• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) 1. Pengertian

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara berurutan (Muttaqin, 2008).

Pengertian ISPAdalam Kamus Kesehatan (2013) adalah infeksi yang terjadi pada saluran pernafasan bagian atas yang meliputi mulut, hidung, tenggorokan, laring (kotak suara) dan trakea (batang tenggorokan). ISPA paling umum adalah pilek.

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003).

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernafasan maka

(2)

dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian

mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak

menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernafasan (Depkes RI, 2008).

Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut seperti dalam penjelasan berikut:

a. Infeksi adalah masuknya bibit kiman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernapasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru), dan organ adneksa saluran pernapasan.

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI, 2000)

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang berlangsung kurang labih 14 hari yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru.

(3)

2. Penyebab

Menurut Noor (2008), terjadinya infeksi saluran pernafasan akut pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Faktor agent atau disebut pula faktor penyebab penyakit dimana faktor ini yang menyebabkan adanya penyakit.

b. Faktor host dalam hal ini manusia sebagai objek dari penyakit c. Faktor lingkungan dimana lingkungan sebagai medianya.

Sedangkan menurut Rahajoe (2008) faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya ISPA adalah dari segi faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal, yaitu sebagai berikut:

a. Lingkungan internal a) Penyediaan air bersih b) Pencahayaan

c) Kebersihan lingkungan

d) Jenis lantai yang digunakan misalnya keramik ataukah masih tanah karena untuk mempermudah dalam membersihkan debunya.

e) Kepadatan hunian

f) Ada tidaknya kamar mandi dalam suatu rumah tangga g) Jamban

(4)

b. Lingkungan eksternal

a) Saluran pembuangan air limbah b) Pembuangan sampah

c) Kebisingan

d) Pekarangan yang banyak ditanamin tumbuhan hijau, yang dapat menyerap CO2 dan menggantinya dengan O2 sehingga keluarga lebih segar dalam menghirupnya.

e) Jarak kandang ternak dengan rumah

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus

Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).

Yusnabeti (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsentrasi partikel debu, suhu ruang kerja, masa kerja, pemakaian alat pelindung diri, kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA.Budiono (2007) menambahkan dalam penelitianya yaitu faktor yang memiliki hubungan dengan gangguan fungsi paru, yaitu pekerja tidak selalu menggunakan masker, paparan partikel terhisap ≥ 3 mg/m3, dan masa kerja ≥ 10 tahun.

(5)

Menurut Gold et all. (2005) juga menyatakan bahwa kebiasaan merokok pada pekerja yang terpapar oleh debu memperbesar kemungkinan untuk terjadinya gangguan fungsi paru.

Pekerja yang aktivitas pekerjaannya banyak terpapar oleh partikel debu memerlukan alat pelindung diri berupa masker untuk mereduksi jumlah partikel yang kemungkinan dapat terhirup. Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan. Masker dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu agar risiko paparan debu yang dapat terinhalasi ke paru-paru sehingga terjadi pengendapan partikel dan akhirnya mengurangi nilai KVP dapat diminimalisir (Carlisle,et.

all., 2000).

3. Klasifikasi ISPA

Menurut Depkes RI tahun (2008), klasifikasi dari ISPA adalah sebagai berikut :

a. Ringan (bukan pneumonia)

Batuk tanpa pernafasan cepat / kurang dari 40 kali / menit, hidung tersumbat / berair, tenggorokan merah, telinga berair.

b. Sedang (pneumonia sedang)

Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan (adentis

(6)

c. Berat (pneumonia berat)

Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di taring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, sianosis dan adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.

4. Tanda dan Gejala

Penyakit ISPA adalah penyakit yang timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Bakteri dan virus penyebab ISPA di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan, yaitu tenggorokan dan hidung. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Akhirnya terjadi peradangan yang disertai demam, pembengkakan pada jaringan tertentu hingga berwarna kemerahan, rasa nyeri dan gangguan fungsi karena bakteri dan virus di daerah tersebut maka kemungkinan peradangan menjadi parah semakin besar dan cepat. Infeksi dapat menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan sesak atau pernafasan terhambat, oksigen yang dihirup berkurang. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis,

(7)

infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (Halim, 2000).

Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian (Nelson, 2003).

B. ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD) 1. Pengertian

Alat pelindung diri untuk pekerja adalah alat pelindung untuk pekerja agar aman dari bahaya atau kecelakaan akibat melakukan suatu pekerjaannya. Alat pelindung diri untuk pekerja di Indonesia sangat banyak sekali permasalahannya dan masih dirasakan banyak kekurangannya (Husaeri, 2003).

APD yang baik adalah APD yang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan bagi pekerja (Safety and acceptation), apabila pekerja memakai APD yang tidak nyaman dan tidak bermanfaat maka pekerja enggan memakai, hanya berpura-pura sebagai syarat agar masih diperbolehkan untuk bekerja atau menghindari sanksi perusahaan (Khumaidah, 2009).

Adipatra(2013) dalam penelitianya menyatakan bahwa Pekerja yang mengalami kapasitas paru tidak normal menurut penggunaan masker dengan persentase tertinggi adalah pada pekerja yang tidak

(8)

memakai masker pada saat bekerja sebesar 59.1% (13 orang). Penggunaan masker dengan persentase terendah adalah pada pekerja yang memakai masker pada saat bekerja yaitu sebesar 40% (4 orang).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusnabeti(2010) menyatakan bahwa dari 43 pekerja mebel yang mengalami ISPA, hampir semua pekerja tidak menggunakan alat perlindungan diri, seperti masker atau penutup hidung yang lain. Hasil pengamatan dan wawancara, penggunaan masker selama kerja dapat mengganggu kenyamanan pekerja. Pekerja di lokasi penelitian hanya menggunakan masker jika kayu yang diolah berupa kayu kering oven karena debu dari kayu tersebut lebih tajam mempengaruhi mata dan pernapasan.

2. Jenis APD

Menurut Budiono (2002), APD yang tepat bagi tenaga kerja yang berada pada lingkungan kerja dengan paparan debu berkonsentrasi tinggi adalah:

1. Masker

Masker untuk melindungi dari debu atau partikel-partikel yang lebih kasar yang masuk ke dalam saluran pernafasan. Masker terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.

2. Respirator

Respirator berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap, logam, asap dan gas. Alat ini dibedakan menjadi :

(9)

a. Respirator pemurni udara

Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan dengan toksisitas rendah sebelum memasuki sistem pernafasan. Alat pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap debu dari udara atau tabung kimia yang menyerap gas, uap dan kabut.

b. Respirator penyalur udara

Membersihkan aliran udara yang terkontaminasi secara terus menerus. Udara dapat dipompa dari sumber yang jauh (dihubungkan dengan selang tahan tekanan) atau dari persediaan yang portable (seperti tabung yang berisi udara bersih atau oksigen). Jenis ini biasa dikenal dengan SCBA (Self

Contained Breathing Apparatus) atau alat pernafasan mandiri.

Digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas beracun atau kekurangan oksigen.

Pemakaian masker oleh pekerja pembuat batu bata yang udaranya banyak mengandung asap dan debu, merupakan upaya mengurangi masuknya partikel debu ke dalam saluran pernafasan. Dengan mengenakan masker, diharapkan pembuat batu bata melindungi dari kemungkinan terjadinya gangguan pernafasan akibat terpapar udara yang kadar debunya tinggi.

Menurut Ernawati (2008) perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan

(10)

kerja adalah sangat diutamakan. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan: enak dipakai, tidak mengganggu kerja, memberi perlindungan yang efektif terhadap jenis bahaya. Jenis alat proteksi diri, antara lain :

a. Untuk kepala, pengikat dan penutup rambut, topi dari berbagai bahan.

b. Untuk mata, kaca mata dari berbagai bahan. c. Untuk muka, perisai muka.

d. Untuk tangan dan jari, sarung tangan, bidal jari, e. Untuk kaki, sepatu dan sendal,

f. Untuk alat pernapasan, respirator atau master khusus, g. Untuk telinga, sumbat telinga atau tutup telinga,

h. Untuk tubuh, pakaian kerja yang memenuhi persyaratan sesuaikandengan jenis pekerjaan.

3. Kriteria APD

Menurut Budiono (2002), cara-cara pemilihan APD harus dilakukan secara hati-hati dan memenuhi beberapa kriteria yang diperlukan antara lain:

1. APD harus memberikan perlindungan yang baik terhadap bahaya-bahaya yang dihadapi tenaga kerja.

(11)

3. APD tidak menimbulkan bahaya tambahan yang lain bagi pemakaiannya yang dikarenakan bentuk atau bahannya yang tidak tepat atau salah penggunaan

4. APD harus tahan untuk jangka pemakaian yang cukup lama dan bersifat fleksibel.

C. KEBIASAAN MEROKOK 1. Pengertian kebiasan merokok

Menurut Sumadi (2001) kebiasaan adalah respon yang berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau sejenis.Merokok adalah sebuah kebiasaan orang dewasa yang berdampak buruk bagi tubuh si pengkonsumsinya.Sari (2003) menjelaskan bahwa kebiasan merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.

Kesehatan yang kian mengkuatirkan di Indonesia adalah semakin banyaknya jumlah perokok yang berarti semakin banyak penderita gangguan kesehatan akibat merokok ataupun menghirup asap rokok yang umumnya adalah perempuan dan anak-anak. Hal ini tidak bisa dianggap sepele karena beberapa penelitian memperlihatkan bahwa justru perokok pasiflah yang mengalami risiko lebih besar daripada perokok sesungguhnya (Dachroni, 2003).

Menurut Purwadarminta (2005) mendefinisikan perilaku merokok sebagai aktifitas menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut dengan nipah atau kertas.

(12)

Asap rokok yang diisap oleh perokok adalah asap mainstream sedangkan asap dari ujung rokok yang terbakar dinamakan asap

sidestream. Polusi udara yang diakibatkan oleh asap sidestream dan

asap mainstream yang sudah terekstrasi dinamakan asap tangan kedua atau asap tembakau lingkungan. Mereka yang menghisap asap inilah yang dinamakan perokok pasif atau perokok terpaksa (Adningsih, 2003).

Adipatra(2013) dalam penelitianya menyatakan bahwa pekerja yang mengalami kapasitas paru tidak normal menurut kebiasaan merokok dengan persentase tertinggi adalah pada pekerja dengan kategori perokok sebesar 59.3% (16 orang). Kebiasaan merokok dengan persentase terendah adalah pada pekerja dengan kategori bukan perokok sebesar 20% (1 orang).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan kebiasan merokok adalah aktifitas mengisap rokok yang berulang-ulang dilakukan oleh seseorang pembuat batu bata.

2. Tipe perokok

Sivan Thomas dalam Mu’tadin (2002) mengungkapkan ada empat tipe perilaku merokok:

a. Perilaku merokok yang di pengaruhi oleh perasaan positf.

Dengan merokok seorang merasakan penambahan rasa yang positif, ada tiga sub tipe:

(13)

1) Perilaku merokok hanya untuk menambah kenikmatan yang sudah di dapat,misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

2) Perilaku merokok hanya di lakukan sekedar untuk menyenangkan perasaan.

3) Kenikmatan yang di peroleh dengan memegang rokok. Hal ini sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau. Sedangkan untuk menghisapnya hanya di perlukan waktu beberap menit saja.

b. Perilaku merokok yang dapat dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif.

c. Perilaku merokokyang adiktif.

Perokok yang sudah ketagihaan akan menambah dosis rokok yang di gunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

Mereka menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaan mereka tetapi karena merokok sudah menjadi kebiasaan rutin.

(14)

3. Zat berbahaya yang terkandung dalam rokok

Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok, yaitu:

a. Nikotin

Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan. Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga didalam tembakau yang tidak dibakar. Nikotin diserap melalui paru-paru dan kecepatan absorpsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan diedarkan keseluruh bagian otak, kemudian menurun secara cepat, setelah beredar keseluruh bagian tubuh dalam waktu 15-20 menit pada waktu penghisapan terakhir (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007). b. Tar

Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok,tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkankanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker.Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok dan bahan organik lain yang terbakar (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).

(15)

c. Karbon monoksida (CO)

Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang tidak berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. Kandungannya di dalam asap rokok 2-6%. Karbon monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2) dengan hemoglobin (Hb) membuat darah tidak 18mampu mengikat oksigen (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).

4. Intensitas merokok

Menurut Smet (dalam Kemala, 2007) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah:

a. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.

b. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari. c. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. 5. Bahaya merokok

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Luciana (2010) menyatakan bahwa risiko terjadinya ISPA pada pekerja mebel yang merokok di daerah penelitian jumlahnya lebih besar yaitu sebanyak 42 (47,7%). Hasil statistik juga menunjukkan hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan ISPA dan hubungan

(16)

masa merokok dengan kejadian ISPA. Rokok meningkatkan kelainan paru. Asap rokok menyebabkan iritansi persisten pada saluran pernapasan, perubahan struktur jaringan paru-paru. Perubahan anatomi saluran pernapasan akan timbul perubahan fungsi paru-paru. Hal ini menjadi dasar terjadinya obstruksi paru menahun.

Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah akan memperbesar risiko anggota keluarga menderita sakit, seperti gangguan pernapasan, memperburuk asma dan memperberat penyakit

anginapectoris serta dapat meningkatkan resiko untuk mendapat

serangan ISPA khususnya pada balita. Anak-anak yang orang tuanya perokok lebih mudah terkena penyakit saluran pernapasan seperti flu,

asma pneumonia dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Gas

berbahaya dalam asap rokok merangsang pembentukan lendir, debu dan bakteri yang tertumpuk tidak dapat dikeluarkan, menyebabkan

bronchitis kronis, lumpuhnya serat elastin di jaringan paru

mengakibatkan daya pompa paru berkurang, udara tertahan di paru-paru dan mengakibatkan pecahnya kantong udara (Dachroni, 2002).

Salah satu hal yang paling penting untuk di kontrol pada orang dengangangguan fungsi paru adalah kebiasaan merokok. Penggunaan tembakau olehpekerja dan populasi umum menunjukkan kecenderungan peningkatan diseluruh dunia. Dari tahun 1920-1966 konsumsi tembakau dalam berbagaibentuk terus meningkat di tempat kerja, dengan kandungan bahan kimia yangefek biologinya belum

(17)

banyak diteiliti. Rokok mengandung sejumlah besarbahan berbahaya, yaitu kurang lebih sebanyak 4000 bahan yang telahdiidentifikasi (Mhase, 2003).

D. MASA KERJA

Menurut Morgan dan Parkes waktu yang dibutuhkan seseorang yangterpapar oleh debu untuk terjadinya gangguan fungsi paru kurang lebih 10tahun(Faidawati, 2003). Beberapa bahan dalam cat yang dapat menyebabkan penyakit paruseperti kanker paru antara lain yaitu timah, chromium, molybdenum,asbestos, arsenic, titanium dan mineral oil (polycyclic aromatic hydrocarbon)merupakan bahan karsinogen. Bahan tersebut dapat terakumulasi dalam tubuh.Pajanan kronik dari bahan karsinogen tersebut membutuhkan waktu lamauntuk dapat menyebabkan kanker. Lama waktu pajanan akan meningkatkan risiko kanker paru. Penelitian Droste et al menunjukkan bahwa molybdenum,khromium dan mineral oil sangat behubungan dengan kanker paru dankejadian kanker paru akan meningkat setelah pajanan lebih dari 20 - 30 tahun (Wahyuningsih, 2003)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusnabeti(2010) menyatakan bahwa pekerja yang bekerja ≥10 tahun lebih berisiko terkena ISPA dibandingkan dengan pekerja yang bekerja <10 tahun.

Data jumlah jam kerja per minggu pada aktivitas pekerja terpapar debudapat digunakan untuk memperkirakan kumulatif paparan yang

(18)

diterima olehseorang pekerja. Timbulnya gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat batu bata dapat sangat tergantung pada lamanya paparan serta dosis paparan yangditerima. Paparan dengan kadar rendah dalam waktu lama tidak segera menunjukkan adanya gangguan fungsi paru. Hubungan antara paparandan efek ini sangat bergantung pada tiga hal yaitu

1. Kadar debu dalam udara.

2. Paparan kumulatif (penjumlahan kadar dalam udara dan lamanyapaparan).

3. Waktu tinggal atau lamanya debu berada dalam paru.

Paparan dengan kadar rendah dalam jangka waktu lama menyebabkanpenyakit yang kurang berat dibandingkan paparan terhadap kadar tinggi dalamwaktu singkat (WHO, 2000).

Adipatra(2013) dalam penelitianya menyatakan bahwa Kapasitas paru tidak normal menurut masa kerja dengan persentase tertinggi adalah pada pekerja dengan masa kerja 5-9 tahun sebesar 77.8% (7 orang). Dan masa kerja dengan persentase terendah adalah pada pekerja dengan masa kerja 1-4 tahun sebesar 42.9% (3 orang).

(19)

E. KERANGKA TEORI

Berdasarkan teori diatas, maka peneliti membuat kerangka teori yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Rahajoe (2008), Luciana (2010) dan Budiono (2007)

Penyebab terjadinya ISPA yaitu:

- Faktor lingkungan internal a. Air bersih

b. Kebersihan lingkungan c. Kebiasaan merokok - Faktor lingkungan eksternal

a. Masa Kerja

b. Alat perlindungan diri (masker)

c. Udara/Debu d. Kebisingan

Kejadian ISPA pada pembuata batu bata

Tanda dan Gejala: - Demam, - Pusing, - Lemas,

- Tidak nafsu makan, - Muntah - Takut cahaya - Gelisah, - Batuk, - Keluar sekret, - Kurang oksigen

(20)

F. KERANGKA KONSEP

Dalam melakukan penelitian ini peneliti membuat kerangka konsep yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

G. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian infeksi saluran pernapasan pada pembuat batu bata di Desa Ledug Kabupaten Banyumas.

b. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan infeksi saluran pernapasan pada pembuat batu bata di Desa Ledug Kabupaten Banyumas.

c. Ada hubungan antara penggunaan alat perlindungan diri dengan infeksi saluran pernapasan pada pembuat batu bata di Desa Ledug Kabupaten Banyumas.

- Masa Kerja - Alat Perlindungan

Diri

- Kebiasaan Merokok

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

dan hutan menjadi mata pencaharian bagi yang berhak. Tanah dalam pengertian status yang ada didalam sertipikat sesuai dengan kelasnya. masing-masing yaitu ada beberapa klasifikasi

Dari dapat kita simpulkan bahwa suatu ideologi terbuka, karena bersifat demokratis, memiliki apa yang mungkin dapat kita sebut sebagai dinamika internal yang

Pada skripsi ini peneliti memberikan judul “ Al-Dh ā m ā n dalam Asuransi Syariah Menurut Wahbah Az-Zuhaili ”, dengan judul tersebut peneliti ingin menjelaskan beberapa hal

Dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah mengeanai pembentukan karakter disiplin siswa melalui keteladanan guru aqidah akhlak kelas VIII

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan model dari Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan,

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran bidang studi Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan (PJOK) Atletik nomor lompat jauh

Menurut Muzzani (1999: 86) jika dilihat dari sudut pandang kekuasaan yang berakibat pada penindasan, maka pengaruh hegemoni dapat dibedakan menjadi dua bagian

Persediaan diterjemahkan dari kata “inventory” yang merupakan timbunan barang (bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir, dll) yang secara sengaja disimpan