• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Bijih Besi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Bijih Besi"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PT. CAKUNG PRIMA STEEL

LAPORAN SURVEY TINJAU

POTENSI BIJIH BESI PT. CAKUNG PRIMA STEEL DESA BUKIT INDAH KECAMATAN TELAGA ANTANG

KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Mining and Geological Consultan

Perum Jambusari Indah, Villa Gading, Blok D no 64, Sleman, Yogyakarta 55281, Indonesia Tlp:

(2)

KATA PENGANTAR

Laporan ini merupakan laporan hasil dari survey tinjau bijih besi pada wilayah atas nama PT. CAKUNG PRIMA STEEL yang telah dilakukan kegiatan pemetaan geologi pada tanggal 17 april 2013 hingga 26 april 2013. Kegiatan survey tinjau bijih besi ini dilakukan di Desa Bukit Indah Kecamatan Telaga Antang Kabupaten Kota Waingin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah dengan ruang lingkup kegiatan yaitu meliputi pemetaan dan pengamatan kondisi geologi lokal di seluruh daerah survey tinjau, pengamatan singkapan batuan terutama bijih besi, pengambilan conto bijih besi.

Pada kegiatan survey tinjau yang dilakukan oleh team geologist CV. Jogja geologi Survey ini dengan tujuan utama adalah untuk memastikan apakah wilayah PT. CAKUNG PRIMA STEEL berpotensi mengandung endapan bijih besi sehingga dapat dipastikan perlu atau tidak untuk dilakukan pekerjaan eksplorasi bijih besi selanjutnya di wilayah tersebut.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak, terutama PT. CAKUNG PRIMA STEEL yang membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan ini dari mulai persiapan kegiatan di lapangan sampai penyusunan laporan ini.

Akhirnya, diharapkan agar laporan hasil kegiatan survey tinjau bijih besi ini nantinya dapat dijadikan bahan masukan untuk Direksi PT. CAKUNG PRIMA STEEL dalam menentukan kelanjutan tahapan kegiatan selanjutnya.

Yogyakarta, April2013

Faidzil chabib

(3)

SARI

Secara administratif lokasi kegiatan survey tinjau batubara PT. CAKUNG PRIMA STEEL di Desa Bukit Indah, Kecamatan Telaga Antang, Kabupaten Kota Waringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas areal 935.72 Ha. Lokasi Survey dapat dicapai dari Jogjakarta menggunakan pesawat udara menuju Banjarmasin dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 30 menit, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat Banjarmasin menuju Kabupaten Sampit menggunakan kendaraan darat selama 9 jam. Setelah itu perjalanan dilanjutkan menggunakan jalur daratdari Kabupaten SampitmenujuKota Waringin Timur yang dapat ditempuh selama 3,5 jam.

Berdasarkan pengamatan pola kontur, bentuk bukit, bentuk lembah dan bentuk sungai dan relief pembagian morfologi daerah penyelidikan secara deskriptif dibagi menjadi dua satuan morfologi yaitu Satuan Perbukitan Homoklin, Satuan Dataran Denudasional. Menurut Van Zuidam 1983.

Dari hasil kegiatan survey tinjau dilokasi PT. CAKUNG PRIMA STEEL didominasi oleh Kondisi geologi daerah studi secara umum merupakan sebaran batuan malihan yang telah terlipat, tersesarkan dan terintrusi oleh batuan beku kondisi geologi daerah kajian tersebut diuraikan seperti berikut ini :

a. Litologi

Tonalit; berwarna kelabu gelap, mempunyai tekstur holokristalin, ukuran butir kurang lebih 1 mm dengan bentuk kristal sub - anhedral. Mineral penyusun terdiri dari kuarsa, ortoklas, plagioklas (Ano 44-64) berstruktur zoning dan sebagian telah terubah menjadi mineral serisit dan epidot, biotit, klorit,apatit, hornblende dan mineral opak. Satuan batuan ini menerobos batuan sekis maupun kuarsit dicirikan oleh terdapatnya xenolit batuan malihan dalam tubuh tonal it. Secara regional satuan batuan tonalit termasuk dalam kelompok batuan beku Sepauk berumur Kapur

Granit; berwarna kelabu terang-kemerahan, mempunyai tekstur holokristalin, hipidiomorfik-panidiomorfik dengan ukuran butir 0,1-5 mm, mineral penyusun terdiridari : kuarsa, ortoklas berstruktur pertit dan graphik, biotit, muskovit, epidot, zirkon,monazit, klinozoisit dan mineral opak. Radioaktivitas rata-rata 90 cis dan ada

(4)

yang mencapai 500 cis. Keberadaan granit di daerah Kota ini mempunyai karakteristik radioaktivitas relatif tinggi, dari hasil analisis kadar U total mcnunjukkan kadar 9,25 ppm.

Didaerah survey penyelidikan dengan luasan total ± 935.72 Hectare dengan luas area penyelidikan survey dan geomagnet sebesar 50 x 50 meter persegi di temukan indikasi bijih besi primer, perlu adanya survey geologi maupun geomagnetic secara lebih detail lagi, mengingat masih kisaran 15 % dari total keseluruhan luasan lokasi.

(5)

DAFTAR ISI

COVER………..i KATA PENGANTAR………..ii RESUME……….iii DAFTAR ISI………...iv DAFTAR TABEL……….v DAFTAR GAMBAR………...………vi

DAFTAR LAMPIRAN ……….vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………1

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian………...2

1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah Telitian………2

1.4 Keadaan Lingkungan………..4

1.5 Keadaan Iklim………6

1.6 Tata Guna Lahan………...6

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Metodologi……….8

2.1.1 Akusisi……….8

2.1.2 Analisis………9

2.1.3 Sintesis………...12

2.2 Peralatan Yang Digunakan………...12

2.3 Waktu Kegiatan dan Personil Tim………13

BAB III DASAR TEORI 3.1 Bijih Besi………..16

3.2 Metode Magnetik………..28

3.3 Intensitas Kemagnetan………..28

3.4 Suseptibilitas Kemagnetan...29

(6)

3.6.Variasi Medan Magnet Bumi...32

3.7 Koreksi Data Magnetik……….33

BAB IV GEOLOGI REGIONAL 4.1 Tatanan Tektonik………..35

4.2. Fisiografi………..36

4.3. Stratigrafi……….37

4.4 Struktur dan Tektonik………...38

BAB V GEOLOGI DAERAH TELITIAN 5.1. Geomorfologi Daerah Telitian……….39

5.1.1 Bentukan Asal Struktural………...41

5.1.1.1 Perbukitan Homoklin (S1)/(L3)………..41

5.1.1.1 Perbukitan Homoklin (S1)/(L1&2)……….42

5.1.2 Bentukan Asal Denudasional………43

5.1.2.1. Satuan Geomorfik Dataran Denudasi (D1)/(L3)………43

5.1.2.2. Satuan Geomorfik Dataran Denudasi (D1)/(L1&2)………..44

5.2 Pengambilan Sample atau Contoh Bjih Besi………...45

BAB VI GEOMAGNETIK DAERAH TELITIAN 6.1 Survey Geomagnetik……….47

6.2 Pengolahan Data………...47

6.3 Perhitungan PPM………..48

6.4 Perhitungan Koreksi Diurnal………48

6.5 Perhitungan Koreksi IGRF……….…………..48

BAB VII KESIMPULAN 7.1 kesimpulan………56

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Lereng menurut Zuidam ( 1983 )………....10

Tabel 2.2 Klasifikasi bentang alam menurut Zuidam ( 1983 )………..11

Tabel 2.3 Aktualisasi kegiatan pemetaan geologi………...12

Tabel 2.4 Daftar Pelaksana Kegiatan Pemetaan Geologi………...12

Tabel 3.1 mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis……….19

Tabel 3.2 Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya………...21

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta lokasi dan kesampaian daerah Survey Tinjau………..3

Gambar 1.2 Akses jalan menuju lokasi………4

Gambar 1.3 Akses jalan………4

Gambar 1.4. Kondisi mess di lokasi……….5

Gambar 1.5 Areal hutan tropis di lokasi survey tinjau……….6

Gambar 1.6 Areal bekas lokasi hutan yang digunakan untuk kebun sawit………….7

Gambar 1.7.Jalan yang digunakan untuk akses transportasi di lokasi………7

Gambar 2.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian………...14

Gambar 2.2.Diagram Alir Pengolahan Data Magnetik………...15

Gambar 3.1 Elemen medan magnet bumi...30

Gambar 4.1 Tatanan dan fisiografi regional Kalimantan………....36

Gambar 4.2 Runtunan stratigrafi daerah Kota Waringin Timur dan sekitarnya…….37

Gambar 5.1 Foto Bentang alam Satuan geomorfik perbukitan homoklin ( S1 )……41

Gambar 5.2 Foto Bentang alam Satuan geomorfik perbukitan homoklin ( S1 )……42

Gambar 5.3 Foto Bentang alam Satuan geomorfik dataran denudasi ( D1 )………..43

Gambar 5.4 Foto Bentang alam Satuan geomorfik dataran denudasi ( D1 )………..44

Gambar 5.5 singkapan bijih besi lokasi………..45

Gambar 5.6 singkapan bijih besi lokasi 2………...45

Gambar 5.7 singkapan bijih besi lokasi 1………...46

Gambar 6.1 Peta Topografi Lokasi 3………..49

Gambar 6.2 Peta Koreksi Harian Lokasi 3……….50

Gambar 6.3 Peta Intensitas Medan Magnet Total Lokasi 3………50

Gambar 6.4 Peta Anomali Medan Magnet Total Lokasi 3……….51

Gambar 6.5 Peta Topografi Lokasi 2………..51

Gambar 6.6 Peta Koreksi Harian Lokasi 2……….52

Gambar 6.7 Peta Intensitas Medan Magnet Total Lokasi 2………...52

Gambar 6.8 Peta Anomali Medan Magnet Total Lokasi 2………53

Gambar 6.9 Peta Topografi Lokasi 1……….53

Gambar 6.10 Peta Koreksi Harian Lokasi 1………..54

Gambar 6.11 Peta Intensitas Medan Magnet Total Lokasi 1………54

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Peta Lintasan Geomaknetik

Peta Geomorfologi Daerah Telitian Peta Topografi Geomagnetik Peta Koreksi Harian Geomagnetik

Peta Intensitas Medan Magnet Total Geomagnetik Peta Anomali Medan Magnet Total Geomagnetik

(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada penentuan prospek atau tidaknya suatu bijih besi pada wilayah kuasa penambangan dari PT. Cakung Prima Steel, harus melibatkan penyelidikan umum dan tata cara eksplorasi bijih besi yang meliputi : interpretasi dasar geologi berupa interpretasi bentuk lahan, fisiografi regional, stratigrafi regional, struktur geologi regional, bijih besi dan geomagnetik. Interpetasi dasar geologi bertujuan untuk mengetahui gambaran umum sebelum melaksanakan suatu tahapan survey tinjau bijih besi dan geomaknetik.

Kenyataan dilapangan bijih besi hadir setempat dan penyebarannya tidak luas dengan bukti hadirnya batu tonalit dan granit yang tersingkap di permukaan. Penyebaran bijih besi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor geologi berupa pelapukan dan erosi, sesar, kekar, proses ubahan maupun intrusi yang dapat menyebabkan sebaran bijih besi tidak luas.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu dilakukan penelitian geologi untuk mengindentifikasi litologi pembawa bijih besi baik itu batu tonalit maupun granit serta faktor-faktor geologi apa yang menyebabkan bijih besi sebarannya tidal meluas dan dilaksanakannya suatu kajian geomagnetic untuk menguatkan bahwa di lokasi penambangan mengandung bijih besi.

(11)

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kondisi geologi dan potensi endapan bijih besi.

2. Menghimpun data singkapan batu granit dan tonalit dilokasi daerah telitian. 3. Untuk mengetahui potensi endapan bijih besi dengan penyelidikan

geomagnetik.

Berdasarkan perolehan data di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendapatkan data mengenai kondisi lokasi pemetaan, geologi, kondisi (posisi atau letak, ketebalan dan arah penyebaran) endapan bijih besi dengan melakukan pengambilan contoh bijih besi untuk dilakukan analisa kualitasnya.

2. Untuk mengetahui pola sebaran pola sebaran endapan bijih besi.

1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah Telitian

Secara administratif lokasi kegiatan survey tinjau bijih besi PT. CAKUNG PRIMA STEEL berada di wilayah Desa Bukit Indah, Triguana dan sekitarnya, Kecamatan Telaga AntangKabupaten Kota Waringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas areal 935,72 Ha. Secara geografis (UTM) koordinat PT. CAKUNG PRIMA STEEL( PT. Mustika Indah Usindo/lokasi 1 ) dan ( PT. Alam Sumber Rejeki /lokasi 2 ) seperti dibawah:

(12)

Kordinat Lokasi 2

Pencapaian lokasi daerah telitian dari Yogyakarta adalah sebagai berikut:

1. Bandara Adisutjipto Yogyakarta - Bandara Banjarmasin menggunakan pesawat Boeing Lion air dengan waktu tempuh ± 1,3 jam.

2. Bandara Banjarmasin – Kecamatan Telaga Antang Kabupaten Kota Waringin Timur dengan waktu tempuh sekitar 12 jam dengan menggunakan kendaraan.

Gambar 1.1. Peta lokasi dan kesampaian daerah Survey Tinjau Bijih Besi PT. CAKUNG PRIMA STEEL

point x y 1 667242 9821352 2 669412 9821352 3 669412 9819928 4 667579 9819928 5 667579 9818271 6 669001 9818271 7 669001 9817321 8 666067 9817321 9 666067 9820721 10 667242 9820721

(13)

Gambar 1.2 Akses jalan menuju lokasi

(14)

1.4.Keadaan Lingkungan 1.4.1 Kondisi Penduduk

Sebagian besar penduduk yang bermukim di daerah penyelidikan berada diwilayah desa Desa Bukit Indah , Triguana dan sekitarnya merupakan pendatang yang berasal dari luardaerah diantaranya Suku Banjar, Suku Bugis, Suku Toraja, Suku Jawa dan suku asliyaitu Suku Dayak.Mata pencaharian penduduk di daerah penyelidikan umumnya bekerja sebagai buruh sawit, buruh perusahaan kayu, karyawan swasta ataupun pegawai negeri (PNS, ABRI, Pegawai Pemerintahan), pedagang, tani dan berbagai macam lagi mata pencaharian lainnya.

Gambar 1.4. Kondisi mess di lokasi PT. CAKUNG PRIMA STEEL dan sekitarnya.

1.4.2. Flora Dan Fauna

Secara umum vegetasi di daerah penyelidikan hampir seluruhnya di dominasioleh hutan bekas HPH, sedikit semak belukar dengan berbagai macam pohon khashutan alami diantaranya kayu putih, kayu merah, ulin dan lain sebagainya.Beberapa fauna yang diperkirakan ada yang berada di daerah penyelidikan antaralain jenis unggas (burung liar, ayam), ular, kijang, pelanduk, rusa, babi hutan dan ikanyang berada di sungai-sungai yang mengalir didaerah

(15)

1.5 Keadaan Iklim

Daerah penyelidikan secara umum berada di dekat garis khatulistiwa, dan kondisi ini mengakibatkan daerah penyelidikan beriklim tropis (mempunyai dua musimyaitu musim hujan dan musim kemarau) dengan rata-rata suhu udara berkisar rata-rata 31.70 °C (Sumber : Badan Meterologi dan Geofisika). Curah hujan di daerah penyelidikan cukup tinggi berkisar antara 2400-3600 mm/th dengan jumlah hari hujan 168 hari/tahun dengan frekuensi tertinggi curah hujan yakni pada bulan Januari-April.

1.6 Tata Guna Lahan

Secara umum penggunaan lahan di lokasi PT. CAKUNG PRIMA STEELdengan luas lebih kurang 935.72 Ha, hampir sebagian besar merupakan kawasanhutan HPT yang beroperasi di wilayah tersebut.

Gambar 1.5 Areal hutan tropis di lokasi survey tinjau PT. CAKUNG PRIMA STEEL

(16)

Gambar 1.6 Areal bekas lokasi hutan yang digunakan untuk kebun sawit PT. CAKUNG PRIMA STEEL

Gambar 1.7.Jalan yang digunakan untuk akses transportasi di lokasi PT. CAKUNG PRIMA STEEL

(17)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Metodologi

Dalam penelitian ini, tahapan metode tersebut terdiri dari:

1. Akusisi merupakan perolehan data awal atau bahan-bahan yang dipakai sebagai dukungan penelitian ini yaitu kajian pustaka, pemetaan geologi, dan pemercontohan.

2. Analisis merupakan penelaahan dan penguraian atas data hingga menghasilkan simpulan akhir.

3. Sintesis merupakan hasil dari analisis sehingga menjadi kesatuan yang selaras dalam membangun model yang didapatkan.

Alasan penelitian ini adalah agar mengetahui besarnya nilai sumberdaya batubara. Sistematika kerja dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

2.1.1 Akusisi Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Perolehan data primer terdiri atas:

1. Studi pustaka :

a. Fisiografi regional b. Stratigrafi regional c. Struktur geologi regional d. Bijih besi dan geomagnetik

2. Pemetaan geologi

a. Pengamatan geomorfologi b. Pengamatan singkapan c. Lintasan geomagnetik

(18)

Perolehan data sekunder :

1. Pemercontohan ( sampling )

a. Contoh Singkapan ( chanel sampling )

2.1.2 Analisis Data

Tahapan analisis data terdiri atas: 1. Analisis bentuk lahan

Dasar pembagian bentuklahan daerah telitian menggunakan klasifikasi Verstapen (1985), yaitu:

a. Morfologi Terdiri dari:

● Morfografi

Morfografi adalah susunan objek alami yang ada di permukaan bumi, bersifat pemerian atau deskriptif suatu bentuklahan, antara lain lembah, bukit, perbukitan, dataran, punggungan, tubuh sungai, kipas alluvial dan lain-lainnya.

● Morfometri

Morfometri merupakan pembagian kenampakan geomorfologi yang didasarkan pada aspek-aspek kualitatif dari suatu daerah seperti kelerengan, pola lereng, ketinggian, relief, bentuk lembah, tingkat erosi atau pola pengaliran

b. Morfogenesa

Morfogenesa adalah asal-usul pembentukan dan perkembangan bentuk lahan serta proses-proses geomorfologi yang terjadi, dalam hal ini struktur geologi, litologi penyusun, dan proses geomorfologi merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan. Morfogenesa meliputi :

(19)

1. Morfostruktur pasif yang merupakan bentuklahan yang diklasifikasikan berdasarkan tipe batuan maupun struktur batuan yang ada kaitannya dengan denudasi .

2. Morfostruktur aktif, berupa tenaga eksogen seperti pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran atau bentuklahan yang berkaitan erat dengan hasil kerja gaya endogen.

3. Morfodinamik, berupa tenaga endogen yang berhubungan dengan tenaga air, es, gerakan massa dan kegunungapian atau bentuklahan yang berkaitan erat dengan hasil kerja gaya eksogen ( air, es, angin, dan gerakan tanah ).

c. Morfoasosiasi

Morfoasosiasi merupakan kaitan antara bentuklahan satu dengan bentuklahan yang lain dalam susunan keruangan atau sebarannya di permukaan bumi.

Penggolongan satuan geomorfologi yang didasarkan pada kelerengan dan relief mengacu pada klasifikasi Zuidam (1983), dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Lereng menurut Zuidam ( 1983 )

No Klasifikasi Deskripsi % Lereng Relief (m)

1 Datar – hampir datar 0-2 <5

2 Topografi bergelombang rendah 3-7 5-50

3 Topografi lereng/bergelombang kuat 8-13 12-75

4 Topografi menengah curam/berbukit 14-20 50-200

5 Topografi curam/berbukit-terajam curam 21-55 200-500

6 Topografi sangat curam/pegunungan terajam curam

56-140 500-1000

(20)

Pembagian morfogenesa didasarkan atas kontrol utama pembentuknya atau proses geologi, yang mengacu pada klasifikasi Zuidam ( 1983 ) yang membagi satuan geomorfologi menjadi 8 satuan, untuk setiap satuan dicantumkan kode huruf, untuk sub-satuan dengan penambahan angka di belakang. Pembagian satuan geomorfologi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut :

Tabel 2.2 Klasifikasi bentang alam menurut Zuidam ( 1983 )

Kode Satuan Bentang Alam

S Satuan bentang alam struktural

V Satuan bentang alam vulkanik

D Satuan bentang alam denudasional

M Satuan bentang alam marine/pantai

F Satuan bentang alam fluvial

G Satuan bentang alam glasial

K Satuan bentang alam karst

E Satuan bentang alam eolian

2. Analisis singkapan

Singkapan dianalisa dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan, kemudian dideskripsi apa nama batuannya.

3. Analisis data geomagnetik

Data geomagnetic didapatkan dari pengukuran dilapangan yang kemudian diolah agar data tersebut apan menjadi suatu peta geomagnet yaitu peta topo, peta koreksi harian, peta intensitas medan magnet, peta anomaly medan magnet total.

(21)

Analisis sebaran bijih besi dilakukan setelah analisis data geomagnetic di lapangan.

2.1.3 Sintesis

Setelah keseluruhan analisis dilakukan, selanjutnya dilakukan sintesis yang terdiri atas peta-peta yang telah jadi yaitu :

1. Peta geomorfologi 2. peta lintasan 3. peta topo

4. peta koreksi harian

5. peta intensitas medan magnet 6. peta anomaly medan magnet total

2.2 Peralatan Yang Digunakan

Beberapa peralatan lapangan yang digunakan pada kegiatan pemetaan geologi adalah sebagai berikut:

• Peta dasar/topografi skala 1: 1.000; • Peta Geologi Regional

• GPS Garmin 76Cx; • Kompas geologi; • Palu geologi • Loupe; • Tas lapangan;

• Kantong contoh (sample) batuan; • Kamera digital;

• Alat-alat tulis, laptop, dll.

2.3 Waktu Kegiatan dan Personil Tim

Kegiatan pemetaan geologi telah dimulai di lapangan dari tanggal 17 sampai 26 April 2013 dengan kegiatan pengamatan lokasi Outcroping dan pengambilan contoh, inputing dan pengolahan data. Tahap berikutnya adalah kegiatan penyusunan

(22)

laporan yang dilakukan di kantor CV. Jogja Geologi Survey di Yogyakarta selama 10 hari kerja.

Adapun personil tim pemetaan geologi bijih besi CV. Jogja Geologi Survey yaitu meliputi :2 orang Geologist, 1 orang geomagnet. Untuk kendaraan dibantu pihak PT. CAKUNG PRIMA STEEL.

Tabel 2.3.Aktualisasi kegiatan pemetaan geologi.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Persiapan (Personil, Alat, dll) 1 hari

2 Mobilisasi Tim ke Lokasi 2 hari 3 Kegiatan Lapangan di Lokasi 5 hari 5 Demobilisasi Tim ke Yogya 2 hari 6 Penyusunan Laporan 10 hari

Apr-13

tahap penyusunan lap. No. Kegiatan Durasi

Tabel 2.4 Daftar Pelaksana Kegiatan Pemetaan Geologi.

No NAMA PERSONIL JABATAN KETERANGAN

1 Erwin Aji Saputra Senior Geologist CV. JGS 2 Sofyan Syamsudin Geologist CV. JGS

(23)

14

Gambar 2.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

Akusisi Analisa Sintes

Model Geologi Regional Pemetaan Geologi Pengamatan Singkapan Geomorfologi Daerah Penelitian Nama singkapan Data mentah geomagnet

Analisa sebaran bijih besi Bentuklahan Satuan Bentuk

Lahan

Geologi Detail Daerah Penelitian 1 Peta Lintasan 2 Peta Geomorfologi 3 Peta Topo

4 Peta Koreksi Harian

5 Peta Intensitas Medan Magnet

6.Peta Anomali Medan Magnet Total

Kajian Pustaka

Fisiografi regional Stratigrafi regional Struktur geologi regional Bijih besi dan geomagnet

Analisa data geomagnetik Hasil pengukuran

geomagnet Lintasan geomagnet

(24)
(25)

BAB III

DASAR TEORI

3.1 Bijih Besi

1. Mineral dan Bijih

Proses dan aktivitas geologi bisa menimbulkan terbentuknya batuan dan jebakan mineral. Yang dimaksud dengan jebakan mineral adalah endapan bahan-bahan atau material baik berupa mineral maupun kumpulan mineral (batuan) yang mempunyai arti ekonomis (berguna dan mengguntungkan bagi kepentingan umat manusia).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan pengusahaan jebakan dalam arti ekonomis adalah :

1. Bentuk Jebakan

2. Besar dan volume cadangan 3. Kadar

4. Lokasi geografis 5. Biaya Pengolahannya

Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat didalam kulit bumi menunjukkan bahwa hanya beberapa unsure logam dan mineral saja yang mempunyai prosentasi relatif besar, karena pengaruh proses dan aktivitas geologi yang berlangsung cukup lama, prosentase unsur – unsur dan mineral-mineral tersebut dapat bertambah banyak pada bagian tertentu karena Proses Pengayaan, bahkan pada suatu waktu dapat terbentuk endapan mineral yang mempunyai nilai ekonomis.

Proses pengayaan ini dapat disebabkan oleh : 1. Proses Pelapukan dan transportasi

2. Proses ubahan karena pengaruh larutan sisa magma

Proses pengayaan tersebut dapat terjadi pada kondisi geologi dan persyaratan tertentu.

(26)

Kadar minimum logam yang mempunyai arti ekonomis nilainya jauh lebih besar daripada kadar rata-rata dalam kulit bumi. Faktor perkalian yang bisa memperbesar kadar mineral yang kecil sehingga bisa menghasilkan kadar minimum ekonomis yang disebut faktor pengayaan (” Enrichment Factor” atau

”Concentration Factor”).

Dari sejumlah unsur atau mineral yang terdapat didalam kulit bumi, ternyata hanya beberapa unsur atau mineral saja yang berbentuk unsur atau elemen tunggal (”native element”). Sebagian besar merupakan persenyawaan unsur-unsur daaan membentuk mineral atau asosiasi mineral.

Mineral yang mengandung satu jenis logam atau beberapa asosiasi logam disebut mineral logam (Metallic mineral). Apabila kandungan logamnya trelatif besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain maka mineral tersebut disebut Mineral Bijih (ore mineral). Yang disebut bijih/ore adalah material/batuan yang terdiri dari gabungan mineral bijih dengan komponen lain (mineral non logam) yang dapat diambil satu atau lebih logam secara ekonomis. Apabila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja maka disebut single ore. Apabila yang bisa diambil lebih dari satu jenis bijih maka disebut complex-ore.

Mineral non logam yang dikandung oleh suatu bijih pada umumnya tidak menguntungkan bahkan biasanya hanya mengotori saja, sehingga sering dibuang. Kadang-kadang apabila terdapatkan dalam jumlah yang cukup banyak bisa dimanfaatkan sebagai hasil sampingan (”by-product’), misalnya mineral kuarsa, fluorit, garnet dan lain-lain. Mineral non logam tersebut disebut ”gangue

mineral” apabila terdapat bersama-sama mineral logam didalam suatu batuan.

Apabila terdapat didalam endapan non logam yang ekonomis, disebut sebagai

“waste mineral”.

Yang termasuk golongan endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat, cairan atau gas. Material-material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan, persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit dan lain-lain.

(27)

disebut ”tenor off ore”. Karena kemajuan teknologi, khususnya didalam cara-cara pemisahan logam, sering menyebabkan mineral atau batuan yang pada mulanya tidak bernilai ekonomis bisa menjadi mineral bijih atau bijih yang ekonomis.

Jenis logam tertentu tidak selalu terdapat didalam satu macam mineral saja, tetapi juga terdapat pada lebih dari satu macam mineral. Misalnya logam Cu bisa terdapat pada mineral kalkosit, bornit atau krisokola. Sebaliknya satu jenis mineral tertentu sering dapat mengandung lebih dari satu jenis logam. Misalnya mineral Pentlandit mengandung logam nikel dan besi. Mineral wolframit mengandung unsur-unsur logam Ti, Mn dan Fe. Keadaan tersebut disebabkan karena logam-logam tertentu sering terdapat bersama-sama pada jenis batuan tertentu dengan asosiasi mineral tertentu pula, hal itu erat hubungannya dengan proses kejadian (genesa) mineral bijih.

Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya berupa Magnetite,Hematite, Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupa mineral: Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, dan Chamosite.

Beberapa jenis genesa dan endapan yang memungkinkan endapan besi bernilai ekonomis antara lain :

1. Magmatik: Magnetite dan Titaniferous Magnetite 2. Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite 3. Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite 4. Sedimentasi/placer: Hematite, Limonite, dan Siderite

5. Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite, Magnetitedan Limonite 6. Oksidasi: Limonite dan Hematite

7. Letusan Gunung Api

Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi.

(28)

Mineral-mineral pembawa besidengan nilai ekonomis dengan susunan kimia, kandungan Fe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis

Mineral Susunan kimia Kandungan Fe (%) Klasifikasi komersil

Magnetit FeO, Fe2O3 72,4 Magnetik

ataubijih hitam

Hematit Fe2O3 70,0 Bijih merah

Limonit Fe2O3.nH2O 59 - 63 Bijih coklat

Siderit FeCO3 48,2 Spathic, black

band, clay ironstone Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman, 1981; Economic Mineral Deposits, P. 392.

Besi merupakan komponen kerak bumi yang persentasenya sekitar 5%. Besi atau ferrum tergolong unsur logam dengan symbol Fe. Bentuk murninya berwarna gelap, abu-abu keperakan dengan kilap logam. Logam ini sangat mudah bereaksi dan mudah teroksidasi membentuk karat. Sifat magnetism besi sangat kuat, dan sifat dalamnya malleable atau dapat ditempa. Tingkat kekerasan 4-5 dengan berat jenis 7,3-7,8.Besi oksida pada tanah dan batuan menunjukkan warna merah, jingga, hingga kekuningan. Besi bersama dengan nikel merupakan alloy pada inti bumi/ inner core. Bijih besi utama terdiri dari hematit (Fe2O3). dan magnetit (Fe3O4). Deposit hematit dalam lingkungan sedimentasi seringkali berupa formasi banded iron (BIFs) yang merupakan variasi lapisan chert, kuarsa, hematit, dan magnetit. Proses pembentukan dari presipitasi unsur besi dari laut dangkal. Taconite adalah bijih besi silika yang merupakan deposit bijih tingkat rendah. Terdapat dan ditambang di United States, Kanada, dan China. Bentuk native jarang dijumpai, dan biasanya terdapat pada proses ekstraterestrial, yaitu meteorit yang menabrak kulit bumi. Semua besi yang terdapat di alam sebenarnya merupakan alloy besi dan nikel yang bersenyawa dalam rasio persentase tertentu,

(29)

piroksen. Penggunaan logam besi dapat dikatakan merupakan logam utama. Dalam kehidupan seharti-hari, besi dimanfaatkan untuk: Bahan pembuatan baja Alloy dengan logam lain seperti tungsten, mangan, nikel, vanadium, dan kromium untuk menguatkan atau mengeraskan campuran. Keperluan metalurgi dan magnet Katalis dalam kegiatan industri Besi radiokatif (iron 59) digunakan di bidang medis, biokimia, dan metalurgi. Pewarna, plastik, tinta, kosmetik, dan sebagainya

a. Besi primer

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.

Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.

b. Besi Sekunder (Endapan Placer)

Pembentukan endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi logam lainnya yang umum terdapat. Pembentukan pasir besi adalah merupakan produk dari proses kimia dan fisika dari batuan berkomposisi menengah hingga basa atau dari batuan bersifat andesitik hingga basaltik. Proses ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari proses kimia dan fisika.Di daerah pantai selatan Kabupaten Ende, endapan pasir pantai di perkirakan berasal dari akumulasi hasil desintegrasi kimia dan fisika seperti adanya pelarutan, penghancuran batuan oleh arus air, pencucian secara berulang-ulang, transportasi dan pengendapan.

Cebakan mineral alochton dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui proses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu

(30)

pergerakan media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat jenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebut endapanalochton tersebut sebagai cebakan placer.

Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi, tetapi kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang karena berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran; dimana pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan relatif murah. Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metoda penambangan termurah.

Tabel 3.2 Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:

G e n e s a J e n i s

Terakumulasi in situ selama pelapukan Placer residual Terkonsentrasi dalam media padat yang

bergerak

Placer eluvial

Terkonsentrasi dalam media cair yang bergerak (air)

Placer aluvial atau sungai Placer pantai Terkonsentrasi dalam media gas/udara

yang bergerak

Placer Aeolian (jarang)

Placer residual. Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi langsung di atas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) yang telah mengalami pengrusakan/peng-hancuran kimiawi dan terpisah dari bahan-bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada permukaan tanah yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan mineral-mineral ringan yang tahan reaksi kimia (misal : beryl).

Placer eluvial. Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini diendapkan di atas lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daerah ditemukan placer eluvial dengan bahan-bahan pembentuknya yang bernilai

(31)

Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yang berkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi, dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijih menjadi faktor-faktor penting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi mineral berat dalam cebakan ini berukuran lebih kecil daripada fraksi mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral berat pada batuan sumber (beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan dan susunan endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio hidraulik).

Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah besar dan berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat.

Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga dimungkinkan pada terrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon.

Mineral ikutan dalam endapan placer. Suatu cebakan pasir besi selain mengandung mineral-mineral bijih besi utama tersebut dimungkinkan berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya diantaranya : pirit (FeS2),

markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit [Fe2Al2SiO5(OH)4], ilmenit (FeTiO3),

wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit (FeCr2O4); atau juga mineral-mineral non-Fe

(32)

monasit [Ce,La,Nd, Th(PO4, SiO4)], intan, emas (Au), platinum (Pt), xenotim

(YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan lain-lain.

c. Endapan besi laterit

Nikel Laterit Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu endapan sulfida nikel – tembaga berasal dari mineral pentlandit, yang terbentuk akibat injeksi magma dan konsentrasi residu (sisa) silikat nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang sering disebut endapan nikel laterit. Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah larut akan terusir oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan mempunyai berat jenis besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi endapan konsentrasi sisa. Air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material – material organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona pelindihan, dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya akan CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral – mineral yang tidak stabil seperti olivin / serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral – mineral baru pada proses pengendapan kembali (Hasanudind,1992).

Boldt (1967), menyatakan bahwa proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentin), dimana pada batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi silikat, yang pada umumnya banyak mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh – tumbuhan, akan menghancurkan olivin. Terjadi penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika kedalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel – partikel silika yang submikroskopis. Didalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral – mineral seperti karat, yaitu hematit dan kobalt

(33)

Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan silika pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002) . Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral – mineral oxida / hidroksida, seperti limonit, hematit, dan Goetit (Hasanudin, 1992).

Besi dan Alumina Laterit

Besi dan alumina laterit tidak dapat di pisahkan dari proses pembentukan nikel laterit, salah satu produk laterit adalah besi dan almunium. Pada profil laterit terdapat zona-zona di antaranya zona limonit. Zona ini menjadi zona terakumulasinya unsur-unsur yang kurang mobile, seperti Fe dan Al. Batuan dasar dari pembentukan nikel laterit adalah batuan peridotit dan dunit, yang komposisinya berupa mineral olivine dan piroksin. Faktor yang sangat mempengaruhi sangat banyak salah satunya adalah pelapukan kimia. Karena adanya pelapukan kimia maka mineral primer akan terurai dan larut. Faktor lain yang sangat mendukung adalah air tanah, air tanah akan melindi mineral-mineral sampai pada batas antara limonit dan saprolit, faktor lain dapat berupa PH, topografi dan lain-lain.

Endapan besi dan alumina banyak terkonsentrasi pada zona limonit. Pada zona ini di dominasi oleh Goethit (Fe2O3H2O), Hematite (Fe2O3) yang relatif tinggi, Gibbsite (Al2O3.3H2O), Clinoclore (5MgO.Al2O3.3SiO2.4H2O) dan mineral-mineral hydrous silicates lainnya (mineral lempung) Bijih besi dapat terbentuk secara primer maupun sekunder. Proses pembentukan bijih besi primer berhubungan dengan proses magmatisme berupa gravity settling dari besi dalam batuan dunit, kemudian diikuti dengan proses metamorfisme/metasomatsma yang diakhiri oleh proses hidrotermal akibat terobosan batuan beku dioritik. Jenis cebakan bijih besi primer didominasi magnetit – hematite dan sebagian berasosiasi dengan kromit – garnet, yang terdapat pada batuan dunit terubah dan genes-sekis.

Besi yang terbentuk secara sekunder di sebut besi laterit berasosiasi dengan batuan peridotit yang telah mengalami pelapukan. Proses pelapukan berjalan

(34)

secara intensif karena pengaruh faktor-faktor kemiringan lereng yang relative kecil, air tanah dan cuaca, sehingga menghasilkan tanah laterit yang kadang-kadang masih mengandung bongkahan bijih besi hematite/goetit berukuran kerikil–kerakal.

Besi Laterit merupakan jenis cebakan endapan residu yang dihasilkan oleh proses pelapukan yang terjadi pada batuan peridotit/piroksenit dengan melibatkan dekomposisi, pengendapan kembali dan pengumpulan secara kimiawi . Bijih besi tipe laterit umumnya terdapat didaerah puncak perbukitan yang relative landai atau mempunyai kemiringan lereng dibawah 10%, sehingga menjadi salah satu factor utama dimana proses pelapukan secara kimiawi akan berperan lebih besar daripada proses mekanik. Sementara struktur dan karakteristik tanah relative dipengaruhi oleh daya larut mineral dan kondisi aliran air tanah. Adapun profil lengkap tanah laterit tersebut dari bagian atas ke bawah adalah sebagai berikut : zone limonit, zone pelindian (leaching zone) dan zone saprolit yang terletak di atas batuan asalnya (ultrabasa).

Zona pelindian yang terdapat diantara zona limonit dan zona saprolit ini hanya terbentuk apabila aliran air tanah berjalan lambat pada saat mencapai kondisi saturasi yang sesuai untuk membentuk endapan bijih. Pengendapan dapat terjadi di suatu daerah beriklim tropis dengan musim kering yang lama. Ketebalan zona ini sangat beragam karena dikendalikan oleh fluktuasi air tanah akibat peralihan musim kemarau dan musim penghujan, rekahan-rekahan dalam zona saprolit dan permeabilitas dalam zona limonit.

Derajat serpentinisasi batuan asal peridotit tampaknya mempengaruhi pembentukan zona saprolit, ditunjukkan oleh pembentukan zona saprolit dengan inti batuan sisa yang keras sebagai bentukan dari peridotit/piroksenit yang sedikit terserpentinisasikan, sementara batuan dengan gejala serpentinit yang kuat dapat menghasilkan zona saprolit .Fluktuasi air tanah yang kaya CO2 akan mengakibatkan kontak dengan saprolit batuan asal dan melarutkan mineral mineral yang tidak stabil seperti serpentin dan piroksin. Unsur Mg, Si, dan Ni dari batuan akan larut dan terbawa aliran air tanah dan akan membentuk mineral-mineral baru pada saat terjadi proses pengendapan kembali. Unsur-unsur yang

(35)

mineral-mineral oksida/hidroksida diantaranya limonit, hematit, goetit, manganit dan lain-lain. Akibat pengurangan yang sangat besar dari Ni-unsur Mg dan Si tersebut, maka terjadi penyusutan zona saprolit yang masih banyak mengandung bongkah-bongkah batuan asal. Sehingga kadar hematit unsur residu di zona laterit bawah akan naik sampai 10 kali untuk membentuk pengayaan Fe2O3 hingga mencapai lebih dari 72% dengan spinel-krom relative naik hingga sekitar 5% .

Besi laterit

Mineral ini terbentuk dari pelapukan mineral utama berupa olivine dan piroksin. Mineral ini merupakan golongan mineral oksida hidroksida non silikat, mineral ini terbentuk dari unsur besi dan oksida atau FeO( ferrous oxides) kemudian mengalami proses oksidasi menjadi Fe2O3 lalu mengalami presipitasi atau proses hidroksil menjadi Fe2O3H2O ( geotithe). Mineral ini tingkat mobilitas unsurnya pada kondisi asam sangat rendah, oleh karena itu pada profil laterit banyak terkonsentrasi pada zona limonit.

Alumina

Unsur Al hadir dalam mineral piroksin, spinel (MgO.Al2O3), pada mineral sekunder seperti Clinochlor (5MgO.Al2O3.3SiO2.4H2O), dan gibbsite (Al2O3.3H2O). Alumina sangat tidak larut pada air tanah yang ber Ph antara 4-9.

d. Eksplorasi Bijih Besi.

Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman teknis eksplorasi bijih besi. Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai pihak dalam melakukan kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi primer, agar ada kesamaan dalam melakukan kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan.

Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan lapangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan geofisika.

(36)

Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi, survei geofisika dan pemboran inti.

Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah analisis laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi analisis kimia dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain : Fetotal, Fe2O3, Fe3O4,

TiO2, S, P, SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI. Analisis fisika yang dilakukan

antara lain : mineragrafi, petrografi, berat jenis (BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.

Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilakukan melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, eksplorasi rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional. Prospeksi, tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yg mengandung endapan mineral yg potensial. Eksplorasi umum, tahap eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi .

Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.

Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pemetaan adalah pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek geologi dilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan conto berupa batuan terpilih.

Penyelidikan Geofisika adalah penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri cebakan mineral, serta sebarannya secara horizontal maupun secara vertical yang mendukung penafsiran geologi dan geokimia secara langsung maupun tidak langsung.

(37)

nilai ekonomis adalah suatu hal pertama kali yang perlu dikaji, dihitung sesuai standar perhitungan cadangan yang berlaku, karena akan berpengaruh terhadap optimasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil yang akan diperoleh.

Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antara lain :

- Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.

- Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi seluruh data eksplorasi seperti pemboran, analisis conto, dll.

- Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping Ratio, kedalaman maksimum penambangan, ketebalan minimum dan sebagainya bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan sebaran bijih besi bawah permukaan.

3.2 Metode Magnetik

Metode Geomagnetik merupakan salah satu metode geofisika yang sering digunakan sebagai survei pendahuluan pada eksplorasi batuan mineral diantaranya mineral emas. Akurasi pengukuran metode magnetik ini relatif tinggi dan pengoperasian di lapangan relatif sederhana, mudah dan cepat

Pada umumnya peta anomali medan magnetik bersifat agak kompleks, variasi medan lebih tak menentu dan terlokalisir sebagai akibat dari medan magnetik dipole yang merupakan besaran vektor. Peta anomali magnetik menunjukkan sejumlah besar anomali residu yang merupakan hasil variasi mineral magnetik yang terkandung di dalam batuan dekat permukaan.

3.3 Intensitas Kemagnetan

Sejumlah benda-benda magnet dapat dipandang sebagai sekumpulan benda magnetik. Apabila benda magnet tersebut diletakkan dalam medan luar, benda tersebut menjadi termagnetisasi karena induksi. Dengan demikian, intensitas kemagnetan dapat didefinisikan sebagai tingkat kemampuan menyearahkan momen-momen magnetik dalam medan magnetik luar dapat juga dinyatakan sebagai momen magnetik persatuan volume.

(38)

V r ml V M I   ˆ   (3.4)

Satuan magnetisasi dalam cgs adalah gauss atau emu. Cm-3 dan dalam SI adalah Am-1.

3.4 Suseptibilitas Kemagnetan

Susceptibilitas magnet batuan adalah harga magnet suatu batuan terhadap pengaruh magnet, yang pada umumnya erat kaitannya dengan kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar kandungan mineral magnetit di dalam batuan, akan semakin besar harga susceptibilitasnya. Metoda ini sangat cocok untuk pendugaan struktur geologi bawah permukaan dengan tidak mengabaikan faktor kontrol adanya kenampakan geologi di permukaan dan kegiatan gunungapi.

Tingkat suatu benda magnetik untuk mampu dimagnetisasi ditentukan oleh suseptibilitas kemagnetan k, yang dituliskan sebagai

H k

I  (3.5)

Besaran ini adalah parameter dasar yang dipergunakan dalam metode magnetik. Harga k pada batuan semakin besar apabila dalam batuan tersebut semakin banyak dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik.

3.5 Medan magnet Bumi

Pada tahun 1893 Gauss pertama kali melakukan analisa harmonik dari medan magnetik bumi untuk mengamati sifat-sifatnya. Analisa selanjutnya yang dilakukan oleh para ahli mengacu pada kesimpulan umum yang dibuat oleh Gauss yaitu :

1) Intensitas medan magnetik bumi hampir seluruhnya berasal dari dalam bumi

2) Medan yang teramati di permukaan bumi dapat didekati dengan persamaan harmonik yang pertama yang berhubungan dengan potensial

(39)

dwikutub di pusat bumi. Dwi kutub Gauss ini mempunyai kemiringan 11.5oterhadap sumbu geografi.

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan magnet bumi (gambar III.3), yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :

Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang dihitung dari utara menuju timur

Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.

Intensitas Horizontal (BH), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal.

Medan magnetik total (B), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

Gambar 3.1 Elemen medan magnet bumi

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun.

(40)

Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :

1. Medan magnet utama (main field)

Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106

km2..

2. Medan magnet luar (external field)

Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.

3. Medan magnet anomali

Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet seperti magnetite (Fe7S8), titanomagnetite (Fe2TiO4) dan lain-lain yang berada di kerak bumi.

Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976), sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku :

(41)

A L M

T H H H

H       (3.10)

dengan : HT: medan magnet total bumi

M

H : medan magnet utama bumi

L

H : medan magnet luar

A

H : medan magnet anomali

3.6. Variasi Medan Magnet Bumi

Intensitas medan magnetik yang terukur di atas permukaan bumi senantiasa mengalami perubahan terhadap waktu. Perubahan medan magnetik ini dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat ataupun lama. Berdasarkan faktor-faktor penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat terjadi antara lain:

1. Variasi sekuler

Variasi sekuler adalah variasi medan bumi yang berasal dari variasi medan magnetik utama bumi, sebagai akibat dari perubahan posisi kutub magnetik bumi. Pengaruh variasi sekuler telah diantisipasi dengan cara memperbarui dan menetapkan nilai intensitas medan magnetik utama bumi yang dikenal dengan IGRF setiap lima tahun sekali.

2. Variasi harian

Variasi harian adalah variasi medan magnetik bumi yang sebagian besar bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dari perputaran arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari partikel-partikel terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan fluktasi arus yang dapat menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi ini hingga mencapai 30 gamma dengan perioda 24 jam. Selain itu juga terdapat variasi yang amplitudonya berkisar 2 gamma dengan perioda 25 jam. Variasi ini diasosiasikan dengan interaksi ionosfer bulan yang dikenal dengan variasi harian bulan (Telford, 1976).

(42)

Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat sementara dalam medan magnetik bumi dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktor penyebabnya diasosiasikan dengan aurora. Meskipun periodanya acak tetapi kejadian ini sering muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu periode yang berhubungan dengan aktivitas sunspot (Telford, 1976). Badai magnetik secara langsung dapat mengacaukan hasil pengamatan.

3.7 Koreksi Data Magnetik

Untuk mendapatkan anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka data magnetik yang telah diperoleh harus dibersihkan atau dikoreksi dari pengaruh beberapa medan magnet yang lain. Secara umum beberapa koreksi yang dilakukan dalam survei magnetik meliputi:

1. Koreksi harian

Koreksi harian adalah koreksi yang dilakukan terhadap data magnetik terukur untuk menghilangkan pengaruh medan magnet luar atau variasi harian. Koreksi variasi harian dilakukan untuk menghilangkan medan magnet peiodik yang berasal dari luar anomali target. Maka didapatkan anomali medan magnet.

 Cara base line dan pengoreksian variasi harian : dengan mengurangi nilai base (BL) dengan nilai base awal (BL1).

Dengan : Hvar= Koreksi harian

BLn= Base line titik pengukuran

BL1= Base line awal

 Cara pengoreksian dengan metode pengukuran looping

Dengan :

Tukur= waktu titik pengukuran

(43)

Hbase= Intensitas Base

Hloop= Intensitas Loop

2. Koreksi IGRF

Koreksi IGRF adalah koreksi yang dilakukan terhadap data medan magnet terukur untuk menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi.

(44)

BAB IV

GEOLOGI REGIONAL

4.1 Tatanan Tektonik

Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik yang kompleks.Adanya interaksi konvergen antara 3 lempeng utama, yakni lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Asia yang membentuk daerah timur Kalimantan (Hamilton, 1979). Evolusi tektonik dari Asia Tenggara dan sebagian Kalimantan yang aktif menjadi bahan perbincangan antara ahli-ahli ilmu kebumian.Pada jaman Kapur Bawah, bagian dari continental passive margin di daerah Barat daya Kalimantan, yang terbentuk sebagai bagian dari lempeng Asia Tenggara yang dikenal sebagai Paparan Sunda.

Pada jaman Tersier, terjadi peristiwa interaksi konvergen yang menghasilkanbeberapa formasi akresi, pada daerah Kalimantan.Selama jaman Eosen, daerah Sulawesi berada di bagian timur kontinen dataran Sunda. Pada pertengahan Eosen, terjadi interaksi konvergen ataupun kolisi antara lempeng utama, yaitu lempeng India dan lempeng Asia yang mempengaruhi makin terbukanya busur belakang samudra, Laut Sulawesi dan Selat Malaka. Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan yang dihasilkan oleh perkembangan regangan cekungan yang besar pada daerah Kalimantan.Pada Pra-Tersier, Pulau Kalimantan ini merupakan salah satu pusat pengendapan, yang kemudian pada awal tersier terpisah menjadi 6 cekungan sebagai berikut :1 Cekungan Barito, yang terletak di Kalimantan Selatan, 2.Cekungan Kutai, yang terletak di Kalimantan Timur,3. Cekungan Tarakan, yang terletak di timur laut Kalimantan,4 Cekungan Sabah, yang terletak di utara Kalimantan 5. Cekungan Sarawak, yang terletak di barat laut Kalimantan 6. Cekungan Melawai dan Ketungau, yang terletak di Kalimantan Tengah.

(45)

4.2. Fisiografi

Secara fisiografi, Pulau Kalimantan secara umum terbagi ke dalam beberapa zona. Berturut-turut dari arah selatan ke utara adalah zona Pulau Laut Sebuku-Selat Makasar “Throught”, Zona Pegunungan Meratus, Zona Cekungan Barito, Kutai dan Meratus, Zona Mangkaliat, Zona Karimata, Sampit, Pangkalanbun dan Palangkaraya,Zona Pontianak, Sambas, Zona Kuching, Ketungau dan Tanjung Selor, Zona Serawak, Tarakan serta Zona Sibu, Brunai dan Sulu Through.

Secara fisiografis, daerah penelitian yang merupakan Fisiografi daerah jalur lereng utara pegunungan Schwaner,didominasi oleh batuan malihan yang telah terlipat dan tersesarkan. Geologi regional daerahMentawa menempati kelompok satuan batuan malihan Pinoh, berumur Trias - Yura.Batuanpenyusun berupa sekis kuarsa, filit, batusabak, batutanduk dan beberapa tufa termalihkan.Keberadaan batuan malihan tersebut diterobos oleh kelompok batuan tonalit Sepauk berumur Kapur yang terdiri dari tonalit, granodiorit hornblende biotit, diorit, granodiorit, monzo diorit dan diorit kuarsa

(46)

4.3. Stratigrafi

Secara tak selaras di atas satuan batuan granitandiendapkan Formasi Tanjung yang terdiri atas batupasir kuarsa berselingan dengan batulempung dengan sisipan batubara, diduga berumur Eosen, dan

diendapkan dalam lingkungan paralik-neritik (Nila drr., 1995 Secara selaras di atas Formasi Tanjung dijumpai Formasi Berai,

yang dikuasai oleh batugamping berwarna putih kelabu, berlapis baik dengan tebal 20 sampai 200 cm; setempat kaya akan koral, foraminifera, dan ganggang; bersisipan napal kelabu muda, padat dan berlapis baik (10-15 cm), serta batulempung berwarna kelabu, setempat terserpihkan dengan ketebalan 25–75 cm. Kumpulan foraminifera besar yang terdapat dalam batugamping (Aziz, 1982) mengindikasikan umur Oligosen Akhir – MiosenTengah (T-T) dengan lingkungan pengendapanneritik, satuan batugamping ini tersingkap baik di Sungai Mentaya yang menindih Formasi Tanjung

(47)

4.4 Struktur dan Tektonik

Kerangka tektonik di Kalimantan Tengah dipengaruhi oleh perkembangan tektonik regional yang melibatkan interaksi antara Lempeng Samudera Philipina, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasian yang terjadi sejak Jaman Kapur sehingga menghasilkan kumpulan cekungan samudera dan blok mikro kontinen yangdibatasi oleh adanya zona subduksi, pergerakan menjauh antar lempeng, dan sesarsesarmayor.

Struktur geologi yang dijumpai di daerah ini berupa sesar, perlipatan dankelurusan yang secara umum berarah baratdaya – timurlaut dan baratlaut – tenggara.Sesar terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik yang melibatkan batuan sedimen yang berumur Tersier dan pra-Tersier.Kelurusan-kelurusan ini diduga merupakan jejak atau petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar dengan struktur umum. Lipatan-lipatan berupa sinklin dan antiklin seperti halnya sesar dan kelurusan, juga berarah sejajar dengan struktur regional, timurlaut – baratdaya.Mengingat litologi di daerah ini didominasi oleh batuan yang berumur Tersier, diduga kehadiran sesar, kelurusan dan lipatan berhubungan erat dengan kegiatan tektonik yang terjadi padazaman itu

(48)

BAB V

GEOLOGI DAERAH TELITIAN

5.1 Geomorfologi Daerah Telitian

Geomorfologi daerah telitian sebagian besar terdiri dari dataran denudasi dan perbukitan homoklin, memperlihatkan pola kelurusan perbukitan yang berarah baratdaya - timurlaut. Percabangan sungai alur-alur liar yang mengalir ke dataran denudasi dan perbukitan homoklin yang membentuk suatu pola pengaliran.

Daerah telitian ini telah mengalami proses geomorfologi baik secara eksogen dan endogen yang menyebabkan perubahan bentuk morfologi. Secara eksogen berupa pelapukan dan gerakan tanah yang menyebabkan terjadinya longsoran. Proses eksogen ini banyak dipengaruhi oleh faktor litologi di daerah telitian yang dominan tersusun oleh batu beku dan sedimen dengan resistensi lemah-sedang.

Berdasarkan aspek-aspek geomorfologi yang disebutkan oleh modifikasi Van Zuidam ( 1983 ), maka bentuklahan yang terdapat di daerah telitian dapat dibagi menjadi 2 ( empat ) satuan bentuklahan, yaitu: perbukitan homoklin ( S1 ), dataran denudasi ( D1 ). Bentuklahan tersebut mempunyai aspek-aspek geomorfologi yang berbeda-beda yang mencirikan dari masing-masing bentuk lahan, seperti yang terlihat pada Tabel 5.1 berikut :

(49)

Tabel 5.1 Karakteristik bentuk lahan daerah telitian

BENTUK ASAL BENTUK LAHAN PEMERIAN

Struktural

(lokasi 3) Perbukitan Homoklin

Morfografi : didominasi oleh kumpulan bukit - bukit. Morfometri : kelerengan berkisar antara 14 - 20 %

( agak curam ) relief 5 - 30 m.

Morfostruktur aktif : kedudukan batuan yang relative horisontal Morfostruktur pasif : batuan beku jenis batugranit.

Morfodinamik : proses pelapukan dan erosi oleh air dan angin. Morfoasosiasi : perbukitan. Struktural (lokasi 1 & 2) Perbukitan Homoklin

Morfografi : didominasi oleh kumpulan bukit - bukit. Morfometri : kelerengan berkisar antara 18 - 25 %

( agak curam ) relief 10 - 40 m.

Morfostruktur aktif : kedudukan batuan yang relative horisontal Morfostruktur pasif : batuan beku jenis batugranit.

Morfodinamik : proses pelapukan dan erosi oleh air dan angin. Morfoasosiasi : perbukitan. Denudasional (lokasi 3) Dataran Denudasi

Morfografi : dataran yang memperlihatkan kontur renggang Morfometri : kelerengan berkisar antara 0,8 - 1,3 %

( landai ) relief 0 - 4 m. Morfostruktur aktif :

-Morfostruktur pasif : soil.

Morfodinamik : proses pelapukan dan erosi .

Morfoasosiasi : sepanjang dataran nyaris karena proses erosi oleh media air.

Denudasional (lokasi 1 & 2)

Dataran Denudasi

Morfografi : dataran yang memperlihatkan kontur renggang Morfometri : kelerengan berkisar antara 1 - 1,3 %

( landai ) relief 0 - 6 m. Morfostruktur aktif :

-Morfostruktur pasif : soil.

Morfodinamik : proses pelapukan dan erosi .

Morfoasosiasi : sepanjang dataran nyaris karena proses erosi oleh media air.

(50)

5.1.1. Bentukan Asal Struktural

5.1.1.1. Satuan Geomorfik Perbukitan Homoklin ( S1 ) (Lokasi 3)

Satuan geomorfik ini menempati 65 % dari daerah telitian. Berdasarkan Tabel 5.1 secara morfografi didominasi oleh kumpulan bukit – bukit. Secara morfometri daerah telitian mempunyai nilai kelerengan berkisar 14 – 20 % ( agak curam ), dengan relief 50 - 100 m, maka ditafsirkan sebagai daerah perbukitan homoklin (Gambar 5.1). Secara morfostruktur aktif kedudukan lapisan yang horisontal. Sedangkan morfostruktur pasif berdasarkan lembah berbentuk “V” maka dapat ditafsirkan disusun oleh batuan beku jenis batugranit. Secara morfodinamik, bentuklahan ini tingkat proses pelapukan dan erosi oleh air. Dan secara morfoasosiasi bentuk lahan ini berasosiasi dengan perbukitan.

Berdasarkan data tersebut maka karakteristik bentuklahan ini dapat ditentukan sebagai satuan geomorfik perbukitan homoklin.

Satuan Bentuk Lahan Perbukitan Homoklin ( S1 ) Arah Kamera Menghadap Timurlaut

Perbukitan Homoklin

Gambar 5.1 Foto Bentang alam Satuan geomorfik perbukitan homoklin ( S1 ).

(51)

5.1.1.2. Satuan Geomorfik Perbukitan Homoklin ( S1 ) (Lokasi 1 & 2)

Satuan geomorfik ini menempati 73 % dari daerah telitian. Berdasarkan Tabel 5.1 secara morfografi didominasi oleh kumpulan bukit – bukit. Secara morfometri daerah telitian mempunyai nilai kelerengan berkisar 18 – 25 % ( agak curam ), dengan relief 10 - 40 m, maka ditafsirkan sebagai daerah perbukitan homoklin (Gambar 5.2). Secara morfostruktur aktif kedudukan lapisan yang horisontal. Sedangkan morfostruktur pasif berdasarkan lembah berbentuk “V” maka dapat ditafsirkan disusun oleh batuan beku jenis batugranit. Secara morfodinamik, bentuklahan ini tingkat proses pelapukan dan erosi oleh air. Dan secara morfoasosiasi bentuk lahan ini berasosiasi dengan perbukitan.

Berdasarkan data tersebut maka karakteristik bentuklahan ini dapat ditentukan sebagai satuan geomorfik perbukitan homoklin.

Perbukitan Homoklin

Satuan Bentuk Lahan Perbukitan Homoklin (S2) Arah Kamera Menghadap ke Tenggara

Gambar 5.2 Foto Bentang alam Satuan geomorfik perbukitan homoklin ( S1 ).

(52)

5.1.2. Bentukan Asal Denudasional

5.1.2.1. Satuan Geomorfik Dataran Denudasi ( D1 ) (Lokasi 3)

Satuan geomorfik ini menempati 35 % dari daerah telitian. Berdasarkan Tabel 5.1 secara morfografi merupakan dataran yang memperlihatkan kontur yang renggang. Secara morfometri memiliki kelerengan berkisar antara 0,8 - 1,3 % ( landai ) dan relief 0 - 4 m. Secara morfostruktur pasif berdasarkan pola kontur yang renggang, ditafsirkan adalah soil. Secara morfodinamik proses pelapukan dan erosi sangat berperan. Dan secara morfoasosiasi, bentuklahan ini berasosiasi sepanjang dataran denudasi karena proses erosi oleh media air.

Berdasarkan data tersebut maka karakteristik bentuklahan ini dapat ditentukan sebagai satuan geomorfik dataran denudasi ( Gambar 5.3 ).

Dataran Denudasi

Satuan Bentuk Lahan Dataran Denudasi ( D1 )

Arah Kamera Menghadap Tenggara .

Gambar 5.3 Foto Bentang alam Satuan geomorfik dataran denudasi ( D1 ).

(53)

5.1.2.1. Satuan Geomorfik Dataran Denudasi ( D1 ) (Lokasi 1 & 2)

Satuan geomorfik ini menempati 35 % dari daerah telitian. Berdasarkan Tabel 5.1 secara morfografi merupakan dataran yang memperlihatkan kontur yang renggang. Secara morfometri memiliki kelerengan berkisar antara 0,8 - 1,3 % ( landai ) dan relief 0 - 4 m. Secara morfostruktur pasif berdasarkan pola kontur yang renggang, ditafsirkan adalah soil. Secara morfodinamik proses pelapukan dan erosi sangat berperan. Dan secara morfoasosiasi, bentuklahan ini berasosiasi sepanjang dataran denudasi karena proses erosi oleh media air.

Berdasarkan data tersebut maka karakteristik bentuklahan ini dapat ditentukan sebagai satuan geomorfik dataran denudasi ( Gambar 5.4 ).

Dataran Denudasi

Satuan Bentuk Lahan Dataran Denudasi (D1) Arah Kamera Menghadap ke Timurlaut

Gambar 5.4 Foto Bentang alam Satuan geomorfik dataran denudasi ( D1 ).

(54)

5.2 Pengambilan Sample atau Contoh Bjih Besi

Dalam kegiatan penyelidikan ini juga dilakukan pengambilan sample/contoh pada batuan primernya atau betrocknya, namun hanya sebagai pembanding/contoh. Untuk kedepannya akan diadakan pengambilan sampel dengan metode sumur uji ataupun menggunakan bor tangan.

Gambar 5.5 singkapan bijih besi lokasi 3

(55)

Gambar

Gambar 1.1. Peta lokasi dan kesampaian daerah Survey Tinjau Bijih Besi PT. CAKUNG PRIMA STEEL
Gambar 1.2 Akses jalan menuju lokasi
Gambar 1.4. Kondisi mess di lokasi PT. CAKUNG PRIMA STEEL dan sekitarnya.
Gambar 1.5 Areal hutan tropis di lokasi survey tinjau PT. CAKUNG PRIMA STEEL
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini yaitu membangun dan menerapkan suatu aplikasi pakar yang dapat melakukan deteksi mengenai penyakit-penyakit yang terjadi pada ikan bawal

Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya PT Mitra Adiperkasa Tbk dapat bertahan hingga 22 tahun ini dan terus mengembangkan inovasi dan

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Trianto Ibnu Badar Al-Tabany (2009: 91) yaitu suatu konsekuensi logis, bahwa dengan memecahkan masalah secara

Dari beberapa pengertian strategi komunikasi di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi komunikasi pada dasarnya menggunakan tahap yang harus dijalankan

Penelitian ini dilakukan untuk melihat reaksi pasar atas pengumuman laba perusahaan yang melakukan income smoothing dengan melihat perubahan harga saham atau return

Poin penting dari faktor keberhasilan ini adalah, adanya hubungan baik yang terjalin antara pihak ketiga penyedia jasa, manajer proyek, rekan bisnis, dan perusahaan

Command-command yang terdapat di dalam- nya yaitu Themes untuk menambahkan efek theme yang ada pada Excel 2007; Page Setup untuk mengatur tampilan kertas seperti margin dan

Totusi, dupa primele 4-6 saptamani de viata ale copilului, acesta se poate hrani cu laptele muls cu ajutorul pompei (daca hraniti copilul cu lapte recoltat