• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH HIPOGONADISME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH HIPOGONADISME"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Reproduksi”

HIPOGONADISME

OLEH : KELOMPOK 6 Gita Apri Lonia Rika Aprianti Fany Luthfiani

Nurlaila Ismawati

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

Program Studi S1 Keperawatan

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana berkat segala rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul tentang “Hipogonadisme”.

Dalam Penulisan makalah ini, pemakalah merasa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan-kekurangan baik secara teknis penulisan, ilmu pengetahuan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki pemakalah. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya, Pemakalah mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi semua pembaca.

Wasalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bukittinggi, Maret 2016

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A LATAR BELAKANG... 1 B RUMUSAN MASALAH... 1 C TUJUAN... 2 BAB II PEMBAHASAN... 3 A. DEFENISI... 3 B. ETIOLOGI... 5 C. PATOFISIOLOGI... 6 D. MANIFESTASI KLINIS... 7 E. KOMPLIKASI... 7 F. PENATALAKSANAAN... 8 G. ASUHAN KEPERAWATAN... 9

BAB III PENUTUP... 15

A KESIMPULAN... 15

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola klinis pubertas sangat bervariasi. Pada 95% anak laki-laki pembesaran genetalia mulai antara usia 9,5-13,5 tahun, yang mencapai maturasi antara 13-17 tahun. Pada sebagian kecil anak laki-laki normal, pubertas mulai setelah usia 15 tahun. 50% anak laki-laki, rambut pubis tumbuh pada usia 11 tahun, dan pada usia 13-17,5 tahun, rambut ini jumlahnya ekuivalen dengan jumlah rambut orang laki-laki dewasa normal. Pada beberapa anak laki-laki, perkembangan pubertas selesai pada kurang dari 2 tahun, tetapi pada anak lain pertumbuhan ini dapat memerlukan waktu lebih lama dari pada usia 4,5 tahun. Pertumbuhan cepat remaja terjadi lebih lambat pada anak laki-laki dari pada anak perempuan sejalan dengan tingkat maturasi seksual, misalnya, kecepatan puncak perubahan dalam ketinggian tidak dapat dicapai pada anak laki-laki sampai genetalia berkembang dengan baik, tetapi pada anak perempuan kecepatan pertumbuhan biasanya ada pada maksimalnya ketika puting dan areola telah berkembang tetapi sebelum ada perkembangan payudara lain yang berarti.

Kemajuan yang cepat dalam pemahaman interaksi hipothalamus-kelenjar pituitari-gonad yang terlibat dengan pubertas dan pada diagnosa klinis penyimpangan perkembangan pubertas telah dimungkinkan dengan pemeriksaan yang sangat diperbaiki untuk hormon kelenjar pituitaria dan gonad yang dapat diukur pada sejumlah kecil darah. Dengan GnRH juga dimungkinkan untuk membedakan antara defek kelenjar pituitari primer dengan hipothalamus pada penderita hipogonadotropik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hipogonadisme ? 2. Apa etiologi hipogonadisme?

3. Bagaimana patofisiologi hipogonadisme? 4. Bagaimana manifestasi klinik hipogonadisme ? 5. Apa saja komplikasi dari hipogonadisme?

(5)

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipogonadisme?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian hipogonadisme 2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi hipogonadisme 3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi hipogonadisme 4. Untuk mengetahuidan memahami manifestasi klinik hipogonadisme 5. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari hipogonadisme 6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan hipogodisme 7. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan hipogonadisme

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipogonadisme

Hipoganadisme adalah suatu keadaan dimana terjadi difisiensi hormon gonad. Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya hormone androgen sehingga mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria dan wanita.

2.2 Etiologi Hipogonadisme

Beberapa peneliti membagi hipogonadisme pada pria ke dalam beberapa kelompok yang berbeda. Pedoman yang diterbitkan oleh Asosiasi Urologi Eropa pada tahun 2012 membagi hipogonadisme pada pria menjadi empat kelas, yakni

1. Hipogonadisme primer disebabkan oleh insufisiensi testis;

2. Hipogonadisme sekunder yang disebabkan oleh disfungsi hipotalamus hipofisis;

3. Hipogonadisme onset lambat; dan

4. Hipogonadisme karena insensitivitas reseptor androgen.

a. Primer

Untuk hipogonadisme primer tentunya terjadi akibat adanya masalah pada testis,kadar testoteron yang rendah juga disertai dengan meningkatnya hormon gonadotropik,seperti:

 Infeksi kelenjar gonad  Atropi kelenjar gonad

 Kondisi testis yang tidak turun

 Adanya komplikasi dari penyakit gondongan

 Di akibatkan oleh trauma pada testis seperti misalnya dikebiri atau terjadi kecelakaan  Adanya infeksi pada testis

 Adanya sindrom Klinefelter

 Sedang menjalani proses pengobatan kanker  Adanya radang pada buah zakar

(7)

 Hemokromatosis

b. Sekunder

Hipogonadisme sekunder terjadi disebabkan karena adanya gangguan pada kelenjar hipotalamus atau pituitari, yaitu suatu bagian otak yang berfungsi sebagai pengantar sinyal pada testis untuk memproduksi testosteron, seperti contohnya di bawah ini :

Tumor hifofisis

Kerusakan hipothalamus untuk mensekresi GnRH. Hipersekresi prolaktin di hipofisis anterior

Hiposekresi FSH dan LH Adanya sindrom Kallmann Penyakit HIV/AIDS Adanya faktor penuaan Adanya penyakit tumor Kegemukan atau obesitas

Adanya penggunaan obat-obatan tertentu

Adanya penyakit peradangan seperti contohnya sarkoidosis, histiositosis dan TBC

Sementara itu American Association of Clinical Endocrinologists'' membagi hipogonadisme ini menjadi dua kelas, yakni hipogonadisme hipogonadotropik dan hipogonadisme

hipergonadotropik.

Pada wanita, Hipogonadisme hipergonadotropik atau kegagalan ovarium mungkin terjadi karena kelainan kromosom, gangguan autoimun , infeksi (mumps oophoritis), dan iradiasi atau obat sitotoksik.

Banyak kasus hipogonadisme hipergonadotropik adalah idiopatik bahkan setelah penyelidikan yang ekstensif. Dan Hipogonadisme hipogonadotropik dapat disebabkan baik penyebab kongenital seperti sindrom Kallmann (defisiensi gonadotropin terisolasi dan anosmia) atau penyebab yang didapat seperti tumor hipofisis, nekrosis hipofisis (sindrom Sheehan), stres dan penurunan berat badan berlebihan (anoreksia nervosa).

(8)

2.3 Patofisiologi

Folitropin (FSH) dan lutropin (LH dilepaskan dihipofisis anterior, dan dirangsang oleh pelepasan pulsatil gonadoliberin (gonadotropin-releasing hormone, GnRH). Sekresi pulsatil dari gonadotropin ini dihambat oleh prolaktin. LH mengatur pelepasan testosteron dari sel leydig di testis. Testosterone, dengan mekanisme umpan balik negatif, menghambat pelepasan GnRH dan LH. Pembentukan inhibin, yang menghambat pelepasan FSH, dan androgen binding protein (ABP) ditingkatkan oleh FSH di sel Sertoli testis. Testosterone atau dihidrotestosteron yang dibentuk dari testosterone di sel sertoli dan di beberapa organ meningkatkan pertumbuhan penis, tubulus seminiferus, dan skrotum. Testosteron dan FSH diperlukan dalam pembentukan dan pematangan spermatozoa. Selain itu, testosterone merangsang aktivitas sekretorik prostat (menurunkan viskositas ejakulat) dan vesikula seminalis (campuran antara fruktosa dan prostaglandin), serta aktivitas sekretorik kelenjar sebasea dan keringat di daerah aksila dan genitalia. Testosteron meningkatkan ketebalan kulit, pigmentasi skrotum, dan eritropoiesis.

Testosterone juga mempengaruhi tinggi badan dan postur badan dengan meningkatkan pertumbuhan otot dan tulang (anabolisme protein), pertumbuhan longitudinal, dan mineralisasi tulang serta penyatuan lempeng epifisis.

Testosterone merangsang pertumbuhan laring (kedalaman suara), pertumbuhan rambut pada daerah pubis dan aksila, pada dada dan wajah (janggut); keberadaannya penting dalam kebotakan pada laki-laki. Hormone ini juga merangsang libido dan perilaku agresif. Akhirnya, hormone ini merangsang retensi elektrolit di ginjal, mengurangi konsentrasi lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) di dalam darah, dan mempengaruhi distribusi lemak. Penurunan pelepasan androgen dapat disebabkan oleh kekurangan GnRH. Bahkan sekresi GnRH nonpulsatil merangsang pembentukan androgen secara tidak adekuat. Keduanya dapat terjadi pada kerusakan di hipotalamus (tumor, radiasi, perfusi yang abnormal, kelainan genetik) serta sters psikologis dan fisik.

Konsentrasi GnRH (dan analognya) yang tinggi dan menetap akan menurunkan pelepasan gonadotropin dengan menurunkan jumlah reseptornya. Penyebab lain adalah penghambatan pelepasan gonadotropin pulsatil oleh prolaktin serta kerusakan di hipofisis

(9)

(trauma, infark, penyakit autoimun, tumor, hiperplasia) atau di testis (kelainan genetic, penyakit sistemik yang berat). Akhirnya, efek androgen dapat dihambat oleh kelainan enzim pada sintesis hormon, misalnya pada defisiensi reduktase genetic atau kelainan reseptor testosteron

2.4 Manifestasi Klinik A. Pria

1) Defisiensi hormon pada masa kanak-kanak (prepubertas)

Gambaran klinisnya adalah enukoidisme, orang-orang enukoid yang berusia di atas 20 tahun, biasanya tinggi, bahu sempit dan otot kecil (konfigurasi tubuh yang mirip dengan wanita dewasa). Selain itu genitalia kecil, suara memiliki nada tinggi, pertumbuhan rambut pubis wanita yaitu segitiga dengan dasar di atas, bukan pola segitiga yang dasarnya di bawah seperti yang dijumpai pada pria normal.

2) Difisiensi post pubertas

Pada pria dewasa mengalami penurunan sebagian libido, kadang-kadang mengalami hot flashes, biasanya lebih mudah tersinggung, pasif dan menderita depresi dibanding dengan yang memiliki testis utuh. Selain itu terjadi impotensi, pengurangan progresif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan berkurangnya pertumbuhan otot.

(10)

B. Wanita

Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara dan genetalia eksterna serta penurunan libido.

Dampak Terhadap Sistem Lain 1) Sistem Reproduksi

a. Atropi testis dan ovariu b. Impotensi c. Kehilangan/penurunan libido d. Genetalia kecil e. Atropi payudara 2) Sistem Muskuloskeletal a. Otot kecil

b. Pertumbuhan otot kurang 3) Sistem Integumen

a. Pertumbuhan rambut tubuh jarang

2.4 Komplikasi

Akibat hipogonadisme yang terlambat ditangani dapat diobati sesuai dengan usia orang tersebut pertama kali memiliki hipogonadisme (selama perkembangan janin, masa pubertas, atau dewasa).

Masa perkembangan Janin

Seorang bayi mungkin lahir dengan: o Alat kelamin yang ambigu o Alat kelamin yang abnormal Masa pubertas

Perkembangan pada masa pubertas biasanya tidak lengkap atau tertunda, sehingga menimbulkan:

o Kurangnya atau ketiadaan jenggot serta rambut/ bulu tubuh o Gangguan pada penis dan pertumbuhan testis

o Pertumbuhan yang tidak proporsional, lengan dan kaki biasanya lebih panjang o Pembesaran payudara pada laki-laki (gynecomastia)

(11)

Masa dewasa,

Komplikasi mungkin termasuk: o Infertilitas

o Disfungsi ereksi

o Penurunan dorongan seks o Kelelahan

o Kehilangan atau lemahnya otot

o Pembesaran payudara pada laki-laki (gynecomastia)

o Kurangnya jenggot atau rambut/bulu tubuh dan Osteoporosis

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. CT Scan otak, untuk melihat adanya tumor pada hipofise/hipothalamus 2. Pengambilan kadar testoteron serum

3. Kadar gonadotropi serum dan kariotip 4. Test stimulasi dengan klomifen 5. Test stimulasi Gn RH

6. Test stimulasi HCG

7. Analisis semen untuk kuantitas dan kwalitas sperma.

2.6 Penatalaksanaan Medis 1. Pria

Dengan pemberian testoteron dengan dosis yang sesuai untuk hasil yang maksimal dikombinasikan dengan HCG diberikan 3x seminggu dalam waktu 4-6 bulan sampai kadar testoteron normal. Setelah 6 bulan terapi, bila jumlah sperma tetap sedikit maka pegobatan dihentikan, bila jumlah sperma meningkat maka terapi diteruskan.

2. Wanita

(12)

ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Identitas Pasien Nama : Jenis kelamin : Umur : No MR : Alamat : b. Riwayat Kesehatan

RKS : Biasanya pada pasien wanita mengeluhkan pengecilan payudara dan genetalia eksterna, berhentinya menstruasi, penurunan libido. Pada pasien laki-laki mengeluhkan penurunan libido, impoten, suara tinggi seperti wanita, bahu sempit dan otot kecil (konfigurasi tubuh yang mirip dengan wanita dewasa), lebih mudah tersinggung, menderita depresi. itu terjadi impotensi, pengurangan progresif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan berkurangnya pertumbuhan otot.

RKD : biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit HIV/AIDS, tumor infeksi kelenjer gonad, pasien pernah mengalami kecelakaan atau trauma pada daerah genetalia, mengkonsumsi obat-obat kanker, pasien mempunyai riwayat obesitas.

RKK : biasanya anggota keluarga pasien mempunyai penyakit yang sama dengan pasien.

c. Pemeriksaan Fisik

a) Tingkat energi

 Kaji perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal khususnya hormon gonad.

(13)

b) Pertumbuhan dan perkembangan

Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh GH, kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi semenjak di dalam kandungan bila hormon yang mempengaruhi tumbang fetus kurang. Kondisi ini dapat terjadi pula setelah bayi lahir artinya selama proses tumbang terjadi disfungsi gonad.

o Kaji apakah gangguan ini terjadi semenjak bayi dilahirkan atau terjadi selama proses pertumbuhan.

o Kaji secara lengkap pertumbhan ukuran tubuh dan fungsinya. o Kaji apakah perubahan fisik dipengaruhi kejiwaan klien. c) Seks dan reproduksi

Fungsi seksual dan reproduksi penting untuk dikaji baik pada klien wanita maupun pria.

o Pada klien wanita

Kaji kapan mulai/berhenti menstruasi, perubahan fisik termasuk sering nyeri atau keram abdomen sebelum, selama dan sesudah haid.

o Pada klien pria

Kaji apakah klien mampu ereksi, dan orgasme serta bagaimana perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan. Tanyakan adakah perubahan bentuk dan ukuran alat genitalianya.

Aspek Psikologis

 Kaji kemampuan kooping, dukungan keluarga, teman dan handaitoulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

 Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam memberi perawatan di rumah termasuk penggunaan obat-obatan.

Aspek sosial

(14)

Perlu dikaji tentang agama, keyakinan, peribadatan harapan serta semangat yang terkandung dalam diri klien yang merupakan aspek penting untuk kesembuhan penyakit klien.

d. Pemeriksaan Penunjang

1. CT Scan otak, untuk melihat adanya tumor pada hipofise/hipothalamus 2. Pengambilan kadar testoteron serum

3. Kadar gonadotropi serum dan kariotip 4. Test stimulasi dengan klomifen 5. Test stimulasi Gn RH

6. Test stimulasi HCG

7. Analisis semen untuk kuantitas dan kwalitas sperma.

2. ANALISA DATA

No. Data Masalah Keperawatan

1. Do : klien tampak tidak percaya diri

Ds : klien mengatakan payudara semakin mengecil

Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur dan fungsi tubuh

2. Do : kadar testosterone serum menurun, atropi testis,

genetalia mengecil Ds : klien mengatakan ketidakpuasan dalam hubungan sexualitasnya

Disfungsi seksual b/d perubahan bentuk dan fungsi organ seks

3. Do : klien tampak cemas dan gelisah

Ds : klien sering bertanya tentang penyakitnya

Cemas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit

(15)

a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat difisiensi gonad.

b. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan bentuk dan fungsi organ seks akibat difisiensi gonad.

c. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan dan perawatan atau minimnya informasi yang didapat.

IV. INTERVENSI

No. Diagnosa NOC NIC

1. Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur dan fungsi tubuh

Body image

Self esteem

Kh :

 Body image positif

 Mampu mengidentifikasi kekuatan personal  Mendeskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh  Mempertahankan interaksi sosial

Body image enhancement

 Kaji secara verbal dan non verbal respon klien teradap tubuhnya  Monitor frekuensi mengkritik dirinya  Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit  Dorong klien mengungkapkan perasaannya 2. Disfungsi seksual b/d perubahan bentuk dan fungsi organ seks  Sexuality pattern, ineffectiveSelf-esteem Situasional LowKnowledge Sexual Functioning Kh : Sexual conseling  Membangun hubungan terapeutik, berdasarkan kepercayaan dan rasa hormat

 Menyediakan privasi dan menjamin

(16)

penganiayaan sexual

 Perubahan fisik dengan penuaan pria dan wanita

 Pengenalan dan penerimaan identitas sexual pribadi  Mengetahui masalah reproduksi  Control resiko penyakit menular sexual ( PMS )  Menunjukkan dapat berdaptasi dengan ketidakmampuan fisik  Menginformasikan pasien di awal hubungan bahwa sexualitas adalah bagian penting bagi kehidupan dan bahwa penyakit, obat obatan dan stress atau masalah lain sering mengubah fungsi sexual

 Memberikan informasi fungsi sexual

 Diskusikan efek dari situasi penyakit atau kesehatan pada sexualitas 3. Cemas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit  Anxiety self – controlAnxiety levelCoping Kh :  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapan gejala cemas  Mengidentifikasi,m Anxiety Reduction ( Penurunan Kecemasan )  Gunakan pendekatan yang menengkan

 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap prilaku pasien

 Jelaskan semua

prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

(17)

menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas

 Vital sign dalam batas normal

 Postur tubuh, atau ekspresi wajah dan bahasa tubuh menunjukkaan kurangnya kecemasan

 Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress

 Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

 Dengarkan dengan penuh perhatian

 Indentifikasi tingkat kecemasan

(18)

PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya hormone androgen sehingga mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria dan wanita. Pada pria dewasa mengalami penurunan sebagian libido, kadang-kadang mengalami hot flashes, biasanya lebih mudah tersinggung, pasif dan menderita depresi dibanding dengan yang memiliki testis utuh. Selain itu terjadi impotensi, pengurangan progresif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan berkurangnya pertumbuhan otot. Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara dan genetalia eksterna serta penurunan libido. Dengan penggantian hormon dan perawatan yang tepat penderita hipogonadisme baik laki –laki maupun perempuan dapat hidup normal.

3.2. Saran

Pemakalah berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam menambah pengetahuan mengenai Hipogonadisme. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu mengharapkan krtik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan di masa yang akan datang

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi para ulama fiqih mendefinisikan Hadhanah yaitu melakukan pemeliharaan anak-anak yang masih kecil, baik laki-laki maupun perempuan ataupun sudah besar

Dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka

Pada umumnya anak besar baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami peningkatan minat yang besar dalam melakukan aktivitas fisik.. Misalnya aktivitas

H ukum penyunatan adalah w ajib bagi anak laki-laki dan kemuliaan bagi anak perempuan (H .R. Ahmad dan Baihaqy dari Syaddaad bin Aus).  M enyediakan pengasuh,

Pariwisata seks anak (PSA) adalah eksploitasi seksual komersial anak yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat

Ruang lingkup penelitian ini tentang perlindungan hukum anak sebagai korban kekerasan seksual, baik laki-laki maupun perempuan dan anak atau dewasa, yang mulai

Perilaku seksual laki-laki dan perempuan pada dasarnya bersifat alami namun dalam perkembangannya, perilaku seksual yang berbeda antara laki-laki dan perempuan semakin

Pada umumnya anak besar baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami peningkatan minat yang besar dalam melakukan aktivitas fisik.. Misalnya aktivitas