menjadi beberapa bagian.

2. Pertikaian di kalangan masyarakat

Karena perbedaan keagamaan, seperti pertikaian ahl sunnah dengan kaum Rafidhah atau pengikut Hanafilah dengan pengikut mazhab lainnya. 3. Perang Salib

Pada periode ini pasukan gabungan eropa mulai menyerang ke wilayah Syiria, Mesir, dan sekitarnya. 27

Perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan pada masa ini yaitu: a. Perkembangan pendidikan

Berdirinya Universitas Nizamiyah, sedangkan sultan Maliksyah mendirikan Madrasah Hanafiyah. kedua perguruan ini terletak di Bagdad. b. Tokoh-tokoh ilmuwan

1. Dalam bidang fikih

Di antaranya yaitu abu Bakar Muhammad ibn „Abdillah ibn al Hasan al Nashih al hanafiy ( Mazhab Hanafiyah), Abu al Fadhl Muhammad ibn Ubaydillah ibn Ahmad al Baghdadiy al Malikiy al Bazaar ( Mazhab Malikiyah), Abu al Qasim „Abd al Rahman Ibn Muhammad ibn Ahmad al Fawraniy al Marwaziy al Syafi‟iy, Abu Ishaq Ibrahim ibn „Ali ibn Yusuf al Syiradziy al Syafi‟iy, Imam al Haramayn Abu al Ma‟aliy „Abd al Malik ibn „Abdillah ibn Yusuf al

26 Fatmawati, Sejarah Peradapan Islam, ( Batusangkar: STAIN Batusangkar Press,

2010), h. 324-334

27

(33)

21

Juwayniy (Mazhab Syafi‟iyah), al Qadhiy Abu Ya‟la Muhammad ibn al Hasan ibn Muhammad al Hanbaliy, al Syarif Abu Ja‟far Abd al Khaliq ibn „Isa ibn Ahmad al Hanbaliy ( Mazhab Hanabilah)

2. Dalam bidang hadist

Di antaranya yaitu: Imam Abu Bakar Ahmad ibn Husayn ibn „Aliy al Bay Haqiy, Imam Abu Bakar Ahmad ibn „Ali ibn Tsabit al Khathib al Bagdadiy, Imam al Amir Abu Nashr „Ali ibn Hibbatullah ibn „Ali, dan lainya.

3. Dalam bidang bahasa

Di antaranya yaitu: abu al Husayn „Ali ibn Ismail al Murasiy al Dharir, Abu Zakariya Yahya ibn “Ali ibn Muhammad al Syaybaniy al Baghdadiy dan lainya.

4. Dalam bidang sejarah

Di antaranya yaitu: Abu al Muzhafar Muhammad ibn Ahmad al Abyawardiy, Abu al Qasim „Ali ibn Hibatillah al Dimasqiy, Imam Abu al Faraj „Abd al Rahman ibn al hasan ibn „Ali al baghdadiy. 5. Dalam bidang tasawuf

Yaitu Abu al Qasim „abd al Karim ibn hawazin al qusyayriy, Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al Ghazaliy.28

Al-Zarnuji juga ahli dalam bidang tasawuf, sehingga apa yang ada dalam kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim ini sangat kental nuansa tasawufnya. Hal ini ditandai dengan berbagai macam ajaran yang ada di dalamnya. Salah satu dari aspek tasawuf yang sangat kentara adalah mengenai berbagai amalan ritual yang dikaitkan dengan keberhasilan mencari ilmu. Dan ini oieh Grunebeum dan Abel dikatakan sebagai allogica, dalam arti tidak dapat didiskusikan secara rasional. Demikian juga etika yang menjadi karakter utama kitab ini merupakan inti dari ajaran tasawuf. Selanjutnya tasawuf yang

28

(34)

22

didalamnya sangat mengagungkan guru Mursyid sebagai manusia yang perfek sangat mempengaruhi bagaimana al-Zarnuji membuat format etika relasi proses belajar mengajar antara guru dan murid, dimana kecendrungan murid harus tunduk, patuh, serta beretika secara mendalam. Sementara pada posisi lain guru tidak dipahas bagaimana harus beretika kepada muridnya.29

D. Karya-karya al-Zarnuji

Sampai saat ini, hanya ada satu kitab yang dapat dijumpai sebagai karya Al-Zarnuji, yakni kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum. Sementara tidak ditemukan kitab lain yang merupakan karya al-Zarnuji. Karya al-Zarnuji ini sudah banyak debrikan penjelasan, diterjemahkan ke berbagai bahasa, yang jelas kitab ini merupakan karya monumental yang diakui otoritasnya sebagai kitab yang membentuk kharakteristik dunia pendidikan sehingga ia mempunyai sumbangsih yang sangat besar, terutama di pesantren-pesantren.

Karya al-Zarnuji banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Latin, Jerman dan Indonesia. Kendatipun karya yang sampai kepada generasi kita hanya satu yaitu Ta‟limul Muta‟allim Wa Thariq Al-Ta‟allum. Para tokoh yang pernah meneliti pemikiran al-Zarnuji di antaranya adalah Abuddin Nata dalam bukunya Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Menampilkan sosok al-Zarnuji sebagai tokoh pendidikan fenomenal yang menekankan nilai etik yang tinggi bagi murid terhadap gurunya. Dalam buku ini juga dijelaskan riwayat hidup dan situasi pendidikan pada zaman al-Zarnuji. Al-Zarnuji hidup di masa keemasan Islam pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya. Dalam buku ini juga dipaparkan bagaimana konsep pendidikan al-Zarnuji mengenai metode belajar, tujuan belajar, prinsip belajar, dan strategi belajar yang secara keseluruhan didasarkan pada moral religius. Awaluddin Pimay, dalam tesisnya Konsep Pendidik dalam Islam, IAIN Walisonggo,

29

(35)

23

1999, memaparkan secara lebih mendalam sosok al-Zarnuji kaitannya dengan konsep pendidik yang ada di dalam kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum. Dalam buku ini Pimay mencoba menguak bagaimana konsep pendidikan dalam pandangan al-Zarnuji untuk kemudian dikomparasikan dengan konsep pendidik dalam pandangan al-Ghazali.

Pimay menyebutkan bahwa pendidik dalam pandangan al-Zarnuji haruslah menyatukan antara ilmu dan amal, harus berakhlak mulia karena kepribadian pendidik akan berpengaruh besar kepada peserta didiknya. Al-Zarnuji mencoba membangun gagasan pendidik dengan muatan moral yang kuat yang tercermin dalam sifat-sifat mulia yang harus dimiliki seorang pendidik.

Affandi Mukhtar dalam tesisnya The Methode Of Muslim Learning In Al-Zarnuji Ta‟lim Al-Muta‟allim Tariq Al-Ta‟allum. Dalam tesis ini peneliti lebih menekankan pada teori belajar. Tokoh lain yang pernah mengkaji al-Zarnuji adalah M. Djudi dalam bukunya Konsep Belajar: Telaah atas Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim. dalam buku ini penekanan m.djudi tidak jauh berbeda dengan affandi mukhtar yaitu dari segi taktik dan strategi belajar. 30

Kitab ini banyak dipergunakan tidak saja terbatas dikalangan ilmuwan Muslim, tetapi juga oleh para orientalis dan para penulis Barat. Diantara tulisan yang menyinggung kitab ini dapat dikemukakan antara lain:

1. G.E Von Grunebaum dan T.M Abel yang menulis Ta‟lim Al-Muta‟allim Thuruq Al-Ta‟allum: Instruction Of The Student: The Method of Learning;

2. Carl Brockelmann dengan bukunya Geschicte Der Arabischen Litteratur; 3. Mehdi Nakosten dengan tulisannya History Of Islamic Origins Of

Western Education A.D 800-1350, dan lain sebagainya. 31

30Sya‟roni,

Model Relasi Ideal Guru...,h. 16-17

31

(36)

24

Keistimewaan lainnya dari buku Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum tersebut adalah terletak pada materi yang dikandungnya. Sekalipun kecil dan dengan judul yang seakan-akan hanya membicarakan tentang metode belajar, namun sebenarnya membahas tentang tujuan belajar, prinsip belajar, strategi belajar dan lain sebagainya yang secara keseluruhan didasarkan pada moral religius.

Keterkenalan kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum terlihat dari tersebarnya buku ini hampir keseluruh penjuru dunia. Kitab telah dicetak dan diterjemahkan serta dikaji di berbagai negara, baik di Timur maupun di Barat. kitab ini juga menarik perhatian beberapa ilmuwan untuk memberikan komentar atau syarah terhadapnya.

Di Indonesia, kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum dikaji dan dipelajari hampir disetiap lembaga pendidikan Islam, terutama lembaga pendidikan klasik tradisional seperti pesantren, bahkan dipondok pesantren sekalipun, seperti halnya di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo, Jawa Timur.

Pada kitab ini berisi tiga belas bab yakni hakekat dan keutamaan ilmu, motivasi belajar, pemeliharaan terhadap mata pelajaran, guru dan teman, memuliakan ilmu dan ulama, kesungguhan belajar dan keluhuran cita-cita, permulaan tata tertib belajar, tawakal kepada allah, masa belajar, kasih sayang dan nasehat, mengambil pelajaran, menjauhi perbuatan maksiat, sebab yang memudahkan dan melemahkan hafalan, dan hal-hal yang memudahkan dan menyulitkan riski.

Ada beberapa kemunkinan mengenai karangan al-Zarnuji yang lain, yakni bahwa sebenarnya ia juga menulis selain kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum, akan tetapi adanya serangan tentara mongol yang membumi hanguskan baghdad menjadikan banyak karya ulama yang hangus. Dari sini sangat munkin karya al-Zarnuji juga ikut hancur terbakar, sementara

(37)

25

hanya kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟llum saja yang selamat sampai sekarang.32

E. Situasi Pendidikan pada Zaman al-Zarnuji

Dalam sejarah pendidikan mencatat, paling kurang ada lima tahap pertumbuhan dan perkembangan dalam bidang pendidikan Islam. Pertama pendidikan pada masa Nabi Muhammad SAW (571-632 H), kedua pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M), ketiga pendidikan pada masa Bani Umayyah di Damsyik, (661-750 M), keempat pendidikan pada masa kekuasaan Abbasiyah di Baghdad (750-1250 M), dan kelima pendidikan pada masa jatuhnya kekuasaan Khalifah di Baghdad (1250-sekarang).33

Dalam pada itu di atas disebutkan bahwa al-Zarnuji hidup sekitar akhir abad ke-12 dan awal abad ke-13 (591-640 H/1195-1243 M). Dari kurun waktu tersebut dapat diketahui bahwa al-Zarnuji hidup pada masa keempat dari periode pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam sebagaimana disebutkan di atas, yaitu antara tahun 750-1250 M. Dalam catatan sejarah, periode ini merupakan zaman keemasan atau kejayaan peradapan Islam pada umumnya, dan pendidikan Islam pada khususnya.

Pada masa tersebut, kebudayaan Islam berkembang dengan pesat yang ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan, mulai tingkat dasar sampai pendidikan dengan tingkat perguruan tinggi. Di antara lembaga-lembaga tersebut adalah Madrasah Nizhamah yang didirikan oleh Nizham al-Muluk (457H/106M), Madrasah An-Nuriyah al-Kubra yang didirikan oleh Nuruddin Mahmud Zanki pada tahun 563H/1167M. Di damaskus dengan cabangnya yang amat banyak di kota Damaskus, Madrasah al-Mustansiriyah yang didirikan oleh Khalifah Abbasiyah, al-Mustansiriyah yang didirikan oleh Khalifah Abbasiyah, Al-mustansir Billah di Baghdad pada tahun 631 H/1234M. Sekolah yang disebut terakhir ini dilengkapi dengan berbagai

32 Sya‟roni, Model Relasi Ideal Guru...,h.45-46

(38)

26

fasilitas yang memadai seperti gedung berlantai dua, aula, perpustakaan dengan kurang lebih 80.000 buku koleksi, halaman dan lapangan yang luas, masjid, balai pengobatan, dan lain sebagainya. Keistimewaan lainnya Madrasah yang disebut terakhir ini adalah karena mengajarkan ilmu fiqih dalam empat mazhab (Maliki, Hanafi, Syafi‟i dan Ahma Ibn Hambal).

Di samping ketiga madrasah tersebut, masih banyak lagi lembaga- lembaga pendidikan agama Islam lainnya yang tumbuh dan berkembang pesat pada masa zaman al-Zarnuji hidup. Dengan memperhatikan informasi tersebut di atas, tampak jelas bahwa al-Zarnuji pada masa ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam tengah mencapai puncak keemasan dan kejayaan. Pada akhir masa Abbasiyah yang ditandai munculnya pemikir-pemikir Islam ensiklopedik yang sukar ditandingi oleh pemikir-pemikir yang datag kemudian.

Kondisi pertumbuhan dan perkembangan tersebut di atas amat menguntungkan bagi pembentukan al-Zarnuji sebagai seorang ilmuwan atau ulama yang luas pengetahuannya. Atas dasar ini tidak mengherankan jika Hasan Langgulung menilai bahwa al-Zarnuji termasuk seorag filosof yang memiliki sistem pemikiran tersendiri dan dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh seperti Ibn Sina, al-Ghazali dan lain sebagainya.34

F. Gambaran Umum Isi Kitab Ta’lim Al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum Kitab Ta‟lim al-mutallim thariq al-ta‟allum diterbitkan pada tahun 996 H, kitab ini juga diterjemahkan kedalam bahasa Turki oleh abd. Al-Majid bin Nusuh bin Isra‟il dengan judul Irshad Al-Ta‟lim fi Ta‟lim Al-Mutallim. Menurut informasi dari Gesecchiehteder Arabschen Literatur, yang biasa dikenal dengan singkatan G.A.L karya Cart Brockelmann, menginformasikan berdasarkan data yang ada di perpustakaan, bahwa kitab Ta‟lim pertama kali diterbitkan di mursid abad pada tahun 1265 M, kemudian ditulis tahun 1286,

(39)

27

1873, di Kairo 1281, 1307, 1418, di Istambul 1292, dan di Kasan 1898, selain itu kitab Ta‟lim menurut G.A.L telah diberi catatan atau komentar (syarah), dalam tujuh penerbitan masing-masing atas nama sebagai berikut:

1. Nau‟i, tanpa keterangan tahun terbit

2. Ibrahim bin Isma‟il pada tahun 996H/1588M 3. As-Sa‟rani 710/711

4. Ishaq ibn. ar-Rumi Qili‟ 720 dengan judul Mir‟atu Atholibin, 5. Qadi B. Zakaria al-Anshari A‟saf,

6. Otman Pazari 1986 dengan judul Tafhim Al-Mutafahhim, dan 7. H.B. al-Faqir, tanpa keterangan tahun penerbitan.

Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim thariq al-ta‟allum dikaji dan dipelajari hampir di setiap lembaga pendidikan Islam, terutama lembaga pendidikan tradisional seperti pesantren, bahkan di pondok pesantren modren, karena pada dasarnya ada beberapa konsep Zarnuji yang banyak berpengaruh dan patut dindahkan, yakni:

1. Motivasi dan pengahragaan yang besar terhadap ilmu penegtahuan dan ulama

2. Konsep filter terhadap ilmu pengetahuan dan ulama

3. Pendekatan-pendekatan teknis pendayagunaan potensi otak, baik dalam terapi alamiyah atau moral-psikologis.35

Poin-poin ini semuanya disampaikan oleh al-Zarnuji dalam konteks moral yang ketat. Maka, dalam banyak hal, ia tidak hanya berbicara tentang etika pendidikan dalam bentuk motivasi, tapi juga pengejawantahannya dalam bentuk-bentuk teknis. Ta‟līm al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum tidak hanya memberikan dorongan moral agar murid menghormati guru, belajar dengan sungguh-sungguh, atau menghargai ilmu pengetahuan. Tetapi, Ta‟līm al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum juga sudah jauh terlibat dalam mengatur

35

(40)

28

bagaimana bentuk aplikatifnya, seperti seberapa jarak ideal antara murid dan guru, bagaimana bentuk dan warna tulisan, bagaimana cara orang menghafal, bagaimana cara berpakaian seorang ilmuwan dan lain sebagainya. Kitab Ta‟līm al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum dikarang oleh al-Zarnuji karena dilatar belakangi oleh rasa keprihatinan beliau terhadap para pelajar pada masanya, yang bersungguh-sungguh dalam belajar akan tetapi mengalami kegagalan, atau kadang-kadang mereka sukses tetapi sama sekali tidak dapat memetik buah kemanfaatan dari hasil ilmu yang dipelajarinya dengan mengamalkan atau menyebarluaskan pada orang lain. Motivasi al-Zarnuji tersebut terungkap dalam kitab Ta‟līm al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum yang tertera dalam Muqoddimah, sebagai berikut :

"Setelah saya mengamati banyaknya penuntut ilmu dimasa saya, mereka bersungguh-sungguh dalam belajar menekuni ilmu tetapi mereka mengalami kegagalan atau tidak dapat memetik buah manfaat ilmunya yaitu mengamalkannya dan mereka terhalang tidak mampu menyebarluaskan ilmunya. Sebab mereka salah jalan dan meninggalkan syarat-syaratnya. Setiap orang yang salah jalan pasti tersesat dan tidak dapat memperoleh apa yang dimaksudkan baik sedikit maupun banyak".36

Secara tidak langsung, tujuan dari al-Zarnuji mengarang kitab ini adalah untuk memberi bimbingan kepada para murid (orang yang menuntut ilmu) untuk mencapai ilmu yang bermanfaat dengan cara dan etika yang dapat diamalkan secara kontinyu. Sedangkan cara berfikir al-Zarnuji, dapat dikatakan bercorak spiritual atau bersifat metafisis. Hal itu disebabkan oleh pengaruh sosial politik yang berlangsung pada saat al-Zarnuji hidup, dimana zaman kaum saljuk kota Baghdad kembali menjadi ibu kota kerohanian sebagai tempat persemayaman khalifah Abbasiyah yang sangta kental dengan dogma-dogma keagamaan. Jadi, corak pemikiran al-Zarnuji banyak

36 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Aliy As‟ad, ( Yogyakarta: Mutiara Kudus,

(41)

29

dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ulama Islam seperti al-Ghazali yang hidup pada masa Abbasiyah.

Secara umum dalam kitab tersebut berisi: 1. Pendahuluan

Pada pendahuluan beliau menuliskan pujian dan rasa syukur kepada Allah yang telah melimpahkan melebihkan nikmatnya atas ilmu dan amal atas semesta alam, dan mengucapkan shalawat kepada nabi Muhammad, tokoh arab dan keluarga, sahabat-sahabat beliau yang merupakan sumber ilmu pengetahuan.

Kemudian al-Zarnuji menuliskan kegelisahan beliau terhadap penuntut ilmu yang tekun tapi tidak bisa memetik kemanfaatan dan buahnya. Yaitu mengamalkan dan menyiarkannya. Karena penuntun tadi salah jalan dan meninggalkan persyaratan yang menjadi keharusan dilakukan. Manusia yang salah jalan akan tersesat dan gagal dalam tujuan yang baik besar atau kecil. Maka dengan adanya kitab ini akan memberikan jalan bagi penuntut ilmu, agar mereka tidak tersesat.

Kemudian al-Zarnuji mengharapkan do‟a dari gurunya yang alim dan arif itu untuk para pecinta ilmu semoga diberikannya kebahagian di hari kemudian, setelah belajar dari kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum tersebut.

2. Isi

Kitab ini terdiri dari 13 bab, yaitu: a. Hakikat Ilmu dan Keutamaannya

Belajar itu hukumnya fardlu bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Namun demikian, menurut Al-Zarnuji manusia tidak diwajibkan mempelajari segala macam ilmu, tetapi hanya diwajibkan mempelajari ilm al hal (pengetahuan-pengetahuan yang selalu dperlukan dalam menjunjung kehidupan agamanya). Dan sebaik-baik amal adalah menjaga hal-hal.

(42)

30

Di samping itu, manusia juga diwajibkan mempelajari ilmu yang diperlukan setiap saat. Karena manusia diwajibkan shalat, puasa dan haji, maka ia juga diwajibkan mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan kewajiban tersebut. Sebab apa yang menjadi perantara pada perbuatan wajib, maka wajib pula hukumnya. Demikian pula, manusia wajib mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan berbagai pekerjaan atau kariernya. Seseorang yang sibuk dengan tugas kerjanya (misalnya berdagang), maka ia wajib mengetahui bagaimana cara menghindari haram. Di samping itu, manusia juga diwajibkan mempelajari ilmu ahwal al-qalb, seperti tawakkal, ridla dan sebagainya. Akhlak yang baik dan buruk serta cara menjauhinya, menurut al-Zarnuji juga harus dipelajari, agar ia senantiasa bisa menjaga dan menghiasi dirinya dengan akhlak mulia. Mempelajari ilmu yang kegunaannya hanya dalam waktu-waktu tertentu, hukumnya fardlu kifayah seperti ilmu shalat jenazah. Dengan demikian, seandainya ada sebagian penduduk kampung telah melaksanakan fardlu kifayah tersebut, maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya. Tetapi jika seluruh penduduk kampung tersebut tidak melaksanakannya, maka seluruh penduduk itu menanggung dosa. Dengan kata lain, ilmu fardlu kifayah adalah di mana setiap umat Islam sebagai suatu komunitas diharuskan menguasainya, seperti ilmu pengobatan, ilmu astronomi, dan lain sebagainya. Sedangkan mempelajari ilmu yang tidak ada manfaatnya atau bahkan membahayakan adalah haram hukumnya seperti ilmu nujum (ilmu perbintangan yang biasanya digunakan untuk meramal). Sebab, hal itu sesungguhnya tidak bermanfaat dan justru membawa marabahaya karena lari dari kenyataan takdir Allah tidak akan mungkin terjadi. Ilmu menurut al-Zarnuji adalah sifat yang kalau dimiliki oleh seseorang, maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam

(43)

31

pengertiannya. Adapun fiqh adalah pengetahuan tentang kelembutan-kelembutan ilmu. Sedangkan mengenai keutamaan ilmu, al-Zarnuji mengutip ungkapan seorang penyair sebagai berikut: Belajarlah, karena ilmu adalah hiasan bagi penyandangnya, keutamaan dan tanda semua akhlak yang terpuji. Usahakanlah, setiap hari menambah ilmu dan berenanglah di lautan ilmu yang bermanfaat. Belajarlah ilmu fiqh, karena ia pandu yang paling utama pada kebaikan, taqwa dan adilnya orang yang paling adil. Ia adalah tanda yang membawa pada jalan petunjuk, ia adalah benteng yang menyelamatkan dari segala kesulitan. Karena seorang ahli fiqh yang menjauhi perbuatan haram adalah lebih membahayakan bagi setan dari pada seribu orang yang beribadah. b. Niat Belajar

Mengenai niat dan tujuan belajar, al-Zarnuji mengatakan bahwa niat yang benar dalam belajar adalah untuk mencari keridlaan Allah SWT., memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat, berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan orang lain, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam, dan mensyukuri nikmat Allah.

Sehubungan dengan hal ini, al-Zarnuji mengingatkan agar setiap penuntut ilmu tidak sampai keliru menentukan niat dalam belajar, misalnya belajar yang diniatkan untuk mencari pengaruh, mendapatkan kenikmatan duniawi atau kehormatan dan kedudukan tertentu. Jika masalah niat ini sudah benar, tentu ia akan merasakan kelezatan ilmu dan amal serta berkuranglah kecintaannya pada harta dunia.

c. Memilih Guru, Ilmu, Teman dan Ketabahan Dalam Belajar

Peserta didik hendaknya memilih ilmu yang terbaik dan ilmu yang dibutuhkan dalam kehidupan agamanya pada waktu itu, lalu yang untuk waktu mendatang. Ia perlu mendahulukan ilmu tauhid dan

(44)

32

ma‟rifat beserta dalilnya. Semikian pula, perlu memilih ilmu „atiq (kuno).

Dalam memilih pendidik hendaknya mengambil yang lebih wara‟, alim, berlapang dada dan penyabar. Dan peserta didik juga harus sabar dan tabah dalam belajar kepada pendidik yang telah dipilihnya serta sabar dalam menghadapi berbagai cobaan.

Peserta didik hendaknya memilih teman yang tekun, wara‟, jujur, dan mudah memahami masalah. Dan perlu menjauhi pemalas, banyak bicara, penganggur, pengacau dan pemfitnah. Seorang penyair mengatakan: “Teman durhaka lebih berbahaya dari pada ular yang berbisa demi Allah Yang Maha Tinggi dan Suci teman buruk membawamu ke neraka Jahim sedangkan teman baik mengajakmu ke syurga Na‟im. Di samping itu, al-Zarnuji juga menganjurkan pada peserta didik agar bermusyawarah dalam segala hal yang dihadapi. Karena ilmu adalah perkara yang sangat penting, tetapi juga sulit, maka bermusyawarah di sini menjadi lebih penting dan diharuskan pelaksanaannya.

d. Menghormati Ilmu dan Ulama

Menurut al-Zarnuji, peserta didik harus menghormati ilmu, orang yang berilmu dan pendidiknya. Sebab apabila melukai pendidiknya, berkah ilmunya bisa tertutup dan hanya sedikit kemanfaatannya. Sedangkan cara menghormati pendidik di antaranya adalah tidak berjalan di depannya, tidak menempati tempat duduknya, tidak memulai mengajak bicara kecuali atas izinnya, tidak bicara macam-macam di depannya, tidak menanyakan suatu masalah pada waktu pendidiknya lelah, dan tidak duduk tertalu dekat dengannya sewaktu belajar kecuali karena terpaksa. Pada prinsipnya, peserta didik harus melakukan hal-hal yang membuat pendidik rela, menjauhkan amarahnya dan mentaati perintahnya yang tidak bertentangan dengan

(45)

33

agama Allah. Termasuk menghormati ilmu adalah menghormati pendidik dan kawan serta memuliakan kitab. Oleh karena itu, peserta didik hendaknya tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci. Demikian pula dalam belajar, hendaknya juga dalam keadaan suci. Sebab ilmu adalah cahaya, wudlupun cahaya, maka akan semakin bersinarlah cahaya ilmu itu dengan wudlu. Peserta didik hendaknya juga memperhatikan catatan, yakni selalu menulis dengan rapi dan jelas, agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari. Di samping itu, peserta didik hendaknya dengan penuh rasa hormat, ia selalu memperhatikan secara seksama terhadap ilmu yang disampaikan padanya, sekalipun telah diulang seribu kali penyampaiannya. Untuk menentukan ilmu apa yang akan dipelajari, hendaknya ia musyawarah dengan pendidiknya, sebab pendidik sudah lebih berpengalaman dalam belajar serta mengetahui ilmu pada seseorang sesuai bakatnya. Al-Zarnuji juga mengingatkan agar peserta didik selalu menjaga diri dari akhlak tercela, terutama sikap sombong.

e. Sungguh-Sungguh, Kontinuitas dan Cita-cita

Peserta didik harus sungguh-sungguh di dalam belajar dan mampu mengulangi pelajarannya secara kontinu pada awal malam dan di akhir malam, yakni waktu antara maghrib dan isya‟ dan setelah waktu sahur, sebab waktu-waktu tersebut kesempatan yang memberkahi. Peserta didik jangan sampai membuat dirinya terlalu kepayahan, sehingga lemah dan tidak mampu berbuat sesuatu. Kesungguhan dan minat yang kuat adalah merupakan pangkal kesuksesan. Oleh karena itu, barang siapa mempunyai minat yang kuat untuk menghafal sebuah kitab misalnya. Maka menurut ukuran lahiriyah, tentu ia akan mampu menghafalnya, separuh, sebagian besar, atau bahkan seluruhnya.

Referensi

Dokumen terkait

Sedikitnya jumlah responden yang memiliki waktu keterlibatan kurang dan sama dengan satu tahun memperlihatkan bahwa secara umum responden peserta Program SPP PNPM di Desa Gunung

Standar Biaya Penyusunan Dokumen Pelaksana Anggaran Tahun 2014 adalah Standar Biaya berupa harga satuan, tarif dan indek yang ditetapkan sebagai batas biaya tertinggi

❖ Menjawab pertanyaan tentang materi Hukum Hooke yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan. ❖ Bertanya tentang hal yang belum

a. Belanja pemeliharahaan sarana dan prasarana.. Belanja modal merupakan jenis pengeluaran yang dilakukan sebagai pembentukan modal dengan nilai manfaat lebih dari satu

Sedangkan, support pada penelitian lainnya diketahui memberikan pengaruh terhadap eksplorasi karier dimana remaja lebih mengeksplor kariernya karena mendapatkan dukungan

Hal ini dengan terpenuhinya syarat yuridis, yaitu Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2017 dan telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pengawasan dan

lewat proses needle punch, kemudian lembaran web yang masuk ke mesin calendar agar lembaran web yang akan digulung menjadi lebih rata sehingga. siap untuk digulung di

Kondisi tutupan karang hidup di stasiun ini tergolong baik namun perlu dijaga, mengingat pada lokasi ini terdapat bekas-bekas penggunaan metode panangkapan ikan yang