Penelitian Pendahuluan atas Hubungan
Social Engagement dengan fungsi kognitif
Budi Riyanto Wreksoatmodjo
Jakarta, Indonesia
rinGkaSan
Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah lanjut usia; keadaan ini akan menimbulkan masalah
ke-sehatan yang berhubungan dengan masalah penuaan; antara lain penurunan fungsi kognitif. Faktor-faktor risiko
penurunan fungsi kognitif tersebut bisa berasal dari faktor genetik (gen APOE, PS), usia, faktor penyakit/kondisi
kesehatan seperti hipertensi, DM, defisiensi, maupun faktor tempat tinggal dan keterlibatan sosial (social
engage-ment). Penelitian atas 20 orang lanjut usia yang tergabung dalam suatu paguyuban lanjut usia di Jakarta Barat tidak
mendapatkan hubungan antara keterlibatan sosial (social engagement) dengan fungsi kognitif (nilai MMSE). Hasil
ini mungkin dipengaruhi oleh jumlah sampel yang kecil, selain itu bisa karena mereka yang datang ke kegiatan seperti
ini pada dasarnya memang mempunyai social engagement yang baik.
PEnDaHuluan
Peningkatan harapan hidup merupakan
salah satu keberhasilan terbesar kebijakan
kesehatan masyarakat.
1Keberhasilan ini
menambah jumlah penduduk dunia, dari
sekitar 6.5 milyar di tahun 2006, akan
men-jadi 7 milyar di tahun 2012. Seiring dengan
penambahan tersebut, jumlah penduduk
berusia 60 tahun ke atas di dunia juga
me-ningkat; antara tahun 1970 sampai tahun
2025, jumlah mereka diperkirakan akan
me-ningkat 223% atau sekitar 694 juta jiwa. Di
tahun 2025 akan terdapat sekitar 1.2 milyar
penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas,
yang akan menjadi 2 milyar di tahun 2050;
80% di antaranya tinggal di negara-negara
berkembang.
1Indonesia yang berpenduduk 231,4 juta
jiwa (2009), mempunyai laju
pertam-bahan sebesar 1,22%/tahun.
2Pertamba-han tersebut disertai dengan peningkatan
proporsi penduduk lanjut usia dari 4.7%
(2000) menjadi 5.1% (2008).
3Di
Indo-nesia seseorang dikategorikan sebagai
lanjut usia jika berusia 60 tahun ke atas
4yang jumlahnya pada tahun 2010
diper-kirakan 18.575.000 jiwa
2; angka tersebut
sekitar 7% dari jumlah seluruh penduduk
yang diperkirakan sebesar 234.181.400
jiwa. Proporsi populasi lanjut usia tersebut
akan terus meningkat mencapai 11.34% di
tahun 2020.
5Peningkatan jumlah penduduk berusia
lan-jut akan mengubah peta masalah sosial dan
kesehatan karena penurunan produktivitas
dan mulai munculnya berbagai masalah
kesehatan, terutama yang berhubungan
dengan proses penuaan.
6Di antara
popu-lasi lanjut usia tersebut, mereka yang
meng-alami keluhan kesehatan terus meningkat;
persentase mereka yang mengalami
keluh-an kesehatkeluh-an dalam sebulkeluh-an terakhir
me-ningkat dari 49.50% di tahun 2004, menjadi
51.36% di tahun 2006, menjadi 55,42% di
tahun 2008.
2Para lanjut usia selain mengalami
duran fisik juga sering mengalami
kemun-duran fungsi intelektual termasuk fungsi
kognitif. Kemunduran fungsi kognitif dapat
berupa mudah-lupa (forgetfulness) –
ben-tuk gangguan kognitif yang paling ringan
– diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut
usia yang berusia 50-59 tahun, meningkat
menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari
80 tahun. Di fase ini seseorang masih bisa
berfungsi normal kendati mulai sulit
meng-ingat kembali informasi yang telah
dipela-jari; tidak jarang ditemukan pada orang
set-engah baya.
7Jika penduduk berusia lebih
dari 60 tahun di Indonesia berjumlah 7%
dari seluruh penduduk, maka keluhan
mu-dah-lupa tersebut diderita oleh setidaknya
3% populasi di Indonesia. Mudah-lupa ini
bisa berlanjut menjadi Gangguan Kognitif
Ringan (Mild Cognitive Impairment-MCI)
sampai ke Demensia sebagai bentuk klinis
yang paling berat. Demensia adalah suatu
kemunduran intelektual berat dan progresif
yang mengganggu fungsi sosial, pekerjaan,
dan aktifitas harian seseorang.
8Faktor-faktor risiko penurunan fungsi
kog-nitif tersebut bisa berasal dari faktor
gene-tik (gen APOE, PS), usia, faktor penyakit/
kondisi kesehatan seperti hipertensi, DM,
defisiensi, maupun faktor tempat tinggal
9;
penelitian lain menunjukkan bahwa pola
keterlibatan sosial (social engagement)
juga bisa mempengaruhi fungsi kognitif
para lanjut usia
10-12; hasil penelitian di tiga
daerah di Indonesia menunjukkan bahwa
kegiatan sosial dapat berperan penting
dalam pencegahan kemunduran fungsi
kognitif.
13tinjauan PuStaka
Pengaruh social engagement (keterlibatan
sosial) terhadap perubahan fungsi
kog-nitif sudah lama diselidiki meskipun sampai
saat ini belum ada kesepakatan
menge-nai pengertian istilah tersebut. Pencarian
menggunakan katakunci social engagement/
involvement/participation dari 4 databases
termasuk MEDLINE menghasilkan 43
defi-nisi; kebanyakan terfokus pada keterlibatan
seseorang pada aktivitas yang melibatkan
in-teraksi dengan orang lain di masyarakat atau
kelompok. Analisis lebih lanjut
mendapat-kan 6 kegiatan yang paling sering dikaitmendapat-kan
dengan pengertian istilah tersebut, yaitu :
melakukan aktivitas untuk persiapan
berhu-bungan dengan orang lain, ada bersama
de-ngan orang lain, berinteraksi dede-ngan orang
lain tanpa kegiatan spesifik, beraktivitas
ber-sama orang lain, menolong orang lain, dan
melakukan sesuatu untuk masyarakat.
14Social engagement diartikan sebagai
ke-mampuan memelihara hubungan sosial
(jaringan sosial) dan berpartisipasi dalam
kegiatan sosial (aktivitas sosial).
15Jaringan
sosial (social network) dinilai dari struktur dan
kualitas hubungan interpersonal, sedangkan
aktivitas sosial (social engagement) dicirikan
dari partisipasi dalam aktivitas masyarakat
yang bermakna dan produktif. Lebih banyak
mempunyai jaringan sosial dan lebih banyak
aktivitas sosial diasosiasikan dengan lebih
lambatnya penurunan kognitif
16dan
me-reka yang menerima dukungan emosional
mempunyai fungsi kognitif yang lebih baik.
17Kompleksitas jaringan sosial sulit ditangkap/
diuraikan. Jaringan sosial bergantung baik
pada karakteristik strukturalnya maupun
pada persepsi yang bersangkutan terhadap
kualitas hubungan tersebut.
18Pada penelitian yang telah dilakukan,
jaring-an sosial diukur dengjaring-an berbagai parameter
seperti status marital
19-21, banyaknya
hubung-an sosial
19-22, seringnya kontak
19-22, kepuasan
atas relasi yang ada
19-21, dan dukungan yang
dirasakan (perceived support).
22Masih
be-lum dapat ditentukan pengaruhnya
terha-dap fungsi kognitif - apakah berasal dari
struktur hubungan sosial (besar, frekuensi)
atau dari persepsinya (kepuasan, kesan)
ter-hadap hubungan sosial yang ada.
18Kemampuan memelihara jaringan sosial
didukung oleh luasnya sistim limbik dan
daerah asosiasi kortikal maupun
subkor-tikal; meskipun belum diketahui area yang
spesifik untuk stimulus sosial
23, area
terse-but berperan dalam fungsi representasi
simbolik yang penting dalam situasi sosial.
Mekanisme neurobiologi maupun
neuropa-tologi jaringan sosial masih belum banyak
diketahui; jaringan sosial agaknya dikaitkan
dengan kemampuan mereduksi
kemung-kinan bahwa patologi jaringan otak akan
bermanifestasi klinis. Aktivitas dan jaringan
sosial dapat mempengaruhi pola
hubung-an hubung-antara fungsi kognitif denghubung-an kelainhubung-an
patologi otak; efek modifikasi ini terutama
terlihat pada fungsi semantic memory dan
working memory.
24Para peneliti
menyim-pulkan bahwa aktivitas sosial yang ekstensif
mempunyai efek proteksi terhadap risiko
berkembangnya demensia
12,15,19,22; penemuan
ini diperkuat dengan studi pada tikus – tikus
yang hidup di lingkungan kompleks lebih
cekatan dibandingkan dengan yang hidup di
lingkungan sederhana. Selain menyediakan
lingkungan dinamis yang memerlukan
mo-bilisasi fungsi kognitif yang lebih aktif,
aktivi-tas sosial juga meningkatkan rasa ‘berguna’
dan kepuasan (purpose and fulfillment).
15Beberapa studi
15,19menunjukkan bahwa
me-reka yang mempunyai jaringan sosial lebih
luas, kurang berisiko menderita hendaya
(im-pairment) kognitif, meskipun ada juga studi
yang tidak mendukung.
17Sebuah penelitian
kohort Honolulu-Aging Study
menghu-bungkan penurunan aktivitas dari usia
per-tengahan ke usia lanjut dengan peningkatan
risiko demensia meskipun masih mungkin
bahwa penurunan aktivitas tersebut justru
merupakan tanda dini demensia.
25Luasnya jaringan sosial sering
diperkira-kan mempengaruhi faktor kesehatan yang
juga berhubungan dengan fungsi kognitif,
seperti keadaan vaskuler lebih baik
26,27;
rendahnya depresi
28,29atau memperbaiki
perilaku kesehatan seperti olahraga teratur
dan ketaatan berobat.
30Aktivitas sosial juga
bisa menguntungkan melalui lingkungan
yang merangsang fungsi kognitif.
17,25,31,32Pe-nelitian di kalangan perempuan
menemu-kan hasil serupa.
22Ada beberapa alasan mengapa aktivitas
sosial dalam bentuk apapun
berhubung-an dengberhubung-an fungsi kognitif di usia lberhubung-anjut; di
antaranya bahwa aktivitas tersebut juga
memperbaiki kondisi kesehatan umum,
mengurangi depresi dan memperbaiki
kebiasaan hidup sehat. Tanpa
memperhi-tungkan efeknya terhadap fungsi kognitif,
agaknya menghindari isolasi sosial dan
mempertahankan berbagai jenis aktivitas
sosial bersifat protektif terhadap gangguan
kognitif dan demensia di kemudian hari;
meskipun demikian, kemungkinan yang
sebaliknya – bahwa gangguan kognitif
me-nyebabkan penurunan aktivitas sosial juga
harus dipertimbangkan mengingat
neu-ropatologi sudah terlihat berpuluh tahun
sebelum gejala muncul.
33Pengaruh aktivitas sosial ini didukung oleh
fenomena biologis; pada percobaan
bina-tang, mereka yang tinggal di lingkungan
yang lebih ‘kaya’, dibandingkan dengan
yang tinggal terisolasi, lebih sedikit
penu-runan kognitifnya
72, mengandung lebih
sedikit amiloid di otak
34, lebih banyak
ja-ringan kapiler korteksnya
35dan juga lebih
aktif neurogenesisnya.
36Penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran pola keterlibatan
sosial (social engagement) dan fungsi kognitif
para lanjut usia yang terhimpun dalam salah
satu paguyuban lanjut usia di Jakarta Barat.
BaHan Dan Cara
Wawancara dilakukan pada suatu pertemuan
rutin bulanan salah satu paguyuban lanjut
usia di Jakarta Barat; mereka yang bersedia
mengikuti penelitian ini menjalani
pemerik-saan tekanan darah, tinggi badan dan berat
badan, kemudian diwawancara mengenai
ri-wayat hipertensi dan diabetes mellitus.
Penilaian fungsi kognitif dilakukan
de-ngan tes Mini Mental State Examination
(MMSE).
8Keterlibatan sosial (social
en-gagement) dinilai menggunakan kuesioner
Social Disengagement Index
15(lampiran).
Status gizi dihitung berdasarkan body mass
index /indeks massa tubuh(BMI/IMT) =
bb(kg)/tb2(m). Dikategorikan normal jika :
IMT 18.50 – 24.99; overweight : IMT ≥ 25.0;
underweight : IMT < 18.5.
1Tekanan darah
diukur dalam posisi duduk.
37Hipertensi
di-tentukan jika tekanan sistolik ≥ 140 mmHg
atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg
38; selain
itu ditanyakan juga melalui anamnesis,
apa-kah responden pernah didiagnosis /
diketa-hui hipertensi sebelumnya. Diabetes
melli-tus hanya dinilai melalui anamnesis.
Dalam petemuan rutin tersebut, sejumlah 37
orang bersedia diwawancara, hanya 20 orang
di antaranya yang berusia > 60 tahun.
HaSil
Karakteristik 20 responden yang dianalisis
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik responden
jumlah (n = 20) n % Usia (tahun) >60 – 70 >70 – 80 >80 14 5 1 70 25 5 Gender Pria Perempuan 164 8020 Status marital Menikah Tak menikah Cerai mati Cerai hidup 14 2 3 1 70 10 15 5 Pendidikan SD SLP SLA Sarjana 2 5 10 3 10 25 50 15 Pekerjaan
Tak bekerja/ibu rumah tangga Pensiunan Wiraswasta Karyawan 11 3 4 2 55 15 20 10
Kebanyakan responden perempuan (16
orang – 80%), berstatus ibu rumahtangga
(11 orang – 55%); berusia antara 61 – 70
ta-hun (14 orang – 70%), 1 orang berusia 85
tahun. Sebagian besar berpendidikan SLA
(10 orang – 50%). Hanya ada 4 pria.
Tabel 2. Karakteristik penyakit penyerta
Penyakit penyerta jumlah (n=20) n % Hipertensi Riwayat ya tidak Pengukuran ya tidak tidak ada data
6 14 1 17 2 25 75 5,5 94,5 Diabetes melitus Riwayat ya tidak 3 17 15 85 Berat badan overweight normal underweight 2 17 1 10 85 5
Hipertensi dinilai dari riwayat hipertensi
yang diketahui responden dan melalui
pengukuran saat wawancara, tekanan darah
diukur menggunakan sfigmomanometer
airraksa pada posisi duduk; hipertensi
di-tentukan jika tekanan darah duduk sistolik
≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg
(JNC 7). Terdapat ketidak sesuaian data
hipertensi – lebih banyak yang mempunyai
riwayat hipertensi (6 – 25%) dibandingkan
dengan yang ditemukan saat pengukuran
(1 – 5.5%). Dua orang tidak tercatat data
pengukuran tekanan darahnya.
Diabetes mellitus hanya dinilai dari
ri-wayat/anamnesis – sebagian besar
me-ngaku tidak menderita diabetes mellitus
(17 – 85%). Didapatkan 2 responden yang
tergolong overweight dan 1 responden
underweight (tabel 2); sebagian besar (17
responden – 85%) berberat badan ideal –
dengan indeks massa tubuh normal (IMT
18.50 – 24.99).
Keterlibatan sosial dinilai dari kuesioner
menurut Bassuk (1999) yang terdiri dari
pe-nilaian atas faktor pasangan hidup, jumlah
anak dan berapa orang yang tetap
berhu-bungan, keluarga lain dan teman yang bisa
dihubungi dan diajak bicara mengenai
ma-salah pribadi atau dimintai tolong
sewaktu-waktu (lampiran 1). Nilai GAB 3- 4 berarti
keterlibatan sosialnya baik, sedangkan jika
nilainya 1- 2 dinilai buruk.
Sebagian besar responden 14 (70%)
dini-lai mempunyai keterlibatan sosial baik
(tabel 3).
Uji MMSE digunakan untuk menilai fungsi
kognitif para responden; terdiri dari
peni-laian atas orientasi, registrasi, atensi dan
kalkulasi, mengingat kembali dan fungsi
bahasa. Nilai 24 - 30 dianggap normal, nilai
17 – 23 berarti mungkin (probable) terdapat
gangguan kognitif, sedangkan nilai < 17
be-rarti terdapat gangguan kognitif (definite).
8Pada penelitian ini hanya 2 (10%) responden
yang nilai MMSEnya kurang dari 24,
me-reka semuanya mempunyai nilai GAB >2;
sebaliknya 6 responden yang nilai GABnya
rendah semuanya mempunyai nilai MMSE
≥ 24 (tabel 5). Tidak ditemukan korelasi
antara social engagement (nilai GAB)
de-ngan tingkat fungsi kognitif (nilai MMSE)
pada populasi penelitian ini.
Tabel 3. Pola keterlibatan sosial
nilai GaB jumlah responden
4 2
3 12
2 6
1 0
Tabel 4. Nilai MMSE
nilai MMSE jumlah responden ≥ 24 18 < 24 2
Tabel 5. Korelasi Nilai GAB dan MMSE
MMSE ≥ 24 < 24 total GAB 3 - 4 12 2 14 1 - 2 6 0 6 total 18 2 20
PEMBaHaSan
Pada penelitian ini hanya 2 (10%)
re-sponden lanjut usia yang nilai MMSEnya
menunjukkan gangguan kognitif ringan
de-ngan nilai 22 dan 23; keduanya perempuan
masing-masing berusia 71 dan 75 tahun.
Mereka mempunyai social engagement
yang baik (nilai GAB 3 – 4). Sebaliknya di
antara yang nilai social engagementnya
bu-ruk (nilai GAB 1 - 2) semuanya mempunyai
nilai MMSE > 24.
Pada penelitan ini tidak dijumpai
penu-runan fungsi kognitif yang nyata, juga tidak
terlihat hubungan antara social
engage-ment dengan penurunan fungsi kognitif;
hal ini dapat karena jumlah responden yang
sedikit sehingga tidak cukup representatif.
Selain itu mengingat survai ini diadakan di
pertemuan sosial, yang cenderung lebih
mungkin dihadiri oleh para lanjut usia yang
memang aktif dan masih mampu bepergian
sendiri; para lanjut usia yang mulai
terham-bat mobilitasnya akan lebih sulit hadir di
pertemuan yang diadakan jauh dari tempat
tinggal mereka. Juga perlu diperhatikan
kemungkinan bahwa para lanjut usia pada
fase awal demensia mulai kehilangan minat
terhadap aktivitas sosial dan waktu luang
39sehingga tidak lagi hadir pada
pertemuan-pertemuan sosial, dengan demikian kurang
terwakili pada survai ini.
Penelitian sebelumnya dengan jumlah
re-sponden lebih besar dan waktu
pengamat-an lebih ppengamat-anjpengamat-ang umumya menemukpengamat-an
risiko demensia lebih tinggi di kalangan
dengan aktivitas sosial yang lebih rendah
(tabel).
Hipertensi diderita oleh 6 responden tetapi
pada pengukuran hanya 1 orang yang
teru-kur hipertensi, hal ini dapat karena tekanan
darahnya telah terkontrol dengan obat.
Tekanan darah tinggi di usia pertengahan
dikaitkan dengan mild cognitive
impair-ment
44dan peningkatan risiko demensia
45;
sebaliknya hipertensi di usia lanjut
diaso-siasikan dengan penurunan risiko
demen-sia.
46Selain itu telah diperhatikan bahwa
tekanan darah mulai turun sekitar 3 tahun
sebelum demensia didiagnosis
47dan terus
menurun pada penderita AD.
48Dari data
ini bisa ditafsirkan bahwa tekanan darah
tinggi di usia pertengahan meningkatkan
risiko demensia di kemudian hari,
sedang-kan rendahnya tesedang-kanan darah di usia lanjut
dikaitkan dengan proses penuaan dan
neu-ropatologi yang menyertainya.
33Perbedaan risiko tersebut dapat
kare-na tingginya tekakare-nan sistolik di usia
per-tengahan meningkatkan risiko
aterosklero-sis
49, meningkatkan jumlah lesi substansia
alba yang mengindikasikan iskemi
50, juga
meningkatkan jumlah plak neuritik dan
tangles di neokorteks dan hipokampus
51serta meningkatkan atrofi hipokampus dan
amigdala.
52Masing-masing kelainan
terse-but dapat berpengaruh negatif terhadap
fungsi kognitif di usia lanjut. Sebaliknya,
rendahnya tekanan darah dapat
diasosiasi-kan dengan peningkatan risiko gangguan
kognitif dan demensia karena perubahan
neurodegeneratif akibat hipoperfusi otak.
53Diabetes mellitus ditentukan hanya
ber-dasarkan anamnesis, hanya 3 orang yang
diketahui mempunyai riwayat diabetes
mellitus. Pada penelitian ini tidak dilakukan
pemeriksaan gula darah.
Kecuali penemuan Curb dkk
54, diabetes
melitus di usia pertengahan meningkatkan
risiko mild cognitive impairment
55, semua
jenis demensia
45,56,57dan demensia vaskuler.
58Studi kasus-kontrol menunjukkan bahwa
pe-ningkatan risiko dipengaruhi oleh onset yang
lebih dini, lama dan beratnya diabetes.
59Manfaat kontrol gula darah terhadap risiko
demensia masih belum dapat dipastikan.
Studi observasional mendapatkan para
dia-betik yang diobati lebih sedikit mengalami
penurunan fungsi kognitif dibandingkan
dengan yang tidak diobati.
60Mekanisme hubungan diabetes melitus
dengan demensia belum diketahui pasti;
agaknya melibatkan beberapa proses yang
saling berkaitan: proses vaskular, metabolik
dan proses oksidatif/inflamasi.
61Diabetes
menyebabkan gangguan sistem pembuluh
darah, termasuk di otak; gangguan ini bisa
menyebabkan iskemi yang menghasilkan
lesi subkortikal di substansia alba, silent
in-farcts, dan atrofi yang pada MRI kalangan
penderita diabetes terlihat lebih sering dan
berat.
62Diabetes lebih dikaitkan dengan
risiko demensia vaskuler dibandingkan
de-ngan demensia Alzheimer.
63Metabolisme Abeta
64dan tau - protein
65yang membentuk plak dan kekusutan
neu-ron di otak juga dapat dipengaruhi oleh
kadar insulin.
Sebagian besar responden mempunyai berat
badan normal; 2 responden berat badannya
lebih dan 1 orang berat badannya kurang.
Mengingat obesitas erat hubungannya
dengan hipertensi, kolesterol tinggi, dan
diabetes melitus, beberapa studi mencoba
mencari hubungannya dengan
demen-sia. Hasilnya tidak konsisten - studi pada
kelompok usia pertengahan umumnya
menunjukkan peningkatan risiko
45,66;
se-Tabel. Penelitian –penelitian asosiasi aktivitas sosial dengan fungsi kognitif lanjut usia di masyarakat.
Penulis lokasi Populasi Eksklusi uji Hasil Amieva dkk.
2010
Masyarakat, Perancis PAQUID cohort
3.777 usia ≥65
tahun - MMSE, IADL risiko Alzheimer 55 % lebih rendah di kalangan social support baik, 23% lebih rendah di kalangan yang socially satisfied Bassuk dkk. 1999 Masyarakat, New Haven, Connecticutt Longitudinal 2.812 usia ≥65
tahun - SPSMQ, questionnaire Jaringan sosial terendah vs. tertinggi : 3-year OD untuk penurunan kognisi : 2,24 6-year OD : 1,91 12-year OD : 2,37 Crooks dkk. 2008 Masyarakat, California, USA Prospektif 2002-2005 2.249 usia ≥78 tahun anggota HMO, tidak demensia
Demensia, menolak/tak dapat
dikontak, data tak lengkap TICS-m (similar to MMSE), LSNS-6 for social network
80/456 (18%) menjadi demensia di kalangan jaringan sosial rendah, 188/1793 (10%) menjadi demensia di kalangan jaringan sosial tinggi
Efek protektif (HR = 0.74) Fratiglio ni dkk.
2000 Masyarakat, Kungsholmen Sweden Follow-up rata-rata 3 tahun
1.203 usia ≥ 75 tahun, tidak demensia
MMSE ≤23 MMSE, social network Jaringan sosial buruk/terbatas meningkatkan risiko demensia sebesar 60% (95%CI: 1.2 – 2.1)
Glei dkk.
2000 Masyarakat TaiwanLongitudinal 1989 - 2000
1387 usia ≥ 60
tahun - SPSMQ Aktivitas sosial positif terhadap kognisi, jaringan sosial tak berpengaruh Green dkk.
2008 Masyarakat, Baltimore, USA Longitudinal 1981 - 2005
874 usia ≥ 18
tahun - MMSE, IADL, Delayed word recall Tidak ada asosiasi antara aktivitas sosial dengan kognisi/IADL Ho dkk.
2001 Masyarakat, HongKongKohort 2032 usia ≥ 70 tahun Cognitive impairment CAPE di institusi vs. di masyarakat : OR pria 4.4 (1.7 – 11.1), OR perempuan 2.5 (1.3 – 4.9) James dkk.,
2011 Fasilitas pensiunan, Chicago, AS Kohort 12 tahun
1406 usia ≥65
tahun Demensia, data tak lengkap Battery of 21 tests Laju penurunan kognitif 70% lebih rendah di kalangan aktif sosial Yeh dkk.
baliknya, studi di usia lanjut menunjukkan
penurunan risiko AD.
67Mungkin ada situasi
lain dengan asosiasi nonlinear – adipositas
di usia pertengahan meningkatkan risiko,
kemudian terdapat perubahan patofisiologi
berkaitan dengan demensia yang (juga)
menurunkan indeks massa tubuh.
Mekanisme yang paling jelas ialah melalui
peningkatan risiko hipertensi, diabetes dan
hiperkolesterolemi
68; tetapi perbaikan
fak-tor-faktor tersebut ternyata tidak
mengu-rangi asiosiasinya
69, menandakan
kemung-kinan obesitas secara independen berisiko
demensia. Mekanismenya bisa akibat efek
jaringan adiposa yang mensekresi
bebera-pa sitokin, hormon dan faktor pertumbuhan
yang menembus sawar darah otak
68meng-ingat jaringan adiposa diketahui merupakan
jaringan endokrin aktif.
70Disregulasi hormon
leptin bersamaan dengan proses penuaan
dapat secara langsung mempengaruhi
de-generasi Alzheimer dengan meningkatkan
deposisi Abeta di jaringan otak.
71SiMPulan
Pada populasi penelitian ini hanya 2 (10%)
responden yang digolongkan mengalami
gangguan kognitif (MMSE < 24),
masing-masing berusia 71 dan 75 tahun; tidak
ter-dapat hubungan dengan tingkat social
engagement mereka. Hal ini bisa karena
sampel yang kecil, selain itu bisa karena
mereka yang datang ke kegiatan seperti ini
pada dasarnya memang mempunyai social
engagement yang baik.
Penyakit penyerta yang ditemukan ialah
hipertensi, diabetes melitus dan overweight;
hal ini perlu diperhatikan mengingat
penya-kit – penyapenya-kit tersebut merupakan faktor
risiko demensia.
Saran
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih
tepat mengenai pengaruh aktivitas sosial
terhadap fungsi luhur para lanjut usia,
pe-nelitian perlu dikembangkan mencakup
populasi masyarakat yang lebih luas; tidak
terbatas pada mereka yang aktif dalam
pa-guyuban lanjut usia.
Daftar PuStaka
1. WHO. Active Ageing : a policy framework, 2002. 2. Statistik Indonesia 2009. BPS kat.1101001.
3. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2008. BPS 2009.kat.4102004. 4. UUno.13/1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
5. Profil Lanjut Usia, Kemko Kesra, 2009.
6. Hadisaputro S, Wibisono BH. Aspek Imunologik pada Usia Lanjut – peranannya pada infeksi dan penyakit lain. Dalam: Geriatri. ed.4 Hadi Martono H, Kris Pranarka (eds), 2010).
7. Kusumoputro S, Sidiarto LD. Otak menua dan Alzhemier Stadium Ringan. Neurona 2001 ;18(3) :4-8.
8. Konsensus Nasional Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia Lainnya. Ed.1. Demensia Alzheimer. Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003. 9. Patterson C, Feightner JW, Garcia A, Hsiung G.-Y. R, MacKnight C, Sadovnick AD. Diagnosis and treatment of dementia: 1. Risk assessment and primary prevention of
Alzheimer disease. CMAJ 2008;178(5):548-56.
10. Fratiglioni L, Paillard-Borg S, Winbald B. An active and socially integrated lifestyle in late life might protect against dementia. Lancet Neurol 2004;3:343-53.
11. Verghese J, Lipton RB, Katz MJ, Hall CB, Derby CA, Kuslansky G, Ambrose AF, Sliwinski M, Buschke H. Leisure Activities and the Risk of Dementia in the Elderly. N Engl J Med 2003;348:2508-16.
12. Wang H-X, Karp A, Winbald B, Fratiglioni L. Late-Life Engagement in Social and Leisure Activities Is Associated with a Decreased Risk of Dementia: A Longitudinal Study from the Kungsholmen Project. Am J Epidemiol 2002;155:1081–7.
13. Rahardjo TBW, Yudarini, Dewi VP, Subarkah, Kreager P, Hogervorst E. Social Activities and Possible Dementia among the Elderly in Three Indonesian Communities. Abstract, 2008
14. Levasseur M, Richard L, Gauvin L, Raymond E. Inventory and analysis of definitions of social participation found in the aging literature: proposed taxonomy of social activities. Soc Sci Med. 2010 Dec;71(12):2141-9. Epub 2010 Oct 19.
15. Bassuk SS, Glass TA, Berkman LF. Social Disengagement and Incident Cognitive Decline in Community-Dwelling Elderly Persons. Ann Intern Med. 1999;131:165-73. 16. Barnes LL, Mendes de Leon CF, Wilson RS, Bienias JL, Evans DA, Social resources and cognitive decline in a population of older African Americans and whites.
Neurol-ogy 2004;63:2322–6.
17. Seeman TE, Lusignolo TM, Albert M, Berkman L, Social relationships, social support, and patterns of cognitive aging in healthy, high-functioning older adults: MacArthur studies of successful aging. Health Psychol. 2001 Jul;20(4):243-55.
18. Amieva H, et al. What aspects of Social Network are Protective for Dementia ? Not the Quantity but the Quality of Social Interactions is Protective Up to 15 Years Later. Psychosom.Med.2010;72.
19. Fratiglioni L Wang HX, Ericsson K, Maytan M, Winblad B. Influence of social network on occurrence of dementia: a community-based longitudinal study. Lancet. 2000 Apr 15;355(9212):1315-9.
20. Hakansson K, Rovio S, Helkala E-L, Vilska A-R, Winblad B, Soininen H, Nissinen A, Mohammed AH, Kivipelto M. Association between mid-life marital status and cogni-tive function in later life: population based cohort study. BMJ 2009;339:b2462. doi:10.1136/bmj.b2462
21. Helmer C, Letteneur L, Rouch I, Richard-Harston S, Barberger-Gateau P, Fabrigoule C, Orgogozo JM, Dartigues JF. Occupation during life and risk of dementia in French elderly community residents. J Neurol Neurosurg Psychiatry 2001;71:303–9.
22. Crooks VC , Lubben J, Petitti DB, Little D, Chiu V. Social Network, Cognitive Function, and Dementia Incidence Among Elderly Women. Am J Public Health. 2008;98:1221–1227. doi:10.2105/ AJPH.2007. 115923
23. Adolphs R. The Neurobiology of Social Cognition. Curr Opin Neurobiol 2001;11(2):231-9.
24. Bennet DA, Schneider JA, Tang Y, Arnold SE, Wilson RS. The effect of social networks on the relation between Alzheimer’s disease pathology and level of cognitive function in old people: a longitudinal cohort study. Lancet Neurol. 2006 May;5(5):406-12.
25. Saczynski JS, Pfeifer LA, Masaki K, Korf ESC, Laurin D, White L, Launer LJ. The Effect of Social Engagement on Incident Dementia. The Honolulu-Asia Aging Study. Am J Epidemiol 2006;163:433–440.
26. Krumholz HM, Butler J, Miller J, Vaccarino V, Williams CS, Mendes de Leon CF, Seeman TE, Kasl SV, Berkman LF.Prognostic Importance of Emotional Support for Elderly Patients Hospitalized With Heart Failure. Circulation 1998;97;958-64.
27. Mookadam F, Arthur HM, Social Support and Its Relationship to Morbidity and Mortality After Acute Myocardial Infarction Systematic Overview. Arch Intern Med. 2004;164:1514-8.
28. Jang Y, Borenstein A, Chiriboga DA,Mortimer JA. Depressive symptoms among African American and white older adults J Gerontol B Psychol Sci Soc Sci. 2005 Nov;60(6):P313-P319.
29. Yaffe K , Barrett-Connor E, Lin F, Grady D. Serum Lipoprotein Levels, Statin Use, and Cognitive Function in Older Women. Arch.Neurol 2002;59:378-84. 30. Berkman LF, The role of social relations in health promotion. Psychosom Med. 1995 May-Jun;57(3):245-54.
31. Holtzman RE, Rebok GW, Saczynski JS, Kouzis AC, Doyle KW, Eaton WW. Social network characteristics and cognition in middle-aged and older adults. J Gerontol B Psychol Sci Soc Sci. 2004 Nov;59(6):P278-84.
32. Yeh J. Shu-Chuan , Liu Y-Y. Influence of social support on cognitive function in the elderly. BMC Health Services Research 2003, 3:9.
33. Hughes TF, Ganguli M. Modifiable Midlife Risk Factors for Late-Life Cognitive Impairment and Dementia. Curr Psychiatry Rev. 2009 May 1; 5(2): 73–92.
34. Lazarov O, Robinson J, Tang YP, Hairston IS, Korade-Mirnics Z, Lee VM, Hersh LB, Sapolsky RM, Mirnics K, Sisodia S. Environmental enrichment reduces Abeta levels and amyloid deposition in transgenic mice. Cell. 2005 Mar 11;120(5):572-4.
35. Black JF, Sirevaag AM, Greenough WT. Complex experience promotes capillary formation in young rat visual cortex. Neurosci Lett. 1987 Dec 29;83(3):351-5. 36. Kemperman G, Kuhn H, Gage FH More hippocampal neurons in adult mice living in an enriched environment. Nature. 1997 Apr 3;386(6624):493-5. 37. InaSH. Pengukuran Tekanan Darah yang Benar. Leaflet. www.inashonline.org
38. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,Detection,Evaluation, andTreatment ofHigh Blood Pressure. NIH Publication No. 04-5230. August 2004.
39. Hultsch DF, Hertzog C, Small BJ, Dixon RA. Use It or Lose It: Engaged Lifestyle as a Buffer of Cognitive Decline in Aging ? Psychol. Aging 1999;14(2):245-63 . 40. Glei DA, Landau DA, Goldman N, Chuang Y-L, Rodríguez G, Weinstein M.Participating in social activities helps preserve cognitive function: an analysis of a longitudinal,
population-based study of the elderly. Internat. J. Epidemiol. 2005;34:864–71. 41. Green
42. Ho SC, Woo J, Sham A, Chan SG, Yu ALM. A 3-year follow-up study of social, lifestyle and health predictors of cognitive impairment in Chinese older cohort. Int J Epidemiol 2001;30:1389-96.
43. James BD, Wilson RS,Barnes LL,. Bennett1 DA, Late-Life Social Activity and Cognitive Decline in Old Age. J. Internat. Neuropsychological Soc(2011;17, 1–8. 44. Kivipelto M, Helkala E-L, Laakso MP, Hänninen T, Hallikainen M, Alhainen K, Soininen H, Tuomilehto J, Nissien A . Midlife vascular risk factors and Alzheimer’s disease
in later life: longitudinal, population based study. BMJ 2001;322:1447–51.
45. Whitmer RA, Gunderson EP, Barrett-Connor E, Quesenberry CP, Yaffe K., Obesity in middle age and future risk of dementia: a 27 year longitudinal population based study. BMJ, doi:10.1136/bmj.38446.466238.E0 (published 16 May 2005.
46. Guo Z, Vitanen M, Fratiglioni I, Winblad B. Low blood pressure and dementia in elderly people: the Kungsholmen project. BMJ 1996;312:805-8. 47. Qiu C, Winblad B, Fratiglioni L., The age-dependent relation of blood pressure to cognitive function and dementia. Lancet Neurol. 2005 Aug;4(8):487-99.
48. Hanon O, Latour F, Seux ML et al. Evolution of blood pressure in patients with Alzheimer’s disease: a one year survey of a French Cohort (REAL.FR). J Nutr Health Aging 2005;9:106-11.
49. Padwal R, Strauss SE, McAlister FA. Cardiovascular risk factors and their effects on the decision to treat hypertension: evidence based review. BMJ 2001;322:977–80 50. Havlik RJ, Foley DJ, Sayer B, Masaki K, White L, Launer LJ. Variability in Midlife Systolic Blood Pressure Is Related to Late-Life Brain White Matter Lesions: The
Honolulu-Asia Aging Study. Stroke 2002;33;26-30.
51. Petrovitch H, White LR, Izmirilian G, Ross GW, Havlik RJ, Markesbery W, Nelson J, Davis DG, Hardman J, Foley DJ, Launer LJ. Midlife blood pressure and neuritic plaques, neurofibrillary tangles, and brain weight at death: the HAAS. Honolulu-Asia aging Study. Neurobiol Aging. 2000 Jan-Feb;21(1):57-62.
52. den Heijer T, Launer LJ, Prins ND et al. Association between blood pressure, white matter lesions, and atrophy of the medial temporal lobe. Neurology. 2005 Jan 25;64(2):263-7.
53. Aliev G, Smith MA, Ovrenovich ME, de la Torre JC, Perry G. Role of vascular hypoperfusion-induced oxidative stress and mitochondria failure in the pathogenesis of Azheimer disease. Neurotox Res. 2003;5(7):491-504.
54. Curb JD, Rodriguez BL, Abbott RD et al. Longitudinal association of vascular and Alzheimer’s dementias, diabetes, and glucose tolerance. Neurology. 1999 Mar 23;52(5):971-5.
55. Luchsinger JA, Reitz C, Patel B, Tang M-X, Manly JJ, Mayeux R. Relation of Diabetes to Mild Cognitive Impairment. Arch Neurol. 2007;64:570-5.
56. Xu W, Qiu C, Gatz M, Pedersen NL, Johansson B, Fratiglioni L. Mid- and Late-Life Diabetes in Relation to the Risk of Dementia A Population-Based Twin Study. Dia-betes 2009;58:71–7.
57. Schnaider Beeri M, Goldbourt U, Silverman JM, Noy S, Schmeidler J, Ravona-Springer R, Sverdlick A, Davidson M. Diabetes mellitus in midlife and the risk of dementia three decades later. Neurology. 2004 Nov 23;63(10):1902-7.
Adult Gealth Study.JAGS 2003 :51:410-414. Dikutip dari : Hughes TF, Ganguli M. Modifiable Midlife Risk Factors for Late-Life Cognitive Impairment and Dementia.
Curr Psychiatry Rev. 2009 May 1; 5(2): 73–92.
59. Roberts RO, Geda YE, Knopman DS, Christianson TJH, Pankratz VS, Boeve BF, Vella A,. Rocca WA,;. Petersen RC, Association of Duration and Severity of Diabetes Mellitus With Mild Cognitive Impairment. Arch Neurol. 2008;65(8):1066-73.
60. Wu JH, Haan MN, Liang J, Ghosh D, Gonzales HM, Herman WH. Impact of antidiabetic medications on physical and cognitive functioning of older Mexican Americans with diabetes mellitus: a population-based cohort study. Ann Epidemiol. 2003 May;13(5):369-76.
61. Haan MN. Therapy Insight: type 2 diabetes mellitus and the risk of late-onset Alzheimer’s disease. Nat Clin Pract Neurol. 2006 Mar;2(3):159-66.
62. Manschot SM, Biessels GJ, de Valk H, algra A, Rutten GEHM, van der Grond J, Kappelle LJ on behalf of the Utrecht Diabetic Encephalopathy Sytudy Group 2007. Metabolic and vascular determinants of impaird cognitive performance and abnormalities on brain magnetic resonance imaging in patients with type 2 diabetes. Diabe-tologia 2007;50:2388-97.
63. Hassing LB, Johansson B, Nilsson SE, Berg S, Pedersen NL, Gatz M, McClearn G. Diabetes mellitus is a risk factor for vascular dementia, but not for Alzheimer’s disease: a population-based study of the oldest old. Int Psychogeriatr. 2002 Sep;14(3):239-48.
64. Gasparini L, Netzer JW, Greengard P, Xu H. Does insulin dysfunction play a role in Alzheimer’s disease? Trends Pharmacol Sci. 2002 Jun;23(6):288-93
65. de la Monte SM, Wands JR. Review of insulin and insulin-like growth factor expression, signaling, and malfunction in the central nervous system: relevance to Alzheimer’s disease. J Alzheimers Dis. 2005 Feb;7(1):45-61.
66. Kivipelto M, Ngandu T, Fratiglioni L, Viitanen M, Kåreholt I, Winblad B, Helkala EL, Tuomilehto J, Soininen H, Nissinen A. Obesity and vascular risk factors at midlife and the risk of dementia and Alzheimer disease. Arch Neurol. 2005 Oct;62(10):1556-60.
67. Sturman MT, de Leon CF, Bienias JL, Morris MC, Wilson RS, Evans DA. Body mass index and cognitive decline in a biracial community population. Neurology. 2008 Jan 29;70(5):360-7. Epub 2007 Sep 19.
68. Gustafson D, Rothenberg E, Blennow K, Steen B, Skoog I. An 18-Year Follow-up of Overweight and Risk of Alzheimer Disease, Arch Intern Med. 2003;163:1524-28 2003.
69. Whitmer RA, Gustafson DR, Barret-Connor E, Haan MN, Gunderson EP, Yaffe K. Central obesity and increased risk of dementia more than three decades later., Neurol-ogy. 2008 Sep 30;71(14):1057-64. Epub 2008 Mar 26.
70. Gustafson D. Adiposity indices and dementia. Lancet Neurol. 2006 Aug;5(8):713-20.
71. Fewlass DC, Noboa K, Pi-Sunyer FX, Johnston JM, Yan SD, Tezapsidis N. Obesity-related leptin regulates Alzheimer’s Abeta The FASEB J. 2004; 18 : 1870-8. 72. Jankowsky JL, Melnikova T, Fadale DJ, Xu GM, Slunt HH, Gonzales V , Younkin LH,Younkin SG, Borchelt DR, Savonenko AV. Environmental Enrichment Mitigates
Cognitive Deficits in a Mouse Model of Alzheimer’s Disease. J Neurosci. 2005 ; 25(21):5217–24.
laMPiran
Indeks Social Disengagement (Bassuk SS dkk., 1999) I. pasangan hidup (PH).
1. Apakah anda pernah menikah ?
1 = ya 2=tidak (lewati pertanyaan 2). _____ 2. Apakah saat ini anda :
menikah - 1 berpisah -2 cerai hidup -3 cerai mati -4 _____ Jika jawaban no.1 = 1 dan no.2 = 1
kode PH diberi angka 1 ; selain itu kode PH diberi angka 0 PH _____ II. Kontak visual / bulan dengan 3 atau lebih keluarga dan/atau sahabat
(VIS)
III. Kontak nonvisual/tahun dengan 10 atau lebih keluarga dan/atau sahabat (NVIS)
Anak :
1. Berapa anak anda (termasuk anak angkat)
jika tidak ada, pertanyaan 2 sd.4 dijawab =0 ____ 2. Berapa banyak yang saat ini masih hidup ____ 3a. Berapa banyak anak anda yang bertemu anda sedikitnya sekali seminggu ?
____ 3b. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang bertemu anda sedikitnya sekali sebulan ? ____
4a. Berapa banyak anak anda yang berbicara pertelpon/surat setiap minggu ? ____ 4b. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang berbicara pertelpon/surat setiap bulan ? ____ 4c. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang berbicara pertelpon/surat beberapa kali/tahun ? ____ Famili/keluarga lain :
5. Pada umumnya, selain anak-anak anda, berapa banyak sanak/keluarga yang anda rasa dekat ? (merasa dekat ialah jika bisa diajak bicara mengenai masalah pribadi atau mau dimintai tolong sewaktu-waktu). _____ 6. Berapa banyak sanak/keluarga tersebut yang anda jumpai sedikitnya
sekali / bulan ? _____ 7. Berapa banyak sanak/keluarga tersebut yang berhubungan per telepon/surat beberapa kali/tahun ? _____ Teman dekat/sahabat :
8. Pada umumnya, berapa banyak teman dekat anda?
(merasa dekat ialah jika bisa diajak bicara mengenai masalah pribadi atau mau dimintai tolong sewaktu-waktu). _____ 9. Berapa banyak teman dekat anda tersebut yang anda jumpai sedikitnya sekali / bulan ? _____ 10. Berapa banyak teman dekat anda tersebut yang berhubungan per telepon/surat beberapa kali/tahun ? _____
Jika jawaban 3a + 3b + 6 + 9 ≥ 3
kode VIS diberi angka 1, selain itu beri angka 0. VIS _____ Jika jawaban 4a + 4b + 4c + 7 + 10 ≥ 10
kode NVIS diberi angka 1, selain itu beri angka 0. NVIS _____
IV. Kunjungan ke tempat ibadah (TIB).
1. Berapa seringnya anda mengunjungi tempat ibadah ? 1 = tak pernah/hampir tak pernah
2 = 1 – 2 kali/tahun 3 = beberapa bulan sekali 4 = 1 – 2 kali/bulan 5 = sekali seminggu 6 = > 1 kali/minggu
Jika jawaban ≥ 4 kode TIB diberi angka 1, selain itu beri angka 0 TIB ______ V. Keanggotaan di kelompok lain (KEL)
1. Apakah anda bergabung di suatu kelompok seperti arisan, kelompok pengajian, lingkungan, kelompok sosial, sukarela ?
Jika jawaban ya = 1 (jelaskan) ; tidak = 2
Jika nilai = 1 kode KEL diberi angka 1; selain itu beri angka 0 KEL ______ VI. Partisipasi teratur pada aktivitas sosial rekreasional
1. Berikut daftar kegiatan saat santai; di bulan lalu, berapa seringnya anda melakukan kegiatan berikut ;
(nilai 0 jika tidak pernah, 1 jika kadang-kadang < 1 kali/mgg, 2 jika ≥ 1 kali/mgg ) 1. Olahraga aktif atau berenang ____ 2. Jalan kaki ____ 3. Berkebun ____ 4. Olahraga/ latihan fisik ____ 5. Masak sendiri ____ 6. Mengerjakan hobi ____ 7. Keluar rumah dan berbelanja ____ 8. Ke bioskop, konser, restoran atau menonton pertandingan olahraga ____ 9. Baca buku, majalah, koran ____ 10. Nonton siaran televisi ____ 11. Melancong, perjalanan bermalam/menginap ____ 12. Kerja sukarela/amal ____ 13. Kerja masyarakat yang dibayar ____ 14. Main kartu, catur, halma, tekateki silang, sudoku teratur ____ 15. Kegiatan lain ? Jelaskan ……… ____
Jika jawaban 7 + 8 + 11 + 12 + 13 + 14 ≥ 6 (jika rata-rata ≥ 1)
kode SOS diberi angka 1; selain itu SOS=0 SOS ____ Partisipasi pada kegiatan fisik :
Jika jawaban 1 + 2 + 3 + 4 ≥ 4 (jika rata-rata ≥ 1)
kode FIS diberi angka 1; selain itu FIS = 0 fiS ____
Aktivitas kognitif : Jika jawaban 9 + 10 ≥ 1
kode KOG diberi angka 1; selain itu KOG = 0 koG ____
Aktivitas sosial :
Nilai gabungan 3 indikator – TIB, KEL, SOS ASOS ____ Jaringan sosial :
Nilai gabungan 3 indikator – PH, VIS, NONVIS JSOS ____ Nilai gabungan (GAB) berasal dari gabungan 6 indikator
– PH, VIS, NONVIS, TIB, KEL, SOS Beri nilai 4 = 5-6 kelompok bernilai 1 3 = 3-4 kelompok bernilai 1 2 = 1-2 kelompok bernilai 1 1 = 0 kelompok bernilai 1
Jika > 2 indikator tak ada nilainya, tidak ada nilai gabungan.
Social engagement dinilai dari nilai GAB :
baik jika nilainya 3 - 4; buruk jika nilainya 1 - 2 GaB ____
Aktivitas fisik dinilai dari nilai FIS ; baik jika nilainya =1, buruk jika nilainya =0 Aktivitas kognitif dinilai dari nilai KOG ; baik jika nilainya =1, buruk jika nilainya =0