• Tidak ada hasil yang ditemukan

Para Atlet Denali Terpilih Siap Mendaki Pertengahan Mei

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Para Atlet Denali Terpilih Siap Mendaki Pertengahan Mei"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Para Atlet Denali Terpilih

Siap Mendaki Pertengahan Mei

UNAIR NEWS – Setelah hampir satu tahun menjalani rangkaian

persiapan pendakian Gunung McKinley (Denali), Alaska, Amerika Serikat, kini telah diumumkan atlet terpilih Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDEX). Mereka adalah M. Faishal Tamimi (alumnus), M. Roby Yahya (mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan/2011), dan Yasak (alumnus).

Hal tersebut disampaikan oleh Faishal yang juga Ketua AIDEX saat bertandang ke ruang redaksi UNAIR News, Selasa (25/4). Faishal menyampaikan, kedua atlet termasuk dirinya, berhasil dipilih setelah menjalankan rangkaian persiapan berupa tes kesehatan dan beberapa latihan.

“Ada yang nggak lolos tes kesehatan karena ada potensi tekanan darah tinggi sehingga tidak mendapatkan rekomendasi dari dokter. Ada juga yang tidak kuat dengan metode pelatihan sehingga mengundurkan diri. Jadi, yang terpilih ini adalah mereka yang tabah sampai akhir,” terang Faishal seraya tertawa.

Yasak adalah alumnus UNAIR yang pada tahun 2011 berpengalaman dalam mendaki hingga puncak Elbrus, Rusia. Roby adalah mahasiswa FPK yang menjabat sebagai ketua operasional dan hobi panjat tebing. Sementara Faishal adalah ketua atlet AIDEX.

Persiapan terakhir

Para atlet AIDEX dijadwalkan untuk terbang dari Surabaya menuju Jakarta pada tanggal 10 Mei mendatang. Mendekati hari keberangkatan, para atlet terpilih masih disibukkan dengan latihan-latihan rutin. Hanya saja, porsi latihan dikurangi seperti lari-lari untuk menjaga stamina. Sebab, ada persyaratan khusus dari pihak guide yang wajib dipenuhi oleh para atlet AIDEX.

(2)

Ketiga atlet harus berhasil menambah berat badan agar sesuai dengan indeks massa tubuh ideal. Disarankan pula, berat badan mereka harus mendekati ambang batas atas. Faishal sendiri ditarget untuk naik 12 kilogram, dari 53 menjadi 65 kilogram. Gunanya, agar lemak dalam tubuh bisa membantu menyesap hawa dingin selama pendakian.

Selain menambah berat, para atlet juga diminta untuk menyesuaikan makanan sehari-hari selama di Denali. Mereka diminta untuk mengganti pola sarapan dari nasi dengan roti atau haver.

“Kami mendapat saran dari ahli gizi bu Merry (Dr. Merryana Andriani, S.KM., M.Kes/ahli gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat) untuk meniadakan sarapan. Biasanya kita makan tiga kali sehari, tapi sarapannya dihapus dan diganti dengan roti dan oats (haver),” tutur Faishal.

Urusan lainnya seperti paspor dan visa, diakui Faishal sudah dibereskan. Hal penting lainnya yang akan segera diselesaikan oleh tim AIDEX adalah alat-alat pendakian dan pencairan dana. Sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (WANALA), mereka memiliki misi untuk melakukan ekspedisi seven summits. Ekspedisi seven summits merupakan serangkaian pendakian ke tujuh puncak gunung tertinggi di masing-masing benua. Empat dari tujuh puncak tertinggi telah dicapai oleh tim yakni Puncak Cartenz, Gunung Jaya Wijaya, Indonesia (1994), Puncak Kilimanjaro, Tanzania (2009), Puncak Elbrus, Rusia (2011), serta puncak Aconcagua, Argentina (2013).

Selain ke Denali, ekspedisi ke Vinson Massif di Antartika serta Everest di Himalaya akan menggenapi ekspedisi seven

summits mereka. (*)

Penulis: Defrina Sukma S

(3)

Peringati

Hari

Bumi,

Mahasiswa UKMKI Tanam Seribu

Bibit Mangrove

UNAIR NEWS – Dalam rangka memperingati hari bumi sedunia, Unit

Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI) Universitas Airlangga bersama Tunas Hijau Indonesia mengadakan aksi tanam mangrove di Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo, Rungkut, Surabaya (22/04). Sekitar 200 peserta turut terlibat dalam kegiatan ini.

Program kerja Departemen Syiar dan Keilmuan UKMKI ini bernama

Dakwah Kerja Nyata: Aktivis Tanam Mangrove.

“Firman Allah SWT. dalam QS Al-Anbiya:107 melatarbelakangi semangat panitia untuk mengadakan kegiatan ini. “Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. Dengan demikian, program-program dakwah yang diselenggarakan UKMKI juga perlu mencerminkan semangat kepedulian terhadap lingkungan,” ujar Affan Muhammad Andalan, Ketua Umum UKMKI 2017.

Dalam penanaman ini, bibit mangrove disediakan oleh Dinas Pertanian Kota Surabaya. Sebanyak 1000 bibit unggul mangrove ditanam di bantaran sungai Wonorejo, Surabaya. Para peserta menggunakan kapal kecil untuk menjangkau area tanam.

Penanaman bibit mangrove dimulai dengan penggalian lubang tanah menggunakan alat bor biopori. Selanjutnya, peserta menanam bibit unggul mangrove di dalam lubang yang telah dibuat.

(4)

sekaligus meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap bumi. Aksi ini mendapatkan banyak dukungan dari mahasiswa UNAIR maupun mahasiswa luar kampus UNAIR.

Selain mahasiswa, dukungan juga datang dari beberapa sekolah di Surabaya berbasis ecopreneur. Kolaborasi bersama Tunas Hijau Indonesia dan Pemkot Surabaya ini menjadi awal aksi nyata para pemuda untuk lingkungan.

“Momentum hari bumi bersama instansi yang telah mendukung kegiatan ini merupakan kolaborasi positif yang harus selalu diteruskan. Hal ini juga merupakan nilai organisasi dakwah kami, amal jamaah,” ujar Haidar Ali selaku Ketua Panitia.

Yang tak kalah menarik, dalam kesempatan ini para peserta diwajibkan membawa tempat minum dan makanan pribadi. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi konsumsi limbah plastik sebagai rasa kepedulian terhadap lingkungan.

“Saya dan semua teman menjadi senang dan cinta terhadap lingkungan kita. Saya setuju dengan agenda kampus ini,” ujar Irfan, salah satu peserta aksi.

Penanaman bibit mangrove yang diinisiasi oleh UKMKI ini merupakan wujud dari kecintaan terhadap lingkungan serta usaha untuk membuatnya tetap lestari. Diharapkan, para peserta menjadi penerus perbaikan bangsa yang dimulai dengan peduli terhadap kelestarian lingkungan. (*)

Penulis : Abdurrohim Nur (Mahasiswa Ilmu Politik, 2014) Editor : Binti Q. Masruroh

(5)

Manajemen Perhotelan Siap

Kirimkan Mahasiswa untuk

Belajar di Malaysia

UNAIR NEWS – Sebanyak 40 mahasiswa beserta pimpinan fakultas

dari Management and Science University (MSU), Malaysia, melakukan studi banding ke sivitas akademika Program Studi D-3 Manajemen Perhotelan, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga, Selasa (25/4).

Dekan School of Hospitality and Creative Arts MSU, Associate Professor Arfah Binti Kassim, mengatakan kunjungan tersebut secara rutin dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir agar mereka merasakan pengalaman menjalani studi di negara lain. Kali ini, pihaknya memilih Surabaya dan UNAIR sebagai destinasi studi banding.

Adanya keterikatan kerjasama institusi antara MSU dan UNAIR menjadi salah satu alasan pemilihan lokasi destinasi studi banding bagi anak-anak didiknya. Selain itu, Arfah mengatakan bahwa UNAIR merupakan salah satu perguruan tinggi terbesar di Surabaya.

“UNAIR memiliki kerjasama dengan MSU, dan kami (pihak School of Hospitality and Creative Arts) belum pernah mengunjungi UNAIR sebelumnya. Dan, kami merasa tertarik untuk mengunjungi UNAIR. Saya merasa UNAIR juga merupakan perguruan tinggi terbesar di Surabaya, bukan?” tutur Arfah.

Dari kunjungan studi, Arfah ingin mengirimkan mahasiswanya dalam program pertukaran pelajar selama sekitar enam bulan. Ia juga berharap, pihak UNAIR juga mengirimkan mahasiswa D-3 Manajemen Perhotelan untuk belajar di MSU selama enam bulan pula.

(6)

pertukaran pelajar di sini dan belajar di UNAIR selama enam bulan. Saya juga berharap mahasiswa vokasi juga datang dan tinggal di MSU melalui program pertukaran. Sebab, saya berpikir bahwa pendidikan global memiliki eksposur positif untuk mahasiswa,” imbuh Arfah.

Pihak UNAIR menyambut baik adanya kunjungan delegasi MSU. Koordinator Prodi D-3 Manajemen Perhotelan, Dian Yulie Reindrawati, Ph.D., menyampaikan kunjungan dari delegasi MSU merupakan bagian dari penjajakan terhadap kolaborasi akademik yang akan dilakukan di masa depan.

Terkait dengan ajakan pertukaran mahasiswa, pihaknya mengaku siap untuk mengirimkan anak-anak didiknya untuk melanjutkan studi di MSU. Namun, sebelum melangsungkan pertukaran mahasiswa, kedua belah pihak akan memetakan mata kuliah-mata kuliah tertentu yang bisa digunakan untuk transfer kredit.

“Mahasiswa harus bisa lebih maju karena relasi sudah terbuka. Kita akan mengirimkan mahasiswa ke sana untuk magang dan sebagainya. Saat ini, memang belum ada rencana, tetapi kami siap untuk mem-follow up (hasil pertemuan),” pungkas Dian.

Sebelum diterima oleh pihak Prodi D-3 Manajemen Perhotelan, delegasi MSU disambut terlebih dahulu oleh Ketua International Office and Partnership (IOP) dan para stafnya. Dalam sambutannya, Dian Ekowati, Ph.D., berharap agar para delegasi menikmati waktu kunjungan selama di Surabaya. (*)

Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh

(7)

Peduli Anak, BEM FH Bentuk

Sekolah Bantaran Sungai

UNAIR NEWS – Tiga tahun berjalan, salah satu program kerja

divisi pengabdian masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Sekolah Bantaran Sungai (SBS), masih terus menelurkan kemajuan hingga kini.

Tak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, saat ini SBS juga masih rutin dijalankan pada setiap Jumat di daerah bantaran Sungai Jagir Surabaya. Di dalam kegiatan SBS, semua anak didik diperbolehkan mengikuti kegiatan ini baik yang sedang duduk di bangku sekolah maupun tidak.

Anak-anak yang mengikuti kegiatan ini terdiri dari berbagai jenjang. Mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama. Materi yang diajarkan juga setara dengan materi pengajaran yang mereka dapatkan di sekolah.

“Kita tidak mematok kriteria, baik anak yang sudah sekolah maupun tidak sekolah boleh belajar bersama di SBS,” tutur Satya Adi selaku koordinator divisi pengabdian masyarakat BEM FH.

Untuk menambah semangat dan pengetahuan anak Sekolah Bantaran Sungai, BEM FH berencana untuk mengadakan belajar melalui kunjungan di tempat bersejarah seperti Tugu Pahlawan, Kebun Binatang Surabaya, maupun lainnya.

Selain mengadakan SBS, belum lama ini divisi pengabdian masyarakat BEM FH UNAIR juga telah melakukan program kerja donor darah yang bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia. Tak hanya itu, program kerja-program kerja siap dilaksanakan sesuai target mulai dari Bagi-bagi Sarapan kepada Orang yang Membutuhkan hingga Abdi Desa oleh BEM FH UNAIR.

(8)

darah. Selanjutnya, ada program kerja bagi bagi sarapan bagi yang membutuhkan di Surabaya dan juga akan ada proker abdi desa dari BEM FH UNAIR,” imbuh mahasiswa angkatan 2015 itu. Diharapkan dengan adanya program SBS, para anak yang bergabung dapat menambah wawasan serta meningkatkan prestasi bagi yang bersekolah. Selain itu, dengan adanya program kerja semacam ini, para mahasiswa yang berkontribusi dapat menyalurkan ilmunya serta mengamalkan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pengabdian masyarakat yang sesuai dengan nama divisinya.

Penulis: Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S

Capaian Pembelajaran untuk

Perbaikan Kualitas Pendidikan

Vokasi

UNAIR NEWS – Acara workshop finalisasi capaian pembelajaran

program studi hari kedua yang digelar Fakultas Vokasi Universitas Airlangga menghasilkan draf Capaian Pembelajaran (CP) dari masing-masing program studi yang ada. Selanjutnya CP tersebut akan dikirim ke Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti).

Tim pendamping finalisasi CP dari Dirjen Dikti Desutama Rachmat Bugi Prayogo, ST., MT mengatakan, workshop yang berlangsung selama dua hari telah menghasilkan CP dari masing-masing program studi, meskipun belum semua CP final.

(9)

“Semua CP sudah masuk. Cuma, ada yang sudah bagus dan sesuai butir standar, ada yang masih kurang dan perlu diperbaiki lagi. Mereka harus bertemu lagi untuk berkordinasi untuk mematangkan itu,” ujar Deta, sapaan akrab Desutama, selepas workshop di Hotel Sahid, Surabaya, Sabtu (23/4).

Terdapat setidaknya empat domain dalam CP. Empat CP itu meliputi sikap, keterampilan khusus, keterampilan umum, dan penguasaan pengetahuan. Selain itu, dalam CP juga terdapat rincian setidaknya sebelas sikap yang harus ada sebagai ciri dari prodi terkait.

Tindak lanjut setelah CP ini terbentuk yaitu melakukan submit ke Belmawa untuk diproses menjadi CP usulan, CP rancangan, dan CP resmi. “Tidak mungkin ada kurikulum tanpa ada CP. CP wajib ada dulu, baru disusun kurikulum,” tambah Deta.

Prof. Dr. Retna Apsari, M. Si selaku penggagas program sekaligus Wakil Dekan I Fakultas Vokasi mengatakan, workshop ini menjadi forum positif untuk membuat program vokasional lebih berdaya saing di era global. Forum ini menjadi bagian dari menjawab kebutuhan stakeholder yang menggunakan SDM dari lulusan program vokasional.

“Kita berkumpul bersama untuk merumuskan learning outcome yang diharapkan dari lulusan vokasi, yang sesuai dengan standar Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), tapi juga sesuai juga dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Stakeholder butuh apa, kita berusaha menyusun kurikulum dan CP yang bisa langsung digunakan di dunia kerja,” ujar Retna.

Retna berharap, forum ini mampu menghasilkan CP yang sinergi dengan kebutuhan stakeholder sekaligus sesuai dengan peraturan hukum tentang pendidikan vokasi di Indonesia.

“Harapannya tercapai CP semua prodi yang ada di Fakultas Vokasi yang sinergi dengan seluruh prodi di Indonesia dan sesuai dengan peraturan hukum yang ada di negara kita,

(10)

sekaligus sesuai dengan kebutuhan stakeholder yang ada,” tambahnya.

Mempercepat student mobility

Prof Retna menambahkan, saat ini Fakultas Vokasi UNAIR sedang dalam upaya meredesain total seluruh kurikulum yang ada. Untuk itu, forum ini sekaligus menjadi wadah dalam upaya mencari masukan dari berbagai pihak.

“Nanti kita akan merancang di semester enam mahasiswa harus intensif ke luar, sehingga juga mempercepat student mobility. Kalau selama ini Fakultas Vokasi belum bisa berkontribusi maksimal di jurnal terindeks Scopus, kami akan memaksimalkan kontribusi peringkatan QS dalam student mobility, baik inbound maupun outbound. Stakeholder butuh apa, kita berusaha menyusun kurikulum dan CP yang bisa langsung digunakan di dunia kerja,” tambah Retna. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

Iklim Perburuhan Bukan Faktor

Utama

yang

Memengaruhi

Investasi

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) memiliki banyak

pakar dari segala bidang. Salah satunya, ahli hukum kepailitan dan tenaga kerja Dr. M. Hadi Subhan, S.H., M.H., C.N. Pria kelahiran Tegal ini dikenal berdedikasi dan peduli pada perjuangan hak-hak buruh. Tak ayal, banyak penelitian maupun pemikiran yang dicetuskannya, berkutat tentang iklim

(11)

perburuhan maupun ketenagakerjaan secara umum.

Jamak dipahami, selama ini, para buruh kerap melakukan aksi demontrasi. Baik pada momen tertentu, seperti saat Hari Buruh 1 Mei, menjelang penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota maupun Provinsi tahunan, dan di waktu lainnya. Bersamaan dengan itu, tak jarang terlontar isu, iklim perburuhan di Indonesia yang seperti ini dapat mengganggu atmosfer investasi dalam negeri. Tudingan itu, menurut lelaki yang saat ini menjabat sebagai Direktur Kemahasiswaan, jelas tidak berdasar. Dia menuturkan, banyak riset menyebutkan, Iklim Perburuhan di Indonesia bukanlah faktor utama yang memengaruhi investasi. Bahkan, kondisi perburuhan menempati urutan ketujuh.

“Faktor pertama yang memengaruhi investasi di Indonesia adalah ketersediaan infrastruktur,” ungkap dosen yang menyelesaikan kuliah di level sarjana hingga doktor di UNAIR ini. Sementara faktor kedua adalah kepastian hukum, disusul faktor ketiga yakni kepastian nilai pajak.

Kesimpulannya, kalau ada persoalan investasi yang mengkkuatirkan, tiga faktor teratas itulah yang mestinya dievaluasi. Apalagi, selama ini, aksi buruh yang terjadi bukan tanpa alasan. Bahkan, yang menjadi pangkal mereka turun ke jalan tergolong masuk akal. “Kan sangat wajar kalau ada buruh menuntut upah yang layak. Apa yang mereka lakukan dilindungi undang-undang,” papar dia.

Berdasarkan fakta di atas, sudah selayaknya pemerintah memberi perhatian pada problem infrastruktur, kepastian hukum, dan nilai pajak. Jalan atau akses distribusi yang baik adalah kebutuhan mutlak. Kepastian dan penegakkan hukum juga masuk elemen penting.

Seperti diketahui, regulasi di Indonesia umumnya sudah baik. Namun, pengawasan dan penegakkannya sering kali tidak memuaskan. Lihatlah fenomena tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia secara ilegal. Khususnya, mereka yang masuk tidak

(12)

dengan keahlian khusus, alias sekadar jadi tenaga kerja kasar. Nilai pajak juga harus jelas, karena para pebisnis harus sudah dapat menghitung kebutuhan itu sedari awal. “Intinya, Iklim Perburuhan ini masih di track yang benar,” paparnya. (*)

Editor: Nuri Hermawan

Tantangan Besar di Ranah

Kedokteran Gigi

UNAIR NEWS – Diakui atau tidak, tantangan dunia kedokteran

gigi makin hari makin banyak. Terlebih, berdasarkan riset, jumlah dokter gigi di Indonesia masih belum bisa mengimbangi jumlah penduduk yang ada. Khususnya, dilihat dari perspektif pemerataan.

Apa sebabnya? Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UNAIR Prof. RM. Coen Pramono D, drg., SU., SpBM (K)., FICS menyatakan, diduga kuat, kurangnya pemerataan dokter gigi diakibatkan oleh keengganan dokter gigi yang baru lulus untuk mengabdi di pelosok. Baru lulus, mereka langsung buka praktek di kota. Tak ayal, terdapat sejumlah daerah yang sejak awal dibentuk, tidak pernah memiliki dokter gigi yang praktek di sana. “Perlu regulasi yang jelas dan tegas. Misalnya, dengan program Wajib Kerja Sarjana,” urai dia.

Kebijakan atau regulasi itu mesti dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Jadi, mereka yang baru lulus, diharuskan buka praktek di daerah-daerah terjauh dulu. Sebagian kalangan menganggap langkah ini melanggar HAM. Namun bila dirunut, bukankah membiarkan kawasan-kawasan terluar tidak memiliki dokter gigi adalah pelanggaran HAM yang juga lebih berat?

(13)

Ketidakmerataan juga berimbas pada persoalan lain yang tak kalah berbahaya. Misalnya, dengan disertifikasinya pihak-pihak yang tidak pernah mengenyam pendidikan kedokteran gigi, untuk melakukan perawatan gigi secara detail. Padahal, mereka yang menangani keselamatan jiwa pasien, harus sudah pernah menimba ilmu kedokteran.

Bila memang program Wajib Kerja Sarjana diterapkan, pemerintah mesti pula menyiapkan gaji untuk mereka. Mungkin saja, ini yang membuat pemerintah perlu berpikir ulang. Meski sejatinya, inilah tantangannya.

Fundamental

Harus digarisbawahi, problem kesehatan gigi sifatnya fundamental atau penting. Infeksi pada gigi, bisa menyebabkan penyakit-penyakit di organ dalam. Misalnya, jantung, saraf, ginjal, dan lain sebagainya. Ada korelasi antara saraf gigi dan bagian-bagian penting dalam tubuh tersebut. “Contohnya, orang kalau mau operasi jantung, pasang klep, paling tidak seminggu sebelumnya, harus sudah dipastikan tidak ada gigi yang busuk atau terinfeksi. Kalau itu dilanggar, akan memberi efek jelek dan fatal bagi jantung,” ungkap dia.

UNAIR sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi memiliki peran sentral dalam mencetak para dokter gigi yang berkualitas. FKG yang berdiri sejak 1928 dan tergolong fakultas kedokteran gigi tertua di Indonesia, bertanggungjawab untuk memberi sumbangsih buat masyarakat. Terlebih, fakultas ini sudah memiliki Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang memiliki fasilitas lengkap dan modern.

Yang menarik, FKG UNAIR memunyai hubungan erat dengan fakultas kedokteran. Jadi, dasar-dasar ilmu kedokteran yang berkaitan erat dengan kesehatan gigi pun diberikan pada para calon dokter sejak awal mereka mengenyam pendidikan. Sinergitas ini yang makin menguatkan kampus Airlangga. (*)

(14)

Metode Tim TDDC Memiliki

Nilai Ekonomis Tinggi

UNAIR NEWS – Gunawan, salah satu peternak Cucak Rawa asal

Wisma Mukti Surabaya, binaan peneliti Tropical Disease Diagnostic Center (TDDC) Institute of Tropical Disease (ITD) U N A I R , E d u a r d u s B i m o A k s o n o H . ( D r . , M . K e s . , d r h ) mengutarakan, metode dan teknologi penentuan jenis kelamin burung yang digagas Bimo dan tim memiliki nilai ekonomis tinggi. Maksudnya, keuntungan dari segi materi saat berbisnis dengan sentuhan ilmiah seperti ini memberikan margin laba yang jauh lebih besar dari sebelumnya.

Sebab, selama ini, penentuan jenis kelamin burung monomorfik (hewan yang sulit dibedakan hanya dari struktur anatomi dan morfologi) hanya berdasarkan perasaan dan kebiasaan. Padahal, kepastian terkait jenis kelamin itu sangat menentukan kesuksesan pengembangbiakan burung.

“Dulu, dari dua puluh pasang burung, yang menghasilkan cuma dua pasang. Kenapa? Diduga kuat, pasangan yang lain itu jenis kelaminnya sama,” ungkap pria yang mulai merintis bisnis ini sejak 2009 tersebut.

Saat pertama kali menggunakan metode ini di tahun 2014, Gunawan langsung memasangkan 30 ekor burung miliknya. Dari 15 pasang itu, yang berhasil menetaskan telur dan menghasilkan sejumlah 10 pasang.

Jadi, bila dulu yang menghasilkan sekadar 10 persen dari jumlah pasangan. Setelah disentuh teknologi ini, yang menghasilkan mencapai 66 persen.

(15)

sama, lho. Mereka tetap berpasangan dan bisa menghasilkan. Hanya, nunggunya harus lebih sabar,” tambah Gunawan.

Perbandingan yang lebih gampang, berdasarkan pengalaman Gunawan, dulu peternakannya sekadar menghasilakan laba bersih maksimal dua juta rupiah perbulan. Saat ini, bisa mencapai minimal 38 juta perbulan. Bahkan, lelaki yang sekarang sudah memiliki puluhan pasang burung Cucak Rawa itu sudah berencana mindahkan penangkarannya ke kawasan Pandaan. Sebab, di sana, dia bisa beternak dengan lebih lapang dan cuacanya jauh lebih pas buat burung. (*)

Editor: Nuri Hermawan

Dokter Lukman Hakim dan

Semangat

Mengembangkan

Teknologi “Stem Cell”

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) tidak pernah miskin

inovasi. Para peneliti dari kampus ini pun terus bermunculan. Regenerasi berjalan dengan baik dan melahirkan peneliti yang berkompetensi. Salah satunya, dokter Lukman Hakim, MD, MHA, Ph.D (Urol).

Dosen dan peneliti di bidang stem cell ini telah banyak berkiprah di level global. Selain pernah mengenyam pendidikan maupun pelatihan di luar negeri, tak sedikit karya ilmiahnya yang menghiasi jurnal internasional. Tak hanya itu, pria yang aktif di sejumlah asosiasi tingtkat Asia Pasific ini juga tercatat sebagai reviewer di sejumlah jurnal. Baik terbitan Indonesia, maupun negara lain. Antara lain, di British Journal of Urology International (BJUI), Urologia Internasionalis

(16)

Journal (Swiss), SQU Med Oman Journal (Oman), BMC Journal (Inggris), dan seterusnya.

Disinggung soal peranan stem cell bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia kedokteran dan kesehatan, Lukman menyatakan, metode dan teknologi ini tidak hanya buat pengobatan. Lebih dari itu, stem cell bisa dipakai untuk pencegahan. Misalnya, untuk mencegah terjadinya efek negatif yang menjalar dan lebih besar dalam fase pengobatan atau perawatan pasien.

Indonesia, dan UNAIR, memiliki sumber daya untuk terus mengembangkan stem cell. Fasilitas yang ada sudah mencukupi. Kalau pun ada yang belum komplit, akses untuk melengkapinya cenderung gampang. “Kalau sumber daya manusia, saya yakin sudah punya,” papar dia. Apalagi, permintaan terhadap t e k n o l o g i i n i j u g a s e l a l u a d a . J u m l a h p a s i e n y a n g membutuhkannya tak pernah habis.

Saat ini pemerintah Indonesia mendukung terbentuknya Komite Sel Punca Nasional. Sel punca, adalah nama lain dari stem cell. Komite Sel Punca Nasional telah membuat kebijakan bahwa Indonesia terbuka terhadap aplikasi stem cells sebagai bagian

help tourism. Komite Sel Punca Nasional memberi kesempatan

untuk pengaplikasian stem cells di klinik-klinik yang sudah mengantongi izin.

Stem cells memunyai karakter “magic”. Ia belum berdiferensiasi (undifferentiated), mampu memerbanyak diri sendiri (Self Renewal), dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu jenis sel (Multipoten/Pluripoten). Karakteristik dan kemampuan itu membuatnya unggul. “Proses penyembuhan terjadi karena sel-sel normal membelah diri yang dikenal dengan istilah healing

process. Proses penyembuhan ini dapat dipercepat oleh stem

cells,” ujar Lukman. (*) Editor: Nuri Hermawan

(17)

Gagas Metode Penentuan Jenis

Kelamin Burung

UNAIR NEWS – Eduardus Bimo Aksono H. (Dr., M.Kes., drh.)

adalah dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) yang selama ini menjadi peneliti di Tropical Disease Diagnostic Center (TDDC). Dia bersama tim peneliti di TDDC, yang merupakan bagian dari Institute of Tropical Disease (ITD) UNAIR, tak pernah henti membuat terobosan yang aplikatif di masyarakat. Mereka selalu menyerap persoalan di akar rumput dalam segala bidang, lantas menciptakan solusi kongkret.

Salah satu karya Bimo dan kawan-kawan adalah pencetusan metode untuk melihat jenis kelamin pada unggas monomorfik (hewan yang sulit dibedakan hanya dari struktur anatomi dan morfologi). Setelah melakukan riset di rentang 2012-2014, TDDC sanggup memastikan, apakah seekor unggas berjenis betina atau jantan, hanya dengan mengamati sampel bulu.

Bimo menjelaskan, riset tersebut berawal dari diskusinya dengan seorang peternak burung Cucak Rawa asal Wisma Mukti Sukolilo bernama Gunawan. Waktu itu, Gunawan mengeluhkan soal sulitnya mengetahui jenis kelamin burung. Kendala itu berimbas pada kesukaran mengawinkan pasangan. Yang kemudian berimplikasi pada kerumitan dalam upaya pengembangbiakan. Problem ini, kata Gunawan, tidak hanya menjadi masalah dirinya sendiri. Namun juga, menjadi persoalan bagi seluruh peternak Cucak Rawa.

Dari hasil obrolan itu, kata Bimo, tim TDDC UNAIR bergerak untuk melakukan penelitian. Selain pengamatan lapangan, dibutuhkan pula pencarian sampel dari burung sebagai bahan untuk diamati di laboratorium. Awalnya, sempat terpikir untuk

(18)

mengambil sampel DNA dari darah. Namun, burung Cucak Rawa rentan stress. Pengambilan darah bisa menyebabkan mereka tertekan bahkan tak mustahil lekas mati.

Akhirnya, diputuskan untuk mengambil sampel berupa bulu. Dengan pertimbangan, gampang didapatkan dan relatif tidak mengganggu burung. Karena, bisa diperoleh dari jatuhan bulu di sekitar burung. Yang terpenting, di ujung bulu terdapat Kalamus yang mengandung kromosom pembawa jenis kelamin.

Sampel itu kemudian dibawa ke laboratorium untuk diamati dengan metode PCR (kependekan dari istilah bahasa Inggris polymerase chain reaction), yang merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi) DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dari sejumlah tahap pengamatan sampel kromosom yang dilakukan di TDDC bakal tampak jenis kelamin burung. Tak hanya Cucak Rawa, metode ini juga bisa melihat jenis kelamin pada unggas monomorfik (hewan yang sulit dibedakan hanya dari struktur anatomi dan morfologi) lainnya. “Dari bulu itu, kami akan melihat kromosom. Kalau kromosomnya heterozigot berarti betina. Jika kromosomnya homozigot berarti jantan,” kata pria yang juga menjabat sebagai Sekretars Pusat Informasi dan Humas UNAIR tersebut. Pengembangan teknologi yang diinisiasi oleh UNAIR itu sudah sukses menerobos banyak mitos. Selama ini, penentuan jenis kelamin Cucak Rawa sekadar mengacu pada kebiasaan. Misalnya, ada yang bilang kalau kepala burung besar, maka ia jantan. Atau, jika buntutnya pendek, ia betina. Perspektif itu nyaris seratus persen salah. Mungkin, kata Gunawan, yang paling mendekati benar hanya soal suara. Ada perbedaan suara antara burung jantan dan betina.

Persoalannya, suara itu hanya dapat dideteksi oleh orang yang sudah lama bergelut di bidang ini. Problem kembali bertambah karena suara tersebut hanya terdengar saat burung birahi. Yang jadi masalah, ada burung jantan yang suka ikut-ikut suara

(19)

betina. Jadi, telaah melalui aspek suara ini cukup rumit.

Nah, ketidaksanggupan untuk menentukan jenis kelamin burung ini memiliki imbas turunan yang beragam. Mitos-mitos yang tak dapat dipertanggungjawabkan pun makin mengemuka. Contohnya, ada yang mengatakan kalau burung Cucak Rawa sulit diternak, gampang stress dan lain sebagainya.

Padahal, kunci sukses ternak Cucak Rawa itu adalah mengetahui jenis kelamin. Kalau sudah dapat jenis kelamin, akan lebih mudah menjodohkan. Keuntungan ekonomisnya jadi jelas dan bisa diukur. Nah, di luar sana banyak yang masih pakai pendekatan tebak-tebakan. Jadi, satu kandang itu bisa diisi burung-burung homo atau lesbi. Otomatis tidak bisa bertelur dan berkembang biak.

Bimo mengungkapkan, metode ini sudah terbukti bermanfaat di masyarakat. Dari segi ekonomi, sudah mampu menaikkan nilai jual burung. Dengan demikian, sumbangsih kongkretnya dapat dirasakan langsung bagi peternak atau penghobi burung. Tak hanya di Surabaya, hasil penelitian ini juga sudah dirasakan masyarakat di daerah lain. Misalnya, Blitar, Jakarta, Semarang, dan lain sebagainya. (*)

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penulisan Ilmiah kali ini penulis mencoba membuat suatu aplikasi permainan yang bertujuan untuk mengasah dan menguatkan kemampuan mengingat dan berfikir bagi anak-anak

Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian terkait dengan masalah yang ditemukan di atas, Maka pada kesempatan ini penulis ingin melakukan suatu penelitian dengan

Jenis zat pengatur tumbuh auksin (IAA, IBA, NAA dan 2,4-D) pada berbagai konsentrasi (1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L) berpengaruh pada induksi akar dari eksplan ginseng jawa (

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 48 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sewa Pekerja/Buruh

Pada pengamatan bobot basah menunjukkan adanya interaksi antara varietas dengan perlakuan keberadaan teki. Teki 30/polibag menunjukkan bobot basah yang paling tinggi

Namun, ada lagi corak kekerasan lain yang lebih halus ( subtile ), yakni kekerasan simbolik dalam bentuk pemajangan atau displai tubuh wanita sebagai objek tontonan untuk

jawab atas terjadinya kecelakaan lalu lintas jalan. Kecelakaan yang telah berakibat kepada kerugian pengguna jalan merupakan dampak dari ketersediaan sarana dan

Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004- 2006)”...