• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAMPINGAN ANAK MELALUI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (PKSA) DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAMPINGAN ANAK MELALUI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (PKSA) DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAMPINGAN ANAK MELALUI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (PKSA) DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

ARTIKEL JURNAL

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Ade Dwi Prasetya NIM 10102244023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

Pendampingan Anak Melalui Progam...(Ade Dwi Prasetya) 1

PENDAMPINGAN ANAK MELALUI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

MENTORINGCHILDREN THROUGH SOCIAL WELFARE PROGRAMS CHILDREN (PKSA) AT HOME ARE IN TRANSIT AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

Oleh: Ade Dwi Prasetya, pendidikan luar sekolah adedwiprasetya25@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan : (1) pendampingan anak melalui Pogram Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di rumah singgah ahmad dahlan dan (2) faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan pendampingan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di rumah singgah ahmad dahlan.

Penelitian ini merukapan penelitian diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek dari penelitian ini adalah pendamping, pengelola Rumah Singgah dan anak dampingan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan. Trianggulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan sumber dan metode.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam pendampingan program kesejahteraan sosial anak (PKSA) ada dua tahap, (1) proses awal pendampingan PKSA meliputi penjangkauan anak dan sosialisasi PKSA; (2) pelaksanaan pendampingan PKSA meliputi pendampingan pemenuhan kebutuhan identitas, pendampingan pemenuhan kebutuhan fisik, pendampingan pemenuhan kebutuhan emosional, pendampingan pemenuhan kebutuhan sosial serta home visit sebagai tahap akhir dalam pendampingan. (3) Faktor pendukung dalam pendampingan PKSA yaitu : (a) keinginan anak untuk di dampingi dalam pemanfaatan dana PKSA, (b) keakrapan antara pendamping dengan anak menjadikan pendukung proses berlangsungnya pendampingan karena anak dampingan akan merasa nyaman selama proses pendampingan berlangsung, sedangkan faktor penghambatnya yaitu: (a) jarak yg jauh antara si anak dengan tempat pendampingan yang menjadikan mereka malas untuk mengikuti pendampingan, (b) sebagian anak dalam pemanfaatan bantuan PKSA tidak sebagai mestinya (c) sebagian orang tua yang salah dalam memanfaatkan dana PKSA, dana dipakai untuk keperluan orang tua bukan untuk keperluan anak.

Kata kunci : Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), Anak Jalanan, Pendampingan di Rumah Singgah

Abstract

This research aims to describe about: (1) Child Guidance using Children Social Welfare Program (PKSA) in Ahmad Dahlan Halfway House and (2) supporting factors also inhibiting factors in the implementation of Children Social Welfare Program (PKSA) in Ahmad Dahlan Halfway House.

Researcher using descriptive qualitative approach for this research. The subjects of this research are counselors, caretakers, and children who live in Ahmad Dahlan Halfway House. Researcher collected the data using observation, depth interview, and documentation methods. The researcher himself is the main instrument of this research which helped by observation guide, interview guide, and documentation guide. Display data, data reduction, and conclusion are the technique in data analysis. Source and method triangulation were used for validating the data.

The result of this study showed that in children’s social welfare program mentoring (PKSA) there are two stage, (1) the initial process of mentoring children and outreachinclude PKSA socialization

(4)

stage in the accompaniment. (3) The supporting factor in mentoring PKSA, namely: (a) the child’s desire to use in the utilization of funds, (b) PKSA familiar between children with companion make the proces of mentoring advocates because the child will feel confortable during proces of mentoring taking place, while inhibiting factors, namely: (a) the distance between the child wrote with mentoring that make them lazy to follow mentoring, (b) some children in the utilization of should PKSA help not as, (c) most parent go wrong in utilizing funds PKSA fund used for the purpose of the elderly is not for children.

Key Word : Children Social Welfare Program (PKSA), street children, mentoring in Halfway House.

PENDAHULUAN

Angka anak jalaan di Indonesia cukup tinggi pada tahun 2008 Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa anak jalanan Indonesia berjumlah 154.861 jiwa. Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA, 2007), hampir separuhnya, yakni 75.000 anak jalanan berada di Jakarta. Sisanya tersebar ke kota-kota besar lainnya seperti Medan, Palembang, Batam, Serang, Bandung, Jogja, Surabaya, Malang, Semarang dan Makassar.

Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang mempunyai jumlah anak jalana cukup tinggi. Dinas Sosial Yogyakarta mencatat pada tahun 2013 anak jalanan di Yogyakarta berjumlah 212 anak dan itu tersebar di 5 kabupaten yang ada di Yogyakarta. Dari kelima Kabupaten tersebut Bantul merupakan Kabupaten yang terbesar dengan 62 (29,25) anak jalanan, Gunungkidul 57 (26,89%), Yogyakarta 57 (26,89%), Sleman 19 (8,95%) dan Kulon Progo 17 (8,02%) (Dinsso Yogyakarta: 2013).

Menurut Direktorat Kesejahteraan Sosial (2011: 9) anak jalanan adalah Anak Anak jalanan adalah anak–anak dengan usia dini yang melakukan hampir semua aktifitas mereka di jalan. Mulai dari makan, bekerja, tidur, atau hanya sekedar mencari uang dijalan. Pengertian lainya anak jalanan adalah anak yang hidup dijalanan, terlepas mereka bekerja atau hanya bermain-main sehingga merampas hak yang sesungguhnya ( Muhsin Kalida 2005 : 8). Beberapa faktor yang menyebabkan mereka turun ke jalan dan memutuskan untuk menjadi anak jalanan, mulai dari masalah ekonomi membantu orang tua mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, lari dari rumah karena ada masalah dengan keluarganya atau hanya sekedar menambah uang jajan mereka. Menurut Depertemen RI dalam Yuniar Pusparini (2012: 18) mengatakan bahwa rumah singgah boleh menentukan sendiri kategori anak jalanan yang didampingi. Secara umum kategori anak jalanan sebagai berikut: 1. Anak jalanan yang hidup di jalanan, 2. Anak jalanan yang

(5)

Pendampingan Anak Melalui Progam...(Ade Dwi Prasetya) 3

bekerja di jalanan , 3. Anak yang rentan menjadi anak jalanan.

Anak rentan jalanan adalah anak-anak yang masih tinggal dengan orang tuanya karena mereka dijalan hanya melakukan pekerjaan untuk membantu perekonomian keluarganya dengan waktu yg relatif singkat antara 4-6 jam dalam sehari. Kehadiran anak jalanan dianggap oleh masyarakat umum sebagai pengganggu ketertiban, membuat kota menjadi kotor, sebagai orang yang sering melakukan tindakan kriminalitas dan sebagainya. Anak jalanan melakukan sebagian besar aktifitas mereka di jalan mulai dari mereka tidur, bekerja, makan, sampai tidur lagi. Tempat–tempat dimana terdapat anak jalanan seperti di emperan toko untuk mereka tidur, di perempatan lampu merah mereka mencari uang dari pengendara motor yang merasa kasihan, mengamen, mengais, menyemir sepatu, menjadi kuli pasar, parkir mobil, ojek payung.

Berdasarkan data BPS tahun 2009, tercatat sebanyak 7,4 juta anak berasal dari Rumah Tangga Sangat Miskin, termasuk diantaranya 1,2 juta anak balita terlantar, 3,2 juta anak terlantar, 230.000 anak jalanan, 5.952 anak yang berhadapan dengan hukum dan ribuan anak-anak yang sampai saat ini hak-hak dasarnya masih belum terpenuhi (BPS Indonesia : 2009).

Beberapa hak–hak anak jalanan yang harus mereka miliki antara lain, pendidikan, makan, kesehatan, tempat tinggal yang layak. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah

melalui Departemen Sosial RI mempunyai program mendirikan rumah singgah di kota– kota besar di Indonesia yang bertujuan untuk menampung anak–anak jalanan dan memberikan mereka hak–hak yang seharusnya mereka dapatkan. Selama di Rumah Singgah mereka akan memperoleh sebagian hak mereka mulai dari pendidikan, tempat yang layak, makanan yang layak, yang sebelumnya belum pernah mereka dapatkan.

Untuk mewujudkan hal tersebut harus ada kerja sama antar semua kalangan agar terwujudnya harapan tersebut. Salah satu upaya tersebut sudah dilakukan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Jl. Sidobali, UH II / 396, Muja Muju, Umbulharjo, Yogyakarta. Rumah singgah ahmad dahlan menjadi tempat singgah anak jalanan setelah mereka bekerja atau anak jalanan dari kota lain yang sengaja tidur di Rumah Singgah walau hanya semalam. Kebanyakan yang datang ke Rumah Singgah hanya singgah saja sementara dan selanjutnya mereka memilih untuk pergi dan tidak menutup kemungkinan singgah di rumah singgah yang lainya.

Salah satu upaya yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan adalah menjadi tempat penyalur dana program PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) dari Dinsos untuk anak jalanan yang menjadi binaanya. Pemilihan tempat sebagai penyalur dana program PKSA oleh Dinsos itu juga tidak asal karena Rumah Singgah Ahmad Dahlan dirasa mampu melakukan penyaluran serta pendampingan kepada anak jalanan

(6)

pemanfaatan yang benar oleh anak jalanan. PKSA terbentuk atas Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang program pembangunan yang berkeadilan, ditetapkan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sebagai program prioritas Nasional, meliputi semua permasalahan anak. Pelaksanaan PKSA akan dilaksanakan secara bertahap melalui mekanisme desentralisasi dengan tujuan setiap Pemda dapat mengelola PKSA secara mandiri. Hal itu sangat positif dengan harapan, penerima bantuan berusaha merubah sikap dan berperilaku ke arah yang lebih baik. Bagi anak jalanan melalui PKSA diharapkan tidak ada lagi anak kembali ke jalan. Melainkan kembali ke keluarga, ke sekolah dan mendapatkan akses pelayanan sosial (Makmur Sunusi, 2012). PKSA tidak hanya untuk anak jalanan saja melainkan juga untuk anak-anak terlantar, balita terlantar, anak rentan jalanan.

Tahun 2009 PKSA mulai diujicobakan menangani masalah anak jalanan di lima wilayah yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, Sulawesi Selatan, Yogyakarta (kemensos : 2011). Dari implementasi awal tersebut tahun 2010 PKSA mulai dikembangkan jangkaun wilayahnya serta PKSA dikembangkan dengan perspektif jangka panjang serta menegaskan komitmen Kemensos untuk merespon tantangan dan mewujudkan kesejahteraan sosial anak berbasis hak. Maka dari itu perlu adanya pendampingan kepada anak jalan yang menerima bantuan PKSA sehingga dapat

melindungi dan mencegah mereka turun kejalan.

Pendampingan merupakan suatau aktivitas yang bermakna pembinaa, pengajaran, pengarahan yang lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan dan mengontrol (Rokhmah, 2012 : 5). Pembinaan dilakukan oleh para pekerja sosial dalam hal ini pendamping untuk membinaa anak dampinganya dan memberikan arahan kepadanya untuk menggunakan dana bantuan PKSA secara tepat sesuai dengan harapan. Pendampingan anak jalanan merupakan usaha yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, atau lembaga yang memiliki kopetensi dibidangnya yang bertujuan untuk menggali lebih potensi mereka, memberikan arahan dan solusi kepada mereka tentang permasalahan mereka sehingga dapat memabntu mereka terlepas dari kegiatan mereka di jalan.

Rumah Singgah Ahmad Dahlan membantu memberikan pendampingan kepada anak yang menerima bantuan PKSA mulai dari proses awal menentukan anak-anak yang berhak menerima bantuan PKSA, sosialisasi, sampai dengan memberikan dampingan pemenuhan kebutuhan hak dasar mereka dengan bantuan PKSA tersebut. kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimaksud pertama kebutuhan identitas, kebutuhan ini sangat diperlukan oleh anak-anak khususnya aak rentan jalanan karena mereka akan mendapatkan pengakuan di masyarakat dan mendapatkan kehormatan di lingkungan

(7)

Pendampingan Anak Melalui Progam...(Ade Dwi Prasetya) 5

mereka. Kedua kebutuhan fisik, kebutuhan fisik sangat diperlukan anak khusunya anak jalanan seperti makan, sandang, papan sehingga memberikan rasa aman kepada mereka. Ketiga kebutuhan emosional, ada beberapa kebutuhan dasar anak seperti dicintai, dihargai, merasa aman, merasa kompeten dan mengoptimalkan potensinya. Keempat kebutuhan sosial merupakan kebutuhan merasa memiliki, berinterkasi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang dipergunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkap sebab dan proses terjadinya di lapangan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan yang akan dibahas tidak berkenaan dengan angka-angka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan bagaimana pembinaan anak jalanan melalui program PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, jl. Sidodadi UH II No. 369 Yogyakarta dan dilakukan pada bulan September – Desember 2014.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengelola, pendamping, dan anak yang menerima bantuan PKSA, maksud dari pemilihan subyek ini yaitu untuk memngumpulkan data proses pendampingan mulai dari proses awal pendampingan, proses pendampingan pemenuhan kebutuhan dan proses akhir/dampak yag dirasakan setelah diberikan pendampingan.

Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Didalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sehingga teknik pengumpulan datanya menggunakan

observasi, wawancara, dan

dokumentasi.instrumen pengumpulan data adalah alat banty yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kaitanya dalam pengumpulan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsimi Arikunto, 2003 : 134). Dalam penelitian ini instrumen utamanya adalah penulis sendiri dibantu dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman terstruktur yang dibuat sendiri oleh peneliti dibantu dosen pembimbing.

Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada saat semua data telah selesai dikumpulkan melalui pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dari berbagai sumber, dari wawancara dengan responden, dokumentasi, dan observasi kemudian akan diintepretasikan secara deskriptif kualitatif. Teknik penanalisisan data yang digunakan

(8)

Data, 2) Display Data dan , 3) Penarikan Kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendampingan Anak Melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Proses Awal Pendampingan PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Dalam proses ini ada dua tahapan yang dilakukan yang pertama, dilakukan penjangkaun. Penjangkaun adalah program yang dilakukan oleh pekerja sosial (pendamping) mengunjungi tempat-tempat seperti pertigaan, perempatan, stasiun, pasar, dan pusat-pusat pertokoan (Muhsin Khalida, 2005 : 95 ). Penjangkaun dilakukan kepada anak yang akan menerima bantuan PKSA yang dilakukan oleh para pendampingan yang sesuai dengan kriteria penerima bantuan PKSA. Kedua sosialisasi program yang dilakukan oleh para pendamping PKSA kepada anak dampingan serta orang tua wali untuk menjelaskan kegunaan bantuan PKSA dan bagaimana cara pemanfaatanya.

Pelaksanaan Pendampingan PKSA

Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan yang lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan dan mengontrol (Rokhmah, 2012 : 5 ). Dalam hal ini para pendamping melakukan pendampingan kepada anak yang menerima bantuan PKSA guna mengarahkan mereka untuk menggunakan bantuan PKSA sesuai dengan

kebutuhan dasar mereka. Kebutuhan Identitas

kebutuhan identitas anak-anak diajarkan untuk membuat identitas seperti KTP. Akte kelahiran sehingga mereka akan mendapat pengakuan dimasyarakat dan kehormatan. Anak juga diajarkan bagaimana cara membuat sehingga mereka mengetahui dan paham akan prosedur pembuatan akte maupun alat identitas yang lainya.

Kebutuhan Fisik

Pendamping akan selalu mengarahkan kepada anak-anak untuk memanfaatkan dana bantuan mereka untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. kebutuhan fisik seperti memiliki baju-baju yang layak, makan yang bergizi dan tempat tinggal yang nyaman untuknya. Kebutuhan Emosional

kebutuhan emosional adalah seperti kebutuhan rasa dicintai, dihargai, merasa kompeten, percaya diri sehingga mereka akan merasa percaya diri dan yakin dalam bermasyarakat. Dengan cara salah satunya memberikan pelatihan kepada anak guna mengembangkan potensi yang dimiliki mereka sehingga mereka dapat memanfaatkanya untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak kedepamya. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan berinteraksi, kebutuhan diterima dikelompok masyarakat. Rumah Singgah Melakukanya dengan cara ikut melibatkan anak-anak dalam kegiatan bermsyarakat

(9)

Pendampingan Anak Melalui Progam...(Ade Dwi Prasetya) 7

seperti kerja bakti di masyarakat sekitar rumah singgah.

Home Visit

Kemudian dalam pengakhiran program pendampingan PKSA dilakukanya Home visit yaitu tahap dimana pendamping mengunjungi rumah ataupun tempat yang menjadi domisili anak untuk melihat apakah ada perkembangan dari mereka setelah mereka menerima bantuan dan diberikan pendampingan selama menerima bantuna PKSA.

Faktor-faktor pendukung

Faktor-faktor tersebut sangatlah berpengaruh dalam proses pendampingan berlangsung. Faktor pendukungnya adalah : (a) keakraban para pendamping dan anak mendukung berlangsungnya pendampingan karena si anak akan merasa nyaman selama proses pendampingan berlangsung, (b) keinginan anak untuk di dampingi dalam pemanfaatan dana PKSA, dan (c) semangat yang tinggi dari para pengelola dan pendamping anak.

Faktor-faktor penghambat

Faktor penghambatnya, (a) sebagian anak dalam pemanfaatan bantuan PKSA tidak sebagai mestinya, (b) sebagian orang tua yang salah dalam memanfaatkan dana PKSA, dana dipakai untuk keperluan orang tua bukan untuk keperluan anak. (c) jarak yang jauh antara mereka (anak) dengan Rumah Singgah terkadang membuatnya malas untuk mengikuti pendampingan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: ada dua tahapan pendampingan yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan, yaitu : (1) proses awal pendampingan, meliputi : penjangkauan, dan sosialisasi PKSA. (2) proses pelaksanaan pendampingan PKSA, meliputi : pendampingan pemenuhan kebutuhan identitas, pendampingan pemenuhan kebutuhan fisik, pendampingan pemenuhan kebutuhan emosional, pendampingan pemenuhan kebutuhan sosial. Rumah Singgah Ahmad Dahlan melakukan pendampingan tersebut dengan tujuan anak dapat memanfaatkanya sesuai harapan diberikanya bantuan PKSA untuk memenuhi kebutuhan dasar anak. Rumah singgah juga memberikan beberapa keterampilan terhadap anak sehingga anak dapat memiliki keterampilan baru atau bahkan mengembangkan potensinya untuk dapat dimanfaatkan mencari uan di jalanan.

SARAN

Setelah peneliti melakukan penelitian tentang pendampingan anak melalui progam kesejahteraan sosial anak, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Disarankan pada pengurus Rumah Singgah Ahmad Dahlan untuk melakukan pengontrolan dana bantuan PKSA yang lebih intensif kepada anak

(10)

dengan mestinya.

2. Seyogyanya para pendamping dapat memberikan arahan khusus kepada orang tua wali tentang pemanfaatan dana PKSA agar tidak salah dalam pemanfaatanya dan bila terjadi penyalahgunaan segera dapat memberikan teguran.

3. Pendampingan seyogyanya tidaklah harus selalu dilakukan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, tetapi bisa dengan mengunjungi tempat-tempat dimana anak beraktifitas agar dapat menjangkau anak yang enggan ke Rumah Singgah.

DAFTAR PUSTAKA

Muhsin Kalida. (2005). Sahabatku Anak Jalanan. Yogyakarta : Alief Press. Maya Sofia Rokhmah. (2012). pelaksanaan

pendampingan bagi anak korban kekerasan di lembaga perlindungan anak (LPA) daerah istimewa Yogyakarta (DIY). Jurnal Elektornik Mahasiswa PLS. Vol II No. 3. Hlm. 5.

Suharsimi Arikunto. 2003. Managemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Yuniar Puspareni. (2012) . Impian Anak Jalanan

(Studi Eksplorasi Tentang Orientasi Masa

http://www.pksa-kemensos.com/tentang-pksa/ di akses pada tanggal 5-3-14 jam 13:09 http://www.pksa-kemensos.com/wp-content/uploads/2011/01/Keputusa n_Menteri_No._15_Ttg__Panduan _Umum_PKSA.pdf tanggal 13 maret 2014 jam 13 : 52

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian infus daun sukun selama 7 hari berturut-turut dengan dosis 3 (54 g/kgBB) terlihat mampu melindungi hati akibat paparan karbon tetraklorida karena kadar peroksida lipid

Dari hasil analisis statistik dengan uji Chi Square antara masa kerja dengan temuan retikulosit darah, hubungan masa kerja dengan hemoglobin darah, dan hubungan masa

Menurut sintesis dari BAB II mengenai kajian teori, telah dijelaskan bahwa pola asuh orang tua merupakan segala perlakuan yang diberikan orang tua dalam

Jika nasabah merasa gugup saat ditanya tujuannya ke bank , bagian loan service diharuskan menanyakan dengan pelan disertai senyuman yang ramah kepada nasabah ,hal ini

Manjusri, yang sudah mencerahkan sang putri, mengakui pencapaian Kesadaran Buddha dari Putri Raja Naga, akan tetapi bagi orang lain yang berkumpul di sana, adalah suatu

tasi mandibula searah jarum jam menyebabkan perubahan sudut bidang mandibula dan posisi anteroposterior titik pogonion 22. Perawatan maloklusi kelas III dengan teknik

Pongkapadang kepada Londo Lura dengan

Juragan Somad marah mengetahui si Kabayan tidak di rumah, tetapi sedikit terhibur mendengar keterangan Nyi Iteung, istri Kabayan yang mengatakan bahwa suaminya untuk sementara