PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI 2016
MEKANIKA
TANAH II
Alfira Silarukmi, S.T.,
M.Eng.
KAPASITAS DUKUNG
TANAH
KAPASITAS DUKUNG
TANAH
DAYA DUKUNG TANAH adalah
kemampuan
tanah
untuk
mendukung beban baik berupa
beban Pondasi sendiri dan beban
yang lain , yaitu berupa beban
tetap, beban bergerak, beban
angin, dan beban gempa
ANALISIS KAPASITAS DUKUNG
TANAH adalah analisis kemampuan
tanah dalam mendukung beban
Pondasi yang bekerja di atasnya.
Bangunan terdiri dari:
• Bangunan gedung (building)
• Bangunan civil (jembatan,
bendungan, dll)
Struktur bangunan terdiri atas:
• Struktur atas
• Struktur bawah (Pondasi)
Pondasi merupakan bagian yang
paling penting dari sistem rekayasa
konstruksi yang bertumpu pada
tanah.
Suatu konstruksi bangunan bagian
paling bawah yang berhubungan
langsung dengan tanah atau
batuan.
FUNGSI:
• menahan/mendukung
bangunan
diatasnya
• meneruskan beban yang ditopang
oleh Pondasi dan beratnya sendiri
kedalam tanah dan batuan yang
terletak dibawahnya.
Dalam merancang Pondasi, terdapat
persyaratan yang harus dipenuhi:
1. Faktor aman
SF terhadap
keruntuhan akibat terlampauinya
kapasitas dukung tanah harus
dipenuhi (SF = 3)
2. Penurunan Pondasi
harus dalam
batas-batas toleransi
KAPASITAS DUKUNG
TANAH
Kapasitas dukung izin (q
a, allowable
bearing capacity)
tekanan
maksimum
yang
dapat
dibebankan pada tanah, sehingga 2
persyaratan di atas terpenuhi.
Kapasitas
dukung
batas/ultimit
(q
u,
ultimate bearing capacity)
tekanan minimum yang menyebabkan
keruntuhan geser (shear failure) pada
tanah pendukung secara cepat ke
bawah.
FASE-FASE KERUNTUHAN
Pondasi
Untuk mempelajari perilaku tanah pada saat permulaan sampai mencapai keruntuhan dilakukan tinjauan terhadap Pondasi kaku pada kedalaman dasar Pondasi yang tidak lebih dari lebar Pondasinya dengan penambahan beban secara berangsur-angsur. I II III Beban Pe n u ru n a n S1 S2 S3
FASE I
Awal pembebanan tanah dibawah Pondasi turun, terjadi deformasi lateral dan vertikal ke bawah. Penurunan yang terjdi sebanding dengan besarnya beban tanah dalam kondisi keseimbangan elastis. Masa tanah di bawah Pondasi mengalami komPresi sehingga kuat geser tanah naik, sehingga daya dukung bertambah. I II III Beban Pe n u ru n a n S1 S2 S3
FASE II
Pada penambahan beban selanjutnya, penurunan tanah terbentuk tepat di dasar Pondasi dan deformasi plastis tanah menjadi dominan. Gerakan tanah pada kedududkan plastis dimulai dari tepi Pondasi, dengan bertambah beban zona plastis berkembang, kuat geser tanah berkembang.
Gerakan tanah ke arah lateral semakin nyata, sehingga terjadi retakan lokal dan geseran tanah di sekeliling tepi Pondasi. zona plastis I II III Beban Pe n u ru n a n S1 S2 S3
FASE III
Fase ini dikarekteristikkan oleh kecepatan deformasi yang semakin bertambah sejalan dengan penambahan beban yang diikuti oleh gerakan tanah kearah luar sehingga permukaan tanah menggembung, sehingga tanah mengalami keruntuhan disebut bidang geser radial dan linier.
Bidang runtuh (failure plane) I II III Beban Pe n u ru n a n S1 S2 S3
MEKANISME
KERUNTUHAN
Berdasarkan pengujian model Vesic
(1963)
membagi
mekanisme
keruntuhan Pondasi menjadi 3 macam:
a.
Keruntuhan geser umum (general
shear failure)
b.
Keruntuhan geser lokal (local shear
failure)
c.
Keruntuhan penetrasi (penetration
KERUNTUHAN GESER
UMUM
Keruntuhan yang terjadi pada tanah yang tidak mudah mampat, yang mempuntai kekuatan geser tertentu atau dalam keadaan terendam.
Suatu baji tanah terbentuk tepat pada dasar Pondasi (zona A) yang menekan ke bawah hingga aliran tanah sacara plastis pada zona B. Gerakan ke arah luar ditahan oleh tahanan pasif dibag C.
Saat tahanan pasif terlampaui, terjadi pengembungan dipermukaan. Keruntuhan secara mendadak yang diikuti oleh penggulingan Pondasi.
KERUNTUHAN GESER
LOKAL
Pola keruntuhan terjadi pada tanah yang mudah
mampat atau tanah yang lunak. Bidang gelincir tidak mencapai permukaan tanah tetapi berhenti di suatu tempat. Pondasi tenggelam akibat bertambahnya beban pada kedalaman yang relatif dalam sehingga tanah yang didekatnya mampat.
Terdapat sedikit penggembungan tanah, tetapi tidak
terjadi penggulingan Pondasi. Dari grafik terlihat bahwa dengan pertambahan bebanakan bertambah pula penurunannya sehingga beban maksimum mungkin tidak dicapai.
KERUNTUHAN GESER
PENETRASI
Penggembungan permukaan tanah tidak terjadi, akibat pembebanan Pondasi bergerak ke bawah arah vertikal dengan cepat dan menekan tanah ke samping sehingga terjadi pemampatan tanah dekat Pondasi. Penurunan bertambah secara linier dengan penambahan beban.
Distinction between General Shear &
Local Shear Failures
General Shear Failure Local/Punching Shear Failure
Occurs in dense/stiff soil Φ>36o, N>30, I
D>70%, Cu>100 kPa
Occurs in loose/soft soil Φ<28o, N<5, I
D<20%, Cu<50 kPa
Results in small strain (<5%) Results in large strain (>20%)
Failure pattern well defined & clear Failure pattern not well defined
Well defined peak in P-Δ curve No peak in P-Δ curve
Bulging formed in the neighbourhood of footing at the surface
No Bulging observed in the neighbourhood of footing
Extent of horizontal spread of disturbance at the surface
large Extent of horizontal spread of disturbance at the surface very small
Observed in shallow foundations Observed in deep foundations
Failure is sudden & catastrophic Failure is gradual
Lapisan tanah yang mempunyai pola keruntuhan ini;
Lapisan pasir yang sangat lunak
Lapisan tanah yang mudah mampat
Lapisan pasir yang terletak di atas lapisan tanah lunak
Lapisan tanah lunak yang mendapat pembebanan
perlahan dan memungkinkan tercapainya kondisi drainase.
Pola keruntuhan ini dapat juga terjadi apabila
kedalaman Pondasi (Df) sangat besar bila dibandingkan
dengan lebarnya (B)
TEORI KAPASITAS DUKUNG
TANAH
ANALISIS KAPASITAS DUKUNG
TANAH (TEORI TERZAGHI)
Analisis keruntuhan kapasitas dukung
dilakukan dengan menganggap bahwa
tanah berkelakuan sebagai bahan bersifat
plastis.
Persamaan kapasitas dukung tanah:
(Persamaan Mohr-Coulomb)
τ = c + σ tan φ
τ = Kuat geser tanah
c = Kohesi
φ = Sudut gesek dalam
σ = Tegangan normal
Asumsi Terzaghi dalam menganalisis daya dukung : Pondasi memanjang tak terhingga
Tanah di dasar Pondasi dianggap homogen
Berat tanah di atas Pondasi dapat diganti dengan beban terbagi rata sebesar q = D x γ, dengan D adalah kedalaman dasar Pondasi, γ adalah berat volume tanah di atas dasar Pondasi.
Tahanan geser tanah di atas dasar Pondasi diabaikan Dasar Pondasi kasar
Bidang keruntuhan terdiri dari lengkung spiral logaritmis (radial
shear) dan linier (linear shear)
Baji tanah yang terbentuk di dasar Pondasi dalam keadaan elastis dan bergerak bersama-sama dengan dasar Pondasinya.
Pertemuan antara sisi baji dengan dasar Pondasi membentuk sudut sebesar sudut gesek dalam tanah φ.
Berlaku prinsip superposisi
Lanjuta
n
Lanjuta
n
Persamaan umum untuk Kapasitas Dukung Ultimit menurut Terzaghi adalah:
qu = cNc + Df γNq + 0,5 γ BNγ
dengan:
c = kohesi (kN/m2)
Df = kedalaman Pondasi (m)
γ = berat volume tanah (kN/m3)
B = lebar Pondasi (m)
Nc = faktor kapasitas dukung akibat pengaruh kohesi
Nq = faktor kapasitas dukung akibat pengaruh beban terbagi rata
Nγ = faktor kapasitas dukung akibat pengaruh berat tanah
(nilai Nc, Nq, dan Nγ merupakan fungsi dari sudut gesek
dalam)
Anggapan:
- Pondasi mempunyai panjang tak terhingga
- didasarkan pada kondisi
keruntuhan geser umum
Lanjuta
n
Untuk hitungan kapasitas dukung tanah pada jenis tanah dengankeruntuhan geser lokal, maka seluruh faktor kapasitas dukung dihitung
kembali menggunakan φ’ dan c’, dengan:
tan φ’ = (2/3) tan φ
c’ = (2/3) c
Maka, persamaan umum untuk kapasitas dukung ultimit pada Pondasi memanjang kondisi keruntuhan geser lokal adalah:
qu = c’Nc’+ Df γNq’ + 0,5 γ BNγ’
nilai Nc, Nq, dan Nγ serta nilai Nc’, Nq’, dan Nγ’ dapat dilihat pada
Grafik 1 atau Tabel 1.
nilai Nc, Nq, dan Nγ serta nilai Nc’, Nq’, dan Nγ’ dapat dilihat pada
Grafik 1. Hubungan φ dan Nc, Nq, Nγ (Terzaghi,
1943)
Grafik 1. Hubungan φ dan Nc, Nq, Nγ (Terzaghi,
φ (°) Keruntuhan Geser Umum Keruntuhan Geser Lokal Nc Nq Nγ Nc’ Nq’ Nγ‘ 0 5,7 1,0 0,0 5,7 1,0 0,0 5 7,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0,2 10 9,6 2,7 1,2 8,0 1,9 0,5 15 12,9 4,4 2,5 9,7 2,7 0,9 20 17,7 7,4 5,0 11,8 3,9 1,7 25 25,1 12,7 9,7 14,8 5,6 3,2 30 37,2 22,5 19,7 19,0 8,3 5,7 34 52,6 36,5 35 23,7 11,7 9,0 35 57,8 41,4 42,4 25,2 12,6 10,1 40 95,7 81,3 100,4 34,9 20,5 18,8 45 172,3 173,3 297,5 51,2 35,1 37,7 48 258,3 287,9 780,1 66,8 50,5 60,4 50 347,6 415,1 1153,2 81,3 65,5 87,1
Pengaruh Bentuk Pondasi pada Kapasitas
Dukung Tanah
1. Pondasi Lajur Memanjang
kapasitas dukung ultimit (qu) qu = cNc + poNq + 0,5 γBNγ
kapasitas dukung ultimit netto (qun) qun = cNc + po(Nq -1) + 0,5 γBNγ
2. Pondasi Berbentuk Bujur Sangkar
kapasitas dukung ultimit (qu) qu = 1,3 cNc + poNq + 0,4 γBNγ
kapasitas dukung ultimit netto (qun) qun = 1,3 cNc + po(Nq -1) + 0,4 γBNγ
3. Pondasi Berbentuk Lingkaran
kapasitas dukung ultimit (qu) qu = 1,3 cNc + poNq + 0,3 γBNγ
kapasitas dukung ultimit netto (qun) qun = 1,3 cNc + po(Nq -1) + 0,3 γBNγ
4. Pondasi Berbentuk Empat Persegi Panjang
qu = cNc (1+ 0,3 B/L) + poNq + 0,5 γBNγ (1- 0,2 B/L) B = Lebar dan L = Panjang
Catatan:
Persamaan di atas hanya cocok untuk
pondasi dangkal (Df < B). Sedangkan
untuk pondasi dalam (pondasi sumuran atau kaison) Terzaghu memberi faktor tambahan yang harus diperhitungkan. Faktor ini meliputi gesekan sepanjang sisi pondasi.
Persamaan umum Terzaghi untuk menghitung pondasi dalam yang berbentuk lingkaran adalah:
Pu’ = Pu + Ps
= quAp + πDfsDf
D
fs Df
Pondasi dalam (Df > 5B) (Terzaghi, 1943)
Pu’ = kapasitas dukung ultimit total untuk pondasi dalam (kN)
Pu = kapasitas dukung ultimit total untuk pondasi dangkal (kN)
Ps = perlawanan gesekan pada dinding (kN)
qu = 1,3 cNc + poNq + 0,4 γDNγ (kN/m2)
fs = faktor gesekan permukaan antara dinding dan tanah
Df = kedalaman pondasi (m)
D = diameter pondasi (m)
Nilai fs (Tabel 2) bergantung pada material pondasi dan sifat tanah, dan merupakan jumlah dari gesekan dan adhesi persatuan luas antara pondasi dan tanah. (1 kg/cm2
≈ 100 kN/m2)
Jenis tanah fs (kg/cm2)
Lanau dan lempung lunak Lempung sangat kaku Pasir tidak padat
Pasir padat Kerikil padat 0,07 – 0,30 0,49 – 1,95 0,12 – 0,37 0,14 – 0,68 0,49 – 0,98
Untuk menghitung Faktor Aman (SF), maka ditinjau kapasitas dukung ultimit
total neto, dimana:
Beban pondasi maksimum neto:
Pun = qun × Ap
Kapasitas dukung ultimit total neto:
Pun’ = Pun + Ps
Tambahan beban akibat beban pondasi:
Pp = beban yang didukung pondasi – berat tanah digali
= beban yang didukung pondasi - (Luas dasar pondasi × Df × γ)
Maka, SF = p
un