• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI BENTUK. Tanda Dan Makna Modul 12. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI BENTUK. Tanda Dan Makna Modul 12. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Modul ke:

Fakultas Program Studi

PERSEPSI BENTUK

Tanda Dan Makna Modul 12 Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Desain dan Seni Kreatif Desain Produk www.mercubuana.ac.id

(2)

Tanda Dan Makna

Abstract

Tanda dan makna terkadang terdapat pada

suatu bentuk. tanda dapat menjadi suatu

acuan dalam menghadirkan suatu bentuk dan

makna dapat memberikan arti dari suatu

bentuk.

(3)

Tanda Dan Makna

Kompetensi

. Mahasiswa mengetahui pengertian mengenai

tanda dan makna dalam desain

(4)

A. Pendahuluan B. Tanda

- Empat “klasifikasi ekstrim” ilmu tanda (semiotika) yang diciptakan oleh Thomas A Sebeok dan Eero Tarasti

a.Semiotika Filosofis b.Semiotika Empiris c.Semiotika Linguistik d.Semiotika Budaya 1.Membaca Tanda Visual

C. Makna

1. Makna Denotatif 2. Makna Konotatif 3. Makna Leksikal 4. Makna Gramatikal

(5)

A. Pendahuluan

Dalam komunikasi sebuah bentuk, pemakaian “tanda” memiliki peran yang cukup besar. Dengan demikian, kemampuan untuk menyusun dan membaca tanda dapat menjadi faktor keberhasilan sebuah penyampaian pesan (komunikasi) secara visual. Hadirnya “Tanda” dapat menjadi suatu petunjuk dalam menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan visual. Oleh karena itu dapat disimpulkan adanya ‘tanda” akan berhubungan dengan suatu komunikasi visual.

(6)

A. Pendahuluan

Berdasarkan sifatnya, “komunikasi visual” seringkali menimbulkan interpretasi (pendapat) yang berlainan antar individu penerimanya. Maka dalam melakukan komunikasi visual diperlukan referensi yang sama dan sebuah konvensi (kesepakatan). Suatu ”komunikasi visual dibangun dengan dan di atas “tanda”.”

(7)

B. Tanda

Dalam mendalami atau memahami ”tanda” diperlukan ”ilmu tanda” atau ”semiotika”. Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani ”semeion”, yang berarti ”tanda”. Pengertian “tanda” sendiri adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu” (signs are things

which stand for other things). Namun dalam

pernyataannya Raymond Firth (1973) menjelaskan bahwa “tanda merupakan bagian dari bahasa yang sangat penting bagi pengoperasian yang efisien sehingga pembuat dan penafsir menggunakan kode yang sama”.

(8)

B. Tanda

Dalam suatu tanda harus ada kesepakatan antara manusia dengan manusia lain yang tidak tertulis tentang kejelasan suatu tanda. Sehingga tidak akan terjadi perbedaan pandangan antara manusia tersebut. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Susan Vihma (2009) tentang tanda merupakan “…pelbagai objek, tindakan, hubungan, formasi linguistic yang berlaku secara ambigu multiplisitas makna, membangkitkan emosi, dan mendorong orang untuk bertindak”.

(9)

B. Tanda

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan penggunaan “tanda”

telah ada sejak dahulu kala. Semenjak

manusia mulai mengenal gambar dan

tanda dan penggunaannya dapat dilihat

di lukisan gua.

(10)

B. Tanda

-Susan Vihma (2009) menjelaskan terdapat Empat “klasifikasi ekstrim” ilmu tanda (semiotika) yang diciptakan oleh Thomas A Sebeok dan Eero Tarasti

a.Semiotika Filosofis b.Semiotika Empiris c.Semiotika Linguistik d.Semiotika Budaya

(11)

B. Tanda

Semiotika filosofis mendefinisikan

”tanda sebagai suatu kesatuan triadik”. Maka

semiotika linguistik ”mengandalkan dikotomi

(pembagian atas dua kelompok yang saling

bertentangan)”. Sedangkan untuk semiotika

budaya ”memasukkan semua budaya manusia

dan mempelajari pelbagai fenomena termasuk

sebagai bahasa, berkaitan dengan hubungan

antara ekspresi artistik dan ilusi tentang

realitas”.

(12)

B. Tanda

Terdapat dua hal yang berhubungan dengan tanda yaitu: ”symbol (simbol) dan signal

(sinyal / tanda-tanda). Sebuah simbol, menurut perspektif Saussure, adalah ”sebuah tanda yang hubungan antara penanda dan petanda hanya seperempat rancu.” Simbol sendiri adalah ”tanda yang mewakili tanda”. Menurut Saussure: salah satu sifat dari simbol adalah ”tidak sepenuhnya rancu / membingungkan, namun ada hubungan asli yang tidak bisa serta merta tergantikan antara penanda dan petanda itu sendiri.”

(13)

B. Tanda

Contoh:

- Simbol dari keadilan adalah ” penggunaan sebuah neraca, yang mana tidak bisa seenaknya diganti dengan roda kereta misalnya. Simbol keadilan yang berupa neraca menjadi simbol keadilan yang terkuat secara universal. Terdapat sebuah hubungan yang logis antara sebuah neraca dan konsep keadilan.”

- Namun dalam perkembangannya, tetap harus mempelajari

tentang hubungan antara neraca dan keadilan. Meskipun begitu ketika kita melihat sebuah neraca kita tidak serta merta berpikir mengenai dan menghubungkannya dengan keadilan. Dalam hal ini masalah konteks menjadi sungguh penting.

(14)

B. Tanda

Simbol adalah ”sesuatu tanda yang penuh

arti secara mendalam, sehingga dalam

memahami sebuah simbol seringkali

tergantung dari apa latar belakang yang

mereka bawa dari kebudayaan mereka

kepada kebudayaan kita dan sebaliknya.

Jadi dalam hal ini masalah referensi atau

latar belakang pengalaman juga penting

dalam memahami sebuah simbol.”

(15)

B. Tanda

Sebuah sinyal adalah ”sebuah tanda yang secara

umum dipakai untuk mendapatkan respon

dari

penerimanya.

Misalnya

kibaran

bendera checkers untuk memulai sebuah

lomba balap mobil atau lampu lalu-lintas yang

berwarna merah yang ‘memerintahkan’ para

pengendara

untuk

menghentikan

kendaraannya. Jadi tanda bisa berupa sebuah

simbol atau sebuah sinyal.”

(16)

B. Tanda

Semiotika merupakan suatu cara pendekatan yang di dalamnya ”sesuatu menyerupai sesuatu” dan memiliki objek material yang berdiri sendiridan dapat dipahami dalam konteks yang ”menggunakan pengetahuan sebelumnya tentang objek yang berkaitan.” Dalam semiotika, objek yang menjadi kerangka suatu desain yang dapat mendukung seorang desainer dalam menciptakan suatu yang indah. Dan dalam semiotika terdapat suatu bahasa yang dikatakan dengan tanda visual yang dapat dipahami oleh setiap manusia yang membacanya.

(17)

B. Tanda

1. Membaca Tanda Visual

• Dalam membaca tanda visual, perlu ditekankan tentang keluasan wawasan, kedalaman referensi dan memahami konvensi yang berlaku. Namun begitu tidak semua tanda dapat terbaca dengan baik dan jelas. Hal ini dapat terjadi karena:

- Ada tanda yang sengaja disembunyikan atau tidak sengaja tersembunyi.

- Ada tanda yang sengaja dipalsukan

- Perbedaan referensi, latar belakang budaya dan pengetahuan

(18)

B. Tanda

Tanda yang sengaja disembunyikan “terjadi apabila seseorang dengan sengaja tidak menampilkan tanda yang semestinya melekat pada dirinya,” sebagai contoh “seorang yang sangat kaya namun dalam kesehariannya ia selalu sengaja tampil sederhana. Ia tidak pernah memakai atribut sebagai penanda bahwa ia adalah orang yang sangat kaya. Sedangkan apabila seseorang yang sangat kaya dengan atribut yang sesuai dengan kekayaannya namun orang tetap menilai bahwa ia adalah bukan orang kaya atau setidaknya penampilannya tidak pantas seperti orang kaya maka seperti itulah tanda yang tidak sengaja tersembunyi.”

(19)

B. Tanda

T

anda yang dipalsukan adalah “terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengatur tanda yang melekat pada dirinya dengan tujuan ingin menciptakan image atau impresi tertentu sesuai keinginannya.”

Sebagai contoh “seorang pengusaha yang lebih suka membeli sebuah mobil mewah daripada sebuah rumah sebagai suatu urutan kebutuhan. Karena dia mempunyai asumsi bahwa dengan mobil mewah maka akan memperlancar usahanya karena bonafiditas dirinya terangkat. Sedangkan rumah cukup dia sewa dengan asumsi rekan usahanya tidak akan pernah menanyakan apakah rumahnya hanya menyewa ataukah milik pribadi. Selain itu dia juga menyusun tanda-tanda lain berupa atribut-atribut seperti jam tangan bermerk, handphone hi-tech, pakaian, keanggotaan klub eksekutif dan lain sebagainya. Adapun dengan tanda-tanda yang disusun akan menunjang tujuannya.”

(20)

B. Tanda

Petanda dan identitas gaya hidup yang dipakai oleh pria untuk

menciptakan impresi, citra dan identitas, seperti model rambut, pakaian, perlengkapan, sepatu, kacamata dan dasi dengan referensi budaya dan lingkungan Barat.

• Contoh:

1.Obyek model rambut dengan penanda rambut

panjang/gondrong petanda urakan (apalagi kotor). Rambut pendek pengusaha mapan, rambut sangat pendek homoseks atau militer (atau dua-duanya) Crew cut tentara.

2. Kulit kecoklatan/terbakar matahari senang olah raga, suka jalan-jalan. Pucat kaum intelek, kurang sehat

3. Objek Celana dengan penanda Levi’s / jeans belel petanda casual, kaum pekerja. Jeans rapi berkelas, kaya. Jas lengkap eksekutif, pengusaha

(21)

B. Tanda

4. Objek Tas dengan penanda koper petanda Kuno. Attache case

Tipe pengusaha biasa. Tas tangan Bergaya a la Eropa, gaya Itali gadungan

Tas ransel Penggemar olah raga luar ruang, Tas belanja Kaum petani.

5. Objek Alas kaki penanda Sandal petanda Seniman, Sepatu bot Kaum pekerja, Sepatu pendaki gunung Pecinta alam, pendaki gunung.

6. Objek Kacamata penanda Kacamata pilot petanda Kelas

menengah mapan, Bergagang kecil Antik, aneh. Kacamata

hitam petanda Tipe preman, paranoid

7. Objek Dasi penanda Dasi lebar petanda Pintar. Dasi kecil Kuno

(22)

B. Tanda

Contoh yang digunakan bersifat “relatif”, juga belum tentu akan berlaku sebagai referensi di negara kita. Referensi tidak hanya merujuk pada kultur saja, namun juga akan berbeda menurut usia, strata sosial, kultur geografis, peristiwa aktual atau populer, kelompok sosial, tingkat pendidikan, pengetahuan kognitif dan sebagainya

(23)

B. Tanda

Dalam mempelajari suatu tanda, tidak dapat dilepas dari mempelajari makna. Karena makna secara tidak langsung berkaitan dengan suatu tanda. Oleh karena itu selain tanda maka makna pu harus dipelajari dalam kaitannya dengan suatu komunikasi visual.

(24)

C. Makna

1. Makna Denotatif

2. Makna Konotatif

3. Makna Leksikal

4. Makna Gramatikal

(25)

C. Makna

Makna dijelaskan sebagai “arti atau maksud

yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna

dengan bendanya sangat bertautan dan saling

menyatu.

Jika

suatu

kata

tidak

bisa

dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau

keadaan

tertentu

maka

kita

tidak

bisa

memperoleh makna dari kata itu.”

(26)

C. Makna

Kata-kata yang berasal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam sebuah kata. Agar bahasa yang dipergunakan mudah dipahami, dimengerti, dan tidak salah penafsirannya, dari segi makna yang dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau pendengar karena rangsangan aspek bentuk kata tertentu.

(27)

C. Makna

1. Makna Denotatif

2. Makna Konotatif

3. Makna Leksikal

4. Makna Gramatikal

(28)

C. Makna

1. Makna Denotatif

Sebuah kata mengandung makna denotatif, bila “kata itu

mengacu atau menunjukan pengertian atau makna yang

sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotative digunakan dalam bahasa ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin menyampaikan gagasannya.

Agar gagasan yang disampaikan tidak menimbulkan tafsiran ganda, ia harus menyampaikan gagasannya dengan kata-kata yang mengandung makna denotatif.” Dapat diartikan secara

lain, “makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya,

netral tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan.”

(29)

C. Makna

2. Makna Konotatif

Sebuah kata mengandung makna konotatif, “bila kata-kata itu

mengandung nilai-nilai emosi tertentu. Dalam berbahasa

orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi pikiran. Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan kata-kata yang diucapkan mengandung makna konotatif disamping makna denotatif.”

Makna konotatif merupakan “makna yang berupa kiasan atau

yang disertai nilai rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.”

(30)

C. Makna

3. Makna Leksikal

Makna Leksikal ialah “makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata yang bermakna leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).”

(31)

C. Makna

4. Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah ”makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa, istilah gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan adalah alat.”

(32)

C. Makna

Makna Gramatikal

Berkaitan dengan penerapan sebuah makna, maka diperlukan juga adanya semantik. Yang menurut Mansoer Pateda (2010) ”merupakan salah satu cabang linguistik yang berada pada tataran makna.” dapat juga dikatakan bahwa semantik adalah ”teori makna” atau ”teori arti” Kata semantik disepakati ”sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik ynag mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya”

Berkaian dengan tanda Charles Morrist Mengemukakan bahwa ”semantik menelaah hubungan tanda – tanda dengan objek – objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penerapannya tanda, objek, dan makna akan tetap saling berkaitan. Dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena suatu objek maka akan memiliki tanda dan secara langsung juga memiliki makna.

(33)

C. Makna

Makna Gramatikal

Jika berbicara mengenai makna (semantik), terdapat beberapa kaidah umum yang perlu diperhatikan berkenaan dengan studi semantik yaitu :

a. Hubungan antara sebuah kata dengan rujukan atau acuannya bersifat arbitrer.

b. Secara sinkronik makna sebuah kata atau leksem tidak berubah, secara diakronik ada kemungkinan berubah.

c. Bentuk-bentuk yang berbeda akan berbeda pula maknanya, meskipun kedua kata atau leksem tersebut bersinonim.

d. Setiap bahasa memiliki sistem semantik sendiri yang berbeda dengan sistem semantik bahasa lain, karena sistem semantik berkaitan erat dengan sistem budaya masyarakat pemakainya, dan sistem budaya yang melatar belakangi setiap bahasa itu berbeda.

e. Makna setiap kata atau leksem dalam suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup dan sikap anggota masyarakat yang bersangkutan. f. Luasnya makna yang dikandung sebuah bentuk gramatikal berbanding

terbalik dengan luasnya bentuk tersebut.

(34)

C. Makna

Makna Gramatikal

Dari pengertian dan kaidah yang ada dapat disimpulkan

bahwa akan terdapat banyak perbedaan dalam suatu semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya. Semantik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu kebahasaan.Studi semantik dapat menjadi suatu acuan dalam memberikan tanda dalam suatu karya seni atau desain. Karena dengan adanya studi semantik berkaitan dengan suatu bahasa yang secara langsung berkaitan dengan suatu budaya dan dapat membantu memberikan suatu imaji atau bentuk

baru dalam mengembangkan suatu karya seni atau desain.

(35)

Terima Kasih

Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn.

Referensi

Dokumen terkait