• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diabetes Mellitus Dan Penyakit Periodontal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diabetes Mellitus Dan Penyakit Periodontal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Diabetes mellitus dan penyakit periodontal

Diabetes mellitus dan penyakit periodontal

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

I.1 Latar belakang

Penyakit periodontal merupakan penyakit multi faktorial dengan penyebab utama bakteri Penyakit periodontal merupakan penyakit multi faktorial dengan penyebab utama bakteri gram negatif anaerob serta adanya gangguan kelainan sistemik dan kelainan imunologi. gram negatif anaerob serta adanya gangguan kelainan sistemik dan kelainan imunologi. Periodontitis merupakan salah satu manifestasi dari diabetes mellitus dengan gejala adanya Periodontitis merupakan salah satu manifestasi dari diabetes mellitus dengan gejala adanya  poket

 poket periodontal periodontal , , gigi gigi goyang goyang dan dan resorpsi resorpsi tulang tulang .Dilaporkan .Dilaporkan pula pula bahwa bahwa pada pada penderitapenderita mellitus tipe 2 teregulasi jelek mempunyai keparahan penyakit periodontal lebih tinggi mellitus tipe 2 teregulasi jelek mempunyai keparahan penyakit periodontal lebih tinggi dibandingkan diabetes mellitus regulasi baik .

dibandingkan diabetes mellitus regulasi baik . I.2 Tujuan

I.2 Tujuan

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengaruh Diabetes Mellitus terhadap jaringan Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengaruh Diabetes Mellitus terhadap jaringan  periodontal

 periodontal I.3 Manfaat I.3 Manfaat

Dengan adanya tulisan ini , diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang Dengan adanya tulisan ini , diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang  pengaruh Diabetes mellitus terhadap jaringan periodontal.

 pengaruh Diabetes mellitus terhadap jaringan periodontal. BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA II.1. Diabetes mellitus

II.1. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik sebagai akibat kurangnya insulin di dalam Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik sebagai akibat kurangnya insulin di dalam tubuh sehingga glukosa darah diatas normal hampir sepanhjang waktu, dengan tanda

tubuh sehingga glukosa darah diatas normal hampir sepanhjang waktu, dengan tanda  –  –  tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai gejala klinis akut 3P (poliuria, pplidipsi, polifagia ) hiperglikemia dan glukosuria, disertai gejala klinis akut 3P (poliuria, pplidipsi, polifagia ) atau kadang

atau kadang –  –  kadang tanpa gejala 1,3. Hormon insulinyang dihasilkan oleh kelenjar pankreas kadang tanpa gejala 1,3. Hormon insulinyang dihasilkan oleh kelenjar pankreas (terletak pada lekukan usus dua belas jari ) penting untuk menjaga keseimbanagan kadar gula (terletak pada lekukan usus dua belas jari ) penting untuk menjaga keseimbanagan kadar gula / glukosa darah antara 60

/ glukosa darah antara 60  –  –   100 mg/dl pada waktu puasa dan kadar gula darah dua jam  100 mg/dl pada waktu puasa dan kadar gula darah dua jam sesudah makan sekitar 100

sesudah makan sekitar 100  –  –   140 mg /dl. Apabila terdapat gangguan kerja insulin baik  140 mg /dl. Apabila terdapat gangguan kerja insulin baik kualitas maupun kuantitias , maka keseimbangan tersebut menjadi terganggu dan glukosa kualitas maupun kuantitias , maka keseimbangan tersebut menjadi terganggu dan glukosa darah akan cenderung naik 4.

darah akan cenderung naik 4.

II.2 Mekanisme terjadinya diabetes mellitus II.2 Mekanisme terjadinya diabetes mellitus

Penyebab terjadinya diabetes mellitus adalah ketidakmampuan sel β pulau langerhans pada Penyebab terjadinya diabetes mellitus adalah ketidakmampuan sel β pulau langerhans pada  pankreas

 pankreas untuk untuk memproduksi memproduksi hormon hormon insulin insulin ( ( dalam dalam jumlah jumlah cukup cukup ) ) yang yang mengakibatkanmengakibatkan kuantitas dan kualitas insulin yang diproduksi tidak sesuai dengan kebutuhan metabolisme kuantitas dan kualitas insulin yang diproduksi tidak sesuai dengan kebutuhan metabolisme glukosa 1,2.

glukosa 1,2.

Bila terjadi cacat pada sel β pankreas , maka insulin tidak dihasilkan secara normal, akibatnya Bila terjadi cacat pada sel β pankreas , maka insulin tidak dihasilkan secara normal, akibatnya sebagian besar glukosa didalam darah tidak dapat masuk kedalam sel jaringan tubuh untuk sebagian besar glukosa didalam darah tidak dapat masuk kedalam sel jaringan tubuh untuk  proses

 proses metabolisme, metabolisme, sehingga sehingga glukosa glukosa yang yang tertimbun tertimbun didalam didalam darah darah makin makin lama lama makinmakin  bertambah

 bertambah banyak. Hal banyak. Hal ini ini mengakibatkan kadara mengakibatkan kadara glukosa glukosa di di dalam dalam darah darah akan akan berlebihan berlebihan (( disebut hiperglikemia ) dan sel jaringan tubuh kekurangan glukosa, karena glukosa darah disebut hiperglikemia ) dan sel jaringan tubuh kekurangan glukosa, karena glukosa darah  berlebihan maka sebagian glukosa akan dikeluarkan

(2)

, maka yang disebut diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang biasanya herediter ( dapat menurun ) yang ditandai dengan adanya glukosa didalam urin ( glukosuria ) 3.

II.3 Klasifikasi diabetes mellitus

Klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan PERKENI ( Perkumpulan Endokrinologi Indonesia ) , sesuia dengan anjuran klasifikasi diabetes mellitus yang dibuat oleh American Diabetes Assosiation ( ADA ) 1997, yang ditetapkan berdasarkan penyebabnya :

1. Diabetes mellitus tipe 1 : adanya kerusakan sel β pankreas ( sel penghasil insulin )  pada pankreas , umumnya menjurus pada kekurangan insulin absolut / mutlak,  penyebabnya adalah : autoinmun dan idiopatik.

2. Diabetes mellitus tipe 2 : penyebabnya bervariasi yang terutama adalah resistensi insulin ( jumlah insulin banyak, tetapi tidak dapat berfungsi ) dapat juga disertai kekurangan insulin re;atif , gannguan produksi ( sekresi ) insulin.

3. Diabetes tipe lain disebabkan bermacam –  macam mis defek / cacat genetik fungsi sel β , defek genetik kerja insulin, pankreatitis, dan obat / zat kimia, infeksi.

4. Diabetes mellitus gestasional : kondisi diabetes sementara yang dialami selama masa kehamilan

II.4 Manifestasi oral diabetik

Segala manifestasi didalam rongga mulut yang meliputi saliva, lidah , mukosa , gingiva ,  periodontium dan gigi sebagai akibat dari diabetes meliitus disebut Oral diabetik / Diabetik

Oral manifestation. Perubahan  –   perubahan patologis yang dapat dijumpai dalam mulut  penderita diabetes mellitus adalah sebagai berikut : pada penderita diabetes mellitus yang

tidak terawat dengan baik seringkali timbul hiposalivasi atau sekresi ludah berkurang . Ludah menjadi lebihkental dan mulut terasa kering yang disebut xerostomia diabetik. Selain karena  perubahan pada kelenjar parotis , xerostomia diabetik ini juga disebabkan karena poliuria yang berat. Efek xerostomia diabetik antara lain adalah meningkatnya prevalensi karies dan memudahkan timbulnya infeksi didalan rongga mulut3.

Lidah penderita diabetes mellitus terasa tebal , kadang –  kadang terasa kering seperti terbakar atau timbul ganngguan pengecapan pada lidah, sehingga mengganggu nafsu makan penderita diabetes mellitus . Lidah tampak membesar , hiperemi, otot lidah lebih lunak8.Mukosa rongga mulut tampak merah tua. Mukosa mulut terasa terbakar atau parestesia akibat nueropati diabetik, mudah timbul kandidiasis dan liken planus karena pesistensi terhadap infeksi menurun.

II.5 Kelainan yang terjadi pada jaringan periodontal

Penelitian mengenai hubungan diabetes mellitus dengan adanya kelainan pada jaringan  periodontal sudah sering dilakukan, tetapi belum didapatkan kesatuan pendapat mengenai

hubungan tersebut.

Penderita diabetes mellitus tidak terkontrol dijumpai adanga keradangan gingival muai dari gingivitis marginalis sampai periodontitis supuratif akut, gigi goyang , rasa sakit pada perkusi gigi, resorpsi tulang alveolar yang cepat dan abses gingival multiple. Sedang pada penderita diabetes terkontrol didapatkan bahwa gejala  –   gejala tersebut menurun keparahannya dan  bahkan ada kalanya hilang sama sekali. Penderita diabetes terkontrol menunjukkan resorpsi tulang alveolyanglebih lambat dibandingkan penderita diabetes yang tidak terkontrol.

(3)

Resorbsi tersebut ada hubungannya dengan lamanya seseorang menderita diabetes 10.  penderita diabetes dijmpai peningkatan keparahan penyakit periodontal . Penyakit tersebut  juga dipengaruhi oleh adanya peningkatan iritasi lkal pada gingival ., pada penderita diabetes dijumpai adanya peningkatan prevalensi dan keparahan penyakit periodontal10 . Keradangan gingival yang sangat parah , poket periodontal yang dalam dan abses periodontal sering terjadi pada penderita diabetes mellitus.1.

Selain itu juga gingiva tampak merah tua, turun , dan agak nyeri bila ditekan bahkan kadang terdapat nanah pada marginal gingivaldan interdental papil karena adanya infeksi rekuren. Supurasi gingiva ini dapat ditemukan secara palpasi yang dilaksanakan dengan halus dan  pelan 9. Akibat gingiva turun , maka gigi penderita diabetes mellitus tampak menonjol keluar dari soket.Menurunnya resistensi gingiva pada oral diabetik ini antara lain disebabkan oleh karena perubahan komposisi kolagen pada jaringan ikat gingiva . Pada jaringan periodontal ,  periodontium merupakan tempat manifestasi oral dibetik yang paling penting dan  prevalensinya nomor dua sesudah karies . Sejak sebelum tahun 1920 dilaporkan bahwa hampir semua penderita Diabetes mellitus yang tidak terkontrol disertai radang  periodontioum yang berat dengan gingivitis dan resorbsi prosesus alveolaris yang disertai dengan adanya pus. Prevalensi penyakit periodontal pada diabetes mellitus selain lebih tinggi , juga lebih berat dan berjalan lebih cepat dibandingkan dengan penderita non diabetes. Penyakit periodontal biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang progresif dan kronik. Teritama pada penderita diabetes mellitus dengan kebersihan mulut yang jelek, bakteri gram negatif dan aerobik akan membentuk plak, apabila plak ini tidak segera dihilangkan akan terus menyebar ke jaringan periodontal dan prosesus alveolaris. Apabila keadaan ini tidak dirawat terjadilah periodontitis diabetik yang manifestasinya klininiknya dapat berupa mobilitas , migrasi dan lepasnya gigi disertai dengan keroposnya tilang alveolaris10. Sehubungan dengan adanya periodontopati diabetika terjadi peningkatan prevalensi destruksi , mobilitas gigi dan lepasnya gigi ataupun kalkulus. Kalkulus subgingiva merupakan salah satu faktor yang dapat merusak jaringan periodontium . Mobilitasgigi pada diabetes mellitus tidak selalu merupakan indikasi untuk ekstraksi gigi 11 .

II.6 Mekanisme terjadinya penyakit periodontal pada penderita diabetes mellitus

Setelah etiologi penyakit periodontal pada penderita dengan penyakit diabetes mellitus dievaluasi,ternyata penyakit diabetes mellitus berpengaruh aktif terhadap kerusakan jaringan. Oleh karena itu perlu diketahui sifat penyakit diabetes tersebut terhadap struktur periodontal dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah berbagai perubahan yang merugikan. Pada penderita diabetes mellitus dengan kelainan periodontal swelau diikuti dengan factor iritasi lokal . Disebutkan bahwa diabetes mellitus merupakan factor predisposisi yang dapat mempercepat kerusakan jaringan periodontal yang dimlai oleh agen microbial , perubahan vaskuler pada penderita diabetes dapat mengenai pembuluh darah besar dan kecil. Perbahan  pada pembuluh darah kecil dapat dijumpai pada arteriol, kapiler dan venula pada bermacam – 

macam organ serta jaringan. Akibat adanya angiopati pada penderita diabetes mellitus , pada  jaringan periodontal akan mengalami kekurangan suplai darah dan terjadi kekurangan oksigen , akibatnya akan terjadi kerusakan jaringan periodontal. Selanjutnya akibat kekeurangan oksigen pertumbuhanbakteri anaerob akan meningkat. Dengan adanya infeksi  bakteri anaerob pada diabetes mellitus akan menyebabkan pertahanan dan perfusi jaringan

menurun dan mengakibatkan hipoksia jaringan sehingga bakteri anaerob yang terdapat pada  plak subgingiva menjadi berkembang dan lebih pathogen serta menimbulkan infeksi pada  jaringan periodontal. Pada neuropati diabetes mellitus yang mengenai syaraf otonom yang menginervasi kelenjar saliva , akan mengakibatkan produksi saliva berkurang dan terjadi

(4)

xerostomia .1 . Menurunnya kepadatan tulang seringkali mempunyai kaitan dengan diabetes mellitus . Sehubungan dengan kejadian ini, perlu diketahui bahwa insulin dan regulasi diabetes mellitus mempunyai pengaruh pada metabolisme tulang6, antara lain insulin meningkatkan uptake asam amino dan sintesis kolagen oleh sel tulang , yang penting untuk formasi tulang oleh osteoblast. Regulasi jelek diabetes mellitus menyebabkan hipokalsemia yang akan menimbulkan peningkatan hormon paratiroid ( resorbsi tulang akan meningkat ) . regulasi jelek diabetes mellitus juga mengganggu metabolisme vitamin D3 dengan kemungkinan menurunnya absorbsi kalsium di usus. Selain itu juga akan merangsang makrofag untuk sintesis beberapa sitokin yang akan meningkatkanresorbsi tulang. Semua  pengaruh diabetes mellitus pada tulang inilah yang menyebabkan adanya hubungan antara

diabetes mellitus dengan penurunan kepadatan tulang. II.7 Pengaruh glukosa terhadap jaringan periodontal

Pada diabetes mellitus dapat timbul sejumlah komplikasi yang disebabkan kadar glukosa darah tinggi ( hiperglikemia ) . Beberapa protein tubuh pada diabetes mellitus dengan hiperglikemia akan mengalami glikosilasi , dengan akibat meningkatnya jumlah IgG terglikasi. 9 .pada keadaan hiperglikemia dan mengalami glikosilasi akan menurunkan afinitas antibody IgG terhadap antigen , sehingga penderita diabetes mellitus mudah terserang infeksi . Dilaporkan bahwa ada korelasi antara kadar glukosa darah dengan prevalensi keparahan keradangan gingival , periodontal , resorbsi tulang alveolar dan kedlaman poket . Resistensi jaringan gigngiva dan jaringan peridontal penderita diabetes mellitus menurun , disebabkan karena adanya perubahan komposisi kolagen , regulasi diabetes mellitus dan hygiene mulut 6.

Penelitian dentin akibat diet tinggi sukrosse melaporkan bahwa sucrose dapat mengurangi  pembentukan dentin termasuk perputaran metabolisme kalsium. Oleh karena itu sucrose

dapat menyebabkan perubahan pada metabolisme kalsium juga dapat berpengaruh pada  pembentukan mineral lain di jaringan , dentin , karena komposisi tulang dan dentin serta  proses pembentukan sangat mirip. Lebih lanjut dilaporkan dengan berkurangnya beberapa mineral seperti keselurhan isi mineral dalam dentin sebagai akibat tingginya kadar sucrose  pada gigi molar tikus percobaan. Diet yang kaya sucrose dapat menyebabkan hiperinsulinemia, insulin resistance dan peningkatan glukosa plasma. Beberapa pengurangan  pembentukan dentin juga ditemikan pada kelompok pembanding diet sucrose. Dan didapatkan perbedaan ukuran dari ketebalan pembentukan dentin selama penelitian. Respon dari dalam ini dapat berubah oleh karena sucrose selama terjadinya proses kariogenik. Pembentukan dentin selama periode penelitian adalah dentin primer . oleh karena itu  pengaturan dari dentinogenesis oleh tes diet menunjukkan adanya hasil. Pembentukan dentin  primer menjadi lebih lambat oleh karena efek racun dari metabolisme bakteri selama proses

karies lesi pada dentin , trauma atau menghalangi fungsi normal dari odontoblast8. II.8 Infeksi dan kesulitan regenerasi pada penderita diabetes

Penyakit diabetes mellitus sangat erat hubungannya dengan turunnya kekebalan tubuh terhadap suatu infeksi. Pada penderita diabetes mellitus kadar glukosa dalam darah tinggi, sehingga merupakan media yang cocok bagi perkembangan kuman pada daerah luka tersebut7.Dalam susunan darah , kapasitas fagositosis berkurang yang menyebabkan tidak efisiennya pembunuhan kuman sehingga penderita mudah terserang infeksi yang serius. Pada dasarnya penderita diabetes mellitus lebih mudah mengalami infeksi , sehingga tindakan sekecil apapun yang melukai organ atau jaringan dapat menimbulkan resiko infeksi. Hal ini diakibatkan oleh ganngguan terhadap mekanisme pertahanan imun10 .

(5)

Beberapa factor yang memudahkan terjadinya infeksi : 1. Faktor metabolik :

 glikogen dihati menurun

 dehidrasi sering terjadi pada penderita diabetes mellitus sebagai akibat dari

hiperglikemia dan poliurea. 2. Faktor imunologik :

 Sifat fagositosis dari leukosit menurun.  Pembentukan antibodi menurun

 Turunnya daya tahantubuh.

3. Faktor angiopati diabetika

 Mikroangiopati  – diabetika , yaitu : angiopati yang terjadi pada kapiler dan

arteriol. Disfungsi endotel dan agregasi trombosit yang meningkat merupakan  penyebabnya.

 Makroangiopati  – diabetika, yaitu : penebalan basement membrane,

 pengendapan fibrin pada dinding pembuluh darah dan hilangnyaelastisitas dinding arteri, karena terjadinya proses sclerosis pada arteriolnya, sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah arteriol.Elastisitas pembuluh darah hilang dan penebalan berupa priliferasi , hialinisasi menyebabkan pembulu darah menjadi kaku dan mudah pecah, timbullah kebocoran. Kebocoran ini mengakibatkan keluarnya protein dan butir  –   butir darah yang berakibat menurunnya pertahanan jaringan setempat karena keluarnya butir –  butir darah seperti lekosit dan berkurangnya pasokan nutrisi dan oksigen ke jaringan sehingga menghambat penyembuhan luka.

4. Faktor neuropati  – diabetika , menyebabkan turunnya reflek saraf otonom , sensorik dan motorik, sehingga timbul rasa parestesi, panas mukosa mulut kering dan gerak  –  gerak otot jadi lamban4 .

Kesulitan regenerasi dan mudahnya infeksi pada penderita dibetes mellitus disebabkan terjadinya kelainan pada membrane basalis, antara lain: berkurangnya multiplikasi fibroblast, menurunnya kapasitas sintesa kolagen, meningkatnya kadar glikoprotein di membran basalis ,turunnya kadar GAG ( glycoaminoglycans) di membrane basalis yang penting untuk mengatur metabolisme lipoprotein dan karena kadarnya menurun maka akanmudah timbul  pengendapan lipoprotein di jaringan. Berkurangnya multiplikasi fibroblast mengakibatkan

terhambatnya jaringan granulasi dan menurunnya kemampuan daya regenerasi jaringan4 . BAB III

PEMBAHASAN

Diabetes mellitus yang dikenal dengan istilah kencing manis merupakan penyakit yang disebabkan kurangnya insulin didalam tubuh sehingga terjadi ganngguan primer berupa ganngguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah melebihi nilai normal3 .

Komplikasi diabetes mellitus dalam rongga mulut sangat kompleks melibatkan banyak struktur dari gigi sampai kelenjar ludah yang disebut oral diabetic meliputi saliva, lidah , mukosa , gingival , periodontium dan gigi sebagai akibat dari diabetes mellitus. Perubahan  –   perubahan patoligis yang dapat dijumpai dalam mulut penderita diabetes mellitus adalah

sebagai berikut : hiposaliva sehingga ludah mudah kental , mulut kering (xerostomia) ,  prevalensi kariesmeningkat dan mudah timbul infeksi didalam rongga mulut5 Lidah terasa

(6)

tebal / hiperemi, hingga timbul ganngguan pengecapan pada lidah. Mukosa mulut terasa terbakar dan mudah timbul kandidiasis dan liken planus.. Gingiva turun terasa nyeri bila ditekan bahkan kadang terdapt nanah23. Akibat gingival turun , maka gigi penderita diabetes mellitus tampak menonjol keluar dari soket. Menurunnya resistensi gingival pada oral diabetic iniantara lain disebabkan oleh karena perubahan kolagen pada jaringan ikat gingiva3. Pada jaringan periodontal terjadi radang periodontal disertai dengan keroposnya tulang alveolaris. Penyakit periodontal biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang progresif dan kronik. Terutama pada penderita diabetes mellitus dengan kebersihan mulut yang jelek ,  bakteri gram negative dan anaerobic akan membentuk plak, apabila ini tidak segera

dihilangkan akan terus menyebar ke jaringan periodontal dan terus menuju ke akar gigi yang mengakibatkan meningkatnya mobilitas, lepasnya gigi 10.

Pada diabetes mellitus sering terjadi gangguan terhadap pertahanan imun yang mengakibatkan sifat fagositosis dari luekosit menurun, pembentukan antibody menurun sehingga daya tahan tubuh menurun.Apabila komplikasi kronik terjadi pada penderita diabetes mellitus akan mengalami ganngguan kualitas pembuluh darah yang dikenal sebagai Angiopati Diabetika. Elastisitas dinding pembuluh darah hilang dan penebalan berupa  proliferasi , hialinisasi menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku dan mudah pecah, timbullah kebocoran . Kebocoran ini mengakibatkan keluarnya protein dan butir  –  butir darah yang berakibat menurunnya pertahanan jaringan setempat karena keluarnya butir  –   butir darahseperti luekosit dan berkurangnya pasokan nutrisi dan oksigen ke jaringan sehingga menghambat penyembuhan. Faktor neuropati diabetika menyebabkan turunnya refleks otonom sehingga tidak ada kemampuan untuk vasokonstriksi dari pembuluh darah maupun kapiler4.

Kesulitan regenerasi dan mudahnya infeksi pada penderita dibetes mellitus disebabkan terjadinya kelainan pada membrane basalis, antara lain: berkurangnya multiplikasi fibroblast, menurunnya kapasitas sintesa kolagen, meningkatnya kadar glikoprotein di membran basalis ,turunnya kadar GAG ( glycoaminoglycans) di membrane basalis yang penting untuk mengatur metabolisme lipoprotein dan karena kadarnya menurun maka akanmudah timbul  pengendapan lipoprotein di jaringan. Berkurangnya multiplikasi fibroblast mengakibatkan

terhambatnya jaringan granulasi dan menurunnya kemampuan daya regenerasi jaringan4 . BAB IV

KESIMPULAN

Pada diabetes mellitus sering terjadi gangguan terhadap pertahanan imun yang mengakibatkan sifat fagositosis dari luekosit menurun, pembentukan antibody menurun sehingga daya tahan tubuh menurun.Apabila komplikasi kronik terjadi pada penderita diabetes mellitus akan mengalami ganngguan kualitas pembuluh darah yang dikenal sebagai Angiopati Diabetika sehingga jika terjadi penyakit periodontal yang diikuti dengan penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol akan memperparah penyakit periodontal

DAFTAR PUSTAKA

1. Brian L.Mealey and Thomas W.Oates : Diabetes Mellitus and Periodontal Disease : J Periodontal .August. 2006 : 8 .19  –  1

2. Ganong WF.1995. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-17 .Penerjemah: Widjajakusuma D. Jakarta,EGC Penerbit Buku Kedokteran :hlm 183-6,328-37,349-50,485.

3. Tjokroprawiro A 1998. Diabetes Mellitus dan Macam –  macam Diit Diabetes Mellitus B, B1,B2,B3 .Edisi ke -10 Surabaya, Airlangga Universit y Press: hlm.1-9,15-6.

(7)

4. Tjokroprawiro A 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Edisi ke-3 Jakarta, Gaya Baru: hlm.606-7.

5. Donoseputro M.2003. Kumpulan makalah Basic Mol Biology course on Mitochondrial. Hlm.1-7

6. Tjokroprawiro A 2000 Diabetes mellitus klasifikasi, Diagnosis, terapi. Edisi ke-3 Jakarta,PT.Gramedia Pustaka Utama : hlm 8,65-66.

7. Guyton A.1996. Fisiologi Kedokteran .Eke -9. Penerjemah : Setiawan I. Jakarta,EGC. Penerbit Buku Kedokteran ; hlm. 841 –  5,1221-34.

8. Jones JH, Mason DK. 1980. Oral Manifestation of Sistemic Disease. Ed. 8. London W.B. Saunders Co. Ltd; pp 331 -13.

9. Carranza FA , et al . 2006 : Clinical Periodontology , 10th. Philadelphia, W.B. Saunders Co.Ltd: pp 309 -41, 391, 461-65,654-65.

10. Cohen DW.1990. Diabetes Mellitus and Periodontal Disease. J Periodontal 41 : hlm 709.

11. Marwati E.1992. Infeksi Jaringan Lunak mulut pada Penderita Diabetes Mellitus . Majalah Ilmu Kedokteran Gigi FKG USAKTI .No 11 hlm.76-81

(8)

PENDAHULUAN

Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya dengan karakteristik hiperglikemia. Diabetes melitus dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu dimana tipe 1 mempunyai latar belakang

kelainan berupa kurangnya insulin secara absolute akibat proses autoimun, sedangkan tipe 2 mempunyai latar belakang resistensi insulin.1s

Akhir-akhir ini beberapa pakar telah mencoba mengungkapkan hubungan antara periodontitis dengan diabetes mellitus, yang difokuskan dan diutamakan pada pengaruh adanya diabetes mellitus terhadap kesehatan periodontal dan pengaruh penyakit periodontal terhadap kontrol gula dalam darah pasien diabetik.2 Hal ini bertujuan agar pasien diabetes melitus lebih

memperhatikan kebersihan dan kesehatan giginya agar dapat terhindar dari keparahan  penyakit periodontal.

Pada uraian berikut akan dikemukakan mengenai etiologi penyakit periodontal, peranan  penyakit diabetes melitus pada penyakit periodontal, pengaruh penyakit periodontal terhadap

diabetes melitus, dan patogenesis diabetes melitus pada penyakit periodontal.

ETIOLOGI PENYAKIT PERIODONTAL

Penyakit periodontal dapat diartikan sebagai suatu proses patologis yang mengenai jaringan  periodontal. Sebagian besar penyakit periodontal inflamatif disebabkan oleh infeksi bakteri. Walaupun faktor-faktor lain dapat juga memengaruhi jaringan periodontal, penyebab utama  penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang berkumpul di permukaan gigi (plak bakteri

dan produk-produk yang dihasilkannya) dan membentuk koloni. Beberapa kelainan sistemik dapat berpengaruh buruk terhadap jaringan periodontal, tetapi faktor sistemik semata tanpa adanya plak bakteri tidak dapat menjadi pemicu terjadinya periodontitis. Lagi pula, ada  beberapa faktor lokal yang bersama dengan plak bakteri menyebabkan penyakit kronis  jaringan periodontal. Dua faktor yang mungkin menjadi pemicu terjadinya penyakit  periodontal tanpa adanya plak bakteri adalah malignansi dan trauma oklusi primer.3

Etiologi periodontitis yang utama berhubungan dengan mikro-organisme dan produk- produknya yang ditemukan pada plak supra dan sub-gingiva. Pencetus yang umum atau

faktor etiologi kedua yang menyumbang terhadap akumulasi, retensi dan maturasi plak gigi adalah kalkulus supra dan sub-gingiva, tepi gingiva yang menggantung

dan restorasi gigi yang over-contoure, dapat menimbulkan impaksi makanan dan menambah kedalaman probing. Faktor-faktor sistemik dapat mempengaruhi keparahan, karena

mengubah respons jaringan terhadap bakteri.4

Etiologi penyakit periodontal sangat kompleks. Para ahli mengemukakan bahwa etiologi  penyakit periodontal dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu faktor lokal dan

faktor sistemik, faktor lokal dan faktor sistemik sangat erat hubungannya dan berperan

sebagai penyebab terjadinya kerusakan jaringan periodontal. Tapi pada umumnya, penyebab utama penyakit periodontal adalah faktor lokal. Keadaan ini dapat diperparah oleh keadaan sistemik yang kurang menguntungkan, yang memungkinkan terjadinya keadaan yang

(9)

Faktor lokal adalah faktor yang berpengaruh langsung pada jaringan periodonsium; dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor iritasi lokal dan fungsi lokal. Yang dimaksud dengan faktor lokal adalah plak bakteri sebagai penyebab utama. Sedangkan faktor-faktor lainnya antara lain adalah bentuk gigi yang kurang baik dan letak gigi yang tidak teratur, maloklusi, malfungsi gigi, restorasi yang menggantung dan bruksisme.

Faktor sistemik sebagai penyebab penyakit periodontal antara lain adalah pengaruh hormonal  pada masa pubertas, kehamilan, menopause, defisiensi vitamin, diabetes mellitus dan

lain-lain.

Kenyataan yang menunjukkan adanya hubungan yang erat antara faktor lokal dan faktor sistemik, yaitu adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat mengakibatkan meningkatnya karies gigi dan memperberat gingivitis maupun penyakit periodontal. Sebaliknya infeksi gigi dan jaringan sekitarnya dapat mempengaruhi stabilitas kadar gula darah. Pernah dilaporkan  bahwa kerusaakan jaringan periodontal pada penderita diabetes melitus lebih parah

dibandingkan dengan yang bukan penderita diabetes mellitus, meskipun pada kelompok  bukan penderita diabetes mellitus memiliki penumpukan plak yang lebih banyak

dibandingkan pada kelompok penderita diabetes mellitus.5 Penumpukan plak itu akan

terbentuk kantong diantara gigi dan gusi dan meluas ke bawah diantara akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu lingkungan bebas oksigen,

sehingga mempermudah pertumbuhan bakteri. Jika keadaan ini terus berlanjut, pada akhirnya  banyak tulang rahang di dekat kantong yang dirusak sehingga menyebabkan lepasnya gigi.

Pada orang-orang yang memiliki jumlah tartar yang sama memiliki kecepatan pertumbuhan  periodontitis yang berbeda-beda. Hal ini mungkin dikarenakan plak dari masing-masing

orang tersebut mengandung jenis dan jumlah bakteri yang berbeda, dan juga karena respon yang berbeda terhadap bakteri. Beberapa keadaan medis yang bisa mempermudah terjadinya  periodontitis:

 diabetes melitus  sindrom Down   penyakit Crohn

 kekurangan sel darah putih  AIDS6

PERANAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA PENYAKIT PERIODONTAL Telah banyak dilakukan penelitian dan perdebatan. Oliver dan Ternoven menyimpulkan  bahwa pernyataan diabetes menambah risiko terjadinya penyakit periodontal terlalu

dilebih-lebihkan.

Sedangkan Loe tahun 1993 menyatakan bahwa penyakit periodontal merupakan komplikasi ke-enam. Penelitian lain melaporkan hanya diabetes melitus yang merupakan penyakit sistemik yang secara positif berhubungan dengan attachment loss (Odds Ratio=2,32).

Sebenarnya pada tahun tahun 1970 telah diperoleh kesimpulan bahwa skor penyakit gingival dan periodontal lebih tinggi seccara signifikans pada pasien diabetic dibandingkan non-diabetik, yang mana hal ini didapat dari laporan hasil penelitian longitudinal selam 2 tahun.6

(10)

Dari keseluruhan hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa diabetes mellitus yang disertai oleh beberapa perubahan pada periodonsium berpotensi dan berperan dalam terjadinya

 periodontitis kronis.

Salah satu hipotesa yang dikemukakan berkaitan dengan hubungan antara diabetes melitus dan penyakit periodontal. Salah satu hipotesa menyatakan bahwa respon sitokin yang

diperantarai oleh AGE (Advance Glycation End products) dapat diperhebat oleh sintesa dan sekresi sitokin yang diperantarai oleh infeksi periodontal, dan begitu juga sebaliknya.2 AGE merupakan senyawa yang berasal dari glukosa, secara kimiawi irrevers ible, dan terbentuk secara perlahan-lahan, tetapi terus-menerus sejalan dengan peningkatan kadar glukosa darah.2 Pada penderita diabetes mellitus, dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah dan cairan gingival berarti juga merubah lingkungan mikroflora, menginduksi perubahan bakteri secara kualitatif. Sehingga perubahan tersebut mengarah pada penyakit periodontal yang berat, dan dapat teramati pada penderita diabetes melitus dengan kontrol buruk. Berkaitan dengan  jaringan periodontal, hiperglikemia kronik penderita diabetes melitus akan meningkatkan

aktivitas kolagenase, dan menurunkan sintesis kolagen. Enzim kolagenase menguraikan kolagen, sehingga ligament periodontal rusak, dan gigi menjadi goyah. Jaringan periodontal akan menjadi kuat kembali apabila diabetes melitus diobati dengan baik, serta gigi goyah  pada pasien diabetes melitus jangan buru-buru dicabut.7

Secara klinis kondisi periodonsium penderita diabetes dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang dikemukakan diatas. Diabetes yang tidak terkontrol atau kurang baik kontrolnya disertai oleh peningkatan kerentanan terhadap infeksi, termasuk periodontitis kronis. Periodontitis kronis lebih sering terjadi dan lebih parah pada individu diabetik yang disertai komplikasi sistemik yang lebih parah.2

Hubungan antara periodontitis kronis dengan diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2 telah secara khusus diamati pada beberapa penelitian. Dilaporkan bahwa meningakt resikonya menderita periodontitis kronis pada penderita diabetes mellitus tipe 1 sejalan dengan pertambahan usia, dan keparahan periodontitis kronis meningkat sejalan dengan meningkatnya durasi diabetes. Pada pasien diabetik dewasa dengan diabetes yang tidak terkontrol baik akan mengalami kehilangan tulang dan kehilangan perlekatan yang lebih  banyak dibandingkan pasien dengan diabetes yang terkontrol baik, meskipun kemampuan

mereka dalam memelihara kebersihan mulutnya adalah setara.2

Semua hal yang dikemukakan diatas secara jelas menunjukkan hubungan serta peranan diabetes mellitus terhadap terjadinya periodontitis kronis. Dengan demikian penyakit  periodontal adalah salah satu komplikasi diabetes mellitus yang harus diperhatikan.

PENGARUH PENYAKIT PERIODONTAL TERHADAP DIABETES MELITUS Sintesa dan sekresi sitokin yang berasal dari interaksi AGE dengan RAGE dapat diperhebat oleh sintesa dan sekresi sitokin akibat infeksi yang berasal dari periodontitis, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan periodontitis dengan diabetes mellitus  berlangsung dalam dua arah. Dengan demikian penyakit periodontal yang berupa inflamasi

kronis dapat memperparah status penderita diabetes mellitus sehingga menjurus ke arah komplikasi yang lebih berat.2

(11)

Peningkatan konsentrasi hemoglobin terglikosilasi diduga disebabkan oleh periodontitis kronis yang parah pada penderita diabetes mellitus. Infeksi yang berasal dari periodontitis selain meningkatkan produksi sitokin, diduga dapat pula meningkatkan resistensi insulin yang pada akhirnya memperburuk kontrol glikemik penderita diabetes yang juga menderita  periodontitis di mulutnya. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian berupa penelitian

retrospektif terhadap pasien diabetes mellitus tipe 2 menunjukkan bahwa level HbA1c signifikan meningkat pada pasien dengan periodontitis yang parah.2

PATOGENESIS DIABETES MELITUS PADA PENYAKIT PERIODONTAL6 Beberapa pakar mengusulkan peruntuk menjelaskan lebih parahnya penyakit periodontal  pada pasien diabetic, beberapa pakar mengusulkan peranan beberapa faktor. Pada studi awal

ditemukan membran basalis kapiler Gingival yang lebih lebar pada diabetik dibandingkan  pada non-diabetik. Perbedaan yang ditemukan pada membran dasar diabetik meliputi

 penebalan deposit periendotelial dan perubahan pada lebarnya. Perubahan ini berperan pada  perubahan nutrisi dan penyembuhan jaringan. Pada studi lain mengusulkan kerusakan

kemotaksis neutrofil pada diabetik yang dapat membuat pasien tersebut re ntan terhadap infeksi, termasuk infeksi Mikroflora yang dominan pada lesi periodontal pasien diabetik tipe 2. Terjadinya kerentanan penderita diabetes melitus untuk menderita penyakit periodontal dapat dijelaskan pada berbagai mekanisme, yang meliputi :

1. Perubahan vaskular. Terjadi penebalan membran basalis dari dinding vaskular sehingga akan mengurangi migrasi leukosit, difusi oksigen dan eliminasi sampah metabolit yang

 bertambah intensitasnya sesuai dengan kontrol metabolik dan durasi yang lama dari penyakit diabetesnya sendiri.

2. Perubahan mikroflora terjadi karena pada penderita diabetik, pada daerah sulkus

gingivanya akan tercipta lingkungan yang baik untuk berkembang-biaknya berbagai mikroba. 3. Disfungsi neutrofil, melalui terjadinya depresi kemotaksis maupun fagositosis dalam repons imun.

4. Terjadinya perubahan metabolisme kolagen gingiva, yaitu melalui berkurangnya sintesis kolagen, berkurangnya perkembangan dan proliferasi sel, berkurangnya produksi matriks tulang, bertambahnya kolagenase gingiva dan terjadinya gradasi kolagen yang baru terbentuk. 5. Genetik, diduga penyakit periodontal berhubungan dengan HLA, terutama DR3 dan DR4 melalui mekanisme molekul-molekul sel- sel antigen pada darah tepi mungkin memberi sinyal bertambahnya kerentanan terhadap periodontitis.

KESIMPULAN

Terdapat hubungan antara diabetes melitus dengan penyakit periodontal. Hal ini diperkuat dengan adanya fakta bahwa diabetes melitus dapat mengakibatkan meningkatnya karies, memperberat gingivitis, maupun penyakit periodontal, sebaliknya infeksi gigi dan jaringan sekitarnya dapat mempengaruhi stabilitas kadar gula darah.

(12)

Penyakit diabetes melitus bila tidak dikontrol dengan baik, maka akan menimbulkan kerusakan pada tubuh secara umum maupun dalam rongga mulut. Berawal dari system ketahanan tubuh yang menurun, penyakit diabetes mellit us menyebabkan terurainya serat kolagen, pendukung utama jaringan periodontal. Kerusakan kolagen berdampak pada goyahnya gigi karena kehilangan hubungan dengan prosesus alveolaris. Ole h karena itu diabetes melitus perlu diwaspadai oleh dokter gigi sejak awal, bahkan sebelum memberikan  pelayanan kepada pasien.

Sebagai akibat dari adanya hubungan antara diabetes melitus dengan penyakit periodontal,  peranan serta keterlibatan dokter gigi dalam menangani pasien diabetes melitus perlu

ditingkatkan. Selain itu, dokter gigi juga dituntut untuk meningkatkan profesionalitas dengan lebih aktif memposisikan diri sebagai mitra dokter umum atau dokter spesialis dalam

 penanganan pasien diabetes mellitus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaban S. Pengembangan Model Pengendalian Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kota Sibolga Tahun 2005. Tesis. Medan: Percetakan USU. 2005: 8

2. Daliemunthe SH. Hubungan Timbal Balik Antara Periodontitis dengan Diabetes Melitus. Dentika Dent J 2003; 8(2): 120-25

3. Vernino AR. Etiologi Penyakit Periodontal. Dalam: ed. Amaliya, Juwono L. Silabus Periodonti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004: 13

4. Setyawan H. Penyakit Periodontal Pada Penderita Diabetes Melitus. 20 Mei 2008.

<http://yureyco87.wordpress.com/2008/05/20/penyakit-periodontal-pada-penderita/ >. (25 September 2010)

5. Agtini MD. Epidemiologi dan Etiologi Penyakit Periodontal.

<http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13_EpidemiologidanEtiologiPenyakit.pdf/13_Epidemi ologidanEtiologiPenyakit.html>. (25 September 2010)

6. Henny ME. Hubungan Diabetes Melitus dengan Periodontitis. <http://www.scribd.com/doc/36258966/epulis>. (25 September 2010)

Referensi

Dokumen terkait

dari pendidik maka para peserta didik sudah bisa menghadapinya karena pengaruh. dari bagaimana peserta didik mengatur dirinya dalam memproses

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa kulit kerang darah yang digunakan sebagai bahan baku sintesa precipitated calcium carbonate memiliki

Comparative research will help us dis- cover critical structure and weights in a hybrid bio-machine memory system, which can enhance the learning and memory functionalities of

Jika dilihat dari kontek ayat tersebu, jika dihungbungkan dengan proses pembelajaran dapat ditarik sebuah benang merah bahwa dalam ayat tersebut terdapat dua

Menurut Nayeri (2011) Perawat merupakan salah satu di antara karyawan yang hidupnya dipengaruhi oleh kualitas kehidupan kerja (QWL) sebagai konsekuensi dari perubahan

RIAN ASNUL MAULANA : Uji Korelasi terhadap Debit Aliran Sungai dan Konsentrasi Sedimen pada Muara Sub DAS Padang di Kota Tebing Tinggi di bimbing oleh Kemala Sari Lubis SP..

[r]

Di dalam Rapat Paripurna DPRD Kota Yogyakarta/yang diadakan tadi siang empat komisi telah berhasil dibentuk // Menurut Sekertaris DPRD Kota Yogyakarta, Nur Affandi, empat komisi