• Tidak ada hasil yang ditemukan

dekok infus.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "dekok infus.docx"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

“ 

“ 

PEMBUATAN SEDIAAN INFUSA DAN DEKOKTA

PEMBUATAN SEDIAAN INFUSA DAN DEKOKTA

” ” 

OLEH: OLEH: KELOMPOK 2 KELOMPOK 2 IV C IV C I

I GEDE GEDE BAYU BAYU SOMANTARA SOMANTARA (161094)(161094) I

I GUSTI GUSTI AYU AYU ARYA ARYA DITHA DITHA SUARI SUARI (161096)(161096) NI

NI PUTU PUTU SASMITA SASMITA CLAUDIA CLAUDIA (161097)(161097) I

I GEDE GEDE AGUS AGUS SUYOGA SUYOGA ADI ADI PUTRA PUTRA (161098)(161098) PUTU

PUTU IKA IKA DIVTA DIVTA CANDRA CANDRA DEVI DEVI (161099)(161099)

AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR

AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR

TAHUN AKADEMIK 2017/2018

TAHUN AKADEMIK 2017/2018

(2)

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Memahami dan mampu membuat sediaan infusa dan dekokta

II. DASAR TEORI

Penyarian merupakan peristiwa massa zat aktif yang semula berada didalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam penyari tersebut (UIT Makassar, 2012).

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. Dimana  pembagian jenis ekstraksi dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Ekstraksi secara dingin, pada prinsipnya memerlukan pemanasan. Hal ini diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak. Adapun metode ekstraksi cara dingin yaitu maserasi dan perkolasi

2. Ekstraksi secara panas, dilakukan untuk mengekstraksi komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan seperti glikosida, saponin dan minyak-minyak yang mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu pemanasan juga diperlukan untuk membuka pori- pori sel simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel untuk

melarutkan komponen kimia. Adapun metode ekstrasi cara panas yaitu soxhlet, refluks, destilasi, infusa, dan dekok. (Ditjen POM, 1986)

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi (menyari) simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit, yang mana ekstraksinya dilakukan secara infundasi.. Kecuali dinyatakan lain, infusa yang mengandung bukan bahan khasiat keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat cairan infus seperti jumlah simplisia, derajat halus simplisia, banyaknya air ekstrak, serta cara menyari (Syamsuni, 2006).

Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari z at kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24  jam. Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan lunak, yang

(3)

mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama (Depkes RI.1979).

Cara kerja infundasi yaitu, simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang telah ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu dalam  panci mencapai 900C, sambil sekali-sekali diaduk. Infuse diserkai sewaktu masih panas

melalui kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Infuse simplisia yang mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin. Infuse asam jawa dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas. Infuse kulit kina biasanya ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari bobot simplisia. Asam  jawa sebelum dipakai dibuang bijinya dan sebelum direbus dibuat massaseperti bubur.

Buah adas dan dan buah adas manis dipecah terlebih dahulu. Adapun keuntungan dan kerugian dari metode ini yaitu 1. Keuntungan

a. Unit alat yang dipakai sederhana,  b. Biaya operasionalnya relatif rendah 2. Kerugian

a. zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali, apabila kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh).

 b. Hilangnya zat-zat atsiri

c. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, dismping itu simplisia yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.

Sedangkan dekokta merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi (menyari) simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 30 menit. Dekok diperuntukkan untuk simplisia nabati yang keras seperti kayu, batang, biji dan lain sebagainya. Selain itu dekok juga dapat digunakan untuk menyari simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri, dan pada bahan bahan dimana bagian-bagiannya tahan terhadap penghangatan (Anonim,2013). Seperti halnya infus, jika tidak dinyatakan lain, dekok yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.

Biasanya dekokta menggunakan pelarut yang lebih sesuai untuk mengekstrak zat aktif herba. Adapun zat pelarut yang bisa bercampur dengan air, yaitu:

(4)

1. Pelarut polar, merupakan air ataupun larutan yang berasal dari herba itu sendiri. 2. Pelarut non polar, merupakan pelarut yang tidak bisa bercampur dengan air, seperti

aseton, etil asetat.

Yang menentukan dibuatnya dekokta atau infusa adalah sifat dari simplisia yang digunakan, dimana:

a. Dekokta untuk simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri dan tahan terhadap pemanasan. Contoh: kulit kayu (korteks), ranting/kayu (lignum), akar (radiks), batang, kulit buah (perikarpium), dan biji (semen).

 b. Infusa untuk simplisia yang lunak, yang mengandung banyak minyak atsiri dan bahan yang tidak tahan panas.

Banyaknya air yang dibutuhkan dalam pembuatan dekokta dan infusa: a. Untuk simplisia segar : sejumlah infusa/ dekokta yang dibuat

 b. Untuk simplisia ½ kering : sejumlah infusa/ dekokta yang dibuat + (1 x berat simplisia)

c. Untuk simplisia kering : sejumlah infusa/ dekokta yang dibuat + (2 x berat simplisia) (Depker, RI, 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV)

Klasifikasi Morfologi dan Kandungan Senyawa A. Daun Sirih

1. Klasifikasi Daun Sirih

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Superkingdom : Trachebionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliopsida (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub kelas : Magnoliidae

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae (suku sirih

 – 

 sirihan)

Genus : Piper

(5)

Tumbuhan sirih Tumbuh merambat dengan ketinggian dapat mencapai 15 meter. Batang umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk bulat, memiliki ruas,  bagian ini merupakan bakal tumbuhnya akar. Daun sirih berbentuk jantung, tunggal,  bagian ujung daun runcing, tumbuh berselang seling, setiap daun memiliki tangkai, bila daun diremas akan mengeluarkan aroma khas, panjang sekitar 5-8 cm dengan lebar sekitar 2-5 cm. Bunga sirih majemuk berbentuk bulir, memiliki daun pelindung kurang lebih 1 mm dengan bentuk bulat panjang. Bulir betina memiliki panjang antara 1,5-6 cm.Pada bagian bulir betina ini terdapat kepala putik berjumlah antara 3- 5 buah dengan warna putih dan hijau kekuningan. Bulir jantan memiliki panjang 1,5-3 cm.Pada bulir  jantan terdapat dua benang sari yang pendek. Buah sirih termasuk kedalam buah buni

(memiliki dinding dengan dua lapisan), bentuk buah bulat dengan warna hijau keabu-abuan. Akar sirih termasuk akar tunggang dengan bentuk bulat serta warna coklat kekuningan.

2. Kandungan Senyawa Daun Sirih

Daun sirih mengandung minyak asitri. Kandungan daun sirih lainnya yaitu karoren, asam nikotinat, riboflavin, tiamin, vitamin C, gula, tannin, patin dan asam amino.

B. Tumbuhan Cempaka 1. Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Magnoliales

Famili : Magnoliaceae

Genus : Michelia

Spesies : Michelia alba DC.

2. Kandungan Senyawa

Kandungan kimia dari cempaka putih adalah alkaloida dan zat samak. Kulit kayu dan akarnya juga mengandung damar. Asam damar juga terdapat pada bijinya, selain

(6)

kandungan olein. Bunganya yang harum itu, terdapat minyak terbang (cheraniol, linalol, methuleugenol, asam benzoe, nerol ) (Taqyudin, 2009).

III. PROSEDUR KERJA

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum

Tempat : Laboratorium Akademi Farmasi Saraswati Denpasar

Tanggal : Senin, 2 April 2018 Waktu : 09.10

 – 

 12.30 Wita 3.2 Alat yang digunakan:

1. Panci infus 2. Kompor

3. Pisau atau gunting 4. Kain flanel 5. Corong kaca 6. Beker glass 7. Erlenmeyer 8. Botol kaca 9. Kertas perkamen 10. Benang 11. Kertas saring

3.3 Bahan yang digunakan:

1. Daun sirih segar

2. Serbuk simplisia kulit batang cempaka 3. Aquadest

3.4 Cara Kerja:

1. Pembuatan Sediaan Infusa Daun Sirih (120 ml):

a. Ditimbang 12 gram daun sirih segar, dipotong

 – 

 potong 2-3 mm, kemudian dimasukkan ke dalam bejana infus.

 b. Diukur aquadest sebanyak 120 ml dimasukkan ke dalam bejana infus, dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit (terhitung mulai suhu mencapai suhu 90o C), sekali

 – 

 kali diaduk supaya minyak atsiri dalam daun sirih terekstraksi sempurna, setelah itu diangkat dan didinginkan.

(7)

c. Infus dingin disaring dengan kain flanel, filtratnya ditampung pada beker glass

d. Jika filtrat belum mencapai 120 ml, di tambahkan air panas (sejumlah kekurangannya) pada ampas, didinginkan, disaring, diperas. Filtrat yang diperoleh digabungkan dengan filtrat pertama (rosedur nomor 3) hingga diperoleh volume infusa 120ml

e. Dimasukkan infusa ke dalam botol kaca 120 ml yang sudah ditara dan ditandai, ditutup.

f. Diberi etiket

2. Pembuatan Sediaan Dekokta Kulit Batang Cempaka (120 ml):

a. Ditimbang 12 gram serbuk simplisia kulit batang cempaka, dimasukkan ke dalam beker glass

 b. Ditambahkan aquadest sebanyak 120 ml + 2 kali berat simplisia (24 ml) c. Dipanaskan diatas penangas air selama 30 menit (terhitung mulai suhu

mencapai 90o C), sambil sekali

 – 

 kali diaduk 

d. Serkai selagi panas melalui kain flanel, ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekok sebanyak 120 ml

e. Dimasukkan dekokta ke dalam botol kaca 120 ml yang sudah ditara dan ditandai, ditutup.

f. Diberi etiket

IV. HASIL PRAKTIKUM

Sediaan Volume Pemerian Khasiat

Infusa Daun Sirih 120ml a. Warna: coklat muda

 b. Rasa: tidak berasa c. Bau: khas aromatik

(daun sirih)

d. Konsistensi: cair 

Sebagai antiseptik, obat kumur, obat  batuk 

Dekokta Serbuk Kulit Batang Cempaka

120ml a. Warna: coklat tua

 b. Rasa: pahit

c. Bau: wangi (mirip cempaka) d. Konsistensi: cair  Sebagai antiradang, dismenorea, antipiretik, antimalarial, dan antivirus

(8)

V. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai pembuatan infusa dan dekokta, dimana infusa dibuat dengan menggunakan bahan dasar daun sirih sedangkan dekokta dibuat dengan menggunakan bahan dasar kulit batang cempaka. Daun sirih dipilih dijadikan infusa karena memiliki sifat yang lunak sehingga cukup dipanaskan selama 15 menit pa da suhu 90ºC maka kandungan yang terdapat pada daun sirih sudah dapat terekstraksi, sifat ini  juga merupakan salah satu karakteristik dalam pembuatan infusa dimana infusa cocok

untuk bahan yang bersifat lunak. Sedangkan untuk simplisia kulit batang cempaka dibuat dalam bentuk dekokta karena simplisia kulit batang cempaka merupakan simplisia yang cukup keras sehingga lebih susah untuk diekstraksi, oleh sebab itu simplisia kulit batang cempaka membutuhkan waktu perebusan yang lebih lama dibandingkan infusa daun sirih yaitu 30 menit. Berdasarkan prinsipnya dekokta memang ditujukan untuk merebus  bahan-bahan yang memiliki sifat yang keras sehingga cocok digunakan untuk menyari

simplisia kulit batang cempaka.

Infusa daun sirih dapat digunakan sebagai antiseptic karena mengandung zat anti mikroorganisme. Zat anti mikroorganisme tersebut berupa polyphenol yaitu kavibetol dan kavikol. Kavikol inilah yang memberikan bau khas pada daun sirih dan memiliki daya bunuh bakteri 5 kali lipat lebih tinggi daripada fenol biasa. Ada beberapa cara dalam menggunakan infusa daun sirih diantaranya yaitu digunakan untuk mandi sehingga dapat menghilangkan bau badan ataupun sebagai obat kumur untuk menghilangkan mau mulut, dapat juga digunakan atau dikonsumsi saat batuk untuk meredakan peradangan yang terjadi di tenggorokan.

Dekokta kulit batang cempaka mengandung senyawa terpenoid dan flavonoid. Senyawa flavonoid ini dilaporkan memiliki berbagai aktivitas biologis seperti antibakteri, antimalarial dan antivirus. Biasanya kulit batang cempaka digunakan dalam pengobatan radang, dismenorea dan demam. Cara penggunaannya biasanya kulit batang cempaka di rebus kemudian air hasil rebusannya digunakan untuk pengobatan.

VI. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum kali ini yaitu:

1. Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati pada suhu 90ºC selama 15 menit, dimana pada praktikum ini bahan yang digunakan untuk membuat infusa yaitu daun sirih segar dan aquadest

(9)

2. Dekokta merupakan sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati pada suhu 90ºC selama 30 menit. Pada praktikum ini bahan yang digunakan untuk membuat dekokta yaitu simplisia kulit batang cempaka.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik . Jakarta: Departemen Kesehatan RI Syamsuni. H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta: Departemen Kesehatan RI Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta: Departemen Kesehatan RI

(10)

Lampiran

Penimbangan daun sirih segar Penimbangan serbuk simplisia kulit batang

cempaka

Pengukuran aquadest yang digunakan Perebusan daun sirih dan kulit batang cempaka

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang dilakukan adalah pelarutan kalsium oksalat (dibuat dari reaksi amonium oksalat dan kalsium klorida) dan kalsium karbonat dalam sediaan infusa

Salep mata Neomisin Sulfat yang telah dibuat disterilkan dengan suhu 135°C selama 60 menit lalu dilakukan uji sterilitas dan uji potensi.. Sebelum diuji, sediaan salep mata

Telah dilakukan penelitian untuk membuat dan mengetahui karakteristik fisik sediaan tablet hisap dari daun sirih (Piper betle Linn) yang dibuat secara infusa dan

Telah dilakukan formulasi infus dekstrosa 5% pH 3,7 disterilkan dengan otoklaf suhu 115 O C selama 24 menit, uji sterilitas sediaan pada media Tioglikolat dan media

Teknik pembuatan sediaan infus dekstrosa 5% yang digunakan adalah dengan melakukan sterilisasi akhir sediaan yang dibuat, dimana sterilisasi akhir ini digunakan

dimana lama briket menjadi abu yaitu pada suhu 700 o C dengan waktu 99,48 menit dimana semakin tinggi temperatur pirolisis dengan perekat yang tinggi maka akan membutuhkan

Praktikum kali ini dibuat sediaan large volume parenteral atau infus dengan  bahan aktif Natrium Bikarbonat$ adar %at aktif 'ang digunakan 'aitu 1,3!$ -ediaan

Ekstrak dapat dibuat dengan beberapa cara, mulai dari yang sederhana, misalnya secara infudasi (metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada suhu 90 o C selama