• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abas Asyafah Penyelenggaraan Tadabur Al Quran dengan tiga pertanyaan penelitian berikut. (1) Bagaimana gambaran umum suasana kehidupan beragama di lin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abas Asyafah Penyelenggaraan Tadabur Al Quran dengan tiga pertanyaan penelitian berikut. (1) Bagaimana gambaran umum suasana kehidupan beragama di lin"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

DI UNIVERSITAS PENDIDKAN INDONESIA

(Studi Deskriptif Tahun 2009)

1

Oleh: Abas Asyafah Abstraksi

Tadabur merupakan salah satu model/cara membaca Al-quran yang selama ini belum banyak digali. Bagaimana penyelenggaraan tadabur Al-quran di lingkungan UPI, khususnya dalam kaitannya dengan PAI? Melalui studi deskriptif ini, permasalahan di atas dapat terjawab. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tadabur Al-quran di lingkungan UPI sudah banyak dilakukan, namun baru sampai pada tahap yang diharapkan dan belum mampu menghantarkan pada pencapaian tujuan utama PAI.

Kata kunci:Al-quran,Taddabur, Pendidikan Agama Islam. A. PENDAHULUAN

Peningkatan keimanan dan ketakwaan merupakan core dan tujuan utama pendidikan nasional (SISDIKNAS, Pasal 3), dan penyelenggaraannya harus menjungjung tinggi nilai keagamaan (pasal 4 ayat 1). Pendidikan agama (Islam) wajib diberikan pada PT (pasal 29 ayat 2) yang diarahkan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan..., dengan kompetensi menjadi ilmuwan profesional yang beriman dan bertakwa .... (Kurikulum PAI pada PTU 1997).

UPI menetapkan moto, visi, misi dan tujuan yang relevan dengan tujuan pendidikan nasional. Secara formal pembinaan imtak (iman dan takwa) dibebankan pada mata kuliah PAI yang berbobot 2 SKS dan mata kuliah Seminar PAI 2 SKS.

Di luar perkuliahan tatap muka PAI ada tiga program untuk mendukung pencapaian peningkatan keimanan dan ketakwaan mahasiswa dengan gerakan membaca al-Quran (tadabur al-Quran), yaitu a) program tutorial PAI, b) program Belajar Al-quran Intensif (BAQI), dan Unit Pengembangan Tilawatil Quran (UPTQ). Namun hasilnya masih belum jelas karena belum ada hasil penelitian tentang hal itu. Maka atas dasar latar belakang inilah pentingnya dilakukan penelitian tentang penyelenggaraan tadabur Al-quran di UPI selama ini.

Masalah pokok penelitian ini adalah perlunya gambaran bagaimana penye-lenggaraan tadabur Al-quran di UPI selama ini. Masalah pokok ini dioperasionalkan

1

Artikel ini merupakan hasil penelitian tahap I dari riset pengembangan (R&D) disertasi tentang “Pengembangan Metode Tadabur Qurani dalam PembelajaranAgama Islam untuk Meningkatkan Keimanan; Studi pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2009/2010)”

(2)

dengan tiga pertanyaan penelitian berikut. (1) Bagaimana gambaran umum suasana kehidupan beragama di lingkungan UPI yang mendukung pada tadabur al-Quran? (2) Apakah metode tadabur qurani digunakan oleh dosen PAI UPI? (3) Program-program kegiatan apa saja yang mendukung pelaksanaan tadabur al-Quran pada mahasiswa UPI?

Arah penelitian ini untuk mengembangkan ilmu pendidikan Islami yang digali dari al-Quran sebagai sumber utama pendidikan Islam dan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agama Islam di PTU. Pada dua hal inilah dihadapkan tujuan penelitian ini dengan rumusan untuk memperoleh gambaran empirik tentang penyelenggaraan tadabur al-Quran di UPI, yaitu dalam tiga hal. a) untuk mengetahui suasana kehidupan beberagamaan UPI yang mendukung pada tadabur al-Quran, b) mengetahui metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh dosen dalam perkuliahan PAI di lingkungan UPI, dan c) untuk mengetahui program-program kegiatan yang mendukung pelaksanaan tadabur al-Quran di UPI. Adapun urgensi penelitian ini adalah agar dapat dijadikan pijakan awal untuk pengembangan metode tadabur qurani dalam pembelajaran agama Islam sesuai dengan arah penelitian ini. B. TADABUR AL-QURAN

1. Al-Quran dan Fungsinya

Al-Quran adalah kalam Allah  yang merupakan mukjizat, diwahyukan kepada Nabi Muhammad  dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah” (Depag RI (1971: 15). Menurut Al-Qaradhawi (1999: 245) bahwa “Allah tidak menurunkan al-Quran kecuali untuk ditadaburi ayat-ayatnya dan dipahami makna-maknanya, dan tidak ada kebaikan dalam membaca al-Quran kecuali dengan tadabur”.

Dengan mentadaburi al-Quran, akan terasa fungsi al-Quran, antara lain sebagai (a) sumber pendidikan Islam (Jalal, 1988: 15; Al-Nahlawi, 1984, 41-48; Tafsir, 2006:45-75 dll.), (b) sumber ilmu pengetahuan (Shihab, 1992: 51), (c) sumber nilai (Mulyana, 2004: 11 dan 35; Thaha, 1996: 64; ), dan (d) dapat memperkokoh keimanan (Q.S. Ali 'Imran [3]:193). Empat hal ini dapat diraih bila Al-quran dibaca dengan mentadaburinya. Inilah kebaikan-kebaikan membaca al-Quran yang menjadi landasan dalam penelitian ini.

b.Konsep Tadabur Al-Quran

Dalam penelitian ini dipilih konsep “tadabur” sebagai konsep utama (key concepts), karena ia mengandung gagasan kunci yang sangat fungsional untuk dapat memahami berbagai hal, sehingga memiliki berbagai keampuhan dan daya guna yang tinggi dalam mencapai tujuan PAI.

(3)

"belakang". Sedangkan makna terminologisnya, menurut Al-Lâhim (1425 H.: 14) “merupakan perenungan integral yang bisa sampai pada makna-makna tersirat dari kalamullah dan pesan-pesannya yang paling jauh dan dalam”. Sedangkan menurut Al-Qardhawi (2001: 245) bahwa “tadabur adalah memperakibat segala sesuatu, artinya apa yang terjadi kemudian dan apa akibatnya”.

Adapun indikator-indikator orang yang metadaburi al-Quran adalah (a) Pikiran dan hati menyatu dengan bacaan al-Quran (Q.S. Al-Maidah [5]:83), (b) Menyentuh emosi (Q.S. Al-Tawbah [9]: 124), (c) Khusyuk (Q.S. al-Isra [17]: 109), dan (d) Iman meningkat (Q.S. al-‘Anfâl [8]: 2).

Mentadaburi al-Quran mengandung banyak manfaat. Dari kajian literatur

banyak penjelasan mengenai hal ini. Garis besarnya adalah: (a) Membawa

Keberkahan (Q.S. Shad [38]: 29, (b) Mengikuti perintah Allah (Q. S. Shâd [38]: 29), (c) Memenuhi kebutuhan hati (Q.S. Al-Hadid [57]: 16), (d) Mendapatkan pujian Allah (Q.S. al-Anfâl [8]: 2-4), (e) Memperbaiki kehidupan muslim (H.R. Ibnu Majah), (f) Mengefektifkan komunikasi Ilahiyah (Q.S. S. Ali Imran [3]:112), dan (g) Agar iman bertambah mantap (Q.S. Fushilat [41]: 53).

Allahberkomunikasi dengan manusia melalui media komunikasi berupa al-Quran. Seluruh isi yang terdapat dalam al-Quran itulah yang Allahkomunikasikan kepada manusia. Pokok-pokok kandungannya meliputi apa dan siapakah Allah , apa dan siapakah manusia, apa saja yang termasuk hal-hal kegaiban, apakah unsur-unsur alam semesta, dan apa dan bagaimana setelah kehidupan di alam dunia (Sensa, 2005:34). Sisi lain, aktivitas tadabur al-Quran sebagai salah satu media berkomunikasi manusia dengan Allahdi samping shalat, do’a dan dzikir.

Konsep dasar tadabur al-Quran yang dikembangkan dalam kajian ini mengacu kepada firman Allah  S. al-Baqarah [2]: 151). Ayat ini memformulasikan sistematika pembentukan manusia Qurani dalam tiga proses dan tahapan yang dilakukan secara simultan, yaitu: (a)tilawah, (b)tazkiyah,dan (c)ta’lim al-Kitab wa al-hikmah. Menurut Izzuddin (2009: 183), bahwa trilogi ini merupakan sistem pembelajaran yang syamil (integral), shahih (benar) dan wadhih (jelas) dalam membentuk kepribadian muslim yang unik. Sedangkan pendekatan yang dapat digunakan dalam tadabur Al-quran bisa berupa pendekatan integratif, tematik, komparatif, paradigmatik, dan (e) empirik (Syarifuddin, 2005: 39-44).

Dalam mentadaburi al-Quran ada adab-adabnya, yaitu adab lahir dan adab batin. Yang termasukadab lahiradalah: memilih waktu dan tempat yang kondusif,

keadaan suci, berdo’a, isti`adzah, basmalah, membaca dengan tartil dan

memperhatikan tajwid, membaca dengan nyaring, membaca indah (merdu), menyimak dengan baik (konsentrasi), memenuhi hak ayat, menangis, memuliakan mushaf, dan tashdiq (membenarkan =shodaqallâh). Sedangkan yang termasukadab batin adalah: mengagungkan Allah, memuliakan al-Quran, menghadirkan hati, khusyuk, menjauhkan penghambat pemahaman, melakukan takhshîsh, berusaha

(4)

merasakan pengaruh al-Quran, al-tarâqi, meningkatkan kualitas tadabur, dan menjadikan al-Quran sebagai media komunikasi dengan Allah.

Gambar

MEDAN MAKNA TADABUR AL-QURAN

Tadabur al-Quran yang dirancang sebagai sebuah konsep, sistematikannya

diawali dengan persiapan atau pengkondisian seperti meluruskan niat,

membersihkan diri menyiapkan sarana. Setelah persiapan memadai barulah melaksanakan tadabur Al-quran dengan langkah-langkah pokok sebagai berikut. 1. Tilâwah/Simâ`ah mendengarkan bacaan sesuai dengan adab lahir dan batin

(antara lain:tartîl,tajwîd,tikrâr, jahr, taghanna).

2. Tafhîm(pemahaman) terhadap ayat-ayat Al-quran yang dibaca atau didengarnya yang meliputi penerjemahan ayat-ayat bila tidak menguasai bahasa Arab,

memahami kandungan ayat, mengetahui asbabu al-nuzûl ayat, tafakkur

(memikirkan), tadzakkur (mengingat-ingat dan mengorganisasikan pada konsep yang ada, dan menagkap pesan nilai),

3. Tadzawwuq (memancarkan dan merasakan pesan nilai dalam hati/qalb dan menilainya dengan kata hati/bashîrah), sehingga timbul langkah selanjutnya. 4. Tashdîq bi al-qalb(membenarkan dengan hati).

5. Tajawwub (menjawab atau tindak lanjut) yang melipuli membuat kesimpulan, komitmen baik secara lisan maupun tulisan (ikrar bi al-lisân/kitâbah), kemudian membuat rencana, pelaksanaan dan evaluasi program kerja(‘amal bi al-arkân).

Menurut Syadi (2003:126), bahwa "tadabur al-Quran merupakan salah satu jalan yang akan menyampaikan manusia kepada keyakinan", bahkan menurut

Al-TADABUR

AL-QURAN I’TIBÂR/HIKMAH

AL-QURAN Tashdîq Tadzawwuq Tilâwah/ Simâ’ah Tajawwub ‘Amal Lisan/Tulisan

Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi Ikrâr/komitmen Qalb/Fu`ad Inshât Tafakkur/ Istibshâr Tarjamah Tikrâr Tartîl Tadzakkur/ Irtibâth Jahr Bashîrah Arkân Tafhîm/ Tafaqquh

(5)

Hilali (2008: 49) bahwa “rahasia dari mukjizat ini adalah kemampuan untuk memberikan perubahan terhadap orang yang mampu berinteraksi secara baik dengan Allah”. Mentadaburkan al-Quran merupakan salah satu metode khusus dalam usahanya menambah kadar keimanan seseorang.

Teknik al-Quran dalam mewujudkan tujuan peningkatan keimanan, antara lain: a) al-Quran menyajikan segala hakikat yang ada, b) penyajian yang menyentuh pikiran dan hati, c) pengulangan makna tetapi berbeda caranya, d) sistematis dalam menggunakan metode , e) mendorong kekuatan untuk beramal. Sedangkan cara-cara untuk peningkatan keimanan melalui tadabur al-Quran, yaitu: a) menyibukkan diri dengan al-Quran, b) persiapan mental, c) terbuka dan menyatunya hati, d) mentaati al-Quran, e) memahami bacaan al-Quran, f) pengambilan makna ayat secara umum, g) merasakan terjadinya kumunikasi ilahiyah, h) pengulangan ayat yang berpengaruh dalam hati, i) mengaplikasikan apa yang telah diyakini

c. Penelitian Terdahulu

Penelitian Asyafah (1993) tentangLatar Belakang Mahasiswa IKIP Bandung yang Mengikuti Matakuliah PAI tahun 1992. Ditemukan bahwa kemampuan mahasiswa IKIP Bandung dalam membaca al-Quran lebih dari setengahnya (86,4%) mampu membaca al-Quran dengan memperhatikan tajwidnya, sebagian kecil (21,1%) mampu mengeja, 3,5% mampu membaca dengan memperhatikan lagunya (lagamnya), 6,1 % mampu memahami sebagian kecil ayat-ayat al-Quran, dan 0,9% belum mengenal huruf hijaiyah. Posisi penelitian ini sebagai lanjutan dari penelitian di atas, dalam arti sebagai upaya untuk mengembangkan pemahaman mahasiswa terhadap isi kandungan al-Quran serta melatih mereka untuk melealisasikan nilai-nilai keimanan dalam kegiatan mereka sehari-hari.

Asyafah dkk. (1995) meneliti juga tentang Efektivitas Proses Pelajar Mengajar PAI dalam Membina Ketauhidan Mahasiswa IKIP Bandung. Hasil penelitiannya antara lain ditemukan bahwa setelah mahasiswa mengikuti mata kuliah PAI, kualitas ketauhidan maha-siswa (IKIP Bandung) lebih baik dari sebelumnya. Namun PBM PAI belum berhasil menghapuskan secara tuntas berbagai bentuk syirik khafi yang telah menginfiltrasi akidah sebagian mahasiswanya, hal ini lebih disebabkan karena pokok bahasan tentang keimanan tidak menjangkau masalah syirik khafi. Penelitian tersebut menyarankan agar mengembangkan metode yang efektif dan menarik untuk meningkatkan keimanan mahasiswa. Posisi

penelitian ini sebagai respon atas rekomendasi di atas dengan meneliti

penyelenggaraan tadabur Al-quran di lingkungan UPI selama ini.

Disertasi Syahidin (2001) tentangPengembangan Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (Studi Kasus di IKIP Bandung Tahun 1966-1999). Pelaksanaan perkuliahan PAI di IKIP Bandung dari tahun 1966 sampai 1999 cenderung berkembang dan telah memperoleh hasil yang relatif baik, namun masih

(6)

perlu menata ulang materi, memperkaya metodologi dan mengembangkan sistem evaluasi yang telah ada dengan mempertimbangkan aspek kesinambungan dan integralitas. Posisi penelitian ini akan menjawab atas beberapa hambatan dalam pembelajaran agama Islam dengan pendekatan yang berorientasi pada pembinaan sikap (afektif).

Disertasi Taftazani (2008) tentang Peran Tutorial Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Nilai dan Perilaku Keimanan dan Ketakwaan Mahasiswa UPI.Ia merekomendasikan pembinaan keimanan dan ketakwaan sebagai bagian dari pendidikan umum memerlukan proses pendidikan yang tidak hanya melakukan

ke-giatan proses pembelajaran yang mentransformasikan pengetahuan, tetapi

menanamkan nilai dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan. PU memerlukan kekayaan metode pendidikan nilai, internalisasi nilai, penghayatan yang mendalam dan penciptaan iklim pendidikan menjadi kunci utama dalam proses pendidikan umum. Oleh karena itu, maka posisi penelitian ini sebagai respon positif atas rekomendasi yang diajukan Taftazani di atas.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif sebagai ikhtiar dalam menjawab permasalahan yang dihadapi saat ini. Adapun lokasi penelitiannnya di kampus UPI pusat, yaitu di jalan Dr. Setiabudhi nomor 229 Bandung.

Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh informasi yang berhubungan dengan penyelenggaraan tadabur Al-quran di lingkungan UPI, yang sumber datanya diupayakan dari tangan pertama (first hand), kemudian jika masih dipandang pelu baru dari sumber-sumber lain. Oleh karena itu, maka instrumen penelitian ini terdiri atas tiga macam yang disesuaikan dengan tuntutan jenis dan karakteristik data yang harus diperoleh, yaitu: (1) Peneliti sendiri; Ia sebagai instrumen penelitian (observer) secara langsung untuk memperoleh data awal tentang penyelenggaraan tadabur al-Quran di lingkungan UPI, (2) Pedoman studi dokumenter; yaitu untuk memperoleh data tambahan atau pendukung terhadap penyelenggaraan tadabur Al-quran di UPI, dan (3) Pedoman wawancara.

Penelitian ini mengikuti prosedur penelitian ilmiah yang langkah-langkah sebagai berikut ini. (1) Menyusun pertanyaan penelitian. (2) Mengobservasi dan mencatat aspek-aspek yang berhubungan dengan tiga pertanyaan penelitian. (3) Mencari dokumen-dokumen yang terkait dan relevan dengan hasil obeservasi. (4) Memperdalam hasil observasi dan dokumentasi dengan wawancara tatkala masih dipandang perlu.(5) Mencari hubungan antara berbagai data yang diperoleh. (6) Mereduksi data. (7) Mendisplai data. (8) Menyusun draf. (9) Mengambil kesim-pulan.

(7)

D. PENYELENGGARAAN TADABUR AL-QURAN DI UPI

Pada subbahasan ini dideskripsikan hasil studi tentang hal-hal yang berhu-bungan dengan penyelenggaraan tadabur Al-quran di UPI. Oleh karena itu disajikan hal-hal sebagai berikut a) profil dan suasana kehidupan beragama di UPI, b) metode pembelajaran agama Islam di UPI, dan c) tadabur Al-quran pada pembelajaran agama Islam di UPI.

1. Profil dan Suasana Kehidupan Beragama UPI

Penyelenggaraan tadabur Al-quran pada pembelajaran agama Islam di UPI tidak bisa lepas dari profil UPI dan suasana kehidupan beragama di lingkungan kampus UPI, sebab matakuliah PAI merupakan bagian integral dari struktur kurikulum UPI. Oleh karena itu, peneliti terlebih dahulu menyajikan deskripsi hasil penelitian pendahuluan yang terkait dengannya.

UPI sebagai salah satu PTU menetapkan moto “kampus yang edukatif, ilmiah, dan religius” serta menetapkan visi, misi dan tujuan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia. Pada Pedoman Akademik UPI (2009:3) dinyatakan bahwa UPI menetapkan visi untuk menjadi “Universitas Pelopor dan Unggul” (a leading and outstanding university) dengan misinya antara lain mengembangkan teori-teori pendidikan dan keilmuan lain yang inovatif serta penerapannya, untuk menjadi landasan dalam penetapan kebijakan pendidikan nasional.

Adapun tujuan pendidikan UPI (secara umum) bermuara pada upaya pengembangan manusia yang beriman, bertakwa, bermoral, berakhlak mulia, berilmu, profesional, religius, dan memiliki integritas dan cinta terhadap bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia. Secara rinci tujuan tersebut didokumentasikan pada RENSTRA UPI tahun 2006-2010) sebagai berikut.

1. Membina dan mengembangkan mahasiswa untuk menjadi ilmuwan, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan tenaga profesional lainnya yang beriman, bertakwa, profesional, berkompetensi tinggi dan berwawasan kebangsaan;

2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, olahraga, dan seni;

3. Mendukung pengembangan, kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya, dan pendidikan dengan berperan sebagai kekuatan moral yang mandiri; dan

4. Mendukung pembangunan masyarakat yang religius, demokratis, cinta damai, cinta ilmu, dan bermartabat.

Kesemarakan suasana keagamaan di lingkungan kampus UPI (pusat) sehari-hari terutama dapat dirasakan menjelang salat dzuhur dan ashar pada setiap sehari-hari kerja dan setiap hari Sabtu dan Ahad pagi. Pada tiap hari kerja, terutama saat menjelang adzan duhur dan ashar selalu dikumandangkan tilawah Al-quran, lalu

(8)

dikumandangkan adzan sebagai ajakan untuk salat berjamaah. Saat itu semua aktivitas akademik (perkuliahan, seminar dll.) dan kegiatan administrasi di kantor-kantor berhenti, lalu aktivitas dimulai lagi satu jam setelah itu.

Suasana keagamaan di lingkungan kampus UPI terlihat secara kasat mata terutama di gedungIslamic Tutorial Center(ITC), yakni di Masjid Al-Furqan. Pada setiap hari, masjid Al-Furqan ramai dikunjungi oleh para mahasiswa, dosen dan karyawan. Mereka menjadikan masjid Al-Furqan sebagai pusat pembinaan keimanan dan ketakwaan di kampus. Pada setiap hari kelompok-kelompok diskusi

keagamaan membuat suasana lingkungan kampus terasa religius. Banyak

mahasiswa yang lebih senang memilih lingkungan masjid untuk menghabiskan waktu istirahat dari aktivitas perkuliahannya. Ada yang sekadar beristirahat sambil menunggu waktu salat berjamaah, ada juga yang berdiskusi tentang masalah-masalah keagamaan dan masalah-masalah perkuliahan, bahkan di serambi masjid Al-Furqan seringkali dijadikan tempat mengikat janji para mahasiswa dengan teman-temannya untuk mengerjakan tugas-tugas perkuliahan. Fenomena seperti ini merupakan salah satu indikasi kemakmuran masjid Al-Furqan. Namun, tidak dapat disangkal bahwa ada pula mahasiswa yang sekadar nongkrong hanya untuk melepaskan rasa lelahnya untuk beristirahat.

Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di masjid Al-Furqan ada yang sifatnya rutin (terjadwal) dan ada pula yang bersifat insidental. Kegiatan rutin yang diatur oleh pengurus DKM Al-Furqan antara lain pengkajian keislaman, pengkajian tafsir, dan diskusi tentang isu-isu kontemporer. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat insidental yang dikordinasikan dengan pihak UPI berupa perayaan hari-hari besar Islam seperti kegiatan Ramadhan dan ‘idul fitri, silaturahmi awal bulan Syawwal, ‘idul adha, isra mi’raj, dan maulid Nabi Muhammad . Di samping itu, ada juga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan bukan merupakan program pengurus DKM Al-Furqan atau UPI, akan tetapi kegiatan-kegiatan yang bersifat terporal dan muncul dari keinginan jamaah sendiri seperti diskusi keislaman, salat jenazah dan lain-lain.

Selain kegiatan ibadah ritual keagamaan yang seperti dideskripsikan di atas, masjid Al-Furqan sering digunakan sebagai tempat kegiatan upacara akad nikah oleh para jamaah, bahkan ada pula yang sengaja datang dari luar warga kampus yang melaksanakan upacara tersebut di masjid Al-Furqan ini. Rangkaian kegiatan-kegiatan di masjid Al-Furqan UPI cukup berpengaruh terhadap penciptaan suasana kehidupan keberagamaan di kampus UPI.

Dalam pergaulan sehari-hari, suasana keberagamaan di lingkungan kampus UPI cukup terasa. Ucapan salam di kalangan dosen, karyawan, dan mahasiswa dapat dijumpai hampir pada setiap perjumpaan mereka. Ucapan bismillâh, subhânallâh,alhamdulillâh sudah tidak asing di mulut dan telinga mereka. Dosen (muslimah), karyawati (muslimah) dan mahasiswi (muslimah) sudah sangat lekat

(9)

dengan busana muslimahnya yang menutup rapat aurat mereka, sehingga dalam penampilan fisik mereka hampir tidak dapat dibedakan dengan para mahasiswi di perguruan tinggi Islam. Mahasiswa muslimah peserta kuliah PAI di kelas misalnya, yang tidak/belum mengenakan busana muslimah (memakai kerudung) dapat dijumpai sekitar 20 s.d. 30% pada awal semester dan sekitar 5 s.d. 10% pada akhir semester.

Suasana keberagamaan di kampus UPI terasa lebih semarak lagi ketika datang bulan Ramadhan. Pada bula suci Ramadhan dapat dijumpai beragam kegiatan keagamaan seperti program tadarus Al-quran, musabaqah Tilawatul Quran antar mahasiswa, lomba pidato, tarawih, pengumpulan zakat/infak dan shodaqah, pesantren ramadhan, diskusi ilmiah, pengajian karyawan dan lain-lain. Pada bulan Ramadhan toleransi beragama sivitas akademika non-muslim sangat tinggi dalam menghormati sivitas akademika yang sedang menjalankan ibadah puasa. Pada bulan suci tersebut tidak pernah terlihat di lingkungan kampus UPI ada orang yang makan atau merokok pada siang hari. Kantin-kantin dan warung-warung makanan, baik di dalam maupun di sekitar kampus ditutup kecuali sore hari menjelang magrib dan malam hari. Suasana keberagamaan tampak juga dalam suasana akademik di ruangan-ruangan kelas pada pelaksanaan perkuliahan PAI dan SPAI di seluruh

jurusan/program studi. Di samping itu, tampak pula sebagai subkultur

keberagamaan sivitas akademika UPI pada diskusi-diskusi, dan akhlak keseharian mereka.

Demikianlah deskripsi profil UPI dan suasana kehidupan keberagaman di lingkungan kampus yang menggambarkan religiusitasnya sejalan dengan motonya “kampus ilmiah, edukatif dan religius”. Lalu, bagaimanakan gambaran tadabur Al-quran di lingkungan kampus UPI ini? Adapun gambaran umum kegiatan tadabur Al-quran di lingkungan kampus UPI terlihat dalam hal-hal sebagai berikut.

a. Tilawah Al-quran pada setiap menjelang adzan di masjid Al-Furqan. Tilawah tersebut berupa pemutaran rekaman (kaset) bacaan Al-quran dari qari terkenal. Kadang-kadang disertai terjemahnya dan kadang-kadang tanpa disertai ter-jemahnya.

b. Pembacaan ayat suci Al-quran dan sari tilawahnya (terjemahannya) pada setiap acara perayaan hari besar keislaman, seperti peringatan isra dan mi’raj, maulid nabi, silaturahmi pada bulan syawal selepas ied al-fitri.

c. Pembacaan ayat suci Al-quran, terjemahannya, penjelasannya, dan dilanjutkan dengan diskusi pada acara pengajian tafsir Al-quran tematik sebagai program rutin DKM Al-Furqan.

d. Pembacaan dan tadarus Al-quran oleh beberapa orang jamaah (dosen, karyawan, mahasiswa) di masjid Al-Furqan saat menjelang salat atau pada waktu-waktu luang. Suasana ini lebih banyak lagi pada bulan Ramadhan.

(10)

2. Pembelajaran Agama Islam di UPI

Secara formal, program untuk merealisasikan visi, misi dan tujuan UPI sebagaimana dideskripsikan di atas, khususnya dalam pengembangan keimanan dan ketakwaan mahasiswa muslim dilakukan melalui mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Seminar Pendidikan Agama Islam (SPAI) yang masing-masing berbobot 2 SKS (Kurikulum UPI 2009: 36). PAI dan SPAI di UPI tergolong pada kelompok Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa untuk memberikan dasar-dasar pengembangan kepribadian religius mahasiswa. Di samping itu, PAI dipandang sebagai pendidikan nilai sehingga para mahasiswa diharapkan harkat dan derajat nilai kemanusiaannya meningkat.

Pelaksanaan perkuliahan PAI di UPI, seperti halnya mata kuliah lainnya menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) secara murni, sesuai dengan ketentuan

pemerintah tentang penyelenggaraan pendidikan pada Perguruan Tinggi.

Penggunaan sistem SKS ini mulai diterapkan pada tahun akademik 1998/1999 (Pedoman Akademik UPI, 2007: 38). Sistem Satuan Kredit yang dimaksud yaitu “satuan yang digunakan untuk menyatakan besarya beban studi mahasiswa, besaran pengakuan terhadap keberhasilan usaha kumulatif bagi suatu program tertentu, serta usaha untuk menyelenggarakan pendidikan bagi perguruan tinggi”.

Berdasarkan Pedoman Akademik UPI (2007: 38) bahwa besaran nilai Kredit Semester setiap mata kuliah disesuaikan dengan jenis penyeleng-garaan mata kuliah tersebut. Nilai 2 SKS untuk perkuliahan tatap muka, seminar, dan kapita selekta ditentukan berdasarkan atas beban kegiatan yang meliputi tiga macam kegiatan per minggu sebagai berikut.

a. Untuk mahasiswa: Pertama, selama 100 menit, acara tatap muka terjadwal dengan tenaga pengajar, misalnya dalam bentuk kuliah. Kedua, selama 120 menit, acara kegiatan akademik berstruktur, yaitu kegiatan studi yang tidak terjadwal tetapi direncanakan oleh tenaga pengajar, misalnya dalam bentuk membuat pekerjaan rumah atau menyelesaikan soal-soal. Ketiga, selama 120 menit acara kegiatan mandiri untuk mendalami, mempersiapkan suatu tugas akademik lain, misalnya membaca buku-buku referensi.

b. Untuk tenaga pengajar.Pertama; selama 100 menit, acara tatap muka terjadwal dengan mahasiswa.Kedua,120 menit untuk perencanaan dan evaluasi akademik berstruktur.Ketiga,120 menit untuk pengembangan materi perkuliahan. Adapun yang dimaksud semester dalam SKS di atas adalah satuan waktu terkecil untuk menyatakan lamanya suatu program pendidikan dalam suatu jenjang pendidikan. Satu semester setara dengan 16-20 minggu kerja.

Sekaitan dengan metode atau strategi pembelajaran agama Islam di lingkungan UPI terutama dalam penyajian materi perkuliahan PAI pada saat tatap muka di kelas, umumnya disampaikan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Adapun dalam tugas terstruktur dilakukan dengan penugasan

(11)

menyusun makalah atau laporan buku dan program tutorial PAI. Hal ini sesuai pula dengan laporan hasil penelitian Syahidin (2002: 153) tentang “Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum; Studi Kasus di IKIP Bandung tahun 1966-1999”. Dengan demikian, jelaslah bahwa dilingkungan UPI sampai saat ini belum dikembangkan atau digunakan metode tadabur qurani dalam pembelajaran agama Islam. Namun demikian, bukan berarti bahwa kegiatan tadabur Al-quran (bukan sebagai metode pembelajaran PAI) pada sivitas akademika UPI khususnya pada kalangan mahasiswa tidak dilaksanakan sama sekali. Kegiatan tersebut dapat direkam eksistensinya sebagaimana dideskripsikan pada bahasan berikut.

3. Tadabur Al-quran pada Pembelajaran Agama Islam di UPI

Kegiatan tadabur Al-quran pada kalangan mahasiswa UPI tidak lepas dari suasana keberagamaan di kampus UPI karena mahasiswa merupakan salah satu kelompok sivitas akademika UPI, bahkan merupakan sivitas akademika yang terbesar jumlahnya dibanding dengan jumlah dosen dan karyawan. Beberapa temuan penting terkait dengan kegiatan tadabur Al-quran pada kalangan mahasiswa UPI dideskripsikan sebagai berikut.

a. Tadabur Al-quran pada Perkuliahan Tatap Muka PAI

Tadabur Al-quran dalam perkuliahan tatap muka PAI di lingkungan UPI sampai saat ini tidak termasuk salah satu materi yang dipesankan dalam silabus PAI dan bukan pula termasuk salah satu metode pembelajaran dalam mata kuliah PAI. Kalaupun dihubungkan dengan materi PAI di lingkungan UPI dapat dimasukkan pada tema “Al-quran; Memahami dan Menghampirinya” (Buku Ajar PAI UPI Tahun 2003 pada Bab 3) atau tema “Al-quran; Sumber Ajaran Islam Pertama (Buku Ajar PAI UPI Tahun 2008 Bab 4). Namun demikian, bukan berarti bahwa kegiatan tadabur Al-quran (walaupun dalam arti sempit) tidak dilakukan dalam pelaksanaan perkuliahan tatap muka PAI.

Untuk mengakrabkan mahasiswa dengan Al-quran, hampir seluruh dosen PAI

UPI mewajibkan mahasiswanya untuk selalu membawa Al-quran dan

terjemahannya tatkala mengikuti perkuliahan PAI, dan sebagian kecil dosen PAI tidak mewajibkannya. Adapun respons mahasiswa terhadap tugas dosen PAI tersebut beragam, sebagian mahasiswa ada yang meresponsnya dengan selalu membawa quran dan terjemahannya, ada yang kadang-kadang membawa Al-quran, ada yang menganggap cukup dengan program Al-quran dalam handphone-nya, ada yang instal melalui MP3 dan ada pula yang diinstal melaluinotebookatau laptopnya, serta ada pula yang tidak meresponsnya sama sekali. Adapun mahasiswa PAI yang dosen PAI-nya tidak menugaskan mereka untuk membawa Al-quran waktu perkuliahan, kebanyakan mereka tidak membawanya.

Kegiatan tadabur Al-quran dengan artian “membaca Al-quran verbalistik” pada beberapa kelas perkuliahan PAI dilaksanakan menjelang penyajian materi

(12)

perkuliahan oleh dosen PAI. Umumnya pembacaan Al-quran secara murattal

dilakukan oleh salah seorang mahasiswa, sedangkan mahasiswa lainnya

menyimaknya, lalu mengikuti bacaan tersebut bersama-sama (berjama’ah). Pada kelas-kelas tertentu ada yang melanjutkannya dengan membacakan terjemahan dari ayat-ayat yang dibaca, sedangkan di kelas-kelas lainnya tidak membacakannya.

Fenomena lain, beberapa dosen PAI di lingkungan UPI yang menyisipkan kegiatan tadabur Al-quran saat penyajian materi perkuliahan, terutama tatkala menunjukkan dalil naqli (rujukan dalil Al-quran) yang terkait dengan tema yang sedang di bahasnya. Tadabur Al-quran (tilawah Al-quran) tersebut adakalanya dibacakan langsung oleh dosen yang bersangkutan dan terkadang pula dibacakan oleh seorang mahasiswa atau seluruh mahasiswa secara bersama-sama. Kegiatan ini hanya sebatas membaca teks ayat Al-quran dan terjemahnya saja yang kemudian ada yang diikuti oleh penjelasan dosen PAI dan ada yang tidak. Ditemukan pula sebagian dosen yang menuliskan ayat-ayat Al-quran pada white board, lalu dosen atau salah seorang mahasiswa membacanya untuk diikuti oleh para mahasiswa lainnya bersama-sama. Dalam studi ini, ditemukan pula sebagian kecil kelas-kelas perkuliahan PAI di lingkungan UPI yang tidak melaksanakan program tilawah Al-quran sama sekali, baik atas inisiatif dosen PAI maupun inisiatif mahasiswanya.

b. Tadabur Al-quran pada Perkuliahan Terstruktur PAI

Di bawah kordinasi Kordinatoriat PAI dan SPAI UPI, sejak tahun 1988 sampai sekarang, para dosen PAI di lingkungan UPI telah menetapkan bahwa tugas tersetruktur PAI bagi mahasiswa yang mengontrak mata kuliah PAI berupa tugas mengikuti tutorial PAI yang diselenggarakan pada setiap hari Sabtu dan Ahad di masjid Al-Furqan UPI. Kelulusan dari kegiatan tutorial PAI tersebut merupakan salah satu prasyarat mendapatkan nilai PAI dari dosen PAI masing-masing mahasiswa sehingga jika mahasiswa yang belum dinyatakan lulus tutorial PAI atau gagal tutorial PAI-nya, maka nilai akhir mata kuliah PAI-nya dinyatakan BL (Belum Lengkap), walaupun nilai PAI mahasiswa yang bersangkutan dilihat dari ujian (UTS dan UAS) dan hasil tugas-tugas lain menunjukkan nilai di atas batas lulus(passinggrade).

Program tutorial UPI bermula pada tahun 1987 sebagai pengembangan dari kuliah duha (Syahidin, 2001: 124). Program ini terus berjalan dan berkembang hingga sekarang yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah PAI. Pelaksanaan program tutorial PAI dilaksanakan pada setiap hari Ahad atau Sabtu pagi (pukul 07.00 s.d. 10.00), Pada pukul 07.00 s.d. 08.00 para mahasiswa mengikuti ceramah duha dari penceramah, setelah itu mereka dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan jurusan/prodi/fakultas yang berjumlah 5-10 orang.

Kegiatan pada kelompok kecil di atas dipimpin oleh seorang tutor yang dipilih dari mahasiswa seniornya, dibacakan ayat-ayat pilihan, dibacakan pula terjemah-annya, dan diterangkan maksudnya, lalu mereka mendiskusikan (mengkaji ayat-ayat

(13)

Al-quran) dan menyimpulkannya. Kegiatan tutorial diakhiri pada pukul 10.00 dengan memanjatkan doa.

Pada akhir program, seluruh mahasiswa dinilai oleh tutor masing-masing dan hasilnya dilaporkan kepada dosen PAI masing-masing. Bagai mahasiswa yang belum lulus atau gagal nilai PAI-nya ditangguhkan sampai dengan ada pernyataan lulus tutorial yang dikeluarkan dari pengurus tutorial PAI.

Adapun aspek-aspek yang dijadikan bahan penilaian tutorial PAI UPI ber-dasarkan Dukumen Tutorial PAI UPI Tahun 2009 meliputi: (1) Presensi (Kehadiran mahasiswa dalam tutorial PAI), (2) Resume Kuliah duha, (3) Analisis kajian ayat, (4) Aktivitas pertemuan, (5) Tes mingguan, (6) Hapalan doa, (7) Tugas rumah, dan (8) Aktivitas kuliah duha.

Tugas terstruktur PAI lainnya adalah mengikuti kegiatan “Belajar Al-quran Intensif” (BAQI) di masjid Al-Furqan UPI, yakni bagi mahasiswa yang belum mampu membaca quran sampai tingkat terampil. Kemampuan membaca Al-quran (bebas buta huruf Al-Al-quran) bagi mahasiswa yang mengikuti perkuliahan PAI ditetapkan juga sebagai prasyarat lulus PAI seperti halnya kelulusan tutorial PAI. Program BAQI di UPI bermula pada tahun 1988 (Syahidin, 2002: 126). Program ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang mengontrak mata kuliah PAI, terutama bagi mereka yang belum mampu membaca dan menulis Al-quran.

Adapun prosedur kegiatan BAQI dideskripsikan berikut ini.Pertama-tama seluruh mahasiswa dites kemampuan membaca Al-qurannya, lalu hasilnya dilaporkan kepada dosennya masing-masing. Bagi mereka yang masih belum mencapai tingkat terampil diwajibkan untuk mengikuti program BAQI ini. Tujuannya agar mahasiswa UPI mampu membaca Al-quran (minimal tingkat terampil) dan mereka semakin akrab dengan Al-quran. Di akhir program mereka dites kembali untuk melihat tingkat kemampuannya dalam membaca Al-quran, dan hasilnya dilaporkan kepada dosen PAI masing-masing. Data akhir merupakan dasar bagi dosen PAI untuk menentukan apakan mahasiswa tersebut memenuhi prasyarat memperoleh nilai PAI atau belum. Bagi mahasiswa yang belum mencapai target minimal, nilai PAI-nya ditangguhkan sampai mereka mendapatkan bukti lulus susulan atau dites langsung oleh dosen PAI yang bersangkutan. Berikut ini contoh rekap hasil prates kemampuan membaca Al-quran mahasiswa.

Tabel 1

DATA KEMAMPUAN MEMBACA ALQURAN PESERTA KULIAH PAI UPI SEMESTER GANJIL 2009-2010

(14)

TM TT TD TPD2 TPD1 FPBS 105 279 443 215 25 1067 9,84 % 26,15 % 41,52 % 20,15 % 2,34 % 100 % FPIPS 41 134 223 125 16 539 7,61 % 24,86 % 41,37 % 23,19 % 2,97 % 100 % FIP 68 197 238 110 5 618 11,00 % 31,88 % 38,15 % 17,8 % 0,81 % 100 % Jumla h 214 610 904 450 46 2224 824 1400 37,05% 62,95% 100 %

Lulus Belum Lulus

Sumber: Laporan hasil Tes Awal Kemampuan Membaca Al-quran UKM BAQI UPI 2009

Secara umum, hasil tes awal (pratest) kemampuan membaca Al-quran

mahasiswa yang mengikuti kuliah PAI di lingkungan UPI pada semester ganjil tahun 2009 menunjukkan 37,05% mampu membaca Al-quran dengan fasih/benar, 62,95% belum bisa membaca Al-quran secara fasih dan benar, dan pada akhir program hampir seluruhnya (99%) mampu membaca Al-quran minimal sampai tahap terampil. Adapun tingkat kemampuan dan standar kelulusan membaca Al-quran dapat direkam pada tabel berikut ini.

Tabel 2

TINGKAT KEMAMPUAN DAN STANDAR KELULUSAN BACA ALQURAN

KEMAMPUAN CIRI-CIRI UTAMA KETER.

1 2 3

TPD1 (Tingkat Pra

Dasar l)

 Tidak mengenal huruf hijaiyah bersyakal mandiri

 Bisa baca huruf hijaiyah mandiri, tapi masih

Belum Lulus BAQI TPD2

(Tingkat Pra Dasar 2)

 Bisa membaca huruf hijaiyah sambung

 Membacanya lambat atau terbata-bata  Membaca huruf hijaiyah sambung,

makhrajnya kurang tepat

Belum Lulus BAQ]

1 2 3

TD (Tingkat Dasar)

 Membaca huruf hijaiyah sambung lancar

 Tajwid praktisnya banyak yang salah

Belum Lulus BAQ

(15)

TT (Tingkat Terampil)

 Membaca dengan lancar

 Tajwid praktisnya relatif benar

 Teori tajwid tidak tahu/sedikit tahu

Lulus BAQI

TM (Tingkat Mahir)

 Membaca dengan tahsin

 Tajwid praktisnya benar

 Menguasai teori tajwid

Lulus BAQI

Sumber: Dokumen UKM BAQI UPI (2009: ii) c. Tadabur Al-quran pada Kegiatan Kuliah Mandiri PAI

Di samping secara formal, program tadabur Al-quran diselenggarakan pula melalui kegiatan-kegiatan keagamaan seperti Unit Pengembangan Tilawatil Quran (UPTQ). Lembaga ini didirikan pada tahun 1993 yang statusnya sama dengan Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM) lain. Lembaga ini bertujuan untuk membina dan

menyalurkan minat dan bakat mahasiswa UPI terhadap seni baca Al-quran, sekaligus mencari bibit-bibit qari/qari’ah dari kalangan mahasiswa di lingkungan UPI. Selain itu lembaga ini berfungsi untuk menampung para mahasiswa yang pernah meraih prestasi dalamMusabaqah Tilawatil Quran(MTQ) untuk dilanjutkan pembinaannya di UPTQ dalam rangka meraih prestasi yang lebih baik. Adapun cabang tilawatul Quran yang dibinanya meliputi cabang Tilawatil Quran (Qira’ah), Tahsinul Quran (Murattal), hapalan Al-quran (Hifdhul Quran), dan Seni Islami (qasidah, nasyid, dan kaligrafi).

Selain pada UPTQ, kegiatan tadabur Al-quran dilakukan pula oleh mahasiswa UPI walaupun jumlahnya tidak begitu banyak, tetapi cukup menggambarkan kegiatan tadabur Al-quran. Misalnya, sekelompok mahasiswa yang sudah merasa akrab dengan Al-quran tampaknya tidak mau lepas dengan kitab Al-quran, program murattal Al-quranpadahandphoneatau MP3. Pada waktu-waktu luang, seperti saat menanti dosen di kelas, saat-saat istirahat, dan saat-saat menunggu salat berjamaah mereka membaca(tilâwah)atau mendengarkan(sima’ah)Al-quran.

Demikianlah deskripsi hasil penelitian yang terkait dengan penyelenggaraan tadabur Al-quran pada pekuliahan PAI di UPI yang selama ini berjalan. Kegiatan tersebut tidak masuk dalam kerangka metode pembelajaran agama Islam sebagai metode khusus.

E. PENUTUP 1. Kesimpulan

Penyelenggaraan tadabur Al-quran di UPI tidak lepas dari visi, misi, tujuan dan moto UPI. Tadabur Al-quran sebagai salah satu gambaran religiusitas di lingkungan UPI. Secara formal, program untuk merealisasikan visi, misi dan tujuan UPI dalam pengembangan keimanan dan ketakwaan mahasiswa muslim dilakukan melalui mata kuliah PAI dan Seminar PAI).

(16)

Adapun metode pembelajara PAI pada kuliah tatap muka di kelas, kebanyakan dosen PAI menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Sedangkan tugas terstruktur dilakukan dengan penugasan menyusun makalah atau laporan buku dan mengikuti program tutorial PAI dan mengikuti program BAQI bagi yang belum mampu membaca Al-quran. Dalam penyelenggaraan PAI di UPI selama ini belum ada dosen yang menggunakan metode tadabur qurani dalam pembelajaran agama Islam, namun tidak berarti bahwa kegiatan tadabur Al-quran tidak dilaksanakan sama sekali. Kegiatan tersebut dapat direkam eksistensinya berikut.

a. Perkuliahan Tatap Muka PAI

Tadabur Al-quran dalam tatap muka PAI tidak termasuk salah satu materi yang dipesankan dalam silabus PAI dan bukan pula termasuk salah satu metode pembelajaran dalam mata kuliah PAI. Materi PAI yang ada hubungannya dengan Al-Quran adalah tema “Al-quran; Memahami dan Menghampirinya (Buku Ajar PAI UPI Tahun 2003 pada Bab 3) atau tema “Al-quran; Sumber Ajaran Islam Pertama (Buku Ajar PAI UPI Tahun 2008 Bab 4).

Kegiatan tadabur Al-quran dalam arti sempit (membaca Al-quran secara verbalistik sampai pada tahaptafhîm) dilakukan dalam pelaksanaan tatap muka PAI pada beberapa kelas baik menjelang penyajian materi perkuliahan maupun pada saat menunjukkandalil naqli.

b. Perkuliahan Terstruktur PAI

Sejak tahun 1988 telah ditetapkan bahwa program tutorial PAI sebagai tugas terstruktur PAI. Kelulusan tutorial PAI merupakan salah satu prasyarat kelulusan mata kuliah PAI. Pada kegiatan tersebut ada kegiatan tadabur Al-quran walau secara verbalistik (sampai pada tahap tafhîm). Adapun langkah-langkanya: (1) diawali dengan membaca ayat-ayat pilihan (tematik); (2) dibacakan terjemahannya; (3) diterangkan maksudnya; (4) mendiskusikan (mengkaji ayat-ayat Al-quran) dan menyimpulkannya; dan (5) memanjatkan doa.

Tugas terstruktur PAI lainnya adalah kegiatan Belajar Al-quran Intensif (BAQI) bagi mahasiswa yang belum mampu membaca Al-quran sampai tingkat terampil. Kemampuan membaca (tingkat mahir) ditetapkan juga sebagai prasyarat lulus PAI seperti halnya kelulusan tutorial PAI.

c. Kuliah Mandiri PAI

Kuliah mandiri terselenggara antara lain melalui Unit Pengembangan Tilawatil Quran (UPTQ). Lembaga ini didirikan pada tahun 1993 yang statusnya sama dengan UKM lain. LPTQ UPI bertujuan untuk membina dan menyalurkan minat dan bakat mahasiswa UPI terhadap seni baca Al-quran, dan mencari bibit-bibit qari/qari’ah dari kalangan mahasiswa. Adapun bidang yang dibinanya meliputi cabang qira’ah, murattal, hifdhul quran, dan seni islami (qasidah, nasyid, dan kaligrafi).

(17)

Tadabur Al-quran lainnya yang dilakukan oleh mahasiswa UPI secara mandiri antara lain seperti pada waktu-waktu luang, saat menanti dosen di kelas, saat-saat istirahat, dan saat-saat menunggu salat berjamaah di masjid atau mushalla mereka membaca(tilawah)atau mendengarkan(sima’ah)Al-quran.

Gambaran umum penyelenggaraan tadabur Al-quran di UPI dapat divisualkan pada gambar berikut ini.

Bagan

PENYELENGGARAAN TADABUR AL-QURAN DI UPI

b. Saran-saran

1) Tadabur Al-quran cukup memberikan nuansa religiusitas kampus dan merupakan salah satu ikhtiar yang positir dalam merealisasikan moto, visi, misi dan tujuan

lembaga pendidikan (UPI). Ikhtiar ini peru dilanjutkan, dukungan,

U P I

(MOTO, VISI, MISI &TUJUAN)

AL-FURQAN MKDU PAI LAIN-LAIN

TATAP MUKA

TERSTRUKTUR KEG. MANDIRI

 Qira’ah pada awal perkuliahan (verbalistik)

 Saat penyajian materi PAI (sebagai argumen/dalil)

Sampai tahap tafhîmBukan sebagai metode

PAI  Tutorial PAI (Kajian ayat

tematik)

 BAQI (Bebas buta huruf Al-Quran)

Sampai tahap tafhîmBukan sebagai metode

PAI

 UPTQ (Qira’ah, Murattal, Hifdhul quran, Seni Islami)

 Mengisi waktu luang atau ada program khusus

Sampai tahap tafhîmBukan sebagai metode

PAI

TADABUR AL-QURAN

(18)

pengembangan dan reorientasi.

2) Dalam ikhtiar melanjutkan, mendukung, pengembangan dan reorientasi tadabur Al-quran, diperlukan penelitian lanjutan mengenai pengembangan konsep metode tadabur qurani sesuai dengan arah penelitian ini.

3) Model penyelenggaraan tadabur Al-quran di kampus UPI, terutama yang terkait dengan penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam bagi PTU, kiranya perlu didesiminasikan ke PTU-PTU lainnya.

4) Penelitian penyelenggaraan tadabur Al-quran di PTU-PTU lainnya perlu dilakukan sebagai bahan komparatif, sehingga semakin banyak model dan dapat dipertimbangkan untuk mengambil aspek-aspek positif dari masing-masing model tersebut.

F. DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Dikti (1997), Kurikulum Pendidikan Agama Islam pada PTU, Depdiknas, Jakarta.

Anonim, (1991), Al-Quran dan Terjemahannya, Depag RI, Jakarta.

Asyafah, Abas, (1993), Latar Belakang Mahasiswa IKIP Bandung yang Mengikuti Matakuliah PAI tahun 1992. FPIPS IKIP Bandung.

Asyafah dkk. (1995), Efektivitas Proses Pelajar Mengajar PAI dalam Membina Ketauhidan Mahasiswa IKIP Bandung.FPIPS IKIP Bandung.

Taftazani, Shoftjan, (2008) tentangPeran Tutorial Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Nilai dan Perilaku Keimanan dan Ketakwaan Mahasiswa UPI.SPs UPI.

Abdullah, Abdurrahman Saleh, (2005), Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Terjemahan Arifin, Rineka Cipta, Jakarta.

Al-Lâhim, Khalid bin Abdul Karim, (1425 H.),Mafâtîh Tadabur Wa Najâh Fî al-Hayâti,Maktabah Malik Al-Fahd, Riyadh.

Al-Qaradhawi, Yusuf, (1999), Berinteraksi Dengan Al-Quran, Gema Insani Press, Jakarta.

An-Nahlawi, Abdurahman , (1988), Al-Tarbiyyah al-Islamiyyah Wa al-Musykilatu al-Mu'ashirah,Maktabah Asamah, Riyad.

Ash-Shiddieqy, Hasbi, (1977),Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-quran/Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta.

As-Suaidi, Salman bin Umar, (2008),Mudahnya Memahami Al-Quran,Terjemahan Jamaludin, Darul Haq, Jakarta.

(19)

Jalal, Abdul Fattah, (1988), Azas-Azas Pendidikan Islam, Alih Bahasa Herry Noer Ali, Diponegoro, Bandung.

Mulyana, Rohmat, (2004),Mengartikulasikan Pendidikan Nilai,Alfabeta, Bandung. Nasoetion, Harun, (2007), Akal dan Wahyu dalam Islam, UI Press, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas, Jakarta.

Ramayulis, (2005),Metodologi Pendidikan Islam,Kalam Mulia, Jakarta.

Sekretariat Negara, (2006), Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS,Wacana Intelektual.

Sensa, Muhammad Djarot, (2005), Komunikasi Qur'aniyah, Pustaka Islamika, Bandung.

Shaleh, Abdul Rachman, (2005), Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak

Bangsa,Rajawali Press, Jakarta.

Shihab, M. Quraisy, (1993),“Membumikan” Al-quran,Mizan, Bandung.

Syadi, Khalid Abu, (2002), Perjalanan Mencari Keyakinan, Penererjemah

Nandang, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta.

Syafrudin, Amang, (2004),Muslim Visioner,Pustaka Nauka, Depok.

Syahidin, (2001), Pengembangan Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum; Studi Kasus di IKIP Bandung Tahun 1966-1999, Disertasi, Tidak dipublikasikan, PPs UIN Syarif Hudayatullah Jakarta.

Tafsir, Ahmad, (2007), Filsafat Pendidikan Islami; Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia,Rosya, Bandung.

Thaha, C., (1996)Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Wassil, Jan Ahmad, (2001),Memahami Isi Kandungan Al-Qur'an,UI Press, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat terlihat bahwa pada setiap siklus tanam, parameter kualitas perair- an yang memberikan pengaruh paling domi- nan terhadap kemampuan rumput laut dalam

menemukan si pokok laporan hasil observasi Pernyataan umum 3.2.2 menemukan perbedaan dua teks laporan hasil percobaan dari segi kebahasaan Deskripsi bagian Teks laporan

Dari pengetahuan, pengalaman dan pemahaman orang-orang padang pariaman mengenai uang japuik tersebut akan memperlihatkan persepsi mereka dan persepsi tersebut akan

penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa Skripsi dengan judul “Keanekaragaman Tumbuhan Asing Invasif (Invasif Species) Pada Kawasan Revitalisasi Hutan (Studi di

[r]

Pada pembangunan gedung bertingkat saat ini sering dibuat basement dengan berbagai alasan diantaranya menambah ruang dan alasan lain seperti bila dijumpai tanah

Laporan Tugas Akhir yang berjudul Desain Interior Boutique Centre di.. Surakarta ini disusun sesuai dengan persyaratan akademis yang terdapat pada kurikulum

For reference we show the precision and completeness of the ob- tained mesh (with 30k faces), of a Poisson surface reconstruction (Kazhdan and Hoppe, 2013) (6.3M faces), of