• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kinerja Keuangan terhadap Luas Pengungkapan tanggung Jawab sosial Perusahaan (CSR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Kinerja Keuangan terhadap Luas Pengungkapan tanggung Jawab sosial Perusahaan (CSR)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Kinerja Keuangan terhadap Luas Pengungkapan tanggung

Jawab sosial Perusahaan (CSR)

Nur Kholis, S.E, M.Sc Abstract

The annual report is one of the sources of information in order to get overview of the company's performance. This information is provided by the management company to the shareholder. Management performance has impact on the liquidity and volatility of stock prices, which form the basis by investors in making the investment.

Disclosure of environmental performance, social, and economic development in the annual report is to reflect the level of accountability, responsibility, and corporate transparency to investors and other stakeholders

The fact the issue of Corporate Social Responsibility of the company in Indonesia and the contradictory results of previous studies on the relationship of CSR and corporate performance as well as the variation of the problem raises the question of "Is Financial performance Impact Of Corporate Social Responsibility Disclosure?" Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), Financial Performance

Latar Belakang Masalah

Pemikiran yang melandasi

Corporate Social Responsibility

(Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas. Tanggung jawab sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.

Perkembangan CSR secara konseptual baru di kemas sejak tahun 1980-an yang dipicu sedikitnya oleh 5 hal

berikut: (1). Maraknya fenomena “take over” antar korporasi yang kerap dipicu

oleh keterampilan rekayasa finansial. (2) Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan semakin kokohnya imperium kapitalisme secara global. (3) Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negara-negara berkembang, sehingga di tuntut supaya memperhatikan: HAM, kondisi sosial dan perlakukan yang adil terhadap buruh. (4) Globalisasi dan menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia telah menyebabkan tumbuhnya LSM (termasuk asosiasi profesi) yang memusatkan perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekuatiran akan punahnya berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem semakin labil. (5) Adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merk dan reputasi perusahaan dalam membawa

(2)

perusahaan menuju bisnis berkelanjutan (Rika dan Islahudin; 2008)

Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut diatur oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 tahun 2007, dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Ditetapkannya Undang-undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), maka CSR (corporate social responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan yang sebelumnya merupakan suatu hal yang bersifat sukarela akan berubah menjadi suatu hal yang wajib dilaksanakan

Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan tahunan adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat kepada investor dan stakeholders lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan corporate social responsibilty (CSR) terhadap lingkungan dan sosial dalam setiap aspek kegiatan operasinya (Darwin; 2007).

Corporate Social Responsibility

merupakan sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yang mereflesikan selain finansial juga ada sosial dan lingkungan. Pengambilan keputusan ekonomi yang hanya melihat

kinerja keuangan suatu perusahaan, saat ini sudah tidak relevan lagi. Eipstein dan Freedman (1994) menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara keseluruhan yang dikenal dengan nama

sustainability reporting.

Penelitian mengenai CSR telah banyak dilakukan baik di Indonesia maupun di Negara. lain, misalnya, Mahoney et. al (2003), Sayekti dan Wondabio (2007), Novita dan Chaerul (2008), Rika dan Islahudin (2008). Penelitian yang menginvestigasi hubungan CSR dan kinerja perusahaan yang meliputi kinerja keuangan dan kinerja ekonomi dilakukan oleh Mahoney

et. al (2003). Adanya hasil empiris terdahulu yang masih banyak yang menunjukkan perbedaan hasil dan bervariasi dalam mengukur kinerja perusahaan, penelitian ini akan membahas pengaruh Kinerja keuangan terhadap CSR.

Adanya fakta permasalahan CSR yang dilakukan perusahaan di Indonesia dan perbedaan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan CSR dan kinerja perusahaan serta bervariasinya maka memunculkan pertanyaan masalah yaitu “ Apakah Kinerja Keuangan juga Berpengaruh Terhadap Luas Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan?”

Pembahasan

Kinerja keuangan (profitabilitas) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang merupakan hasil bersih dari kebijakan – kebijakan dan keputusan-keputusan manajemen baik

(3)

dalam mengelola likuiditas, asset dan hutang perusahaan (Baley dan Brigham, dalam Betty 2007). Analisis kinerja keuangan (profitabilitas) penting bagi beberapa pihak antara lain:

1. Bagi manajemen

Profitabilitas merupakan indikasi prestasi dari kemampuan manajemen. Semakin tinggi profitabilitas

perusahaan, maka semakin baik pretasi manajemen.

2. Bagi pemegang saham

Profitabilitas memberi harapan pada saham karena tingginya profitabilitas

maka kemungkinan laba dibayar dalam bentuk deviden akan semakin tinggi. Selain itu perusahaan yang

profitabilitasnya tinggi harga sahamnya akan meningkat, sehingga kekayaan pemegang saham juga meningkat

3. Bagi investor

Profitabilitas suatu perusahaan menjadi pertimbangan investor yang melakukan investasi

Keberhasilan perusahaan dalam menjalankan usahanya dapat dilihat dari kinerja keuangan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan terbagi menjadi pokok utama:

1. Pengukuran laba: Earning per share

(EPS), Return on Equity (ROE),

Return on Capital Employed (ROCE),

Return on Asset (ROA), Return on Net Asset

(RONA).

2. Pengukuran Cash Flow: Free Cash Flow, Cash Flow Return on Gross

Investment (CFROI), Total

Shareholders Return (TSR) , dan

Business Return (TBR) .

3. Pengukuran Nilai: Economic Value Addad (EVA), Market Value Added

(MVA), Shareholders Value (SHV),

dan Cash Value Added (CVA). (Pradhono et al. yang dikutip dari Guritno, 2007).

Laporan tahunan merupakan salah satu sumber informasi guna mendapatkan gambaran kinerja perusahaan. Informasi ini diberikan oleh pihak manajemen perusahaan kepada shareholder. Kinerja manajemen memiliki dampak terhadap likuiditas dan volatilitas harga saham, yang dijadikan dasar oleh para investor dalam melakukan investasi.

Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja keuangan yang baik, akan memiliki kepercayaan yang tinggi untuk menginformasikan kepada

stakeholder nya, karena perusahaan mampu menunjukkan kepada mereka bahwa perusahaan dapat memenuhi harapan mereka terutama investor dan kreditor. Akibatnya, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan cenderung untuk melakukan pengungkapan melalui Sustainable Reporting, karena profitabilitas merupakan salah satu indikator kinerja yang harus diungkapkan dalam

Sustainable Reporting.

Pengungkapan Sustainable Reporting ini dilakukan dalam rangka pertanggungjawaban kepada stakeholder untuk mempertahankan dukungan mereka dan juga untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Selain itu pengungkapn Sustainable Reporting juga dapat digunakan sebagai media komunikasi dengan para stakeholder, yang ingin memperoleh keyakinan tentang bagaimana profit dihasilkan perusahaan. Informasi ini terutama penting bagi stakeholder selain investor dan kreditor yang biasanya dimotivasi oleh kepentingan ekonomi atau financial.

(4)

Menurut The World Business Council for Sustainable Development

(WBCSD) Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan .

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai sosial disclosure, corporate social reporting, social accounting (Mathews;1995) merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan.

Klasifikasi konseptual tanggung jawab sosial perusahaan dikemukakan oleh Carrol (1991) dengan memberikan karakteristik tanggung jawab perusahaan yang didasarkan pada 4 (empat) tipe perusahaan yaitu:

(1) Tipe perusahaan Reaktif (Reactive)

dengan karakteristik:

a. Tidak adanya dukungan dari Manajemen

b. Manajemen merasa entitas sosial itu tidak penting

c. Tidak adanya laporan tentang lingkungan sosial perusahaan d. Midak adanya dukungan pelatihan

tentang entitas sosial kepada karyawan

(2) Tipe Perusahaan Defensif

(Defensive)dengan karakteristik:

a. Isu lingkungan sosial hanya diperhatikan jika dipandang perlu b. Sikap perusahaan tergantung pada

kebijakan pemerintah tentang dampak lingkungan sosial yang harus dilaporkan

c. Sebagian kecil karyawan mendapat dukungan untuk mengikuti pelatihan tentang lingkungan sosial perusahaan (3) Tipe Perusahaan Akomodatif

(Accomodative)dengan karakteristik: a. Terdapatnya beberapa kebijakan

Top Manajemen tentang lingkungan sosial

b. Kegiatan akuntansi sosial dilaporkan secara internal dan sebagian kecil secara eksternal d. Terdapat beberapa karyawan

mendapat dukungan untuk mengikuti pelatihan tentang lingkungan sosial perusahaan (4) Tipe Perusahaan Proaktif

(Proactive)dengan karakteristik: a. Top Manajemen mendukung

sepenuhnya mengenai isu-isu lingkungan sosial perusahaan b. Kegiatan akuntansi sosial

dilaporkan baik secara internal maupun eksternal perusahaan c. Karyawan memperoleh pelatihan

secara berkesinambungan tentang akuntansi dan lingkungan sosial perusahaan.

Pandangan tentang seberapa jauh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan dari waktu ke waktu terus meningkat seiring dengan perkembangan jaman. Pandangan mengenai tanggungjawab sosial menurut Harahap (2002) dalam Amalia (2007) adalah sebagai berikut:

(5)

1. Pandangan Klasik

Pandangan ini menjelaskan bahwa tujuan perusahaan semata – mata adalah memenuhi permintaan pasar dan mencari untung yang akan dipersembahkan kepada pemilik modal. Kriteria keberhasilan perusahaan diukur dalam daya guna dan pertumbuhan. Menurut pandangan ini perusahaan tidak perlu memikirkan efek sosial yang ditimbulkan perusahaan dan upaya untuk memperbaiki penyakit sosial tersebut

2. Pandangan Manajerial

Pandangan ini menganggap perusahaan sebagai lembaga parlemen yang hidup dan mempunyai tujuan tersendiri. Dengan demikian manajer sebagai pihak yang bertanggungjawab atas kelangsungan hidup perusahaan terpaksa memilih kebijakan yang harus mempertimbangkan tanggung jawab sosial perusahaan mengingat ketergantungannya dengan pihak lain yang juga mempunyai andil dalam pencapaian tujuan perusahaan yang tidak hanya memikirkan setoran pada pemilik modal

3. Pandangan Lingkungan Sosial

Pandangan ini menekankan perusahaan menyadari kekuasaan ekonomi dan politik yang dimilikinya mempunyai hubungan dengan kepentingan (bersumber) dari lingkungan sosial dan bukan semata dari pasar sesuai dengan teori klasik. Konsekuensinya perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan penyakit sosial yang berada dilingkungan seperti system pendidikan yang tidak bermutu, pengangguran, polusi, perumahan

kumuh, transportasi yang tidak teratur, keamanan, dan lain–lain.

Salah satu bentuk nyata untuk mendorong perusahaan agar menyadari pentingnnya hal ini adalah dengan menyelenggarakan Indonesia Sustainability Reporting Award mulai tahun 2005 atas inisiatif Ikatan Akuntansi Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen. Terdapat beberapa kriteria yang digunakan dalam penilaiannya seperti unsur kelengkapan, kredibilitas dan komunikasi dari laporan keuangan prusahaan yang menampilkan hal ini. Adanya pemberian penghargaan ini diharapkan dapat mendorong perusahaan yang melakukan praktek CSR agar juga melaporkan kegiatannya melalui laporan keuangannya yang disampaikan oleh perusahaan yang bersangkutan.

Salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan yang sering diterapkan di Indonesia adalah community development. Perusahaan yang mengedepankan konsep ini akan lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat sehingga akan menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal sosial perusahaan untuk maju dan berkembang. Selain dapat menciptakan peluang-peluang sosial-ekonomi masyarakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang diinginkan, cara ini juga dapat membangun citra sebagai perusahaan yang ramah dan peduli lingkungan. Selain itu, akan tumbuh rasa percaya dari masyarakat. Rasa memiliki perlahan-lahan muncul dari masyarakat sehingga masyarakat merasakan bahwa kehadiran perusahaan di daerah mereka akan berguna dan bermanfaat (Daniri; 2007).

(6)

Tema pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dikemukakan oleh Sembiring (2005) terdiri dari tujuh tema yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Ketujuh tema tersebut dijabarkan kedalam 78 item pengungkapan yang telah disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan: pengendalian polusi, pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan, konservasi sumber alam menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan pengolahan limbah, mempelajari dampak lingkungan

2. Energi: menggunakan energi secara efisien, memanfatkan barang bekas, mambahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi, pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk, riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi, pengungkapan kebijakan energi perusahaan.

3. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja: mengurangi polusi, iritasi atau resiko dalam lingkungan kerja, mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan statistic kecelakaan kerja, menaati standart kesehatan dan keselamatan kerja, menerima pengargaan berkaitan dengan keselamatan kerja, menetapkan suatu komite keselamatan kerja.

4. Lain-lain tenaga kerja: pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja, mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja, mengungkapkan persentase gaji untuk

pensiun, mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan, mengungkapkan tingkatan manajerial yang ada, masa kerja tenaga kerja dan kelompok usia tenaga kerja.

5. Produk: pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, pengungkapan informasi proyek riset, membuat produk lebih aman untuk konsumen, melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan, pengungkapan peningkatan kebersihan / kesehatan dalam mengolah dan penyiapan produk, pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan. 6. Keterlibahtan masyarakat: sumbangan

tunai atau produk. Pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni, tenaga kerja paruh waktu, sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, membiayai program beasiswa, membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.

7. Umum: pengungkapan tujuan/ kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan diatas.

Program yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam kaitannya dengan tanggung jawab sosial di Indonesia dapat digolongkan dalam tiga bentuk (Daniri, 2007), yaitu:

a. Public Relations

Usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

(7)

b. Strategi defensif

Usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkis anggapan negatif komunitas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan, dan biasanya untuk melawan „serangan‟ negatif dari anggapan komunitas. Usaha CSR yang dilakukan adalah untuk merubah anggapan yang berkembang sebelumnya dengan menggantinya dengan yang baru yang bersifat positif.

c. Kegiatan yang berasal dari visi perusahaan

Melakukan program untuk kebutuhan komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan perusahaan yang berbeda dari hasil dari perusahaan itu sendiri.

Program pengembangan masyarakat di Indonesia dapat dibagi dalam tiga kategori ( Daniri; 2007) yaitu: a. Community Relation

Yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait. Dalam kategori ini, program lebih cenderung mengarah pada bentuk-bentuk kedermawanan (charity) perusahaan.

b. Community Services

Merupakan pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan masyarakat atau kepentingan umum. Inti dari kategori ini adalah memberikan kebutuhan yang ada di masyarakat dan pemecahan masalah dilakukan oleh masyarakat sendiri sedangkan perusahaan hanyalah sebagai fasilitator dari pemecahan masalah tersebut.

c. Community Empowering

Adalah program-program yang berkaitan dengan memberikan akses yang

lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya, seperti pembentukan usaha industri kecil lainnya yang secara alami anggota masyarakat sudah mempunyai pranata pendukungnya dan perusahaan memberikan akses kepada pranata sosial yang ada tersebut agar dapat berlanjut. Dalam kategori ini, sasaran utama adalah kemandirian komunitas.

Ada dua sifat pengungkapan yaitu pengungkapan yang didasarkan pada ketentuan atau standar

(required/regulated/mandatory

disclosure) dan pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure).

Perusahaan bersedia melakukan pengungkapan sukarela, meski menambah cost perusahaan untuk memenuhi keinginan stakeholder atau meningkatkan citra perusahaan. Manfaat dari pengungkapan sukarela yang diperoleh perusahaan antara lain meningkatkan kredibilitas perusahaan, membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen, menarik perhatian analis meningkatkan akurasi pasar, menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar dan menurunkan kejutan pasar (Na‟im, 2006)

Secara konseptual, ada tiga kemungkinan hubungan kinerja sosial dengan kinerja keuangan perusahaan: positif, netral, dan negatif. Pihak yang berpandangan negatif menyatakan bahwa tanggung jawab sosial yang tinggi membuat ada biaya tambahan yang menempatkan perusahaan dalam keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan dibandingkan perusahaan lain yang kurang bertanggung jawab secara sosial (McGuire et. al; 1988)

Fauzi (2004) dalam penelitiannya dengan menggunakan sampel perusahaan

(8)

Amerika yang listing di New York Exchange menguji hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara praktek tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan perusahaan. Dalam penelitiannya juga menemukan bahwa hanya ukuran perusahaan yang dapat menjadi variable Moderating. Hubungan negatif kemudian dapat diinterprestasikan sebagai suatu kondisi dimana muncul biaya untuk meningkatkan tanggung jawab sosial yang nantinya akan menurunkan kinerja keuangan.

Beberapa hasil penelitian empiris menemukan bahwa tidak ada hubungan antara kinerja sosial dan kinerja keuangan (netral). Pihak – pihak yang menghasilkan pandangan ini (seperti Ulmann, 1985) berargumen bahwa ada sangat banyak variable Intervening antara kinerja sosial dan kinerja keuangan, sehingga tidak ada alasan untuk mengharapkan terjadinya hubungan antara dua hal terebut

Disisi lain, pihak yang berpendapat bahwa tanggung jawab sosial akan berpengaruh positif bagi perusahaan juga memiliki argumen kuat. Menurut mereka, dengan tanggung jawab sosial yang baik akan meningkatkan Goodwill

karyawan dan konsumen (McGuire; 1988), sehingga perusahaan tesebut akan menghadapi masalah dengan tenaga kerja yang lebih sedikit, lalu konsumen akan lebih setia kepada produk perusahaan.

Balabanis, Phillips, dan Lyall (1998), menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berhubungan positif dengan kinerja keuangan perusahaan (gross profit to sales ratio/GPS), tetapi berhubungan negatif dengan return on capital employed (ROCE). Hasil lainnya

yang lebih kontras adalah bahwa reaksi pasar modal terhadap kinerja keuangan perusahaan (GPS) yang melakukan pengungkapan CSR dengan baik adalah negatif, sehingga pengungkapan CSR dianggap lebih bermanfaat bagi

stakeholder lainnya.

Itkonen (2003) melakukan survei literatur atas hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut adalah hubungan dapat terjadi dalam tiga kondisi yaitu positif, negatif dan netral dimana hubungan positif sebagai suau kondisi yang dominan. Itkonen (2003) juga meneliti variabel yang akan mempengaruhi hubungan antara tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan perusahaan, yaitu resiko, ukuran perusahaan, aktivitas penelitian, dan pengembangan dan tipe industri.

Dahlia dan Veronica (2008) dengan sample perusahaan di Indonesia tahun 2005 dan 2006, menguji pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang di ukur dengan ROE dan abnormal return. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa variabel tanggungjawab sosial perusahaan mempengaruhi ROE secara signifikan dan positif, tetapi gagal menemukan hasil yang positif dan signifikan pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap abnormal return. Aktivitas tanggung jawab sosial juga dapat meningkatkan hubungan antara perusahaan dengan konstituen penting seperti bank, investor, dan pemerintah. Dengan demikian, tanggung jawab sosial yang tinggi akan meningkatkan akses perusahaan terhadap sumber modal (Spicer; 1978).

Beberapa penelitian mengenai tanggung jawab sosial telah mengunakan

(9)

variable kontrol maupun variabel moderating. Waddock dan Graves (1997) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan.

Kesimpulan

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai sosial disclosure, corporate social reporting, social accounting (Mathews, 1995) merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan.

Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja keuangan yang baik, akan memiliki kepercayaan yang tinggi untuk menginformasikan kepada

stakeholder nya, karena perusahaan mampu menunjukkan kepada mereka

bahwa perusahaan dapat memenuhi harapan mereka terutama investor dan kreditor. Akibatnya, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan cenderung untuk melakukan pengungkapan melalui Sustainable Reporting, karena profitabilitas merupakan salah satu indikator kinerja yang harus diungkapkan dalam

Sustainable Reporting.

Perusahaan bersedia melakukan pengungkapan sukarela, meski menambah cost perusahaan untuk memenuhi keinginan stakeholder atau meningkatkan citra perusahaan. Manfaat dari pengungkapan sukarela yang diperoleh perusahaan antara lain meningkatkan kredibilitas perusahaan, membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen, menarik perhatian analis meningkatkan akurasi pasar, menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar dan menurunkan kejutan pasar.

Daftar Pustaka

Almilia, Luciana Spica; Ikka Retrinasari. 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEJ. Procceding Seminar Nasional. FE Universitas Trisakti. Jakarta.

Anggraini. F. Reni Retno.2006. Pengungkapan Informasi Sosial Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Dalam Laporan Keuangan Tahunan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

Balabanis, George, Hugh C. Plilips and Jonanthan Lyall. 1998. Corporate Social Responsibility and Economic Performance in the top British companies: Are they Linked?. European Business Review. Vol 98, No. 1, pp. 25-44

Daniri, achmad. 2007. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta

Dwi Hapsari Wahyu Wijayaningsih, Betty. 2007. The Effect Of Institutional Ownership On Corporate Social Performance ( Studi On Companies Listed In Jakarta Stock Exchange Periode 2005 ). Unpublised Skripsi. UNS. Surakarta.

Eddy Rismanda, Sembiring. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Surakarta.

(10)

Eipstein, Marc J. and Martin Freedman. 1994. Sosial Disclosure and the Individual Investor. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 7, No. 4, pp. 94-108

Fauzi, Hasan ; Lois S. Mahoney; Azhar A.Rahman.2007. The Link Between Corporate Social Performance And Finacial Performance: Evidence From Indonesian Companies. Issue In Social and Evinonmetal Accounting.Vol.1 No.1: 149-159 Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. Some Determinants of Social And

Environmental Disclosures in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol 9, No. 1, pp. 77-108.

Machmud, Novita; Chaerul D. Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial ( CSR Disclosure ) pada Laporan Tahunan Perusahaan: Study Empiris pada Perusahaan Public yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Mahoney, Lois and Robin Roberts. 2003. Corporate Social and Environmental Performance and Their Relation to Financial Performance and Institutional Ownership: Empirical Evidence on Canadian Firms. http://www.accounting .rutgers.edu

Margolis, Joshua. D and James P. Walsh. 2003. Misery Love Companies : Rethinking Social Initiatives by Business.Administrative Science Quarterly. Vol. 48, No. 2, pp. 268-305.

Mathews, M.R (1995). “Social and Environmental Accounting: A Practical Demonstration of Ethical Concern”, Journal of Business Ethics, Vol. 14, pp. 663-671

McGuire, Jean B, Alison Sundgren, and Thomas Schneeweis. 1988. Corporate Social Responsibility and Firm Financial Performance. The Academy of Management Journal. Vol. 31, No. 4, pp. 854-872

Nurlela, Rika; Islahudin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Puspo Ardianto, Alif. 2009. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada Perusahaan Sektor Pertambangan dan Otomotif Di Indonesia. Unpublised Skripsi. UNS. Surakarta.

Sayekti, Yosefa; Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.

Spicer, Barry H. 1978. Investor, Corporate Social Performance and Information Disclosure : An Empirical Study. The Accounting Review. Vol LIII, No. 1, pp. 94-111.

Tsoutsoura, Margarita. 2004. Corporate Social Responsibility and Financial Performance. Financial Project. University of California at Berkeley. California.

Waddock, Sandra A. and Samuel B. Graves. 1997. The Corporate Social Performance-Financial Performance Link. Strategic Management Journal. Vol. 18, No. 4, pp. 303-319.

Referensi

Dokumen terkait

Adsorpsi asam humat pada permukaan padatan merupakan proses yang kompleks yang tergantung pada sifat permukaan zeolit alam dan sifat larutan asam humat itu

 Pada pembiayaan preventive maintenance yang dilakukan pada saat nilai kenadalan mencapai 70%, 60% dan 50% berturut-turut diperoleh pada masing-masing komponen..

Seorang selebriti memperoleh kepercayaan dari masyarakat melalui kehidupannya baik di layar kaca, kehidupan sosial maupun kehidupan personalnya yang dieskpos di

and conflicts faced when fulfilling them of the main character of the story, the writer hopes.. that this study will help the readers in resolve towards needs and conflicts not only

Komoditas yang mempunyai produksi terbesar adalah padi sawah yaitu dengan rata-rata produksi mencapai 1.079.780,05 ton/tahun atau 95,23% dari seluruh produksi komoditas

20 takizoit dalam 0,2 ml NaCl fisiologis (Mufasirin dkk., 2005).. SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ... MAHARANI YULIASTINA C ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Move the Selector to the center of the edit, and it will change to the Roll tool, allowing you to move the edit point, together with the transition along the Timeline, left and