• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Keharmonisan dalam hubungan rumah tangga antara suami dan isteri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Keharmonisan dalam hubungan rumah tangga antara suami dan isteri"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Keharmonisan dalam hubungan rumah tangga antara suami dan isteri adalah harapan yang diinginkan dalam sebuah rumah tangga. Maka cinta kasih, mawaddah dan rahmah yang dianugerahkan Allah kepada suami isteri merupakan tugas berat yang harus dipelihara oleh keduanya. Karena perkawinan itu merupakan ikatan lahir batin antara keduanya untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal dan abadi.1

Kekekalan dan keabadian hubungan perkawinan tersebut akan dapat terwujud apabila keduanya mampu memahami tujuan perkawinan secara benar dengan melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing antara suami dan isteri secara adil dan seimbang.2

Namun sebuah perkawinan tak ubahnya seperti bahtera di lautan. Yang tidak bisa tidak, akan selalu berhadapan dengan cobaan, gangguan, dan hambatan dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangganya. Munculnya perselisihan dan perbedaan pandangan antara suami dan isteri adalah suatu

1 Hal tersebut senada dengan ketentuan Pasal 1 Undang-undang No 1 Tahun 1974

tentang Pekawinan “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Departemen Agama RI, Bahan Penyuluhan Hukum:

UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, UU No. 1 Tahun 1974, tentang Perkawinan, dan Inpres No. 1/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam, 1999/2000, hlm. 168.

2 Hal tersebut sesuai dengan Pasal 31 Undang-undang No 1 Tahun 1974 :

1) Hak dan kedudukan isetri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup dalam masyarakat.

2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbutan hukum. 3) Suami adalah kepala rumah tangga dan isteri adalah ibu rumah tangga.

(2)

kewajaran, namun yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana suami dan isteri mensikapinya dengan satu komitmen yaitu kasih sayang untuk mempertahankan dan menyelamatkan hubungan rumah tangga.

Barangkali perselisihan yang terjadi di antara keduanya sering tidak dapat dipersatukan. Namun sebelum perceraian terjadi, Islam memberikan berbagai solusi yang baik kepada suami isteri untuk tetap dapat mempertahanan keutuhan rumah tangga. Karena perceraian merupakan langkah terakhir yang dilakukan setelah semua upaya nusyuz dilakukan tidak berhasil dan betul-betul antara suami isteri tidak dapat dipersatukan lagi.3

Salah satu penyebab perselisihan dalam rumah tangga adalah bentuk ketidaktaatan yang dilakukan oleh seorang isteri kepada suaminya. Bentuk pembangkangan tersebut dalam Islam diistilahkan dengan nusyuz, bahkan dalam persoalan nusyus dijelaskan secara lengkap termasuk langkah-langkah yang harus dilakukan terhadap isteri yang melakukan nusyuz, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Nisa ayat 34:

!"# $%" & !'( )!"# *'

+,-./ 0

12

!'$

3

45-6

7

Artinya : …dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur mereka, dan pukulah mereka, dan bila mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.

3 Perceraian ini merupakan perbuatan yang halal tetapi tidak disukai oleh Allah

sebagimana sabda Rasulullah Saw. :

! "# $ ! % "& %' ( (

) * % +,"' (

-.

Artinya : Dari Ibnu Umar, katanya, telah bersabda Rasulullah Saw. “Barang yang halal yang

(3)

Sesunguhnya Allah maha Mengetahui lagi maha Mengenal. (Q.S al- Nisa : 34).4

Dari ayat tersebut di atas, apabila dirinci maka ada beberapa tahapan dalam menyelesaikan perselisihan tersebut, yaitu :

a. Isteri diberi nasehat berbagai kemungkinan negatif dan positifnya. Dari tindakannya itu, terlebih apabila terjadi perceraian.

b. Apabila usaha pertama berupa pemberian nasehat tidak berhasil, langkah kedua adalah memisahkan tempat tidur isteri dari tempat tidur suami, meski dalam satu rumah. Dengan maksud agar dalam kesendirian ia memikirkan untung dan ruginya dengan segala akibat dari tindakannya itu. c. Apabila langkah tersebut tidak membawa hasil, maka langkah ketiga

adalah memberi pelajaran, atau dalam bahasa al-Qur'an memukulnya. 5 Langkah tersebut cukup bijak dalam menyelesaikan persoalan nusyuz yang terjadi dalam rumah tangga. Namun di sisi lain, ayat tersebut terdapat unsur pembolehan bagi seorang suami (laki-laki) untuk melakukan pemukulan (kekerasan) terhadap isteri (perempuan).

Pertanyaan mendasar justru dari ayat tersebut adalah dalam kategori apa pembangkangan dan ketidaktaatan yang dimaksud dalam ayat tersebut, sehingga timbul adanya term nusyuz. Bahkan sampai diperbolehkan untuk memukulnya (walaupun sebagai upaya terakhir). Justru inilah yang dianggap oleh sebagian kelompok masyarakat (feminis) merupakan salah satu bentuk kekerasan fisik terhadap perempuan. Mereka berpendapat apapun alasannya, tindak kekerasan terhadap terhadap wanita tidak dapat dibenarkan.

Fenomena kekerasan terhadap wanita bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan dalam keadaan apapun. Salah satu peluang terjadinya kekerasan

4 Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Intermassa, 1986m hlm.

123.

(4)

terhadap wanita adalah dalam rumah tangga. Kekerasan ini biasanya berbentuk serangan fisik integritas mental prsikologi. Bahkan berbagai bentuk kekerasan ini sering disebut sebagai kekerasan gender, yang sering terjadi dalam rumah tangga, lingkungan sosial, negara bahkan tafsir agama.6

Dari fenomena tersebut, keberadaan ayat tentang nuzyuz dan fenomena pembolehan pemukulan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan (rumah tangga). Tentu akan menarik untuk dikaji bilamana dalam hal ini melibatkan Amina Wadud sebagai salah satu tokoh yang sangat intens terhadap feminisme.7 Ia salah seorang tokoh feminis muslim yang mendasarkan bahwa betapa pentingnya analisis konsep perempuan dalam al-Qur'an dengan menggunakan metode yang khas feminis untuk melawan hegemoni terhadap pemahaman (penafsiran) khas patriarkhi yang bias gender.

Termasuk keberadaan ayat al-Qur'an (4; 34) tersebut, menurutnya ada dua tema pokok sentral yang sering dipersoalkan kaitannya dengan keadilan

6 Selain itu, realitas sosial yang ada seringkali menjadikan dalil-dalil agama sebagai

dasar untuk menolak keadilan gender. Kitab-kitab tafsir yang dijadikan referensi melegalkan pola hidup patriarkhi yang memberikan hak-hak istimewa kepada pria dan cenderung memojokkan kaum perempuan. Perempuan menjadi korban penafsiran keagamaan selama puluhan tahun akibat dari penafsiran keagamaan yang bias jender dan beridiologi patriarkhi. Hal tersebut di antaranya Banyak kitab-kitab klasik yang membahas tentang relasi laki-laki dan perempuan dalam lingkup perkawinan dan masih banyak menguntungkan kaum laki-laki, misalnya kitab “ ’Uqud al-Lujjayn

fi Bayan Huquq al-Zawjain” salah satu dari karya Syikh Nawawi al-Bantany yang sangat populer

di kalangan Pesantren, yang dirasa perlu adanya telaah kritis yang bersifat takhriji terhadap hadits-hadits yang terkandung di dalamnya. Sinta Nuriyah Abdurrhaman Wahid, et al., Wajah Baru

Relasi Suami Isteri: Telaah Kitab ‘Uqud al-Lujjayn, Yogyakarta: LKiS dan Forum Kajian Kitab

Kuning (FK3), 2003, hlm. vii.

7 Pada mulanya feminisme merupakan gerakan yang berangkat dari asumsi bahwa kaum

perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta usaha untuk mengakhiri terhadap penindasan dan eksploitasi tersebut. Namun menurut Dr. Mansoer Fakih gerakan feminisme merupakan perjuangan dalam rangka mentransformasikan sistem dan struktur yang tidak adil, menuju sistem yang adil baik bagi laki-laki maupun perempuan. Lihat Mansour Fakih, Analisis

(5)

terhadap peran dan posisi perempuan. Pertama posisi antara laki-laki dan perempaun. Kedua, adanya term nusyuz yang bersumber dari pembangkangan dan ketidaktaatan seorang isteri (perempuan) terhadap suami (laki-laki). Di mana pada persoalan ini diperbolehkan adanya pemukulan terhadap wanita.

Dalam hal inilah Amina Wadud mencoba memberikan konsep baru tentang nusyus. Ia memberikan gagasan tentang apa yang disebut dengan pembangkangan dan ketidaktaatan yang dimaksud dalam al-Qur'an, sehingga tindakan tersebut dinyatakan sebagai nusyuz oleh seorang isteri terhadap suami.

Menurut Amina Wadud, dalam al-Qur'an kata nusyuz juga dapat merujuk kepada kaum laki-laki (Q.S. al-Nisa : 128) dan kaum perempuan (Q.S. al-Nisa : 34) meski kedua kata ini sering diartikan berbeda menurut pendapat masing-masing.8 Menurutnya ketika merujuk kepada perempuan, kata nusyuz berarti ketidak patuhan isteri terhadap suami. Sedangan ketika merujuk kepada suami berarti suami bersikap keras kepada isterinya dan tidak mau memberikan haknya. Dengan demikian menurutnya ketika kata nusyuz disandingkan dengan perempuan (isteri) ia tidak diartikan dengan ketidak patuhan pada suami (disobidience to the husband) tetapi lebih hanya gangguan keharmonisan dalam keluarga saja.9

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut di atas, maka kajian ini akan penulis angkat dalam sebuah skripsi yang berjudul “Studi Analisis

8 Amina Wadud, Qur’an and Women: Rereading the Scread Feat From Women’s Pespective, (tarj.) Abdullah Ali, Jakarta: Serambi, 2001, hlm. 137.

9 Khudori Sholeh (e.d), Pemikiran Islam Kontemporer, Yogyakarta: Jendela, 2003, hlm.

(6)

Konsep Nusyuz Menurut Amina Wadud Relevansinya Terhadap Upaya Penanggulangan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan” dengan harapan skripsi dapat memberikan sumbangsih pemikiran bahwa kekerasan terhadap perempuan diupayakan untuk ditanggulangi agar jangan sampai terjadi.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana dasar pemikiran Amina Wadud tenteng konsep nusyuz ?

2. Bagaimana Pemikiran Amina Wadud tentang nusyuz relevansinya dengan upaya penanggulangan tindak kekerasan terhadap wanita ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, yaitu :

1. Untuk mengetahui dasar pemikiran Amina Wadud tentang konsep nusyuz. 2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Amina Wadud tentang nusyuz

dalam upaya penanggulangan tindak kekerasan terhadap wanita.

D. Telaah Pustaka

Telaah pustaka ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi tentang penelitian-penelitian atau karya-karya ilmiah lain yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti agar tidak terjadi dupliksi atau pengulangan. Di samping itu dapat memberikan rasa percaya diri dalam melakukan penelitian yang penulis lakukan, sebab dengan telaah pustaka semua konstruksi yang

(7)

berhubungan dengan penelitian yang telah tersedia kita dapat menguasai banyak informasi yang berhubungan dengan penelitian yang kita lakukan.

Berikut ini adalah beberapa karya ilmiah berupa buku yang dimaksud: Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (et.al) dalam buku “Wajah Baru Relasi Suami isteri : Telaah Kitab ‘Uqud al-Lujjayn”. Menurutnya ayat tentang nusyuz harus dipahami secara benar, karena diperbolehkannya pemukulan (dalam nusyuz) dalam ayat tersebut seringkali dijadikan alasan sebagai pembenar oleh laki-laki untuk melakukan tindak kekerasan terhadap perempuan. Menurut Sinta Nuriyah fenomena pemukulan masih ditolerer/dibolehkan asalkan membawa faedah dan tidak membahayakan. Namun bagaimanapun juga menurutnya pemukulan tersebut akan menimbulkan dampak psikologis yang kurang baik, lebih-lebih bila saat pemukulan tersebut sampai diketahui oleh anggota keluarga yang lain terutama anak-anak, maka dampaknya akan lebih tidak baik lagi. Maka dalam hal ini pemukulan ini seharusnya dihindarkan.10

Selanjutnya Asghar Ali Engineer dalam bukunya “The Qur’an and Women” mengemukakan dalam situasi sekarang ini tidak akan diterima suatu pendapat bahwa menurut kitab suci seorang boleh memukul istrinya (4:34). Bahkan kata dharaba diartikan memukul isterinya maka hal itu harus dilihat dalam konteks yang benar. Menurut Engineer bahwa ayat-ayat al-Qur'an ada yang kontekstual dan ada ayat-ayat yang normatif.11 Maksudnya pembolehan

10 Sinta Nuriyah Abdurrhaman Wahid, et al., op. cit., hlm. 51-52.

11 Ayat-ayat Normatif artinya ayat al-Qur’an yang memuat nilai-nilai dan prinsip-prinsip

(8)

pemukulan isteri itu tidak didekte oleh suatu keadaan tetentu. Namun pada sisi yang lain al-Qur'an juga mengindikasikan pada konteks yang lain bahwa laki-laki dan perempuan adalah sama dalam setiap hal. Oleh karena itu, pembacaan (pemahaman) Q.S al-Nisa ayat 34 harus harus diiringi dengan ayat sebelum dan sesudahnya secara bersamaan yaitu ayat 19 dan 35. Membaca (memahami) ayat 34 secara parsial (terpisah/sepotong-sepotong) akan melukai spririt al-Qur'an dan keinginan idiologinya untuk memberdayakan perempuan.12

Begitu pula Amina Wadud dalam bukunya “Qur’an and Women : Rereading the Scread Feat From Women’s Pespective” mengemukakan bahwa terhadap isteri yang nusyus al-Qur'an memberi tiga tahap solusi. Pertama, solusi verbal, baik antara suami sendiri (4;34) atau melibatkan orang lain sebagai mediator (4: 35, 128). Kedua, boleh pisah ranjang. Ketiga, memukulnya. Tetapi hanya dalam kasus-kasus yang ekstrim saja langkah yang ketiga ini dapat dilakukan. Mengenai tindakan pemukulan yang dilakukan oleh orang mukmin dewasa ini, Amina Wadud menengaskan bahwa hal itu tidak berakar dari keberadaan surat al-Nisa 34. Jika seorang benar-benar mengamalkan ayat tersebut maka ia tidak akan menempuh cara yang ketiga untuk mengakhiri konflik rumah tangga. Menurutnya pemukulan tidak akan

tidak perlu dirubah karena mengandung prinsip dasar ajaran syari’ah yang selalu relevan sepanjang zaman. Sedangkan ayat-ayat Kontekstual artinya bahwa ayat-ayat yang diturunkan untuk merespon problem-problem sosial tertentu pada masa itu, konteks ayat itu dapat diabrogasi (dirubah secara bertahap). Untuk menemukan makna yang tepat sesuai dengan tuntutan dan perkembangan situasi dan kondisi. M. Agus Nuryanto, Islam dan Teologi Pembebasan dan

Kesetaraan Gender : Studi atas Pemikiran Asghar Ali Engineer, Yogyakarta: UII Press, 2001, hl.

85.

12 Asghar Ali Engineer, The Qur’an Women and Modern Society, (tarj.) Agus Nuryanto,

(9)

menyelesaikan masalah tetapi justru akan menciptakan suasana yang lebih parah dan tidak harmonis. Bahkan ayat ini juga dapat berarti langkah untuk melarang tindakan kekerasan terhadap wanita dengan tanpa sebab.13

Sedangkan dalam skripsi yang pernah membahas tentang nusyuz di antaranya adalah :

Skripsi berjudul “Wacana Gender dalam Nusyuz (Studi Analisis Konsep Nusyuz Laki-laki dan Perempuan dalam Kitab Fiqih Sunnah)” yang ditulis oleh Heri Stiyanto (2195 062) mengangkat dua pokok pembahasan. Pertama, Analisis konsep nusyuz isteri dan suami dalam kitab Fiqh Sunnah dan yang Kedua membahas tentang nusyuz suami dan isteri dalam kitab Fiqh Sunah yang menurut pendapatnya sangat bias gender.

Selanjutnya skripsi Zaenal Mustaqim (2197 117) yang berjudul “Studi Analisis Pendapat Abu Hanifah tentang Batasan Nusyuz Kaitanya dengan Hak Nafkah” membahas dua pokok persoalan. Pertama, pendapat Imam Abu Hanifah tentang batasan nusyus kaitannya dengan hak nafkah. Kedua, membahas metode istinbath hukum yang digunakan Imam Abu Hanifah tentang batasan nusyuz kaitannya dengan hak nafkah.

Sedangkan Sripsi penulis yang berjudul “Studi Analisis Konsep Nusyuz Menurut Amina Wadud Relevansinya Terhadap Upaya Penanggulangan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan” akan menfokuskan pada dua pokok pembahasan yang penulis anggap sangat penting kaitannya dalam kehidupan rumah tangga. Persoalan tersebut adalah : Pertama, analisis

13 Amina Wadud, Qur’an and Women: Rereading the Scread Feat From Women’s Pespective, (tarj.) Abdullah Ali, Jakarta: Serambi, 2001, hlm. 136-141.

(10)

terhadap dasar pemikiran konsep nusyuz menurut Amina Wadud. Kedua, relevansi konsep nusyuz Amina Wadud dengan penanggulangan tindak kekerasan terhadap Perempuan.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian Library Research (penelitian pustaka). Di mana penelitian yang akan penulis lakukan berdasarkan pada data-data kepustakaan yang berkaitan pada pokok persoalan yang dibahas.

1. Sumber Data

Untuk memudahkan mengidentifikasi sumber data, maka penulis mengklasifikasikan sumber data tersebut menjadi dua jenis sumber data, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Data primer adalah data penelitian langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang diteliti.14 Maka data primer dari penelitian ini adalah buku-buku . Amina Wadud, Qur’an and Women: Rereading the Scread Feat From Women’s Pespective, (tarj.) Abdullah Ali, Jakarta: Serambi, 2001.

b. Sumber Data Skunder

Data Skunder merupakan data yang tidak langsung diperolah oleh

14 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. I, 1997,

(11)

peneliti dari subyek penelitiannya.15 Sebagai data skunder dalam penelitian ini adalah tentang pendapat Amina Wadud yang ditulis oleh orang lain.

2. Analisis Data

Dari data-data yang pernah penulis peroleh, maka untuk menyusun dan menganalisa penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a. Deskriptif

Metode deskriptif adalah untuk membantu dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu serta mengetahui bagaimana mencapai tujuan yang diinginkan.16

Skripsi ini merupakan kajian sebuah konsep pemikiran seorang tokoh, maka dengan metode tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan dan menguraikan secara menyeluruh pemikiran Amina Wadud sehingga akan didapatkan informasi secara komprehensif dan utuh.

b. Content Analisys (analisis isi)

Karena sebagian sumber data dari penelitian ini berupa informasi dan berupa teks dokumen. Maka penulis dalam menganalisis menggunakan teknik analisis dokumen yang sering disebut dengan metode content analysis.17 Di samping itu, data yang dipakai adalah data yang bersifat

15 Ibid

16 Consuelo G. Sevilla (et. el), Pengantar Metode Penelitian, (tarj.) Alimuddin Tuwu,

Jakarta: UI. Press, 1993, hlm. 73

(12)

deskriptif (data tekstular) yang hanya dianalisis menurut isinya.18 Dengan ketentuan, hal tersebut dilakukan secara obyektif dan sistematis.19

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, maka penulis akan menguraikan sistematika dari skripsi ini yang terbagi dalam 5 (lima) bab yang diuraikan menjadi sub-sub bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Telaah Pustaka E. Metode Penelitian F. Sistematika Penulisan

BAB II : TINJUAN UMUM TENTANG NUSYUZ A. Tujuan Perkawinan dalam Islam. B. Pengertian dan Dasar Hukum Nusyuz

C. Sebab-sebab Nusyuz dan Upaya Penyelesaiannya

BAB III : KONSEP AMINA WADUD TENTANG NUSYUZ

18 Sumardi Suryabrata, op. cit., hlm. 40

19 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rake Sarasin, 1996, hlm.

(13)

A. Sekilas tentang Biografi Amina Wadud B. Metode dan Corak Pemikiran Amina Wadud C. Konsep Amina Wadud tentang Nusyuz

BAB IV : ANALISIS KONSEP NUSYUZ AMINA WADUD

RELEVANSINYA DALAM UPAYA PENANGGU-

LANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP

PEREMPUAN

A. Analisis Terhadap Konsep Nusyuz Amina Wadud.

B. Relevansi Konsep Nusyuz Amina Wadud dengan Penanggulangan Tindak Kekerasan terhadap Perempuan.

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Penutup

DAFTAR PUSTAKA

Abdur Rahman I. Doi, Women in Syari’ah (Islamic Law), Kuala Lumpur: A.S. Noordeen, 1992.

Abu Bakar bin Muhammad Husain, Kifayat al-Ahyar, Bandung, al-Maarif, 1984. Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

(14)

Al-Imam Muhammad bin Ismail al-Amir al-Yamin al-Shana’I, Bulugh al-Maram, Juz III, Beirut Libanon: Daar al-Kitab al-Ilmiyah, t. th.

Al-San’ani, Subul al-Salam, Juz. 3, Kairo: Daar al-Ihya al-Araby, 1960.

Al-Thabari, Tafsir al-Thabari, Jilid –3, Beirut Libanon: Daar al-Kitab al-Ilmiyah, t. th.

Amina Wadud, Qur’an and Women: Rereading The Sacred Text From a Women’s Perspective, (tarj.) Abdullah Ali, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001.

Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology: Essay on Liberative Elements in Islam, (tarj.) Agung Prihantoro, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

__________________, The Qur’an Women and Modern Society, (tarj.) Agus Nuryanto, Yogyakarta: LKiS, 2003.

Consuelo G. Sevilla (et. el), Pengantar Metode Penelitian, (tarj.) Alimuddin Tuwu, Jakarta: UI. Press, 1993.

David Gradol, Joan Swann, Gender Voices, (tarj.) M. Muhith, Pasuruan: Pedati, 2003.

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjamahnya, Jakarta: Intermassa, 1986. __________________, Bahan Penyuluhan Hukum: UU N0 7 Tahun 1989 tentang

PEradilan Agama, UU No 1Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Inpres No. 1/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,2000. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(15)

Didin Hafifuddin, Memahami Keadilan dalam Poligami, Jakarta: Globalmedia, 2003.

Fazlur Rahman, Islam, (tarj.) Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, 1997.

_________________, Major Themes of Qur’an, (tarj.) Anas Muhyidin, Bandung: Pustaka, 1996.

Khudori Sholeh (e.d), Pemikiran Islam Kontemporer, Yogyakarta: Jendela, 2003. Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama : Sebuah Kajian Hermeunetik,

Jakarta: Paramadina, 1996.

Leli Nurohmah, Poligami Saatnya Melihat Realitas, Jakarta: Jurnal Perempuan : Untuk Pencerahan dan Kesetaraan, Edisi 31, 2003.

M. Agus Nuryanto, Islam dan Teologi Pembebasan dan Kesetaraan Gender : Studi atas Pemikiran Asghar Ali Engineer, Yogyakarta: UII Press, 2001.

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001

Moch. Nur Ichwan Meretas Kesarjanaan Kritis al-Qur’an : Teori Hermeneutika Nasr Abu Zayd, Bandung: Teraju, 2003.

Mochtar Effendy, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Universitas Sriwijaya, 2001. Muhammad Qutub, Islam the Misunderstood Religion, (tarj.) Fungky Kusnaedi

Timur, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Murtadha Muthahari, The Rights of Women in Islam, (tarj.) M. Hashem, Bandung: Pustaka, 2000.

Musahadi, Evolusi Konsep Sunnah :Implikasinya Pada Perkembangan Hukum Islam, Semarang: Aneka Ilmu, 2000

(16)

Mustafa Diibul Bihga, Al-Tahzib, (tarj.) Adlchiyah Sunarto dan Multazam, Semarang: Pustaka Pelajar, 1984.

Musthafa al-Syiba’y, al-Mar’atu Baina al-Fiqh wa al-Qanuun, (Tarj.) Chadidjah Nasution, Jakarta: Bulan Bintang, 1977.

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender : Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 2001.

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rake Sarasin, 1996. Nurjannah Ismail, Perempuan dalam Pasungan: Bias Laki-laki dalam

Perempuan, Yogyakarta: LKiS, 2003

Qasim Amin, Sejarah Penindasan Perempuan : Menggugat “Islam Laki-laki” Menggurat “Perempuan Baru”, (tarj.) Yogyakarta: IRCiSoD, 2003. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an,

Jakarta: Lentera Hati, 2000.

____________, Wawasan al-Qur’an Tafsir Ma’dhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 2000.

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Cairo: Daar: al-Fatah al-I’lam al-Arabi, 1990. Semardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, 2003.

Sinta Nuriyah Abdurrhaman Wahid, et al., Wajah Baru Relasi Suami Isteri: Telaah Kitab ‘Uqud al-Lujjayn, Yogyakarta: LKiS dan Forum Kajian Kitab Kuning (FK3), 2003.

Sri Ruhaini, et al., Rekonsrtuksi Metodologi Wacana Kesetaraan Gender dalam Islam, (pen.) Yogyakarta: PSW IAIN Sunan Kalijaga, 2002.

(17)

Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. I, 1997.

Surya Darma (ed.), Konsep Penelitian Gender, Malang: UMM Press, 2002.

Yusuf Qardhawi, Al-Halalu wa al-Haramu fi al-Islam, (tarj.) Mua’amal Hamidi, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980.

_____________, Hadya al-Islam: Fatawa al-Mu’asyirah, ((tarj.) Al-Hamid al- Husaini, Bandung: Pustaka Hidayah, 2000.

Referensi

Dokumen terkait

Bapak Purpiyanto, selaku Kepala Unit BRI Jaten terimakasih atas bimbingan dan pengalaman yang telah diberikan serta bapak dan ibu para karyawan BRI Unit Jaten yang telah

The king of the Silver River stood at the edge of the Gardens that had been his domain since the dawn of the age of faerie and looked out over the world of mortal men.. What he saw

Tujuan dari kegiatan Pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada para ibu tentang pemberian makanan pada bayi dan anak guna mencegah

3HQXOLVDQ VNULSVL EHUMXGXO PENGENAAN RETRIBUSI OLEH PEMERINTAH KOTA SURABAYA KEPADA TVRI DITINJAU DARI PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 1997 TENTANG IZIN PEMAKAIAN

optimal dengan mempertimbangkan kondiJi pembebanan akibat penambatan kapaf pada suat11 dermaga. Dalam Tugas AkJJir ini ak.an dibahas mengenai optimasi pemifihan

Dari hasil laporan penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar mahasiswa PGSD Unipa Surabaya dengan model mnemonik pada materi peta, atlas dan

Dari permasalahan tersebut maka penelitian ini menbangun aplikasi untuk menentukan penjurusan siswa SLTA metode yang di gunakan adalah metode klasifikasi pohon keputusan ID3

Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Barito Kuala memiliki sarana dan prasarana yang diperuntukan untuk pengawasan sumberdaya ikan di samping itu melakukan kegiatan-