• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU (Saccharum

officinarum L.) DI KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL

SEMINAR

USULAN PENELITIAN

Diajukan oleh:

Rosdiana Rachma Ginanjarsari 20110210015

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015

(2)

A. Latar Belakang

Kabupaten Bantul merupakan wilayah dengan potensi pengembangan komoditi tebu di DIY, selain Kabupaten Gunungkidul, Kulonprogo dan Sleman. Menurut data BKPM atau Indonesia Invesment Coordinating Board (2013), lahan tanam tebu di Kabupaten Bantul yang sudah digunakan dalam pengembangan tebu yakni 1.365 hektar dengan potensi produksi tahun 2012 sebesar 7.664 ton. Kecamatan Kasihan dengan luas area 3.238 hektar, dan merupakan 6,39% dari luas Kabupaten Bantul, pada tahun 2012 Kecamatan Kasihan merupakan wilayah dengan penggunaan lahan permukiman terbesar di Kabupaten Bantul dengan luas area 565,19 hektar, kemudian lahan sawah 840,97 hektar, tegalan 107,15 hektar, kebun campuran 1.567,61 hektar dan lain-lain 157,08 hektar. Luas area permukiman yang luas ditandai dengan jumlah penduduk di Kecamatan Kasihan tercatat tahun 2013 sebanyak 114.412 jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Kasihan merupakan jumlah kedua tertinggi setelah Kecamatan Banguntapan. Kemudian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bantul tahun 2008-2012 terus meningkat setiap tahunnya, yakni tahun 2008 sebanyak 888.061 jiwa, tahun 2009 sebanyak 899.312 jiwa, tahun 2010 sebanyak 911.503 jiwa, tahun 2011 sebanyak 921.263 jiwa dan tahun 2012 sebanyak 930.276 jiwa (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah atau BAPPEDA, 2013). Data penggunaan lahan dan pertumbuhan penduduk tersebut dapat digunakan sebagai titik acuan untuk mengkaji kesesuaian lahan tebu di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Hasil evaluasi lahan dapat digunakan sebagai salah satu upaya mengurangi perluasan penggunaan lahan untuk permukiman, kemudian dapat meningkatkan penggunaan lahan sebagai area tanam tebu untuk meningkatkan produksi khususnya di Kecamatan Kasihan, mengingat jika dikaitkan dengan kebutuhan konsumsi gula oleh masyarakat yang cukup tinggi dan masih tergantung pada produk gula impor, seharusnya produksi tanaman tebu dapat ditingkatkan melalui tata niaga yang lebih baik. Permasalahan juga seringkali timbul akibat keterbatasan lahan untuk budidaya tebu harus diintervensi dengan memperhatikan nilai ekonomis dalam pemanfaatan lahan untuk budidaya tanaman lainnya.

Salah satu wilayah yang strategis dalam budidaya tanaman tebu terletak di daerah Kecamatan Kasihan, yang juga merupakan salah satu lokasi pabrik gula. Lokasi yang berada di Kabupaten Bantul dengan Kecamatan Kasihan sebagai wilayah sampel yang akan dianalisis bentuk kesesuaian lahan pertanaman tebunya dapat menjadi bahan rekomendasi perbaikan pengembangan pertanaman tebu. Dengan demikian pengembangan terhadap

(3)

budidaya tanaman tebu dalam bentuk studi kesesuaian lahan di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul perlu dilakukan untuk meningkatkan produktifitas hasil tebu dalam mencukupi kebutuhan konsumsi gula masyarakat Indonesia yang terus meningkat, sementara produksi gula dalam negeri tidak mencukupi, khususnya mengetahui potensi optimal sumber daya lahan di Pulau Jawa dalam pengembangan budidaya tanaman tebu.

B. Perumusan Masalah

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu Provinsi dengan area pertanaman tebu terbesar di Indonesia. Kecamatan Kasihan yang berada di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah dengan area permukiman terbesar dibandingkan Kecamatan lainnya. Kecamatan Kasihan mengalami pemekaran luas area untuk permukiman dibandingkan digunakan untuk area tanam komoditas pertanian seta kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya. Hal tersebut menjadikan Provinsi DIY dengan luas area tanam tebu cukup besar terancam mengalami penyempitan lahan tebu sekaligus mengalami penurunan hasil produksi. Sumberdaya lahan yang memiliki potensi menghasilkan produksi tebu berkualitas mengalami penurunan daya dukung terhadap pertanaman tebu (dari sudut sifat morfologi lahan, sifat kimia tanah dan biologi tanah). Kegagalan lahan untuk berfungsi sebagai medium tumbuh atau turunnya fungsi lahan sebagai lumbung hara dan air terlihat dari menurunnya kualitas nira. Kualitas nira yang baik yakni dengan persentase rendemen sekitar 8-9%. Kualitas nira paling baik yang pernah dicapai dari produksi pertanaman tebu di wilayah Kecamatan Kasihan yang dengan persentase rendemen 7%. Sedangkan beberapa tahun terakhir persentase rendemen hanya mencapai 6 strip 1%, bahkan lebih rendah dari angka tersebut.

Maka dari itu diperlukan upaya untuk mengevaluasi lahan tebu dengan menetapkan karakteristik lahan sebagai dasar penentuan kesesuaian untuk evaluasi lahan untuk pertanaman tebu di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, DIY.

C. Tujuan Penelitian

1. Menetapkan karakteristik lahan bagi pertanaman tebu di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Mengevaluasi tingkat kesesuaian lahan bagi pertanaman tebu di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

2

(4)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karakteristik, memberikan informasi mengenai tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman tebu serta mengetahui bagaimana evalusi terhadap pembatas-pembatas kesesuaian di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sehingga potensi produksi tebu dalam mengatasi kebutuhan konsumsi tebu dalam bentuk gula dapat tercukupi.

E. Batasan Studi

Penelitian akan dilakukan di lingkup Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terdiri dari 4 desa yakni Bangunjiwo, Ngestiharjo, Tamantirto dan Tirtonirmolo sebagai salah satu daerah penyumbang produksi tebu, yaitu daerah dengan penggunaan lahan budidaya komoditi tebu cukup besar. Populasi dalam penelitian ini adalah 4 satuan bentuk lahan sesuai jumlah desa. Dengan 53 jumlah pedukuhan, yaitu:

1. Bangunjiwo terdapat 19 Pedukuhan dengan luas areal pertanaman tebu 27,66 hektar. 2. Tirtonirmolo terdapat 12 Pedukuhan dengan luas areal pertanaman tebu 23,3 hektar. 3. Tamantirto terdapat 10 Pedukuhan dengan luas areal pertanaman tebu 24,4 hektar. 4. Ngestiharjo terdapat 12 Pedukuhan dengan luas areal pertanaman tebu 4,7 hektar.

F. Kerangka Pikir

Gunawan Budiyanto (2014) menyatakan lahan merupakan bentang tanah yang dimanfaatkan dan merupakan modal dasar proses produksi biomassa. Selain sebagai medium tumbuh tanaman, dalam bahasan yang lebih luas, lahan merupakan komponen lingkungan yang dapat menciptakan dan memberikan daya dukung proses kehidupan di permukaan bumi. Dalam hubungannya sebagai medium tumbuh tanaman dan vegetasi pada umumnya, lahan memainkan peran penting dalam daur hara, air, udara dan penjagaan kualitas sistem lingkungan (ekosistem). Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia (Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009, Pasal 1 ayat (1). Berdasarkan pemahaman tersebut, maka sumberdaya lahan adalah hamparan tanah yang merupakan bagian daratan dan faktor fisik yang melingkupinya seperti iklim, relief atau topografi, aspek geologi dan hidrologi yang dapat dimanfaatkan manusia untuk berbagai keperluan. Oleh karenanya jika dimanfaatkan untuk pertanian, sumberdaya lahan masuk dalam kriteria lahan pertanian.

(5)

Tanaman tebu merupakan satu jenis tanaman yang mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan tanaman jenis rumput-rumputan lainnya (Suwanto dan Yuke, 2012). Ciri khas karena kekuatan dan kemewahan inilah yang membuat tanaman tebu memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga banyak petani yang melakukan pembudidayaan tanaman tebu baik secara konvensional maupun secara vegetatif. Tanaman tebu dapat diolah menjadi gula. Tubuh manusia memerlukan asupan gula cukup yang dirombak dalam bentuk energi. Gula merupakan salah satu hasil pertanian bermanfaat sebagai sumber energi yang dibutuhkan oleh manusia untuk melakukan kerja.

Dalam budidaya tebu tentu tidak terlepas dari suatu resiko, seperti penggunaan pupuk berlebih akan mengurangi kualitas tanah dan dalam budidaya tebu akan menyebabkan pencemaran udara, tanah dan limbah cair, untuk mengurangi resiko tersebut maka perlu diadakannya evaluasi kesesuaian lahan terhadap suatu wilayah untuk tanaman tebu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan tanaman tebu di daerah penelitian. Hasil dari evaluasi lahan tersebut akan memberikan suatu alternatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan penggunaannya serta tindakan-tindakan pengelolaan yang diperlukan agar dapat dipergunakan secara lestari sesuai dengan hambatan dan pembatas yang ada.

Kecocokan atau kesesuaian lahan dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, topografi serta ketinggian tempat. Untuk kesesuaian lahan pada kategori sub kelas bagi tanaman tebu harus diketahui syarat tumbuh tanaman terlebih dahulu, persyaratan tersebut terdiri dari temperatur rata-rata tahunan, tekstur tanah, kedalaman perakaran, pH tanah, salinitas serta kemiringan lereng.

Pengamatan dan pengukuran di lapangan serta dilengkapi dengan analisis sampel tanah di laboratorium dilakukan untuk memperoleh data tentang sifat tanah pada setiap satuan lahan. Sehingga dengan data yang diperoleh tersebut maka dapat diketahui karakteristik dan kualitas lahan pada masing-masing satuan lahan.

Untuk suatu penggunaan lahan tertentu maka harus dilakukan pembandingan antara kesesuaian lahan dengan persyaratan tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman yang akan dibudidayakan, dalam penelitian ini tanaman yang akan diteliti adalah tanaman tebu sehingga akan didapatkan kelas kesesuaian lahannya.

4

(6)

Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Kondisi Eksisting Lahan Pertanaman Tebu Analisis Kondisi

Fisiografi Wilayah Analisis Sampel

Tanah

Evaluasi Lahan

Penyajian Hasil dan Rekomendasi

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Persyaratan Tumbuh Pertanaman Tebu

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Wilayah Studi

1. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Penelitian

Kabupaten Bantul secara geografis terletak di bagian Selatan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 07o44’04’’-08o00’27’’ Lintang Selatan dan 110o31’08’’ Bujur Timur, kemudian Kecamatan Kasihan terletak di wilayah dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah Timur : Kecamatan Sewon. b. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta.

c. Sebelah Barat : Kecamatan Sedayu, Kecamatan Gamping dan Kecamatan Pajangan.

d. Sebelah Selatan : Kecamatan Sewon dan Kecamatan Pajangan.

Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Bantul, Sistem Informasi Manajemen Kewilayahan Berbasis Webgis Kabupaten Bantul 2011

Kecamatan Kasihan terdiri dari 4 desa yaitu Bangunjiwo, Ngestiharjo, Tamantirto dan Tirtonirmolo, dengan jumlah dusun 53. Koordinator Kasihan District Figurs 2013 (2013) menyatakan secara geografis Posisi Kantor Desa di Kecamatan Kasihan terletak pada (i) Desa Bangunjiwo: 110˚18’14” Bujur Timur dan 7˚50’22” Lintang Selatan (ii) Desa Tirtonirmolo: 110˚20’43” Bujur Timur dan 7˚49’43” Lintang Selatan (iii) Desa Tamantirto: 110˚19’35” Bujur Timur dan 7˚49’30” Lintang Selatan (iv) Desa Ngestiharjo: 110˚20’47” Bujur Timur dan 7˚48’02” Lintang Selatan. Kecamatan Kasihan terletak pada 110˚20’40” Bujur Timur dan 7˚48’42” Lintang Selatan. Luas kecamatan ini 3.238 hektar, yakni 6,39% dari luas keseluruhan Kabupaten Bantul. Luas masing-masing desa di

(8)

Kecamatan Kasihan yakni (i) Desa Bangunjiwo: 1.543 hektar (ii) Desa Tirtonirmolo: 513 hektar (iii) Desa Tamantirto: 672 hektar (iv) Desa Ngestiharjo: 510 hektar.

2. Iklim, Topografi, dan Tanah

Kecamatan Kasihan merupakan kecamatan dengan jarak terdekat ke Ibukota provinsi, memiliki suhu maksimal 34oC dan suhu minimum 22oC. Luas wilayah menurut ketinggian dari permukaan laut 2.608 hektar masuk ke dalam rentang 25 – 100 mdpl dan 630 hektar 100 – 500 mdpl. Pemerintah Kabupaten Bantul (2014) mengatakan Kecamatan Kasihan berada di dataran rendah, bentangan wilayah di Kecamatan Kasihan 80% berupa daerah yang datar sampai berombak dan 20% berupa daerah yang berombak sampai berbukit. Kemudian luas wilayah berdasarkan kemiringan tanah atau lereng 2.668 hektar termasuk ke dalam 0-2% dan 8 hektar 15-25%.

Kecamatan Kasihan merupakan salah satu bagian dari 16 Kecamatan lainnya di Kabupaten Bantul. BAPPEDA (2013) menyatakan Kabupaten Bantul merupakan daerah yang subur, baik karena jenis lapisan tanahnya, pengairannya, kedataran wilayahnya maupun karena letaknya yang ada di penghujung Selatan tempat sungai-sungai bermuara dan menumpuk lumpur vulkanik beserta endapan-endapan humus dari daerah Utara.

Kabupaten Bantul mempunyai tujuh jenis tanah yaitu tanah Rendzina, Alluvial, Grumusol, Latosol, Mediteran, Regosol, dan Litosol. Tanah jenis Litosol berasal dari batuan induk gamping, batu pasir dan breksi atau konglomerat, tersebar di Kecamatan Pajangan, Kasihan, dan Pandak. Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bantul secara umum terdiri dari tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan endapan. Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Bantul dapat dikategorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate). Pada musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan Barat Laut Jawa. Pada musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di Tenggara. Kecamatan Kasihan dilalui oleh dua sungai yakni (1) Sungai Winongo dengan panjang 18,75 km dan (2) Sungai Bedog dengan panjang 9,50 km (Badan Pusat Statistik atau BPS Kabupaten Bantul, 2013).

3. Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Kasihan berdasarkan BAPPEDA (2013) sebanyak 98.365 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 30.403 KK. Kepadatan penduduk rata-rata adalah 3038 jiwa/km2 dengan luas area kecamatan 32,38 km2, dengan

(9)

kepadatan terbesar adalah Desa Ngestiharjo (19.287 jiwa/km2) yang merupakan desa dengan luas paling sempit diantara tiga desa lainnya dan terkecil adalah Desa Bangunjiwo (6.375 jiwa/km2).

Jumlah angkatan kerja pada Kecamatan Kasihan pada tahun 2012 yakni bekerja 46.237 jiwa atau 47 % dari jumlah total penduduk Kecamatan Kasihan dan penganggur 2.463 jiwa atau 2,5%.

B. Tebu (Saccharum officinarum L.)

1. Karakteristik Tanaman Tebu

Tebu berasal dari Papua dan mulai dibudidayakan sejak 8.000 SM. Tanaman ini menyebar seiring dengan migrasi manusia. Tebu menyebar, mulai dari Papua ke Kepulauan Solomon, New Hibride dan Kaledonia Baru. Klasifikasi dan pengenalan botani tanaman tebu diantaranya Divisi Spermatophyta, Subdivisio Angiospermae, Kelas Monocotyledonae, Ordo Graminales, Famili Graminae, Genus Saccharum dan Spesies

Saccharum officinarum L (Suwarto dan Yuke Octavianty, 2012).

Gambar 3. Tanaman Tebu

Sumber Gambar: Marindo Palar Vinkoert, 2011

Tanaman tebu memiliki sistem perakaran serabut, batangnya berbentuk silinder, beruas-ruas dan berwarna hijau hingga hijau kekuningan. Di sepanjang batang terdapat lapisan lilin yang licin dan agak mengilap. Batangnya memiliki cincin yang tumbuh melingkar. Selain itu, ada bagian tanaman yang disebut mata. Mata terletak pada bekas pangkal pelepah. Umumnya mata berbentuk bulat hingga oval. Mata memiliki sayap yang berukuran sama lebar atau tidak (Suwarto dan Yuke Octavianty, 2012).

Tanaman tebu tumbuh dan menyebar di berbagai wilayah Indonesia. Namun demikian, daerah penghasil tebu terbesar terdapat di Pulau Jawa, Pulau Sumatera Bagian Selatan, Sumatera Barat, Lampung dan Nusa Tenggara. Tanaman tebu merupakan 8

(10)

tanaman penghasil gula. Selain itu daun-daunnya juga dapat digunakan untuk pakan ternak.

2. Syarat Tumbuh Optimal Tanaman Tebu

Tanaman tebu dapat tumbuh optimal pada daerah dataran rendah yang kering dengan ketinggian kurang dari 500 mdpl dan iklim panas yang lembab pada suhu 25-28oC. Agar tanaman tebu mengandung kadar gula yang tinggi, harus diperhatikan musim tanamnya. Saat masih muda, tanaman tebu memerlukan banyak air, sedangkan saat mulai tua memerlukan musim kemarau yang panjang. Tanah yang cocok adalah bersifat kering-kering basah, yaitu curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun. Selain itu, tebu cocok ditanam pada tanah yang tidak terlalu masam dengan pH di atas 6,4.

C. Kesesuaian Lahan

Lahan adalah suatu area di permukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yaitu dalam hal sifat atmosfer, geologi, geomorfologi, pedologi, hidrologi, vegetasi dan penggunaan lahan. Penggunaan lahan diartikan sebagai bentuk kegiatan manusia terhadap lahan, termasuk di dalamnya keadaan alamiah yang belum terpengaruh oleh kegiatan manusia. Langkah awal dalam proses penggunaan lahan yang rasional adalah dengan cara melakukan evaluasi lahan sesuai dengan tujuannya.

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim (Hendy Indra Setiawan, 2013). Untuk mendapatkan kesesuaian suatu lahan terhadap suatu komoditas tanaman maka dilakukan evaluasi lahan (Ade Setiawan, 2010). Kesesuaian lahan mencakup dua hal penting (Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011), diantaranya:

1. Kesesuaian Lahan Aktual

Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current suitability) atau kelas kesesuaian lahan dalam keadaan alami, belum mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada di setiap satuan peta.seperti diketahui, faktor pembatas dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: (1) faktor pembatas yang sifatnya permanen dan tidak mungkin atau tidak ekonomis diperbaiki, dan (2) faktor pembatas yang dapat diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan memasukkan teknologi yang tepat.

(11)

2. Kesesuaian Lahan Potensial

Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan. Kesesuaian lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga tingkat produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi per satuan luasnya.

D. Kriteria Kesesuaian Tanaman Tebu

Pengetahuan tentang sifat fisik lahan merupakan dasar bagi perencanaan penggunaan lahan yang rasional. Dasar ini telah digunakan baik di Negara maju ataupun Negara-negara berkembang. Seluruh daerah atau Negara yang sudah maju pada umumnya telah mempunyai informasi dasar tentang lahan, meskipun survai lebih lanjut sering diperlukan untuk memperoleh informasi-informasi yang lebih terperinci, apabila program-program pembangunan tertentu akan dilakukan. Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan pertanaman tebu pada lahan (Santun R. P. Sitorus, 2004), diantaranya:

1. Pendekatan Fisiografis (physiographic approach)

Pendekatan dengan mempertimbangkan lahan secara keseluruhan di dalam penilaiannya. Pendekatan fisiografik ini umumnya menggunakan kerangka bentuk lahan (landform framework) untuk mengidentifikasikan satuan daerah secara alami.

2. Pendekatan Parametrik (parametric approach)

Pendekatan dengan menggunakan sistem klasifikasi dan pembagian lahan atas dasar pengaruh atau nilai ciri lahan tertentu dan kemudian mengkombinasikan pengaruh-pengaruh tersebut untuk memperoleh kesesuaiannya. Peta parametrik yang paling sederhana misalnya dapat diperoleh dengan membagi satu faktor ke dalam beberapa kelas dengan menggunakan nilai kritis tertentu untuk memberikan peta isoritmik yang sederhana.

Menentukan jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan harus memperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing kualitas lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi karakteristik lahan yang dapat diperbaiki dengan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan (teknologi) yang akan diterapkan, dan karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki. Satuan peta yang mempunyai karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki tidak akan mengalami perubahan kelas kesesuaian lahannya, sedangkan yang karakteristik lahannya dapat diperbaiki, kelas 10

(12)

kesesuaian lahannya dapat berubah menjadi satu atau dua tngkat lebih baik (Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011).

Sebagai syarat evaluasi lahan, dibutuhkan kriteria suatu lahan untuk pertanaman tebu.

Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Tanaman Tebu

No Kualitas/ Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan

Simbol S1 S2 S3 N1 N2 1 Temperatur (t) a. Rata-rata tahunan (oC) 24-30 >30-32 22-<24 >32-34 21-<22 Td >34 >21 2 Ketersediaan air (w) a. Bulan kering (<75mm) 3-4 2-<3 >4-5 - >5 <2 b. Curah hujan/tahun (mm) 1500-2500 1300-<1500 >2500-3000 1000-<1300 - >3000 <1000 c. LGP (Length of

Growing Period) atau

Lamanya Periode Pertumbuhan (hari)

230-250 210-<230 100-<210 - <100

3 Media perakaran (r)

a. Drainase tanah Baik Sedang Agak terhambat, Agak cepat Terhambat, cepat Sangat terhambat, Sangat cepat b. Tekstur SL, L, SCL, SiL, Si, CL, SiCL LS, SC, SiC, C Str, C - Kerikil, pasir c. Kedalaman efektif (cm) >75 55-75 40-<55 30-<40 <30 4 Retensi hara (f)

a. KTK tanah ≥ Tinggi Sedang Rendah Td - b. Kejenuhan basa (%) >50 35-50 <35 - - c. pH Tanah 5,5<-7,5 5,0-<5,5 7,5-8,0 <5,0 >8,0 - - 5 Hara Tersedia (n)

a. Total N ≥Sedang Rendah Sangat Rendah

- -

b. P2O5 ≥Tinggi Sedang Sangat

Rendah

- -

c. K2O ≥Tinggi Sedang Sangat

Rendah

- -

(13)

a. Batuan Permukaan (%) <3 3-15 >15-40 Td >40 b. Singkapan Batuan (%) <2 2-10 >10-25 >25-40 >40 c. Konsistensi, Besar Butir - - Sangat keras, sangat teguh, sangat lekat - Berkerikil, berbatu

7 Tingkat Bahaya Erosi (e)

a. Bahaya Erosi SR R S B SB b. Lereng (%) <8 8-15 >15-30 >30 -

8 Bahaya Banjir (b) F0 F1 F2 F3 F4

Sumber Data: Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011

(14)

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai Desember 2014 hingga Maret 2015 di Kecamatan Kasihan yang terletak di Kabupaten Bantul dengan daerah studi terdiri dari 4 Desa, yakni Bangunjiwo, Ngestiharjo, Tamantirto dan Tirtonirmolo serta Laboratorium Tanah Fakultas Petanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Metode Penelitian dan Analisis Data

1. Jenis Penelitian

Penelitian akan dilakukan menggunakan metode survei. Menurut Widyatama (2010) dalam Adhi Sudibyo (2011) metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual.

2. Metode Pemilihan Lokasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi eksisting wilayah yang menggambarkan keadaan awal kawasan tersebut. Pemilihan lokasi observasi dengan cara purposive yaitu pengambilan sampel yang secara sengaja dipilih berdasarkan tujuan penelitian (Masri Singarimbun, 1989).

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Sumber Gambar: BAPPEDA, 2013

Teknis pengambilan sampel tanah di lokasi penelitian berdasarkan pada luasan areal tanam tebu di empat desa yakni Tirtonirmolo, Tamantirto, Bangunjiwo dan Ngestiharjo. Hal-hal yang menjadi perhatian dalam observasi ini adalah identifikasi parameter sifat-sifat tanah yang akan diuji di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY, diantaranya kadar hara tersedia dalam tanah dan retensi hara. Data yang diperoleh

(15)

dalam observasi ini berupa data kualitatif dan gambaran umum serta hasil pemotretan yang dapat mewakili kondisi wilayah secara keseluruhan.

3. Metode Penentuan Sampel Tanah

Sampel tanah diambil pada beberapa titik di lokasi pengambilan sampel, hal ini dilakukan supaya sampel tanah yang diambil merupakan sampel tanah yang akan mewakili jenis tanah pada lokasi pengambilan sampel (Universitas Negeri Lampung atau UNILA, 2014). Sampel tanah tersebut digunakan untuk pengujian analisis kadar hara tersedia dalam tanah dan retensi hara di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY. Titik lokasi pengambilan sampel tersebar di 4 Desa di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 8 titik, di Desa Bangunjiwo berada di Kebun Petung Pedukuhan Petung dan Kebun Ngasinan Pedukuhan Donotirto, Desa Tirtonirmolo berada di Kebun Serut Pedukuhan Kalipakis dan Kebun Mojopahit Pedukuhan Padokan Kidul, Desa Tamantirto berada di Kebun Kulon Gangin dan Kebun Wetan Gangin keduanya terletak di Pedukuhan Jetis, dan Desa Ngestiharjo berada di Kebun Romawi VII dan Kebun Kabag. Pemerintahan yang keduanya terletak di Pedukuhan Jomegatan.

Delapan sampel tanah ditentukan berdasarkan luasan areal pertanaman tebu paling luas dari masing-masing pedukuhan di 4 desa. Sampel tanah tersebut mewakili keadaan eksisting aktual tiap-tiap lahan.

F. R. Nurliasari (2006) menyatakan pengambilan contoh tanah untuk dilakukan analisis di laboratorium ada dua macam yaitu:

a. Contoh tidak asli

Contoh tidak asli (disturbed samples) diambil tanpa adanya usaha-usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur asli dari tanah tersebut. Contoh-contoh ini biasanya dibawa ke laboratorium dalam tempat tertutup (kaleng atau kantong plastik) sehingga kadar airnya tidak berubah. Bilamana tidak ada kebutuhan untuk mempertahankan contoh tersebut pada kadar airnya yang asli, maka contoh-contoh ini dapat diambil terbuka. Contoh tidak asli ini dapat dipakai untuk segala analisis yang tidak memerlukan contoh asli (undisturbed samples), seperti ukuran butiran, batas-batas konsistensi, dan pemadatan.

b. Contoh asli

Contoh asli (undisturbed samples) adalah suatu contoh tanah yang masih menunjukan sifat-sifat asli, seperti struktur, kadar air (water content), susunan kimia dan pori-pori yang ada pada tanah. Contoh yang benar-benar asli (trully undisturbed 14

(16)

samples) tidaklah mungkin diperoleh, tetapi dengan teknik pelaksanaan sebagaimana

mestinya dan cara pengamatan yang tepat, maka kerusakan terhadap contoh bisa dibatasi sekecil mungkin. Contoh asli dapat diambil dengan memakai tabung contoh (samples tubes).

4. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan matching, yaitu dengan cara mencocokan serta mengevaluasi data karakteristik lahan yang diperoleh di lapangan dan analisis di laboratorium dengan kriteria kesesuaian pertanaman tebu. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan spasial (Adhi Sudibyo, 2011). Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran, penjelasan, dan uraian hubungan antara satu faktor dengan faktor lain berdasarkan fakta, data dan informasi kemudian dibuat dalam bentuk tabel atau gambar. Analisis spasial untuk menentukan pola perencanaan yang dilakukan dengan cara zonasi luas areal tanaman tebu di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Analisis spasial merupakan prosedur kuantitatif yang dilakukan pada analisis lokasi penelitian.

C. Standar Pengukuran Kriteria Tanaman Tebu

Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) menyatakan bahwa sistem klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka evaluasi lahan Food and Agriculture Organisation atau FAO (1976), pada saat ini banyak digunakan di Indonesia dan Negara berkembang lainnya. Kerangka sistem ini dapat digunakan dengan lengkap dan rinci sehingga dapat digunakan untuk evaluasi lahan secara fisik (kualitatif) maupun secara ekonomi (kuantitatif), bila data-data yang diperlukan tersedia. Sesuai kriteria kesesuaian tanaman tebu, dalam penelitian ini, metode FAO yang dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif dengan menggunakan kerangka dengan kategori kesesuaian lahan pada tingkat ordo sampai dengan kelas.

Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo, menunjukan tingkat kesesuaian dari ordo tersebut (ordo menunjukan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu). Kelas diberi nomor urut yang ditulis dibelakang simbol ordo, dimana nomor ini menunjukan tingkat kelas yang makin jelek bila makin tinggi nomornya. Banyaknya kelas dalam setiap ordo sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi dianjurkan hanya memakai tiga sampai lima kelas dalam ordo S dan dua kelas dalam ordo N, jumlah kelas tersebut harus didasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan-tujuan penafsiran. Ordo S (sesuai), lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan

(17)

dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan itu akan memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan. Tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Sedangkan ordo N (tidak sesuai), lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu tujuan yang telah direncanakan. Lahan dapat digolongkan sebagai tidak sesuai untuk digunakan bagi usaha pertanian karena berbagai penghambat, baik secara fisik (lereng sangat curam, berbatu-batu, dan sebagainya) atau secara ekonomi (keuntungan yang didapat lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan).

Dalam penelitian ini, tiga kelas yang dipakai dalam ordo S dan dua kelas yang dipakai dalam ordo N, maka pembagian serta definisinya secara kualitatif adaah sebagai berikut:

1. Kelas S1

Kelas pada tingkat sangat sesuai (highly suitable). Lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.

2. Kelas S2

Kelas pada tingkat cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang mengurangi.

3. Kelas S3

Kelas pada tingkat sesuai marginal (marginally suitable). Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

4. Kelas N1

Kelas pada tingkat tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable). Lahan mempunyai pembatas yang lebih besar, masih memungknkan diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian besarnya, sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

(18)

5. Kelas N2

Kelas pada tingkat tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable). Lahan mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

D. Jenis Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini berpa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi secara langsung dan hasil wawancara langsung di lapangan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil studi pustaka dan penelusuran ke berbagai insansi terkait dengan penelitian (Adhi Sudibyo, 2011). F. R. Nurliasari (2006) menyatakan data-data yang mendukung dalam penelitian ini meliputi:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung baik melalui penyelidikan di lapangan maupun di laboratorium.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi literatur sebagai pendukung dan pelengkap dari data-data primer. Berupa kondisi lapangan saat pengambilan sampel, ketentua-ketentuan dari standard pengukuran, hasil percobaan-percobaan sebelumnya dan buku-buku literatur lainnya.

Tabel 9. Jenis Data Penelitian

No Jenis Data Lingkup Bentuk Data Sumber

1 Temperatur Rata-rata temperatur tahunan

(˚C) Hard & soft copy

Bagian Tata Pemerintahan dan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) 2 Ketersediaan air Curah hujan/tahun (mm)

Hard & soft copy

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul

Lama Masa Kering (<75 mm) Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul

LGP atau Length of Growing

Period (hari)

Dinas Sumber Daya Air

3 Ketersediaan oksigen Drainase tanah Hard & soft copy

Survei Lapangan

4 Media perakaran Tekstur Hard & soft copy

Survei Lapangan

(19)

5 Retensi hara Pertukaran KTK

Hard & soft copy

Analisis Laboratorium Kejenuhan Basa (%) Analisis Laboratorium

pH-Tanah Analisis Laboratorium

6 Bahaya erosi Lereng atau kemiringan tanah (%)

Hard & soft copy

Survei Lapangan

Bahaya erosi Survei Lapangan

7 Bahaya banjir Genangan Hard & soft copy

Survei Lapangan

8 Penyiapan lahan Batuan Permukaan (%) Hard & soft copy

Survei Lapangan

Singkapan batuan (%) Survei Lapangan Konsistensi, besar butir Survei Lapangan

9 Hara tersedia Total N Hard & soft copy

Analisis Laboratorium

P2O5 Analisis Laboratorium

K2O Analisis Laboratorium

3. Cara Pengolahan Data

Data diolah dengan mengklasifikasikan data yang diperoleh dari lapangan dengan mengacu pada tabel kriteria kesesuaian lahan untuk tebu (Suwarto Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011) dan data analisis sampel tanah di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY.

E. Luaran Penelitian

Bentuk luaran penelitian berupa laporan penelitian, serta naskah akademik yang nantinya akan dipublikasikan melalui jurnal ilmiah.

F. Jadual Kegiatan

No Kegiatan Bulan

Desember 2014 Januari 2015 Februari 2015 Maret 2015 April 2015 1 Survei lokasi 2 Pengambilan data a. Kondisi fisik wilayah b. Bentuk lahan c. Karakteristik lahan d. Kualitas lahan e. Syarat tumbuh tanaman tebu 3 Pengolahan dan analisis

data

a. Tingkat kesesuaian lahan

b. Tabel kesesuaian

(20)

lahan tebu di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul 4 Laporan dan Seminar

Hasil Penelitian

Daftar Pustaka

Ade Setiawan. 2010. Artikel Survey dan Evaluasi Lahan. http://www.ilmutanah.unpad.-ac.id/resources/artikel/survey-dan-evaluasi-lahan/. Diakses Tanggal 15 Desember 2014.

Adhi Sudibyo. 2011. Zonasi Konservasi Mangrove di Kawasan Pesisir Pantai Kabupaten Pati. Skripsi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 101 halaman.

A.Syahruddin K. dan Nuraini. 1997. Identifikasi Gambut di Lapangan. Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997. Pusat Penelitian Tanah dan Agriklimat. Bogor. Halaman 81-84.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). 2013. Database Profil Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2013, Bantul Harmony of Nature and Culture. 136 halaman.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Statistik Tebu Indonesia (Indonesian Sugar Cane

Statistics) Katalog BPS: 5504004. Badan Pusat Statistik. 55 halaman.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Produksi Tanaman Perkebunan. http://yogyakarta.-bps.go.id/flipbook/2013/Statistik%20Daerah%20Istimewa%20Yogyakarta%202013/ HTML/files/assets/basic-html/page48.html. Diakses tanggal 3 April 2014.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bantul. 2013. Bantul Dalam Angka, Bantul in Figures 2013. Katalog BPS: 1102001.3402. 452 halaman.

BKPM (Indonesia Investment Coordinating Board). 2014. Potensi Tebu di Daerah Istimewa Yogyakarta. http://regionalinvestment.bkpm.go.id-/newsipid/id/comm-odityarea.php?ia=34&ic=5. Diakses tanggal 3 April 2014.

Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumberdaya Lahan. Penerbit Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (LP3M UMY). Yogyakarta. 253 halaman.

Hendy Indra Setiawan. 2013. Skripsi: Kajian Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jati di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. http://hydrast88.blogspot.com/2013/03/proposal-skripsi.html. 29 halaman.

(21)

Kantor Pengolahan Data Telematika Pemerintah Kabupaten Bantul. 2012. Kecamatan di Kabupaten Bantul. http://www.bantulkab.go.id/kecamatan/. Diakses tanggal 4 April 2014.

Koordinator Kasihan District in Figures 2013. 2013. Kecamatan Kasihan dalam Angka 2013. Koordinator Statistik Kecamatan Kasihan. Katalog BPS: 1102001.3402.150. 67 halaman.

Marindo Palar Vinkoert. 2011. Kadar dan Serapan Unsur Hara Essensial Berbagai Tanaman.

http://marrosorganoferti.blogspot.com/2011/04/kadar-dan-serapan-un-sur-hara-essensial.html. Diakses tanggal 12 Desember 2014.

Masri Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

Memet Hakim. 2010. Potensi Sumber Daya Lahan untuk Tanaman Tebu di Indonesia. Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 5-12.

Newbie Tora. 2014. Pola Curah Metode Oldeman Pada Tanaman Tebu. http://nandagokilz1.wordpress.com/2014/09/20/pola-curah-metode-oldeman-pa-da-tanaman-tebu/. Diakses tanggal 15 Desember 2014.

Nurliasari, F. R. 2006. Bab 3. Metodelogi Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian. eprints.un-dip.ac.id/34721/6/1717_chapter_111.pdf. Diakses tanggal 14 November 2014

Pemerintah Kabupaten Bantul. 2014. Data Kecamatan. http://www.bantulkab.go-.id/kecamatan/Kasihan.html. Diakses tanggal 27 Oktober 2014.

Pemerintah Kabupaten Bantul. 2011. Sistem Informasi Manajemen Kewilayahan berbasis Wegis 2011. http://kewilayahan.bantulkab.go.id/rtrw.php?mod=1. Diakses tanggal 27 Oktober 2014.

Prasetiyo, N. 2011. Pengertian Observasi Penelitian Kualtatif. http://novadwiprasetiyo.-blogspot.com/2011/11/pengertian-observasi-penelitian.html. Diakses tanggal 4 April 2014.

Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 352 halaman.

Santun Risma Pandapotan Sitorus. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit “Tarsito” Bandung. Bandung 186 halaman.

Setiawan, A. 2010. Prosedur Penentuan Kelas Kesesuaian Lahan. www.ilmutanah-.unpad.ac.id. Diakses tanggal 27 Oktober 2014.

(22)

Sofyan Ritung, Wahyunto, Fahmuddin Agus dan Hapid Hidayat. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan, dengan contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. 39 halaman.

Stella. 2010. Bab I –Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Stela2010.files.wordpress.com. Diakses tanggal 15 Desember 2014.

Suwarto dan Yuke Octavianty. 2012. Budidaya Tanaman Perkebunan Unggulan. Penerbit Swadaya. Depok. 260 halaman.

Universitas Negeri Lampung (UNILA). 2014. III. Metode Penelitian, Pekerjaan Lapangan. digilib.unila.ac.id/176-/12/bab%203.pdf. Diakses tanggal 15 November 2014.

Wikipedia a. 2014. Jawa. http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa. Diakses tanggal 2 April 2014.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Bantul, Sistem Informasi Manajemen   Kewilayahan Berbasis Webgis Kabupaten Bantul 2011
Gambar 3. Tanaman Tebu
Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Tanaman Tebu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman di kecamatan Bantul, (2) mengetahui persebaran dan luas lahan permukiman

Penelitian yang berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh ( Eugenia aromatica L. ) di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten” ini bertujuan untuk : (1)

Data analisis laboratorium meliputi, tekstur tanah, KTK, pH tanah, N total, P2O5, K2O, pedoman persyaratan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman apel dengan karakteristik lahan

Penelitian ini berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Lahan Kering Di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali” yang bertujuan untuk : (1) mengetahui

peta penggunaan lahan aktual dan peta RDTR, serta menggunakan analisis kualitatif untuk mendeskripsikan persebaran dan faktor-faktor kesesuaian penggunaan lahan

yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumber daya.. yang ada pada

antara peta kesesuaian lahan tanaman mahoni dengan peta kerawanan longsorlahan yang akan menghasilkan peta hubungan kesesuaian lahan tanaman mahoni dengan

Keluaran sistem ini adalah nilai kesesuaian lahan untuk penggunaan tanaman pangan, nilai kesesuaian lahan untuk tanaman pangan tertentu, faktor penghambat yang dimiliki oleh