• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri Teknologi Informasi atau biasa disingkat dengan IT menjadi salah satu industri yang berkembang paling pesat mengingat derasnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang kian meningkat dari hari ke hari. Industri IT dipandang menarik oleh banyak orang karena teknologi dan komunikasi menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang dewasa ini. IT sendiri didefinisikan sebagai “tata cara atau sistem yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan atau informasi. IT juga bisa didefinisikan sebagai pemanfaatan perangkat komputer sebagai alat untuk memproses, menyajikan, serta mengelola data dan informasi dengan berbasis pada peralatan komunikasi” (Y. Maryono & B. Patmi Istiana, 2005).

Perkembangan IT turut memengaruhi industri media yang juga terus meluas seiring perkembangan jaman, dimana teknologi semakin berkembang pesat sehingga memudahkan manusia mengetahui berita dari berbagai belahan dunia manapun. Media sendiri berfungsi sebagai jembatan antara manusia dengan dunia (https://ugm.ac.id/id/berita/9331-demokratisasi.media.sebagai.jembatan., diakses Juli 2015). Manusia khususnya yang tinggal di kota-kota besar pasti tidak bisa lepas dari dunia komunikasi dan teknologi. Munculnya berbagai media berbasis IT turut membuktikan hal ini, dimana orang-orang dapat dengan mudah mengakses sebuah artikel atau berita secara cepat. Media berbasis IT ini dikenal juga dengan media

online. Asep Syamsul M. Romli dalam buku Jurnalistik Online: Panduan Mengelola Media Online (Nuansa, Bandung, 2012) mengartikan media online sebagai berikut: “Media online adalah media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet”.

Awal kelahiran media dengan memanfaatkan internet terjadi pada tahun 1990. Tim Berners Lee menemukan program editor dan browser yang bisa menjelajah antara satu komputer dengan komputer yang lainnya, yang membentuk jaringan yang disebut World Wide Web atau yang biasanya disingkat dengan WWW. Pertumbuhan web sebagai media online semakin meningkat pesat. terdapat dua faktor yang mempengaruhi mengapa web melonjak tinggi. Pertama, dikarenakan

(2)

teknologi dan infrastruktur sudah menyebar dalam jumlah besar di masyarakat khususnya telepon dan komputer. Kedua, web juga multifungsi dan internet juga mempunyai fungsi yang meluas dan mudah diakses oleh seluruh orang didunia yang sudah memiliki sambungan internet. Media Online atau biasa disebut dengan internet adalah hasil dari persilangan teknologi komunikasi yang menawarkan kepada pengguna sebagai media yang berfungsi sebagai alat komunikasi antar manusia atau juga disebut media interaktif, dimana media memungkinkan partisipati aktif baik penerima maupun pengirim. Media online bisa menampung berita teks, image,audio dan video. Berbeda dengan media cetak, yang hanya menampilkan teks dan image.

Online sendiri merupakan bahasa internet yang berarti informasi dapat diakses

dimana saja dan kapan saja selama ada jaringan internet (Ansara, 2015).

Industri media online merupakan industri yang membutuhkan tingkat kreativitas tinggi, dimana mereka ditantang untuk menghasilkan output yang menarik dan berbeda dengan yang lain agar orang-orang atau pengguna bisa tertarik untuk menggunakannya. Orang-orang yang bekerja di industri media online terbiasa dengan etos kerja yang membutuhkan aspek-aspek seperti creative, brainstorming,

designing, strategic planning, report writing (Raymond and Cunliffe 34). Terlebih

kini dengan banyaknya persaingan, ide-ide kreatif dituntut untuk dihasilkan lebih cepat. Oleh karena itu, orang-orang yang bekerja di industri media online diharapkan untuk selalu bisa berpikir dan bekerja secara kreatif. Sayangnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gallup, Asia Tenggara memiliki proporsi terburuk untuk karyawan yang tidak semangat bekerja di perusahaannya yaitu sekitar 73%.

Tabel 1. Tingkat Kepuasan Bekerja Karyawan

Sumber : http://id.techinasia.com/5-hal-yang-bisa-membuat-ruang-kantor-anda-lebih-produktif/ , diakses 15 April 2015.

(3)

Salah satu faktor yang turut memengaruhi produktivitas karyawan adalah lingkungan fisik dari tempat mereka bekerja (Allen, 1997, Becker, 2001, Brill, 2001, Croon et al, 2003, Voordt, 2003). Lingkungan kerja merupakan tempat dimana karyawan melakukan aktivitas setiap harinya. Menurut Nitisemito (dalam Intanghina, 2008) mendefinisikan, “Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan”. Lingkungan kerja secara fisik memberikan efek positif terhadap kreatifitas sebuh organisasi (Nonaka, 2000, Worthington, 2000, Florida, 2002, Becker, 2007). Lingkungan kerja secara fisik menjadi salah satu dari tiga faktor yang dipertimbangkan oleh pekerja saat hendak menerima suatu pekerjaan, sehingga tentunya memiliki efek yang sangat besar pada produktivitas karyawan, dimana para pekerja sangat memerhatikan masalah kenyamanan, aksesibilitas antar karyawan dan perlengkapannya, privasi, dan fleksibilitas (Sule, 2007). Lingkungan kerja yang dirancang dan diimplementasikan secara matang memiliki dampak yang mendalam terhadap performa perusahaan (Steiner, 2005). Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya akan mendukung kelangsungan suatu perusahaan untuk terus dapat berdiri dan menjadi perusahaan yang solid. Worthington (2000) menyatakan bahwa bangunan dan konfigurasinya, desain, dan manajemen ruang turut memicu dan mendukung pertukaran ide dan pengetahuan sehingga menjadi tantangan bagi perusahaan yang ingin terus berkembang untuk dapat memanfaatkan hal ini.

Dewasa ini di berbagai belahan dunia, sudah banyak perusahaan IT besar yang menerapkan konsep creative workspace pada kantornya dengan maksud untuk meningkatkan lahirnya ide –ide kreatif dan meningkatkan semangat kerja karyawannya, seperti perusahaan Google, Youtube, dan Pixar. Sebuah artikel di Kompas Forum mengatakan bahwa hampir semua kantor Google memiliki desain kreatif dan unik karena Google percaya bahwa dengan desain kantor yang kreatif dan unik akan mampu memotivasi dan memberi inspirasi kepada karyawannya (http://forum.kompas.com/urban-life/316764-desain-kantor-kreatif-untuk-pekerja-lebih-kreatif.html). Kondisi tempat kerja mereka yang menarik perhatian publik juga memberikan hal positif bagi citra perusahaan tersebut. Hal ini bisa menjadi tantangan bagi arsitek dan desainer interior untuk merancang sebuah tempat kerja yang bisa menjadi wadah lahirnya ide-ide kreatif tersebut lewat desain tempat kerja yang menarik. Kreativitas karyawan memberikan kontribusi untuk kesuksesan organisasi dan "memahami bagaimana lingkungan psikologis dan fisik sosial bekerja

(4)

bersama-sama untuk mendukung kreativitas di tempat kerja merupakan langkah penting dalam mengembangkan yang pengetahuan dasar tentang kreativitas organisasi ; pengetahuan tersebut akan memposisikan arsitek , desainer , dan perencana sebagai pemain strategis dalam meningkatkan daya saing perusahaan" (Vithaythawornwong, Danko, & Tobert, 2003). Tentunya, tempat kerja tersebut harus memenuhi syarat-syarat tempat kerja yang baik terlebih dahulu. Kemudian, perancangan sebuah tempat kerja kreatif bisa dimulai.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam pembahasan kali ini akan dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimana penerapan desain creative workspace pada sebuah kantor media

online di Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian kali ini adalah untuk menghasilkan desain tempat kerja dengan penerapan creative workspace pada sebuah kantor media online berdasarkan kriteria yang telah didapat.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang akan dibahas adalah mengenai kriteria sebuah creative

workspace, dan bagaimana hal ini bisa diterapkan pada sebuah kantor industri media

berbasis IT atau dikenal media online.

1.5 State of the Art

1. Martens, Yuri. (2008). Unlocking Creativity with Physical Workplace.

Bisnis saat ini harus menjadi lebih kreatif dan inovatif untuk menghadapi persaingan tumbuh dan globalisasi. Tempat kerja fisik dapat nilai untuk memfasilitasi kreativitas. Jurnal ini melaporkan penelitian dilakukan pada aspek-aspek yang menentukan kreativitas dan studi kasus yang meneliti hubungan antara kreativitas, kerja kreatif dan lingkungan kerja kreatif dengan organisasi kreatif. Jurnal ini mengusulkan sebuah model untuk hubungan posisi, elemen dan kekuatan yang menentukan pertandingan dari tempat kerja kreatif dan penjajah tersebut. itu posisi kerangka kreativitas, kerja kreatif dan lingkungan kerja yang sesuai. Ini membantu untuk mengungkap kompleksitas memfasilitasi kreativitas dan proses

(5)

kerja kreatif. Studi kasus menekankan pentingnya jelas definisi, dan menggambarkan makna lay- out, warna, cahaya dan ruang untuk mempresentasikan karya yang. Tempat kerja kreatif, Literature (Andriopoulos, 2001) menyoroti lima faktor organisasi yang meningkatkan kreativitas dalam lingkungan kerja: iklim organisasi, budaya organisasi, gaya kepemimpinan, sumber daya dan keterampilan dan struktur dan sistem. Mathissen dan Einarsen (2004) menyebutkan bahwa kreatif dan perilaku inovatif di tempat kerja tampaknya akan dipromosikan oleh fleksibilitas kognitif yang diciptakan oleh kombinasi dari kedua kualitas pribadi dan faktor lingkungan kerja (West & Richards, 1999 di Mathisen dan Einarsen, 2004). Faktor lingkungan kerja yang meningkatkan kreativitas adalah: perasaan bersama, tujuan jelas ditentukan, serta kemungkinan untuk menantang mereka, pertukaran pendapat atau ide-ide, kontroversi konstruktif, kebebasan, tantangan di tempat kerja, kepercayaan dan keamanan, tim partisipasi dan aliran ide kolaboratif, dan hubungan terbuka antara rekan kerja, serta antara atasan dan bawahan. Sebagian besar faktor-faktor ini telah menunjukkan nilai prediksi dalam kaitannya dengan kreativitas dan inovasi (Mathissen dan Einarsen , 2004) .

2. Pratama, Aditya Denny dan Santoso, Ir. St. Kuncoro. (2014). Fasilitas Industri Kreatif Media Cetak di Surabaya. Jurnal eDimensi Arsitektur Vol II, No. 1. Hal 232-237

Industri kreatif saat ini tengah berkembang dengan pesat. Ide-ide kreatif sangat dibutuhkan dengan cepat sehingga dibutuhkan sebuah katalisator yang dapat menumbuhkan kreatifitas dari para karyawan tersebut, Oleh karena itu dilakukan pendekatan perancangan melalui perilaku arsitektur yang cocok dengan pekerja industry kreatif. Pendekatan Perancangan Pendekatan perilaku merupakan salah satu pendekatan yang cocok dengan masalah desain yang ada. Pendekatan perilaku yang digunakan berdasarkan teori Kenneth P. Morse mengenai Enterpreanur Muda.

1. Berintegritas tinggi 2. Berjiwa pemimpin 3. Tidak sabaran

4. Bekerja sebagai sebuah tim 5. Ingin tampil beda

Penerapan kedalam desain berdasarkan teori diatas. - Kontras dengan sekitar

(6)

- Banyak tempat berkumpul - Sistem sirkulasi yang simple

Perbedan lainnya terdapat pada banyak nya tempat berkumpul yang juga berfungsi sebagai tempat untuk bekerja secara non-formal. Hal ini sejalan dengan tujuan awal untuk memunculkan sebanyak-banyaknya ide kreatif dengan begitu di perlukan tempat bekerja yang rileks dan tidak kaku agar ide_ide kreatif itu dapat muncul.

3. Badayai, Abdul Rahman Ahmad Badayai. (2012). A Theoretical Framework and

Analytical Discussion on Uncongenial Physical Workplace Environment and Job Performance among Workers in Industrial Sectors. Procedia-Social and Behavioral Sciences, vol 42, pages 486-495.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kerangka teoritis dari lingkungan tempat kerja fisik dan efek pada kinerja. Penelitian diklasifikasikan pada lima faktor dari lingkungan tempat kerja yang dapat mempengaruhi kinerja pekerjaan: suara, suhu, udara, cahaya dan warna, dan ruang . Faktor-faktor diatas memainkan peran utama dalam faktor-faktor penentu kinerja pekerja . Oleh karena itu, desain lingkungan fisik tempat kerja yang lebih baik dan menyenangkan sangat disarankan dengan membuat sesuatu yang baru. Lingkungan fisik di tempat kerja sangat penting untuk kinerja, kepuasan, hubungan sosial karyawan dan kesehatan. Hal ini dapat dianggap tidak hanya sebagai stimulasi rangsangan fisik, tetapi juga sebagai struktur fisik (ukuran, furniture , lorong-lorong , dll) dan sebagai artefak simbolik. Rangsangan fisik di lingkungan kerja dapat diklasifikasikan menjadi lima faktor yang berbeda , yaitu : suara (kebisingan, musik), suhu (panas, dingin), udara (polusi , kesegaran), cahaya dan warna (sinar matahari, pijar, neon, jendela, tampilan), dan ruang (density, pengaturan stasiun kerja). Ketika lingkungan kerja yang lebih buruk, yang disebabkan oleh kurangnya rangsangan fisik, karyawan akan mengalami lebih kesusahan, dan akhirnya ini akan mempengaruhi pekerjaan mereka kinerja. Studi utama dari temuan Hawthorne mengungkapkan dampak perubahan fisik yang ketidakcocokan dengan karyawan sehingga mempengaruhi kinerja karyawan di tempat kerja. Akibatnya, minimal atau maksimal perubahan faktor-faktor di lingkungan tempat kerja seperti pencahayaan dapat mengakibatkan perbaikan atau penurunan kinerja pekerja. Tingkat kebisingan, misalnya, yang diamati memiliki efek berbahaya di mana nantinya bisa mengganggu kinerja pekerjaan, tetapi juga pada kelenjar endokrin, yang menunjukkan bahwa respon stres

(7)

fisiologis terlibat. Oleh karena itu, lingkungan tempat kerja tidak nyaman dalam makalah ini mengacu pada ketidaksesuaian antara apa orang perlu untuk melakukan tugas mereka dan sumber daya lingkungan fisik memberikan, seperti suara, cahaya, ruang, suhu dan udara. Kerja atau pekerjaan kinerja digambarkan dalam penelitian ini mengacu pada produktivitas itu sendiri, serta waktu dihabiskan di kantor, kehadiran, dan tingkat pengunduran diri .

4. Bryant, Molly Elizabeth. (2012). Physical Environments Conducive To Creativity

and Collaboration Within the Work Environment.

Pemahaman kreativitas, kolaborasi, dan berbagai pengaturan dari lingkungan tempat kerja, dikombinasikan dengan persepsi kreativitas dan kolaborasi menurut para profesional kreatif, dapat memberikan bimbingan kepada para arsitek dan interior desainer tentang bagaimana komponen dalam lingkungan fisik dapat dirasakan untuk meningkatkan kreativitas. Desain ruang kantor seharusnya tidak hanya mencakup komponen yang berkontribusi terhadap kreativitas, dan kolaborasi, tetapi juga harus menjadi ruang yang fleksibel untuk memenuhi tipe kepribadian dari pekerja itu sendiri

5. Anggriani, Niniek dan Agustin, Dyan. (2005). Desain Kursi Kerja Berkaitan dengan Unsur Kesehatan Tubuh & Peningkatan Kwalitas Kerja. Jurnal Rekayasa Perencanaan, Vol. I, No. 2.

Kursi merupakan perlengkapan tata ruang utama fungsinya yang dalam keadaan sederhana sekali bisa berperan tanpa memperhatikan elemen elemen lain, sehingga kehadiran kursi didalam ruang minimal harus ada. Kursi kerja adalah salah satu jenis kursi yang sering dipakai terutama bila kita sedang bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat desain kursi yang paling nyaman digunakan untuk bekerja, dengan menganalisa kegiatan yang dilakukan. Sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai acuan desain kursi ergonomis, yang dapat menunjang kesehatan tubuh dan meningkatkan kualitas kerja. Apabila dalam bekerja kita bisa duduk dengan baik dan nyaman karena ditopang oleh desain tempat duduk yang ergonomis maka otomatis kita akan nyaman dalam bekerja dan bisa mengurangi Berdasarkan analisa dan kajian terhadap perancangan desain konstruksi kursi kerja maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

(8)

• Kursi harus stabil, keempat kaki harus terpisah sekurang kurangnya selebar dan sepanjang tempat duduk

• Kursi kerja memungkinkan tiap gerak tangan

• Kursi kerja harus dianggap satu set dengan meja kerja dengan jarak dari tempat duduk ke permukaan meja 23 cm dan jarak dari tempat duduk dengan bagian bawah meja minimum 19 cm

• Tempat duduk cekung pada bagian muka dan miring kebelakang 3-5 derajat sedang tepi depan harus bulat

• Sandaran dengan tinggi 55-60 cm vertical diatas tempat duduk, bantalan pinggang agak cekung atau sedikit cekung setinggi dada agar supaya otototot punggung bisa istirahat

• Jika masih menyukai kursi meja tradisionil yang menggunakan penyangga harus dilengkapi dengan per, agar terasa empuk. Penyangga pinggang dengan tinggi 20-30 cm dan lebar 30-70 cm. Sandaran belakang dan penyangga pinggang diberi sedikit tonjolan dengan radius 80-120cm

• Ketentuan ketentuan untuk ketinggian suatu tempat duduk: tempat duduk non adjustable tanpa sandaran kaki setinggi 38-40 cm, tempat duduk Non Adjustable dengan landasan kaki setinggi 45-48 cm, jarak setelah dari tempat duduk yang adjustable 35-53 cm • Kursi kerja hendaknya pada tempat duduknya dilapisi dan sandaran tubuh tidak boleh tertekan lebih dari 2-3 cm. Lapisan penutup dipilih bahan yang dapat menyerap keringat dengan baik • Bahan pelapis harus kuat dan tahan lama, mudah dibersihkan, dan warnanya sesuai dengan perlengkapan lain yang telah ada dalam ruang

• Kursi kerja harus dapat menerima beban yang cukup kuat untuk diduduki oleh orang kurus sampai yang tergemuk dan bantalan kursi dicari bahan pelapis yang dapat kembali pada bentuk semula seperti sebelum diduduki.

rasa capek, sehingga hasil kerja kita bisa optimal dan berdampak pada peningkatan kualitas kerja serta pengaruh positif bagi perusahaan atau tempat kita bekerja.

1.6 Lokasi

Lokasi yang dipilih adalah di Jalan Kemang Raya no 99, Kecamatan Mampang

(9)

Gambar 1. Lokasi

Sumber: Google earth, diakses Februari 2014

(10)

Gambar

Tabel 1. Tingkat Kepuasan Bekerja Karyawan
Gambar 1. Lokasi

Referensi

Dokumen terkait

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan permainan sains dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok B TK Mojorejo 3

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).