• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

1. Pengertian perdagangan internasional

Perdagangan internasional adalah proses tukar menukar barang dan jasa yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing negara guna memperoleh manfaat perdagangan dari sebuah negara. Dewasa ini hampir tidak ada negara yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa mengimpor barang atau kasa dari negara lain. Contohnya , Jepang sebagai negara yang memiliki ekonomi yang kuat dan maju masih mengimpor gas alam cair (LNG) dari Indonesia. Demikian pula Indonesia masih mengimpor barang barang modal dari negara Amerika atau negara Eropa lainnya untuk keperluan pembangunan industri.Fluktuasi ekspor dan impor dalam perdagangan internasional tergantung pada faktor pendorong berikut

Faktor-faktor yang mendorong terjadinya perdagangan internasional adalah:

a) Adanya sumber kekayaan alam dan keanekaragaman kondisi produksi, yang merujuk kepada potensi faktor-faktor produksi yang dimiliki suatu negara. Contohnya Indonesia, memiliki potensi besar dalam memproduksi barang-barang hasil pertanian. Dengan kata lain, melalui perdagangan, suatu negara dapat memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkannya di dalam negeri dengan mendapatkannya dari negara lain.

b) Perluasan pasar sebuah produk yang dihasilkan oleh sebuah negara dimana produk tersebut tidak diproduksi oleh negara lain

c) Penghematan biaya produksi/spesialisasi, dan perdagangan internasional memungkinkan suatu negara memproduksi barang dalam jumlah besar, sehingga menghasilkan increasing returns to scale atau biaya produksi rata-rata yang semakin menurun ketika jumlah barang yang diproduksi semakin besar. Jadi, apabila suatu negara berspesialisasi memproduksi barang tertentu dan mengekspornya, biaya produksi rata-ratanya akan turun

d) Perbedaan selera, sekalipun kondisi produksi di semua negara adalah sama, namun setiap negara mungkin akan melakukan perdagangan jika selera mereka berbeda. Contohnya, Norwegia mengekspor daging dan Swedia mengekspor ikan. Kedua negara akan memperoleh keunggulan dari perdagangan bilateral tersebut berdasarkan produk unggulan yang berbeda.

(2)

2. Manfaat Perdagangan Internasional

a) Efisiensi, melalui perdagangan internasional, setiap negara tidak perlu memproduksi semua kebutuhannya, tetapi cukup hanya memproduksi apa yang bisa diproduksinya dengan cara yang paling efisien dibandingkan dengan negara-negara lain. Dengan demikian, akan tercipta efisiensi dalam pengalokasian sumber daya ekonomi sebuah negara.

b) Perluasan konsumsi dan produksi, perdagangan internasional juga memungkinkan konsumsi yang lebih luas bagi penduduk suatu negara.

c) Peningkatan produktivitas, negara-negara yang berspesialisasi dalam memproduksi barang tertentu akan berusaha meningkatkan produktivitasnya. Dengan demikian mereka akan tetap unggul dari negara lain dalam memproduksi barang tersebut.

d) Sumber penerimaan negara, dalam perdagangan internasional juga bisa menjadi sumber pemasukan kas negara dari pajak-pajak ekspor dan impor sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

e) Memperluas lapangan pekerjaan dengan menyerap penggunaan SDM bagi suatu negara

3. Keunggulan Perdagangan internasional

Dengan adanya perdagangan internasional, suatu negara akan memproduksi satu atau beberapa barang saja dengan biaya produksi yang rendah untuk di ekspor dan negara tersebut akan mengimpor barang-barang lain dengan harga yang lebih murah daripada memproduksi sendiri. Dengan cara ini negara-negara yang mengadakan hubungan perdagangan internasional dapat memperoleh beberapa keuntungan.Adapun macam-macam keuntungan antara lain : a) Keuntungan Mutlak ( Absolute Advantage)

Menurut Adam Smith , teori perdagangan antar dua negara terhadap dua jenis barang akan terjadi jika masing-masing negara mempunyai kekuatan dalam memproduksi barang tertentu. Keuntungan akan diperoleh oleh dua negara tersebut, jika dua negara tersebut mengekspor barang yang mempunyai keunggulan mutlak dan mengimpor barang yang mempunyai kerugian mutlak (Absolute Disadvantage)

b) Keuntungan Komperative (Comperative Advantage)

Menurut David Ricardo, perdagangan internasional masih mungkin terjadi dan menguntungkan kedua negara meskipun satu negara mempunyai keunggulan mutlak, dan memproduksi kedua barang dengan syarat jika satu negara mempunyai keunggulan komperative dibandingkan dengan negara lain

(3)

BAB II

PEMBAYARAN INTERNASIONAL

1. Pengertian Pembayaran Internasional

Pembayaran intemasional adalah pembayaran atas transaksi yang dilakukan oleh negara-negara yang terlibat dalam perdagangan internasional berdasarkan kesepakatan yang telah dirundingkan sebelumnya dan dituangkan ke ddalam sebuah kontrak penjualan. Pembayaran dalam perdagangan luar negeri pada umumnya dilaksanakan melalui bank.

2. Cara dan Alat Pembayaran Internasional

Pelaksanaan transaksi perdagangan luar negeri dapat diatur dengan cara pembayaran berikut. a) Cash Payment , pembayaran secara tunai (cash) biasanya dilakukan oleh sksportir yang

belum kenal dengan inportir atau kurang percaya akan bonafiditas importir. Cara pembayaran tunai di antaranya dilaksanakan melalui :

a. Wesel Bank atas Unjuk (Bankers Sight Draft) yaitu surat perintah yang dibuat oleh bank domestik yang ditujukan kepada bank korespondennya di negara lain untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada si pembawa surat wesel.

b. Telegraphic Transfer (T/T), yaitu perintah pembayaran yang dikirimkan melalui telegram atau telex dari bank dalam negeri ke bank korespondennya di luar negeri.

b) Open Account, cara ini merupakan kebalikan dari pembayaran cash. Dengan cara open account, barang telah dikirim kepada importir tanpa disertai surat perintah membayar serta dokumen-dokumen. Pembayaran dilakukan setelah beberapa waktu atau terserah kebijakan importir. Dengan cara itu, risiko sebagian besar ditanggung eksportir. Misalnya, eksportir harus mempunyai banyak modal dan apabila pembayaran akan dilakukan dengan mata uang asing maka risiko perubahan kurs menjadi tanggungannya.

c) Letter of Credit ,(L/C) adalah sebuah instrumen yang dikeluarkan oleh bank atas nama salah satu nasabahnya, yang menguasakan seseorang atau sebuah perusahaan penerima instrumen tersebut menarik wesel atas bank yang bersangkutan atau atas salah satu bank korespondennya, berdasarkan kondisi-kondisi yang tercantum pada instrumen itu. Eksportir terjamin akan pembayarannya bila ia memenuhi persyaratan yang diminta oleh importir, demikian pula importir.

(4)

d) Commercial Bills of Exchange , sering disebut juga wesel (draft) atau trade bills, adalah surat yang ditulis oleh penjual yang berisi perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang pada waktu tertentu di masa datang. Surat perintah semacam itu sering disebut wesel. 3. Pasar Valuta Asing

Valuta asing atau mata uang asing adalah jenis mata uang yang digunakan di negara lain. Karena adanya perbedaan nilai mata uang, maka dikenal dengan istilah kurs (nilai -tukar). Valuta asing dapat diperoleh di pasar valuta asing dimana kita dapat membeli/menukar mata uang asing untuk keperluan internasional. Fungsi pasar valuta/asing adalah :

a) Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari suatu negara ke negara lain (misal melalui clearing)

b) Memperlancar terjadinya kegiatan ekspor/impor.

c) Memungkinkan dilakukan hedging. Hedging adalah tindakan pihak tertentu untuk menghindari kerugian akibat kemungkinan terjadinya perubahan kurs valuta asing di masa yang akan datang.

4. Sistem Kurs Valuta Asing

Meskipun kurs nilai tukar pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan pasar, namun sesungguhnya ada faktor lain. yang menentukan besarnya kurs, yaitu sistem kurs valuta asing yang dianut oleh suatu negara. Secara umum, terdapat tiga sistem penetapan kurs valuta asing, yaitu sistem kurs tetap, sistem kurs bebas, dan sistem kurs mengambang terkendali. Perbedaan pokok ketiga sistem tersebut terdapat pada sejauh mana campur tangan pemerintah dalam penetapan nilai tukar.

a) Sistem Kurs Tetap

Menurut sistem kurs tetap (fixed exchange rate), nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya ditetapkan oleh pemerintah. Walaupun nilai tukar ditetapkan oleh pemerintah, namun tidak berarti bahwa tidak ada perubahan permintaan dan penawaran atas suatu mata uang di pasar valuta asing. Dampak dari perubahan permintaan dan penawaran mata uang asing di pasar valuta asing tersebut akan diredam oleh pemerintah. Jika terjadi kelebihan penawaran, pemerintah akan membelinya. Sebaliknya, jika terjadi kelebihan permintaan terhadap mata uang asing tertentu, pemerintah akan menjual persediaan mata uang yang dimilikinya.

Kelebihan sistem kurs tetap adalah bahwa sistem ini mampu memberikan kepastian mengenai nilai tukar disamping sistem ini pun banyak mengandung kelemahan, di

(5)

antaranya pemerintah harus memiliki cadangan devisa yang besar untuk berjaga-jaga jika dibutuhkan untuk melakukan intervensi pasar.

b) Sistem Kurs Bebas

Kurs bebas adalah nilai kurs uang ditentukan oleh kekuatan pasar, yang biasa juga disebut dengan kurs mengambang.Keuntungan dari sistem kurs bebas adalah bahwa tingkat kurs yang berlaku selalu sama dengan tingkat kurs keseimbangan.Dalam sistem kurs devisa yang betul-betul mengambang, tidak ada masalah surplus atau defisit-neraca pembayaran, sebab bekerjanya pasar selalu menyeimbangkan jumlah devisa yang masuk dengan devisa yang keluar. Sistem ini bisa dilaksanakan apabila syarat-syarat berikut dapat dipenuhi.

a) Kurs ditentukan sepenuhnya oleh kekuatan pasar. b) Tidak ada pembatasan penggunaan valuta asing. 5. Peranan Bank dalam Lalu Lintas Pembayaran Luar Negeri

Transaksi pembayaran antar wilayah di dalam negeri tidak serumit transaksi antar negara dimana pembayaran dalam negeri menggunakan mata uang yang sama.Dalam sebuah transaksi perbankan antara dua belah pihak di dalam negeri dengan menggunakan cek dan giro hanya merupakan pemindahbukuan dari saldo kredit pembayar ke saldo debet penerima pembayaran saja.

Dalam sebuah contoh , pada lalu lintas pembayaran antarnegara misal seorang eksportir dari Indonesia mengekspor produk ke Amerika Serikat.Transaksi jual beli yang dilaksanakan lebih kompleks disbanding transaksi jual beli dua belah pihak dalam negeri.Hal ini disebabkan perbedaan mata uang yang berlaku di dua negara khususnya di Indonesia menggunakan Rp (Rupiah) dan Amerika Serikat menggunakan US $ (dollar).

Sering juga transaksi perdagangan antara dua negara menggunakan mata uang negara ketiga , misalnya dengan membeli barang dari Jepang kita memakai mata uang dollar Amerika (US$) dimana kita harus terlebih dahulu menghitung kurs devisa dengan membandingkan nilai barang dalam US$ ,dalam Yen Jepang atau dalam Rupiah.Permasalahan yang komplek tersebut menyebabkan lalu lintas pembayaran luar negeri berbeda dengan lalu lintas pembayaran dalam negeri.

Bagi importir dan eksportir bank devisa merupakan sebuah lembaga dimana mereka dapat menjual belikan surat wesel luar negeri dan memakainya sebagai mediasi dalam penagihan

(6)

kepada debitur di luar negeri.Misalnya dalam transsaksi dengan importir dari Jerman oleh eksportir dari Indonesia , dalam perjanjian jual beli ini pada dasarnya memalkai satuan mata uang euro , rupiah dan bahkan dapat memakai mata uang pihak ketiga dalam hal ini US $ (Dollar Amerika) misalnya.

Pada umumnya para eksportir menghendaki pembayaran atas barang yang dijualnya di negara lain dengan menggunakan mata uang yang konvertibel dimana dibedakan menjadi dua kelompok mata uang yaitu :

a) Hard Currencies , atau mata uang kuat yaitu mata uang yang memiliki sifat penerimaan yang tinggi.Pada umumnya mata uang ini dengan sendirinya mempunyai tingkat konvertibilitas tinggi , misalnya : US $ Dollar Amerika , Dollar Canada dan Swiss Franc

b) Soft Currencies atau mata uang lemah , yang jarang ada peminatnya jika dibandingkan dengan hard currencies yang sangat disukai oleh masayarakat dunia.

(7)

BAB III

PROSEDUR DAN PEMBAYARAN EKSPOR IMPOR

1. PROSEDUR EKSPOR

Hubungan perdagangan luar negeri dalam hal ini ekspor impor sama halnya dengan perdagangan dalam negeri yaitu terdapat pembeli, penjual dan adanya transaksi jual beli. Dalam perdagangan luar negeri, kegiatan jualnya disebut ekspor dan kegiatan belinya disebut impor dan transaksinya adalah transaksi ekspor impor. Hanya saja wilayah atau domisili penjual dan pembeli melintas batas negara dan batas wilayah

Ekspor :

Perdagangan barang antar dua negara dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean sebuah negara dengan memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Impor :

Perdagangan barang antar dua negara dengan cara memasukkan barang dari luar ke dalam wilayah Pabean sebuah negara dengan memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Wilayah Pabean Indonesia:

Wilayah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang didalamnya berlaku Undang - undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan Perusahaan yang menjual komoditas barang untuk dijual ke luar negeri harus memperhatikan persyaratan untuk ekspor diantaranya memenuhi beberapa dokumen sebagai berikut :

a) Dokumen legalitas perusahaan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), perusahaan dapat mengajukan permohonan melalui Departemen Perindustrian dan Perdagangan setempat (Depdag)

b)Surat Ijin Usaha dari departemen terkait berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Misalnya angka pengenal Ekspor (APE) bagi eksportir.

Perdagangan ekspor impor termasuk kegiatan yang mengandung risiko tinggi, karena eksportir dan importir berjauhan secara geografis,berbeda bahasa, kebiasaan dan hukum dalam transaksi ekspor impor. Salah satu risiko yang dihadapi oleh eksportir adalah apabila terjadi penyimpangan maupun pembatalan kontrak. Risiko tersebut dapat dihindari apabila setiap transaksi ekspor

(8)

yang dilakukan, dituangkan dalam bentuk tertulis atau ke dalam bentuk kontrak dagang (sales contract).

Pada pelaksanaan perjanjian ekspor impor tahapannya sebagai berikut:

a) Pra kontraktual atau tahap awal perjanjian , dalam tahap ini terjadi penawaran produk yang diajukan oleh penjual (eksportir) biasanya disertai dengan harga barang, mutu barang, jumlah serta syarat - syarat lain yang biasanya disebut an inquiry for a quotation. Apabila penawaran tersebut disetujui oleh pembeli (importir), maka kedua belah pihak mengikatkan diri untuk melakukan “perjanjian jual beli”, dengan syarat-syarat yang telah disepakati.

b) Kontraktual atau tahap terjadinya perjanjian , merupakan realisasi dari tahap awal perjanjian, yang kemudian dituangkan secara rinci dan tertulis tentang segala sesuatu yang dianggap penting dalam transaksi ekspor impor.

c) Post kontraktual atau tahap setelah perjanjian ;merupakan realisasi dari perjanjian yaitu pelaksanaan kontrak . Perjanjian jual beli antar negara dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Jika dibuat secara tertulis, perjanjian itu disebut kontrak jual beli (sales

contract). Disamping itu juga harus ada, kesepakatan tentang dokumen-dokumen ekspor

impor yang diperlukan.

Dalam suatu kontrak penjualan komoditas barang antara eksportir (penjual) dan importir (pembeli) biasanya memperhatikan beberapa persyaratan dan kondisi yang disetujui oleh kedua pihak. Hal ini perlu dipertimbangkan dengan hati-hati oleh eksportir, karena sekali kontrak telah disetujui, akan mengikat secara hukum.Beberapa kelengkapan berikut ini merupakan informasi penting yang sebaiknya dimasukkan kedalam kontrak, yaitu :

a) Deskripsi komoditi, termasuk spesifikasi standar/ teknis yang harus dipenuhi b) Jumlah atau tonasse yang dibeli

c) Harga yang dikenakan yang dinyatakan dalam syarat-syarat penjualan yang disetujui, dan mata uang yang digunakan dalam transaksi.

d) Syarat-syarat pembayaran dan jangka waktunya e) Waktu penyerahan barang

f) Prosedur hukum dan arbitrasi jika terjadi perselisihan g) Syarat-syarat pengepakan

h) Cara angkut i) Asuransi

(9)

2. DOKUMEN EKSPOR

Beberapa dokumen yang diperlukan untuk persyaratan ekspor ditentukan oleh antara kedua belah pihak yaitu pembeli (importir) dan penjual (eksportir). Eksportir harus berhati-hati dalam memenuhi secara tepat persyaratan dokumen yang diminta didalam L/C dan mengusahakan penyerahannya dengan segera agar tidak terjadi kelambatan dalam pembayaran.

Jenis dokumen yang diperlukan adalah :

a) Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) , merupakan dokumen utama yang harus diisi dengan benar untuk memperoleh persetujuan Bea dan Cukai sesuai dengan SK. Menteri Keuangan No: 1012/KMK.00/1991 tahun 1991 tentang Pemberitahuan Ekspor Barang. PEB merupakan satu-satunya dokumen yang diserahkan kepada Bea dan Cukai, dan berguna untuk :

i. Customs Clearance di negara asal barang (Pelabuhan Muat Eksportir) ii. Dokumen utama untuk bahan statistic perdagangan

iii. Penetapan pajak ekspor

Dokumen PEB yang lengkap terdiri dari 10 dengan perincian 3 lembar ekstra copy dan lainnya 7 lembar untuk keperluan : a. Bank Ekspor (dokumen asli) , b. Bank Indonesia , c. Biro Statistik (BPS) , d. Kantor Wilayah Departemen Perdagangan , e. Departemen keuangan , f. Bea dan Cukai , g. Copy untuk eksportir.

Bagi eksportir yang terkena Pajak Ekspor (PE) dan Pajak Ekspor Tambahan (PET) diperlukan lembar yang kesembilan untuk Direktorat Jenderal Moneter.

Sesudah PEB dibuat oleh pejabat bea cukai, komoditi ekspor dimasukkan ke dalam kapal, maka dari pihak pelayaran akan menerbitkan Bill of Lading (B/L). Sebelum B/L diterbitkan, bila terjadi kehilangan, kerusakan, atau hal-hal lainnya terhadap komoditi ekspor tersebut, maka pihak pelayaran tidak dapat dituntut tanggungjawabnya.

b) Bill of Lading (B/L) , dalam Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCPDC) Pasal 23 a UCP 600 menetapkan bahwa Bill of Lading adalah dokumen yang secara nyata menunjukkan nama pengangkut ditandatangani oleh pengangkut/agen yang ditunjuk atas nama pengangkut, menunjukkan bahwa barang sudah dimuat di atas kapal dengan tanggal penerbitan. Bill of Lading menunjukkan pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar yang ditentukan dalam Letter of Credit dan berisikan kondisi pengangkutan.

(10)

B/L memuat 3 informasi penting yaitu: i. Tanda terima barang

ii. Kontrak pengangkutan

iii. Pernyataan kepemilikan barang

Dilihat dari fungsinya , ada beberapa jenis B/L diantaranya :

i. Negotiable B/L atau Original B/L, yaitu B/L yang dapat dipergunakan sebagai dokumen berharga untuk pencairan L/C atau dapat diperjual-belikan. Jenis B/L ini biasanya terdiri dari satu set (Full Set) yakni Original 1,2,3. Hukum yang berlaku di sini adalah apabila salah satu lembar original tersebut sudah dipergunakan, maka lembar lainnya tidak berlaku (One for all, All for One).

ii. Non Negotiable B/L, yaitu copy B/L yang tidak dapat dipakai untuk pencairan L/C

iii. On Board B/L & Receipt B/L , On Board artinya barang sudah diterima di atas kapal yang mengangkut barang tersebut yang pada prinsipnya tanggal B/L sama dengan tanggal On Board. Permintaan dalam L/C umumnya adalah On Board B/L

iv. Clean and foul Bill of Lading , Hampir semua persyaratan L/C meminta Clean B/L yang artinya di dalam B/L tidak terdapat catatan yang menyebutkan kekurang sempurnaan packing termasuk cargonya sendiri, misalnya drum bocor (Breakage of drum), Steelband berkarat (Rusted steelbend), packing yang jelek (Poor packing), kekurangan barang (Shortage of quantity) dan lain-lain Singkatnya Clean B/L adalah B/L yang tanpa catatan-catatan tambahan. Lawan dari Clean B/L adalah Foul B/L, artinya B/L tersebut cacat dengan catatan tambahan yang menjelaskan tentang keadaan packing yang kurang sempurna dan lain sebagainya.

v. Long Form and Short Form B/L , pada umumnya pada halaman belakang B/L tercantum persyaratan B/L yang mencakup syarat pengangkutan yang ditetapkan sepihak oleh pelayaran. Dengan demikian bila terjadi selisih pendapat antara pengirim dengan pengangkut barang atau perusahaan pelayaran, syarat-syarat pengangkutan inilah yang kan dijadikan sumber acuan. B/L semacam ini disebut Long Form B/L. Dalam hal ini jika terjadi selisih pendapat antara pengirim dengan pengangkutan disebut dengan Short Form B/L. Dalam hal ini jika terjadi selisih pendapat maka hukum negara di mana perusahaan pelayaran berdomisili itulah yang akan dipakai sebagai sumber acuan

vi. Combined Transport B/L Multimodal B/L dan Single Modal B/L , Adalah jenis B/L yang mempergunakan lebih dari semacam transportasi dengan B/L yang sama, artinya setelah sampai di pelabuhan tujuan akan diteruskan dengan mempergunakan 2 atau lebih jenis alat angkut yang berbeda (laut, darat, udara). Kebalikan dari Multi Modal adalah Single Modal

(11)

vii. Stale B/L , Untuk jarak yang dekat seperti Jakarta-Singapura kapal akan tiba di pelabuhan tujuan dalam waktu 1×24 jam sehingga ada kemungkinan kapal sudah tiba, Namun B/L terlambat 1 atau 2 hari. Sehingga B/L tersebut menjadi basi/Stale, inilah yang disebut sebagai Stale B/L

viii. Express B/L , Untuk menghindari Stale B/L maka dipergunakan Express B/L yakni B/L yang dikirim melalui Fax, untuk itu B/L asli tidak perlu diserahkan. Dengan Faxed B/L tersebut maka barang tersebut dikeluarkan dari pelabuhan tanpa perlu menggunakan B/L asli. Ada juga cara lain yaitu dengan mempergunakn jaminan bank yang menjamin paling lama 3 bulan kemudian B/L asli akan diserahkan

c) Surat Keterangan Asal (SKA) atau Certificate Of Origin/ COO , surat keterangan asal barang,

yang dibuat oleh dinas teknis terkait di negara penjual dengan tujuan untuk menjamin keaslian barang-barang yang bersangkutan. Di dalam sertifikat itu dijelaskan bahwa barang tersebut benar-benar hasil produksl dari negara penandatangan sertifikat tersebut, sehingga secara tidak langsung sertifikat itu merupakan suatu jaminan atas kualitas barang tersebut.

d)Faktur atau "Invoice", yaitu dokumen dari penjual sebagai, lampiran B/L, yang berisi catatan barang-barang yang dikirim beserta harganya ditempat penjual. Ada dua macam "Invoice", yaitu:

i. Commercial Invoice: Invoice yang dibuat oleh penjual, berisi perincian barang-barang yang

dikirim beserta harga

ii. Consular Invoice: invoice yang dibuat dan ditandatangani oleh konsul dagang dari negara

pembeli yang berdomisili di negara penjual.

e) Polis Asuransi, yaitu tanda bukti bahwa barang-barang yang dikirimkan itu sudah diasuransikan

f) Packing List, yaitu suatu daftar tentang koli-koli beserta isinya, dibuat oleh perusahaan yang

mengepak barang-barang tersebut

g) Weight List (certificate of weight), yaitu daftar timbangan/beratnya barang-barang di

pelabuhan pemuatan.

3. PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI EKSPOR

Pembayaran dalam transaksi ekspor impor juga memegang peranan penting. Cara pembayaran yang digunakan ditentukan dan disepakati bersama dalam sales contract.

Cara pembayaran ekspor impor dapat dilakukan dengan:

a) Pembayaran di muka ( Advance Payment ) , Sistem pembayaran ini dilakukan manakala pembeli (importir) membayar terlebih dahulu kepada penjual, (eksportir) sebelum

(12)

merealisasi ekspor sesuai dengan kesepakatan para pihak. Kesepakatan tersebut tercantum dalam kontrak jual beli (sales contract).

b) Wesel Inkaso , Cara pembayaran dimana eksportir adalah sebagai penarik wesel (drawer) yang memerintahkan kepada importir sebagai si tertarik (drawee) untuk membayar sejumlah uang pada waktu yang ditentukan dalam wesel itu.

c) Perhitungan kemudian (Open Account) , f. Importir akan membayar barang setelah barang tiba di tempat importer berada. Eksportir menanggung segala risiko, sedang importir mendapat penangguhan pembayaran. Transaksi ini merupakan transaksi yang langsung antara eksportir dengan importir. Eksportir setelah melakukan pengapalan barang, kemudian mengirimkan "invoice" atau "faktur" kepada importir yang mencantumkan tanggal atau waktu pembayaran harus diselesaikan.

d)Konsinyasi (Consignment) , h. Dalam pelaksanaan pembayaran konsinyasi importir tidak berfungsi sebagai pembeli, melainkan hanya sebagai penerima titipan dari supplier untuk menjualkan komiditi/barang tertentu yang dikirimkan. Pembayaran baru dilakukan setelah komoditi tersebut terjual, kemudian mentransfer valuta hasil penjualan kepada supplier melalui Bank atau pos. Dan importir mendapatkan komisi dari hasil penjualan.

e) Letter of Credits (L/C) ,pengertian secara umum Letter of Credit, merupakan suatu pernyataan

dari bank atas permintaan importir yang merupakan nasabah dari bank tersebut, untuk menyediakan dana dan membayar sejumlah uang tertentu untuk kepentingan pihak ketiga (eksportir).

(13)

BAB IV

PEMBAYARAN DAN MEKANISME LETTER OF CREDIT (L/C)

Pada prinsipnya, Letter of Credit atau L/C dan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri atau SKBDN itu sama. Perbedaan antara keduanya, Pertama : Ditinjau dari lokasi penjualdanpembeli. L/C digunakan untuk transaksi perdagangan yang melibatkan penjual dan pembeli yang berada di negara yang berbeda dan bersifat internasional. Sedangkan untuk SKBDN berlaku untuk penjual dan pembeli yang berada di wilayah domestik Indonesia.Kedua : Lalu lintas komoditas yang diperdagangkan. Jika barang yang diperdagangkan melewati batas kepabeanan negara lain, maka digunakanlah L/C. Jadi misalnya penjual dan pembeli sama-sama berlokasi di Indonesia, namun barangnya didatangkan dari Jepang, maka yang digunakan adalah L/C, bukan SKBDN. SKBDN digunakan jika barangnya asli dari Indonesia, atau dari luar negeri namun sudah masuk ke kepabeanan Indonesia. Ketiga : Acuan Formal . Pelaksanaan L/C pada umumnya mengacu pada kebiasaan praktik perdagangan yang telah dibakukan oleh International Chamber of Commerce (ICC), yaitu Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCPDC). Pertama kali dipublikasikan pada 1933, UCPDC telah mengalami beberapa kali revisi sesuai perkembangan dan dinamika perdagangan internasional, yaitu tahun 1951, 1962, 1974, 1983 (dikenal dengan UCP 400), 1993 (UCP 500), dan pada 2006 dilakukan revisi keenam dengan terbitnya publikasi ICC No. 600 yang berlaku efektif tanggal 1 Juli 2007, yang dikenal dengan UCP 600 dan banyak digunakan sebagai acuan sekarang.

Sedangkan pelaksanaan SKBDN mengacu pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 5/6/PBI/2003 tanggal 2 Mei 2003 tentang Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN). Bagaimanapun, klausul dan teknis yang diatur dalam PBI di atas banyak mengadopsi klausul-klausul dalam UCPDC.

1. Pengertian Letter of Credit (L/C)

Letter of credit adalah suatu surat yang dikeluarkan bank devisa atas permintaan importir

nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut. Isi surat itu menyatakan bahwa eksportir penerima L/C diberi hak oleh importir importir untuk menarik wesel (surat perintah untuk melunasi utang) atas Bank Pembuka untuk sejumlah uang yang disebut dalam surat itu. Bank yang bersangkutan menjamin untuk mengakseptir wesel yang ditarik tersebut asal sesuai dan memenuhi syarat yang tercantum di dalam surat itu.

(14)

2. Keunggulan Letter of Credit (L/C)

L/C adalah suatu alat (instrumen) yang memudahkan transaksi dagang antara eksportir dengan importir yang belum saling mengenal, atau yang tidak mempunyai ikatan khusus tertentu. L/C dianggap instrumen yang paling penting dan paling aman didalam transaksi perdagangan internasional, terutama dilihat dari sudut sistem pembayaran. Peranan L/C dalam perdagangan internasional adalah

a) Mempermudah lalu lintas pembayaran

b) Mengamankan dana yang disediakan importir untuk melunasi kewajibannya c) Menjamin kelengkapan dokumen pengapalan.

3. Persyaraan L/C a) Dokumen L/C ekspor

a. SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan. b. Copy KTP pejabat perusahaan.

c. Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen ekspor. d. Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pengoperan Wesel Ekspor. e. Menyerahkan L/C asli untuk negosiasi (jika L/C tidak melalui Bank Pelaksana Negosasi). f. Membuka rekening di Bank.

b) Dokumen L/C impor

a. Copy API (Angka Pengenal Importir).

b. SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan. c. Copy KTP pejabat perusahaan.

d. Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen impor. e. Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pembukaan L/C. f. Mengisi dan menandatangani formulir Penggunaan Fasilitas L/C Sight/Usance.

g. Membuka rekening di Bank (untuk memudahkan pemotongan biaya-biaya yang timbul dalam proses L/C Impor).

(15)

c) SKBDN

a. SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan. b. Copy KTP pejabat perusahaan.

c. Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen SKBDN. d. Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pembukaan SKBDN. e. Membuka rekening di Bank

4. Keuntungan yang diperoleh eksportir dari L/C

a) Kepastian pembayaran dan menghindari risiko .Sekalipun eksportir tidak mengenal importir, tetapi dengan adanya L/C sudah merupakan jaminan bagi eksportir bahwa tagihannya pasti dilunasi bank sesuai ketentuan.

b) Penguangan dokumen dapat langsung dilakukan , jika barang sudah dikapalkan, maka dengan adanya L/C shipping documents dapat langsung diuangkan atau dinegosiasikan dengan Advising Bank dan tidak perlu lagi menunggu pembayaran atau kiriman uang dari importir. Advising Bank atau Negotiating Bank tidak ragu untuk melunasi dokumen pengapalan itu karena pembayarannya sudah dijamin oleh Opening Bank.

c) Biaya yang dipungut bank untuk negosiasi dokumen relatif kecil bila ada L/C

d) Terhindar dari risiko pembatasan transfer valuta . Di berbagai negara terdapat pembatasan transfer valuta asing dan diperlukan izin impor sebelum dilakukan pembukaan L/C. Oleh karena itu, pada setiap pembukaan L/C Opening Bank sudah menyediakan valuta asing untuk setiap tagihan yang didasarkan pada L/C tersebut.

e) Kemungkinan memperoleh uang muka atau kredit tanpa bunga bila importir bersedia membuka L/C dengan syarat "Red Clause", maka eksportir dapat memperoleh uang muka dari L/C yang tersedia. untuk memulai produksi barang yang akan diekspor itu.

5. Keuntungan L/C bagi importir:

a) Pembukaan L/C dapat diartikan bahwa Opening Bank meminjamkan nama baik dan reputasinya kepada importer sehingga dapat dipercayai oleh eksportir. Eksportir yakin bahwa barang yang akan dikirimkan pasti akan dibayar.

(16)

b) L/C merupakan jaminan bagi importir, bahwa dokumen atas barang yang dipesan akan diterimanya dalam keadaan lengkap dan utuh, karena akan diteliti oleh bank yang sudah mempunyai keahlian dalam hal itu.

c) Importir dapat mencantumkan syarat-syarat untuk pengamananyang pasti akan dipatuhi oleh eksportir agar dapat menarik uangdari L/C yang tersedia.

6. Perjanjian Dasar Pembukaan Letter of Credit

Perjanjian pembukaan Letter of Credit yang diadakan bukan merupakan perjanjian yang berdiri sendiri, tetapi merupakan, perjanjian tambahan dari perjanjian pokoknya yang berupa perjanjian jual beli yang tertuang dalam kontrak dagang (Sales Contract) antara eksportir dan importir. Proses pembukaan L/C dimulai dengan adanya kontrak jual beli antara penjual dan pembeli yang mensyaratkan pembukaan L/C sebagai pembayarannya, pembeli kemudian mengajukan aplikasi L/C kepada bank devisa di negaranya untuk manfaat pihak penjual.

Jalannya pembukaan suatu L/C secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

a) Importir meminta kepada bank devisanya untuk membuka sebuah Letter of Credit (L/C) sebagai dana yang dipersiapkan untuk melunasi hutangnya kepada eksportir, sejumlah yang disepakati dalam sales contract dan sesuai dengan syarat-syarat pencairan. L/C yang dibuka adalah untuk dan atas nama eksportir atau orang atau badan usaha lain yang ditentukan eksportir, sesuai kesepakatan dalam sales contract. Bank devisa yang diminta eksportir membuka L/C itu disebut opening bank. Opening bank inilah yang bertanggung jawab melakukan pembayaran atas L/C itu kepada eksportir penerima L/C. Importir yang disebut pembukaan L/C disebut applicant.

b) Opening bank setelah menyelesaikan jaminan dana L/C dengan importir, melakukan pembukaan L/C melalui bank korespondennya di negara eksportir. Pembukaan L/C dilakukan dengan surat, kawat, teleks, faksimile, atau media elektronik lainnya yang sah. Penegasan pembukaan UC dalam bentuk tertulis itu disebut L/C confirmation yang diteruskan oleh opening bank kepada bank korespondennya untuk disampaikan kepada penerima, yaitu eksportir yang disebut dalam surat itu. Bank koresponden yang diminta

opening bank untuk menyampaikan amanat pembukaan L/C disebut Advising Bank.

c) Advising Bank setelah meneliti keabsahan amanat pembukaan L/C yang diterimanya dari

opening bank meneruskan amanat pembukaan L/C itu kepada eksportir yang berhak

menerima dengan surat pengantar dari Advising Bank. Surat pengantar itu disebut L/C

(17)

Advising Bank diminta dengan tertulis oleh opening bank untuk turut menjamin pembayaran atas L/C tersebut,maka Advising Bank juga disebut sebagai confirming bank. 7. Isi pokok dari Letter of Credit antara lain:

a) Nomor dan tanggal L/C

b) Jenis dan sifat L/C yang dibuka.

c) Nama dan alamat eksportir (penerima L/C) yang lazim disebut sebagai "beneficiary". d) Jumlah dana yang tersedia.

e) Uraian barang dan jumlahnya.

f) Perincian dokumen pengapalan yang disyaratkan seperti:

a. Bill of Lading

b. Faktur perdagangan

c. Daftar Pengepakan

d. Daftar kubikasi

e. Daftar timbangan

f. Keterangan negara asal

g. Sertifikat mutu

h. Laporan Kebenaran Pemeriksaan

i. Polis asuransi, dan lain-lain.

g) Batas waktu pengapalan terakhir. h) Batas waktu berlakunya L/C.

i) Syarat pengapalan seperti partial shipment, transshipment dan lain-lain. j) Ketentuan negosiasi dokumen pengapalan.

8. Mekanisme pembayaran L/C dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

a) Tahap pembukaan

Importir mengajukan permohonan pembukaan L/C kepada sebuah bank yang dianggap bonafide. Untuk ini importir diminta mengisivformulir aplikasi (permohonan) pembukaan L/C yang mencantumkan semua syarat yang harus dipenuhi oleh eksportir di negara lain. b) Tahap penerusan kredit advis

Apabila Issuing Bank menyetujui aplikasi pembukaan L/C, maka Issuing Bank menerbitkan "kredit advis" yang menyebutkan bahwa pembeli akan membayar sejumlah uang kepada

(18)

penjual atas barang yang dibeli. Kredit advis ini dilengkapi dengan syarat syarat yang tercantum daim formulir permohonan L/C yang ditujukan kepada bank di tempat eksportir, sebagaimana disyaratkan dalam formulir aplikasi tersebut. Apabila nama dari Bank di negara eksportir tidak disyaratkan oleh importir, maka biasanya Bank pembuka L/C akan memilih sendiri Advising Banknya yaitu Bank korespondennya yang setelah menerima advis kredit kemudian akan meneruskannya kepada eksportir.Advising Bank ditempat eksportir inilah yang akan melakukan pembayaran atau akseptasi atau negosiasi atas dokumen dokumen yang disyaratkan dan diserahkan oleh eksportir. Dalam tahap penerusan kredit advis ini, ada kalanya terjadi suatu perubahan dari kondisi L/C yang harus dilakukan dan harusdisampalkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam L/C, sehingga L/C yang dibuka harus dimintakan amandements (perubahan-perubahan) terhadap syarat L/C, khususnya sebelum L/C jatuh tempo. Adanya perubahan terhadap syarat-syarat L/C harus dimintakan persetujuan dari pihak-pihak yang terlibat dalam L/C. Sekiranya sudah disetujui dan sudah cukup lengkap dan tepat, kemudian disampaikan oleh Advising Bank kepada eksportir dengan surat,kawat atau telex sesuai dengan permintaan importir.

c) Tahap pengapalan barang

Setelah eksportir menerima kredit advis dari Bank koresponden,maka eksportir mengajukan formulir Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) kepada Perusahaan Pelayaran untuk dapat mengirim barang yang akan diekspor. Dalam instruksi muat tercantum: jumlah dan kualitas, harga barang, pelabuhan tujuan, nama pembeli dan penerima barang di luar negeri, shipping mark, serta syarat pembayaran freight.

Formulir PEB tersebut diajukan kepada kantor Bea dan Cukai untuk mendapatkan izin meat barang, yang menunjukkan bahwa barang dapat diekspor dan Maskapai Pelayaran melaksanakan pemuatan barang ke atas kapal dan mengeluarkan dokumen pengangkutan atau Bill of Lading (B/L). Dokumen pengangkutan yang asli dikirimkan kepada pembeli, sedang copy-nya diberikan kepada eksportir.

d) Tahap pengumpulan dokumen

Eksportir yang telah menerima dokumen pengangkutan selanjutnya mengumpulkan dokumen-dokumen yang disyaratkan, yaitu dokumen pengangkutan (Bill of Lading/ Airway Bill/ Railway Bill); Invoice (Profoma Invoice/ Comercial Invoice/ Consular Invoice); Dokumen

(19)

Dokumen-dokumen utama tersebut masih harus ditambah dengan dokumen-dokumen lain sebagai pelengkap, yaitu dokumen yang diperlukan sesuai dengan jenis barang yang diperjanjikan. Misalnya certificate of analysis, certificate of origin dan sebagainya.

e) Tahap penyelesaian pembayaran

Setelah Bank pembayar meneliti kelengkapan dan kebenaran formal dokumen dari dokumen yang dipersyaratkan dan ternyata sudah sesuai dengan kredit advis, maka Bank pembayar sejumlah uang yang diperjanjikan kepada eksportir. Eksportir harus mempelajari dengan seksama semua keterangan yang tercantum di dalam L/C. Kalau semua ketentuan itu tidak dipenuhi secara cepat dan cermat, maka bank dari importer yang membuka L/C berhak penuh untuk menolak dokumen pengapalan yang diajukan dan menolak pembayaran atas beban L/C itu.

9. Bentuk dan Jenis-jenis Letter of Credit.

Letter of Credit dapat dibedakan menjadi dua bentuk:

a) Revocable Letter of Credit;

Letter of Credit dalam bentuk ini mempunyai risiko yang tinggi, karena kurang menjamin

pembayaran. Pada Letter of Credit yang berbentuk revocable, importir setiap saat dapat memerintahkan banknya (Issuing Bank) untuk membatalkan L/C yang telah dibuka tanpa memberitahukan dan meminta persetujuan terlebih dahulu dari pihak eksportir. Pembatalan yang diperintahkan oleh importir di luar negeri tidak berlaku (tidak mempunyai kekuatan) bilaman eksportir telah mengapalkan dan wesel ekspor telah dinegoisir oleh Negotiating Bank pada saat pembatalan diterima.

b) Irrevocable Letter of Credit.

Letter of Credit dalam bentuk ini dapat dibatalkan hanya atas persetujuan ksportir dan

importir. L/C dalam bentuk ini memberikan jaminan pembayaran yang lebih baik jika dibandingkan dengan Revocable L/C. Dilihat dari segi saat pembayaran, L/C dapat dibagi menjadi:

a.Sight L/C , L/C yang jika semua persyaratan dipenuhi, maka Negotiating Bank wajib

membayar nominal L/C kepada eksportir paling lama dalam 7 hari kerja.

b.Usance L/C , L/C yang pembayarannya baru dapat dilunasi jika L/C tersebut sudah jatuh

(20)

c.Red Clause L/C , yaitu L/C dimana bank pembuka L/C memberi kuasa kepada bank pembayar untuk membayar uang muka kepada beneficiary sebagian tertentu atau seluruh nilai L/C sebelum beneficiary menyerahkan dokumen.

10. Syarat-syaratnya L/C dibagi menjadi:

a) Open L/C , yaitu L/C yang memberi hak kepada eksportir penerima L/C untuk

menegoisasikan dokumen melalui bank mana saja yang diingininya.

b) Restricted L/C negotiating bank dibatasi pada bank tertentu.

c) Documentary L/C yaitu L/C yang mewajibkan eksportir penerima L/C untuk menyerahkan

dokumen pengapalan yang membuktikan pemilikan barang serta dokumen pelengkap lainnya sebagai syarat untuk memperoleh pembayaran.

d) Revolving L/C yaitu L/C di mana kredit yang, tersedia dapat dipakai ulang tanpa perlu

mengadakan perubahan syarat baik dalam bentuk waktu maupun nilai uang.

e) Back to back L/C yaitu L/C yang dapat dibuka lagi oleh eksportir penerima L/C pertama

kepada eksportir kedua dengan menjaminkan L/C yang diterimanya. L/C ini biasa digunakan dalam perdagangan segitiga.

11. Para Pihak yang terlibat dalam Letter of Credit. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembukaan L/C adalah:

a) Opener atau Applicant , Importir yang meminta bantuan bank devisanya untuk membuka

L/C guna keperluan penjual atau eksportir.

b) Opening bank atau Issuing Bank , Bank devisa yang dimintai bantuannnya oleh importir

untuk suatu L/C untuk keperluan eksportir. Bank devisa inilah yang memberikan jaminan kepada eksportir. Oleh karena itu, "nilai" L/C sangat bergantung pada nama baik dan reputasi dari bank devisa yang membuka L/C tersebut.

c) Advising Bank , Opening bank membuka L/C untuk eksportir melalui bank lain di negara

eksportir yang menjadi koresponden dari Opening bank tersebut Bank korespondensi, ini berkewajiban untuk menyampaikan amanat yang terkandung dalam L/C kepadaeksportir yang berhak. Oleh karena itu bank korespondensi yang bersangkutan disebut Advising Bank atau Bank Penyampai Amanat.

d) Beneficiary , Eksportir yang menerima pembukaan L/C dan diberi hak untuk menarik uang

(21)

e) Negotiating Bank , Di dalam L/C biasanya disebutkan bahwa Beneficiary boleh menguangkan (menegosiasikan shipping document) melalui bank mana saja yang disukainya asalkan memenuhi syarat L/C. Bank yang membayar dokumen itu disebut sebagai Negotiating Bank.

Referensi

Dokumen terkait

Digital watermarking adalah salah satu metode efektif yang digunakan untuk mencegah hak cipta dengan cara menyembunyikan data digital dalam bentuk data multimedia seperti

1) Hasil yang diperoleh menunjukkan penerapan metode Make a Match berjalan dengan baik melalui perbaikan-perbaikan pada tiap siklus. Pada siklus pertama, penerapan

Uji statistic juga memperlihatkan adanya peningkatan yang signifikan pada tiga dimensi kematangan karir yaitu: perencanaan karir, pengetahun mengenai dunia kerja dan

“Pengembalian aset adalah sistem penegakan hukum yang dilakukan oleh negara korban (victim state) tindak pidana korupsi untuk mencabut, merampas, menghilangkan hak atas aset hasil

Hasil analisis uji statistik pada tabel sidik ragam Anova, menggunakan taraf kepercayaan 95% ( =0,05) dengan nilai signifikan 0,00 (p value) < dengan kata

2 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana

INTERNALISASI (TRIDAYA PEMBANGUNAN) Menjadi anggota BKM DAN KSM KEBERDAYAAN MATERI NON MATERI PENGETAHUAN KESADARAN SUBJEKTIF.. dengan kedudukan informan yang hanya

Perlu pemasangan alat ukur flow rate gas sebelum masuk dan keluar dari setiap alat di pabrik urea pusri II, hal ini digunakan untuk meningkatkan keakuratan pembacaan jumlah gas