BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Waktu Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan cara menyusun dan mengklasifikasikan data yang diperoleh dari perusahaan kemudian dinterprestasikan dan dianalisis sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.
Waktu penelitian ini adalah mulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Maret 2011 dengan tahapan sebagai berikut : pencarian data, penyelesaian proposal, bimbingan dan perbaikan proposal, seminar proposal, pengumpulan dan pengolahan data, analisis data, bimbingan skripsi dan penyelesaian skripsi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut ini.
B. Sumber dan Jenis Data
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah dioleh lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain (Umar 2003 : 60). Data tersebut diperoleh dari PT. Kawasan Industri Medan (KIM). Data tersebut sudah diolah seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan laporan keuangan konsolidasi perusahaan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yakni jurnal akuntansi dan dokumentasi penelitian terdahulu sebagai referensi ataupun buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun tahap kedua yaitu pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari media internet dengan mendownload bahan terkait untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan yang telah dipublikasikan.
Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknisk dokumentasi yaitu dengan cara mengambil data perusahaan untuk diamati, seperti laporan rugi laba, dan neraca perusahaan dari tahun 2008 sampai 2009.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen menurut Sugiyono (2006 :3 ) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rasio keuangan yakni alat yang digunakan analisis keuangan untuk menilai kondisi dan kinerja perusahaan.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang diperoleh dari besarnya variabel dependen. Menurut Sugiyono (2006 :3) variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba yakni perkembangan perusahaan ke arah yang lebih baik dalam meningkatkan prestasi kerja perusahaan.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan mengumpulkan semua data untuk mendukung tulisan ini untuk diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang objektif tentang objek dan masalah yang diteliti.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari pengamatan (observation) dan wawancara (interview)
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, berupa gambaran umum perusahaan dan laporan keuangan. Data penelitian yang dilakukan meliputi gambaran umum perusahaan dan laporan keuangan.
1. Sejarah singkat perusahaan
Gagasan pembangunan Kawasan Industri Medan (KIM) dimulai pada tahun 1970. Pada tahun ini juga pelaksanaan survei pendahuluan dan pemilihan lokasi dilakukan. Pada tahun 1972, hasil-hasil penelitian disampaikan kepada Ketua Panitia Teknis Penanaman Modal, dan pada tahun yang sama BAPPENAS (Badan Perancang Pembangunan Nasional) menerima Proyek Kawasan Industri Medan sebagai proyek nasional yang dikelola oleh pemerintah pusat bersama dengan pemerintah daerah.Pada tahun 1973, BAPPENAS menunjukkan dan menetapkan Team Beca Carter Jollimg & Ferner Bid dari Selandia Baru untuk melaksanakn survei dan studi kelayakan.
Pada pelaksanaan survey ini, Team Beca Carter dengan rekomendasi dari Proyek Kawasan Industri Medan menunjuk Central Development Enterprise Jakarta sebagai Counter –part dalam negeri. Pada tahun 1974 , Team Beca Carter telah
menyelesaikan Draft Report Feasibility Studi Proyek Kawasan Industri Medan dan menyerahkannya kepada BAPPENAS. Sedangkan Final Report Feasibiliti Studi Proyek Kawasan Industri Medan disampaikan oleh pihak Kedutaan Selandia Baru kepada BAPPENAS pada tahun 1975, pada Sidang Kabinet Pembangunan pada tahun 1976, Presiden mengizinkan proyek Kawasan Industri Medan berdiri, dan selanjutnya BAPPENAS menetapkan lokasi Kawasan Industri Medan terletak dikawasan Mabar Selatan
Pembebasan tanah tahap pertama di mulai tahun 1977. Pelaksanaan pekerjaan fisik tahun 1978, diantaranya pematangan / pengerukan tanah, pembangunan jalan masuk dan jalan dalam lokasi proyek, saluran pembuangan air hujan, gedung kantor, jaringan listrik, dan bangunan pabrik untuk Sarana Usaha Industri Kecil (suik) dan Standart Factory Building (SFB). Pada tahun 1980 pengelola Kawasan Industri Medan di serahkan kepada Departemen Perindustrian Republik Indonesia oleh Badan Koordinasi penanaman Modal di Jakarta . Pada tahun 1983 penandatanganan perjanjian kerjasama pendirian perseroan Kawasan Industri Medan antara Menteri Perindustrian Republik Indonesia dengan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara serta dengan Walikota Kepala Daerah Tingkat II Medan.
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) no. 19 tahun 1984 tentang penyertaan Modal Pemerintah Republik Indonesia untuk P.T. Kawasan Industri Medan (persero). Setahun kemudian, dikeluarkan peraturan daerah (perda) Propinsi Sumatera Utara untuk P.T Kawasan Industri Medan (parsero) dan pada tahun yang sama, dikeluarkan Peraturan daerah(perda)Kotamadya Medan no.9 tahun 1985 tentang Penyertaan Modal Kotamadya Medan untuk P.T. Kawasan Industri Medan.
Pada tanggal 17 januari 1987, perjanjian kerjasama dalam rangka pendirian perseroan Kawasan Industri Medan , menyangkut struktur permodalan perseroan dan penyertaan modal, dimana modal dasar Rp. 15 Milyar dan modal ditetapkan/disetor Rp. 3,96 Milyar, ditandatangani antara Menteri Perindustrian RI,Gubernur Sumatera Utara dan Walikota Medan.
PT. (Persero) Kawasan Industri Medan, adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan bidang usaha jasa pengelolaan Kawasan Industri. Kawasan ini didirikan pada tanggal 7 Oktober 1988, dengan komposisi sahamnya terdiri dari Pemerintah RI (pusat) 60%, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara 30%, dan Pemerintah Kota Medan 10%. Sejak didirikannya kawasan ini, seiring dengan tingginya minat investor untuk menanamkan investasinya di Sumatera Utara PT. KAWASAN INDUSTRI MEDAN terus melakukan pengembangan lahan. Hingga saat ini telah memiliki luas areal 780 ha dan akan terus dikembangkan dengan usaha sendiri maupun bekerjasama dengan pihak-pihak swasta yang berpengalaman dan professional dalam pembangunan kawasan industri.
Pada tahun 1988, surat keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain: 1. Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.227/kmk-013/1988 tanggal 29 Februari
1988 tentang penetapan modal PT. Kawasan Industri Medan (Persero). 2. Surat keputusan Bersama Menteri Keuangan, Gubernur Sumatera Utara, dan
Walikota Medan No.260a/KMK/-013/1988, 538.3/113/K1988, 533.3/351.a /SK/1988 tentang pengangkatan anggota-anggota Direksi P.T. Kawasan Industri Medan (persero).
3. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan RI, Gubernur Sumatera Utara dan Walikota Medan No. 917/KMK-013/1988,538.3/217/K1988, 538.3/A/SK/1988 tanggal 16 oktober 1988 tentang pengangkatan anggota Dewan Komisaris P.T. Kawasan Industri Medan (persero) pada tanggal 7 oktober 1988, tanggal is\nui secara resmi P.T.Kawasan Industri Medan (persero) berdiri,di mana bertindak sebagai pendiri adalah :
a. Ilchaid Elias, SE. mewakili Menteri Perindustrian RI berdasarkan surat kuasa No.980/M/8/1988, tanggal 31 Angustus 1988. Memberi Kuasa. Sebelumnya telah
menerima kuasa dari Menteri Keuangan berdasarkan Surat Kuasa No.SKU-87/MK/1988.
b. Drs.H.Alimuddin Simanjuntak berdasarkan surat kuasa dari Gubernur Sumatera Utara No.183/5293/1988 tanggal 7 Maret 1988.
c. Ny.Haji Rosy Sembiring, S.H. Berdasarkan surat kuasa dari Walikota Medan No.183/50/6/1988 tanggal 11 maret 1988.
Penandatanganan Prasasti dilakukan tanggal 13 okrober 1990 oleh Presiden Republik Indonesia Suharto. Komposisi kepemilikan saham P.T. Kawasan Industri Medan Persero adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Republik Indonesia (pusat)60%
2. Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara sebesar 30 % 3. Pemerintah Daerah II kodya Medan sebesar 10 %
Jasa-jasa Pelayanan P.T. Kawasan Industri Medan (persero) diberikan terhadap para investor baik investor dalam negeri maupun dari luar negeri diantarannya :
izin di perlukan kerja sama pihak-pihak terkait lainnya , yaitu: 1. BKPM (Badan koordinasi Penanaman Modal)
2. BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah) 3. BPN ( Badan Pertahanan Daerah)
4. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
5. Direktorat Jenderal Pelayanan Pajak dan Instansi lainnya.
b. Jasa Pelayanan Pengolahan Limbah (Waste Water Treatment System) dan pengolahan limbah cair yang menggunakan peranggkat canggih serta terpadu yang
dapat mencegah dan mengamankan limbah Industri yang di hasilkan perusahaan lingkungan Kawasan Industri Medan (KIM) dari keluhan masyarakat disekitar kawasan Industri.
c. Jasa Keamanan Lingkungan (Integrated Enviromental Security System). Dengan sistem keamanan lingkungan kawasn industry yang terpadu akan menciptakan keamanan para investor dan pekerja dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Sejak didirikannya kawasan ini, seiring dengan tingginya minat investor untuk menanamkan investasinya di Sumatera Utara PT. KAWASAN INDUSTRI MEDAN terus melakukan pengembangan lahan. Hingga saat ini telah memiliki luas areal 780 ha dan akan terus dikembangkan dengan usaha sendiri maupun bekerjasama dengan pihak-pihak swasta yang berpengalaman dan professional dalam pembangunan kawasan industri.
Areal Kawasan Industri Medan ( Tahap I), dengan luas + 200 Ha, terletak disebelah barat jalan tol, dan areal di sebelah timur jalan tol disebut dnegan Kawasan Industri Medan (Tahap II) dengan luas + 325 Ha. Tata ruang tahap II sangat terencana
dan asri, dengan jalan utama keluar dan masuk terbuat dari beton seluas 2 x 17,5 meter, dan jalan sekunder selebar 12 meter. Pada kiri dan kanan jalan terdapat pipa air bersih, air limbah, hydran, pipa gas, kabel listrik dan telepon, dengan konstruksi dibawah tanah.
3.2 Business Profil KIM
a. Visi : Menjadi Perusahaan Kawasan Industri berkelas Dunia.
b. Misi :Menunjang percepatan pertumbuhan Industri di Sumatera Utara.
c. Tujuan :Menyediakan sarana prsarana untuk industry melalui kegiatan usaha kawasan industry yang berwawasan lingkungan dengan tujuan mempercepat investasi dan pertumbuhan sector Industri.
d. Strategi : Megadakan road show menyiapkan lokasi pabrik bagi industry baik dari dalam dan luar negeri yang merelokasikan pabriknya.
e. Produksi : menyiapkan lahan industry 15 ha.
f. Pemasaran : Membuat program road show secara teratur kenegaraan tetangga seperti Malaysia, Singapore, Taiwan dan menawarkan proposal berupa feasibility study proyek komplek Bangunan pabrik siap pakai
g. Teknologi : Mengoptimalkan penggunaan peralatan .
h. Sumber daya : Mengadakan Pendidikan Sumber daya Manusia serta memberikan kesempatan kepada pengawai untuk meningkatkan pengetahuan maupun karier pekerjaannya.
i. Komunitas : Mendata angkatan kerja di lingkungan sekitar kawasan untuk dibekali kemampuan dalam mencari pekerjaan.
j. Peduli lingkungan : Bekerja sama dengan para investor mengadakan sunatan missal untuk warga disekitar kawasan industri Medan.
B. Analisis Hasil Penelitian
Sebelum dilakukan analisis, maka perlu dijelaskan bahwa dalam perhitungan rasio keuangan ini menggunakan satuan miliar rupiah. Berikut ini akan digunakan masing-masing rasio keuangan yang dibahas untuk memprediksi pertumbuhan laba.
1. Rasio lancar
Rasio lancar dapat digunakan untuk menganalisa kesanggupan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Perhitungan rasio lancar perusahaan pada akhir tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Aset lancar Rasio lancar = Hutang lancar Rp 81.660 Rasio lancar = Rp 28.709
Rasio Lancar = 2.8 kali
Perhitungan rasio lancar perusahaan pada akhir tahun 2009 adalah sebagai berikut: Aset lancar Rasio lancar = Hutang lancar Rp 80.692 Rasio lancar = Rp 16.682
Rasio lancar pada akhir tahun 2009 terlihat tinggi yakni 4.8 kali dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 2.8 kali. Pada akhir tahun 2009, rasio lancar perusahaan adalah 4.8 kali mengalami kenaikan 2 kali dibandingkan dengan rasio lancar pada tahun 2008. Dari perhitungan rasio lancer ini, dapat diketahui bahwa perusahaan mampu mencairkan semua aktiva lancar, untuk memenuhi semua kewajiban lancarnya.
2. Rasio hutang
Rasio hutang dapat digunakan untuk mengukur persentase total dana yang disediakan para kreditor seperti membayar kewajiban lancar, dan semua obligasi (hutang jangka panjang). Perhitungan rasio hutan perusahaan pada akhir tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Total hutang Rasio hutang = Total Aset Rp 37.223 Rasio hutang = Rp 102.192 Rasio hutang = 0,36 (36%).
Perhitungan rasio hutang perusahaan pada akhir tahun 2009 adalah sebagai berikut
Total hutang Rasio hutang =
Rp 39.682 Rasio hutang =
Rp 109.030
Rasio hutang = 0.36 (36%).
Total hutang yang diperoleh dari jumlah kewajiban perusahaan. Rasio hutang perusahaan pada akhir tahun 2008 dan 2009 adalah 36% yang berarti bahwa para kreditor telah menyediakan 36% dari jumlah pembiayaan perusahaan.
3. Rasio perputaran total aktiva
Rasio perputaran total aktiva dapat digunakan untuk mengukur perputaran dari seluruh aktiva perusahaan. Perhitungan rasio perputaran total aktiva perusahaan pada akhir tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Penjualan Perputaran total aktivita =
Total Aset
Rp 59.977 Perputaran total aktivita =
Rp 102.192
Perputaran total aktivita = 0.59 kali
Perhitungan rasio perputaran total aktiva perusahaan pada akhir tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Penjualan Perputaran total aktiva =
Total Aset Rp 37.296 Perputaran total aktiva =
Rp 109.030
Perputaran total aktiva = 0,34 kali
Hal ini dapat dilihat dari nilai penjualan dalam laporan keuangan. Total aktiva diambil dari jumlah aktiva di neraca perusahaan. Perputaran total aktiva perusahaan pada akhir tahun 2008 sebesar 0,59 kali dan 2009 adalah 0,34 kali, maka perputaran total aktiva mengalami penurunan sebesar 0,25 kali. Perputaran total aktiva ini menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu menciptakan volume bisnis yang cukup untuk ukuran investasi aktiva yang dimilikinya. Penjualan sebaliknya ditingkatkan atau beberapa aktivita yang tidak berguna dijual, atau perusahaan harus menjalankan keduanya.
4. Rasio Marjin laba atas penjualan
Rasio marjin laba atas penjualan dapat digunakan untuk mengukur jumlah laba bersih yang diperoleh perusahaan dari penjualan. Oleh karena itu, penjualan perusahaan tergolong penjualan jasa, maka nilai penjualan diambil dari jumlah pendapatan usaha di neraca perusahaan.
Perhitungan rasio marjin laba atas penjualan perusahaan pada akhir tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Laba bersih Marjin laba atas penjualan =
Penjualan
Rp 15.107 Marjin laba atas penjualan =
Rp 59.977
Marjin laba atas penjualan = 0.25(25%)
Perhitungan rasio marjin laba atas penjualan perusahaan pada akhir tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Laba bersih Marjin laba atas penjualan =
Penjualan
Rp 19.631 Marjin laba atas penjualan =
Rp 37.296
Marjin laba atas penjualan = 0.53(53%)
Marjin laba perusahaan pada akhir tahun 2009 meningkat sebesar 28%, hal ini menunjukkan bahwa penjualan perusahaan dapat menghasilkan jumlah laba bersih yang tinggi
5. Rasio hasil pengembalian atas ekuitas
Rasio hasil pengembalian atas ekuitas dapat digunakan untuk mengukur tingkat hasil pengembalian dari investasi para pemegang saham. Perhitungan rasio cakupan perusahaan pada akhir tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Laba bersih Hasil pengembalian atas ekuitas =
Modal
Rp 15.107 Hasil pengembalian atas ekuitas =
Rp 30.000
Hasil pengembalian atas ekuitas = 0.5(50%)
Hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan pada akhir tahun 2009 adalah 65%.
Laba bersih Hasil pengembalian atas ekuitas =
Modal
Rp 19.631 Hasil pengembalian atas ekuitas =
Rp 30.000 Hasil pengembalian atas ekuitas = 0,65 (65%)
C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hasil perhitungan rasio lancar
Tabel 4.1.
Perolehan Nilai Rasio Perusahaan
Jenis-Jenis Rasio 2008 2009
Rasio Lancar 2,8 kali 4,8kali
Rasio Hutang 36% 36%
Rasio Perputaran Total Aktiva 0,59 kali 0,34 kali
Rasio Marjin Laba Atas Penjualan 25% 53%
Rasio Hasil Pengembalian Atas Ekuitas 50% 65%
Sumber: Data diolah penulis, 2011
Dari hasil perhitungan rasio lancar, diperoleh bahwa perusahaan mampu menggunakan semua aktiva lancar yang dimiliki untuk memnuhi pembayaran kewajiban lancarnya. Seandainya perusahaan mengalami kerugian, seluruh aktiva lancarnya dicairkan dapat menutupi pembayaran kewajiban lancarnya. Dari perolehan nilai rasio lancar perusahaan pada 2 (dua) tahun terakhir ini, diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai rasio lancar sebesar 2 kali, yang mencerminkan bahwa ada upaya perbaikan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio lancar, dapat diperkirakan bahwa aktiva lancar perusahaan pada tahun mendatang juga lebih besar dari kewajiban lancarnya.
Analisis rasio keuangan terutama bertujuan untuk mendapat gambaran tentang baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan pada saat dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut manajemen akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan. Informasi tersebut dapat membantu manajer dalam memahami apa yang perlu dilakukan perusahan selain itu manajer dapat membuat keputusan-keputusan penting di masa yang akan datang.
Analisis rasio keuangan tidak hanya penting bagi pihak manajemen tetapi penting juga bagi pihak ekstern perusahaan. Bagi pihak ekstern, analisis rasio keuangan
penting untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan. Dengan mengetahui perkembangan keuangan perusahaan tersebut mereka dapat memutuskan apakah akan tetap menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut atau tidak. Manfaat dari analisis rasio keuangan adalah dapat mengetahui adanya kekuatan atau kelemahan keuangan dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan angka rasio keuangan dengan standar yang ditetapkan maka akan diperoleh manfaat lain yaitu dapat diketahui apakah dalam aspek keuangan tertentu perusahaan berada di atas standar atau di bawah standar. Apabila perusahaan berada di bawah standar, maka manajemen akan mencari faktor-faktor yang menyebabkannya untuk kemudian diambil kebijakan keuangan untuk dapat menaikkan rasio perusahaannya kembali.
2. Hasil perhitungan rasio hutang
Dari hasil perhitungan rasio hutang, diperoleh bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan dalam pinjaman dana tambahan, jika sewaktu-waktu diperlukan. Hal ini didasari oleh hasil perhitungan rasio hutang pada tahun 2008 dan 2009 dimana nilai rasio hutang perusahaan adalah sebesar 36% yang dapat diartikan bahwa para kreditor telah menyediakan 36% dari jumlah pembiayaan perusahaan. Hal ini mendukung pernyataan bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan dalam pinjaman dana tambahan. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio hutang, dapat diprediksikan bahwa perolehan laba pada tahun yang akan datang hampir sama dengan perolehan laba pada tahun 2009 dalam arti tidak terjadi pertumbuhan laba yang signifikan.
Prediksi laba perusahaan di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan menggunakan analisa fundamental yaitu menganalisis nilai suatu perusahaan dengan menggunakan variabel-variabel akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Salah satu bagian dari analisis fundamental adalah analisis rasio, yaitu analisis dengan menggunakan hubungan matematis antar variabel keuangan yang satu dengan yang lain. Analisis rasio dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan financial masa lalu, sekarang dan untuk memproyeksikan hasil atau laba yang akan datang. Rasio tersebut dapat memberikan suatu indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansilnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan struktur modal yang sehat (Sartono, 2001 :21). Sedangkan menurut Munawir (1999) dari analisis laporan keuangan akan diperoleh rasio-rasio keuangan yang berguna untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pihak pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio keuangan didasarkan pada data historis yang tujuan utamanya adalah memberi suatu indikasi bagi kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Dari berbagai rasio keuaangan terdapat beberapa rasio keuangan dan informasi keuangan perusahaan yang dapat digunakan untuk memprediksi laba masa depan.
3. Hasil perhitungan rasio perputaran total aktiva
Dari hasil perhitungan rasio perputaran total aktiva, diperoleh bahwa perusahaan tidak menciptakan volume bisnis yang cukup baik untuk ukuran investasi
aktivanya, hal ini dapat disebabkan karena adanya sebagian aktiva perusahaan yang digunakan saat ini, tidak produktif /tidak berguna sehingga perlu dijual agar tidak menambah beban perusahaan. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio perputaran total aktiva, dapat diprediksikan bahwa perolehan laba pada tahun yang akan datang, hampir sama dengan perolehan laba pada tahun 2009 dalam arti tidak terjadi pertumbuhan laba yang signifikan.
Dari hasil perhitungan rasio laba terhadap beban bunga, diperoleh bahwa perusahaan mampu menutup beban bunga yang terjadi dengan marjin pengaman yang maksimal. Dari hasil perhitungan ini, diketahui bahwa beban bunga bukan merupakan masalah yang perlu dikhawatirkan oleh perusahaan karena perolehan laba sebelum pajak dan bunga, jauh diatas beban bunga yang terjadi. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio laba terhadap beban bunga, dapat diprediksikan bahwa pada tahun yang akan datang, pertumbuhan laba tidak dipengaruhi oleh beban bunga.
4. Hasil perhitungan rasio marjin laba atas penjualan
Dari hasil perhitungan rasio marjin laba atas penjualan, diperoleh bahwa marjin laba atas penjualan akhir tahun 2008 sebesar 25% dan pada akhir tahun 2009 sebesar 53%, hal ini menunjukkan bahwa penjualan perusahaan dapat menghasilkan jumlah laba bersih yang tinggi. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio marjin laba atas penjualan, dapat diprediksikan bahwa pada tahun yang akan datang, salah satu faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan laba adalah penjualan yang semakin meningkat.
5. Perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan
Dari perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan, diperoleh bahwa tingkat pengembalian atas ekuitas perusahaan sangat besar, yaitu hanya 50% di akhir tahun 2008, dan 65% di akhir tahun 2009. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan, dapat diprediksikan bahwa perolehan laba perusahaan pada tahun yang akan datang sudah dapat mengembalikan modal perusahaan, dalam arti terjadi pertumbuhan laba yang signifikan.
Dari hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun yang akan datang, diprediksikan pertumbuhan laba perusahaan akan signifikan, hal ini didasari bahwa mampunya aktiva lancar dalam menutupi kewajiban lancar perusahaan, mudahnya perusahaan dalam memperoleh pinjaman dana tambahan untuk mengembangkan perusahaan, adanya sebagian aktiva perusahaan yang digunakan saat ini tidak produktif/tidak berguna, yang dapat menambah beban perusahaan, dan tingkat pengembalian atas modal perusahaan yang kecil.
Walaupun perusahaan mampu menutup beban bunga yang terjadi dengan marjin pengaman yang maksimal, penjualan perusahaan dapat menghasilkan jumlah laba bersih yang tinggi, dan aktiva yang diinvestasikan perusahaan untuk dijual dapat menghasilkan nilai pengembalian yang tinggi mampu membuat pertumbuhan laba pada perusahaan yang signifikan.
6. Pertumbuhan Laba
Secara umum pendapatan PT KIM II (Persero) dalam 5 tahun terakhir terlihat amat baik sampai tahun 2009, hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan labanya.
Laba tahun sekarang – Laba tahun lalu
Pertumbuhan Laba (2008) = x 100%
Laba tahun lalu Rp 15.107 – Rp 10.362
= x 100%
Rp 10.362 = 0,46 (46%)
Laba tahun sekarang – Laba tahun lalu
Pertumbuhan Laba (2009) = x 100% Laba tahun lalu
Rp 19.631 – Rp 15.107
= x 100%
Rp 15.107
= 0,30 (30%)
Pertumbuhan laba tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 16% dari tahun 2008. Dari analisis ini, dapat diketahui bahwa rasio keuangan mempunyai peranan yang penting dalam memprediksi pertumbuhan laba, apakah terjadi peningkatan laba atau sebaliknya dimana perusahaan dapat :
1. Menggunakannya sebagai acuan untuk meningkatkan prestasi kerja, sehingga pertumbuhan laba dapat optimal.
2. Mengambil strategi dan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah yang diperkirakan terjadi, seperti dalam hal kesulitan dalam memperoleh pinjaman
dana tambahan, rendahnya pengembalian atas modal perusahaan, adanya sebagai aktiva yang tidak produktif dan yang lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisa rasio keuangan untuk memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Rasio keuangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan.
2. Pertumbuhan laba perusahaan PT KIM II pada tahun yang akan datang diprediksi tidak signifikan yang disebabkan oleh :
a. Sebagian aktiva perusahaan tidak produktif sehingga menambah beban perusahaan.
b. Tingkat pengembalian modal belum mendukung pertumbuhan laba perusahaan.
3. Rasio keuangan dalam perusahaan merupakan acuan terhadap peningkatan prestasi kerja perusahaan agar pertumbuhan laba dapat optimal, supaya perusahaan dapat menggunakan strategi yang lebih tepat untuk mengatasi yang dihadapi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dibuat diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Perusahaan perlu mengupayakan agar dapat terus meningkatkan modal, untuk mengembangkan perusahaan.
2. Perlu kiranya dilakukan pemeriksaan kembali terhadap aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan sehingga tidak ada yang menjadi beban bagi perusahaan. 3. Perusahaan perlu terus melakukan ekspansi dalam hal meningkatkan laba