LAPORAN KASUS II
BANGSAL PURING - ANGGREK
ANEMIA DEFISIENSI FE
Disusun oleh: Dr. Desi Pembimbing Dr. David Sianipar Dr. Dewi FatmawatiPROGRAM INTERNSHIP DOKTER RSUD DR.RUBINI MEMPAWAH
KALIMANTAN BARAT 2017
I. IDENTITAS
Nama pasien : Sdr. H. Umur : 25 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Mejalin Agama : Kristen
Status : Belum Menikah Tgl masuk : 11-01-2017 Tgl diperiksa : 11-01-2017 No CM : 0342 II. AUTOANAMNESA Keluhan Utama : Lemas
Riwayat Penyakit Sekarang :
± 1 bulan SMRS pasien mulai mengeluh sering merasa lemas tanpa sebab, mudah merasakan lelah meski hanya melakukan pekerjaan ringan ringan di rumah. Selain itu keluhan lemas sering kali di sertai dengan kepala pusing. Keluhan dirasakan hilang timbul sehingga pasien masih menganggap biasa. Keluhan dirasakan belum mengganggu aktifitas, berkurang saat istirahat. Selama pusing pasien belum minum obat. Saat pusing pasien merasa mata berkunang-kunang. Semakin hari keluhan dirasakan tidak berkurang. Pasien mengatakan tidak demam dan tidak pingsan. Sekarang pasien mengaku merasa tidak enak (perih) pada ulu hati, mual, namun tidak muntah. Pasien mengaku tidak memiliki gannguan pada BAB dan BAK, pasien menyangkal adanya perdarahan yang keluar, baik mimisan, muntah atau buang air besar.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku tidak pernah megalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit tertentu sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarg yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat Pengobatan :
Pasien selama ini mengaku tidak pernah memeriksakan diri atau berobat kemana pun.
Riwayat Alergi :
OS menyangkal memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, bahan atau pun jenis makanan tertentu.
III. PEMERIKSAAN FISIK Status generalis :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg N : 86 x/menit R : 18 x/menit S : Afebris
Mata : CA anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor, refleks cahaya (+/+) Leher : pembesaran KGB -/-, JVP ≠ ↑
Thorax :
Pulmo :
I : gerak napas simetris, retraksi (-), iktus cordis (-) P : fremitus focal vremitus +/+
P : sonor ka = ki
A : suara napas vesikuler, ronki (+) halus, wheezing (+) minimal pada basal hemithorax kiri
Cor :
I : iktus kordis (-)
P : iktus kordis tidak teraba P : batas jantung melebar
A : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-) Abdomen :
I : tampak datar, massa (-), jejas (-)
P : soepel, nyeri tekan (+) pada regio epigastric, massa (-), organomegali (-) P : timpani, nyeri ketuk (-)
A : bising usus (+) Ekstremitas : akral hangat (+)
CRT ≤ 2 deti
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal 11 Januari 2017
Hb : 4,4 gr % WBC : 4800/mm3 Ht : 109 % Eritrosit : 3,04 juta/mm3 Trombosist : 361.000/mm3 M.C.H : 15 pg M.C.H.C : 23 gr/dl M.C.V : 63 fL Kimia Darah : GDS :101 mg /dl V. ASSESMENT : Anemia Defisiensi Fe VI. PENATALAKSANAAN
Follow up ruangan “Puring”
12 Januari 2017 13 Januari 2017 14 Januari 2017 15 Januari 2017 16 Januari 2017 - Keluhan : lemas, pusing dan mual. - Tampak CA +/+ Terapi : - IVFD RL 20 TPM - Inj. Ranitidin 2x1 Amp - Domperidon 2x1 tab - SF 1x1 tab - Pct 3x1 tab - Transfusi PRC 1 kolf/hr sampai hb ≥ 10 gr/dl - Keluhan : lemas, pusing dan mual ↓. - Tampak CA +/ + Terapi : - IVFD RL 20 TPM - Inj. Ranitidin 2x1 Amp - Domperidon 2x1 tab - SF 1x1 tab - Pct 3x1 tab - Transfusi PRC 1kolf/hrsampai hb ≥ 10 gr/dl - Keluhan : lemas ↓, pusing dan mual (-). - Tampak CA +/+ Terapi : - IVFD RL 20 TPM - Inj. Ranitidin 2x1 Amp - Domperidon 2x1 tab - SF 1x1 tab - Pct 3x1 tab k/p - Transfusi PRC 1kolf/hrsampai hb ≥ 10 gr/dl - Keluhan : (-) - Tampak CA -/-Terapi : - IVFD RL 20 TPM - Inj. Ranitidin 2x1 Amp - Domperidon 2x1 tab - SF 1x1 tab - Pct 3x1 tab k/p - Transfusi PRC 1kolf/hrsampai hb ≥ 10 gr/dl - Cek dl ulang - Keluhan : (-) Terapi : - Ranitidin 2x1 tab - Sf 1x1 tab - Multivitamin 2x1 tab - Pct 3x1 tab - Ulsidex 3x1 tab - Edukasi pasien : Untuk meningkatkan asupan gizi. - Kontrol rutin. BLPL BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Anemia defisiensi besi adalah anemia mikrositik hipokrom yang terjadi akibat defisiensi besi dalam gizi disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Anemia defisiensi besi menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Resiko anemia ini dapat menyebabkan produktifitas kerja rendah, daya tahan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan belajar anak sekolah rendah, peningkatan bobot badan ibu hamil rendah dan kelahiran bayi prematur.
II. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan penderita anemia defisiensi besi diseluruh dunia lebih kurang sebanyak 500 juta orang. Dapat mengenai semua umur dan golongan ekonomi , yang terbanyak pada anak dalam masa pertumbuhan dan terutama dinegara berkembang. Berdasarkan studi dari Australia ditemukan bahwa defisiensi besi sering terjadi pada anak-anak dengan angka kejadian 30% pada anak dibawah umur 2 (dua ) tahun. Tidak seperti pada defisiensi gizi lainnya, defisiensi besi ini terjadi walaupun pada anak dengan tingkat ekonomi tinggi.
III.ETIOLOGI
Defisiensi besi dapat terjadi akibat adanya: 1. Gangguan absorbsi.
2. Asupan besi yang tidak cukup. 3. Kebutuhan yang meningkat. 4. Kehilangan darah yang menetap. 5. Sintesis kurang.
Di tinjau dari segi umur penderita , etiologi anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi : 1. Bayi dibawah usia 1 tahun
- kekurangan depot besi dari lahir, misalnya pada prematuritas, bayi kembar, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang anemia.
- Pemberian makanan tambahan yang terlambat, yaitu karena bayi hanya diberi ASI saja.
- infeksi yang berulang seperti enteritis, bronchopneumonia dan sebagainya.
- Diet yang tidak adekuat. 3. Anak umur lebih dari 5 tahun
- kehilangan darah kronis karena infeksi parasit misalnya ankilostomiasis, amubiasis.
- Diet yang tidak adekuat.
IV. GEJALA KLINIS
1. Traktus Gastrointestinal : a. Anoreksia
b. Pica-pagophagia (es), geophagia (pasir) c. Papil lidah atrofi
d. Disfagia
e. Esophageal webs (sindrom Kelly- Patterson) f. Penurunan asam lambung
g. Sindrom malabsorbsi 2. Sistem Saraf Pusat :
a. Iritabel b. Lemas c. Lekas lelah d. Sakit kepala
e. Pucat (terutama pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku)
f. Fungsi neurologist dan intelektual menurun g. Papilla edema
h. Konjungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white) i. Sistem Saraf Pusat Pembesaran jantung
j. Takikardia k. Murmur sistolik 3. Sistem Muskuloskeletal :
Pemeriksaan radiologis tulang tengkorak : pelebaran diploe dan penipisan tabula eksterna.
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau hampir normal dan kadar hemoglobin berkurang. Pada sediaan hapus darah perifer, eritrosit mikrositik hipokrom (MCV, MCH dan MCHC berkurang) disertai poikilositosis. Jumlah Retikulosit mungkin normal atau berkurang.
Komponen Darah Nilai normal Anemia defisiensi besi Eritrosit (juta/mm3) Hemoglobin (g%) MCV (cu) MCH (cu) MCHC (cu) Retikulosit (%) Laki-laki : 4.5 – 5.5 Wanita : 4 – 5 Laki-laki : 13 – 16 Wanita : 12 – 14 76 – 69 27 – 32 32 – 37 0.5 – 1.5 Normal Menurun < 76 < 27 < 32 normal / menurun VI. DIAGNOSIS
Diagnosis dari anemia defisiensi besi biasanya ditegakkan setelah bermanifestasi sebagai anemia dan gejala klinis, yang berhubungan dengan defisiensi besi, pemeriksaan fisik, dan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom.
Jika anemia defisiensi besi sudah ditegakkan, pengobatan harus dilakukan sambil mencari dan menghilangkan penyebab.
Makanan yang adekuat
Sulfas Ferosus
Transfusi darah
Antelmintik
VIII. PROGNOSIS
Prognosis anemia defisiensi besi ini baik bila dilakukan terapi dengan pemberian besi yang tepat yang akan meningkat cepat dan mengatasi anemia dalam 2 – 4 minggu. Bila anemia defiesiensi besi yang sudah kronis, prognosisnya buruk dan dapat menyebabkan kematian.
IX. KESIMPULAN
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Anemia defisiensi besi ini memerlukan suatu perhatian khusus karena khususnya pada negara kita yang sedang berkembang anemia defisiensi besi ini merupakan penyebab anemia yang tertinggi yang mana terjadi pada semua golongan umur.
Mengingat penyebab anemia defisiensi besi yang beraneka ragam, kita dapat menegakkan diagnosa tersebut dari penyebab, gejala klinis dan laboratorium. Karena baik secara klinis maupun laboratorium gejalanya mirip dengan beberapa penyakit darah lainnya. Dari pengobatan yang sudah dijelaskan diatas, anemia defisiensi besi bisa diatasi dengan baik dari pemberian obat oral dengan dosis yang tepat, parenteral, transfusi darah dan edukasi pada keluarga tentang diet.
1. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak I. 1997; 432 – 6
2. Soeparman, Waspadji S. Buku Ilmu Penyakit Dalam jilid II FKUI, Balai Penerbit FKUI. 1990; 404 – 9
3. Price S, Wilson C. Buku Patofisiologi jilid I, Konsep Klinis Proses – proses Penyakit, edisi 14. Penerbit Buku Kedokteran ECG; 236 – 7
4. Allen R, Baur A. Iron deficiency in Infant and young children. In : Journal of Paediatrics, obstetrics and gynaecology. 2001; 24 – 8
5. Thom R, Parnel W, Broadbent R. Predicting iron status in low birthweight infants. Journal of Paediatrics and Child Health, 2003; 173 – 6
6. Anemia defisiensi besi. Available at : http://www.pediatrik.com
7. Pencegahan defisiensi besi pada bayi dan balita. Available at : http://www.kalbe.co.id
8. Maeyer E.M. Pencegahan dan pengawasan anemia defisiensi besi. WHO Jenewa,1993; 11 – 2