• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cloud Computing Dalam E-government

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cloud Computing Dalam E-government"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 1

NIM. 6310113013 NIM. 6310113013

STISIP WIDYAPURI MANDIRI SUKABUMI STISIP WIDYAPURI MANDIRI SUKABUMI

2014 2014

I. Pengertian

I. PengertianC l o u d C o m p u t i n g  C l o u d C o m p u t i n g  

Secara sederhana

Secara sederhana cloud computing cloud computing   adalah layanan teknologi informasi yang bisa  adalah layanan teknologi informasi yang bisa dimanfaatkan atau diakses oleh pelanggannya melalui jaringan internet. Kata-kata

dimanfaatkan atau diakses oleh pelanggannya melalui jaringan internet. Kata-kata ‘cloud ‘cloud ’’ sendiri merujuk kepada symbol awan yang di dunia TI di gunakan untuk mengggambarkan sendiri merujuk kepada symbol awan yang di dunia TI di gunakan untuk mengggambarkan  jaringan in

 jaringan internet.ternet.

Namun tidak semua layanan yang ada di internet bisa di kategorikan sebagai cloud Namun tidak semua layanan yang ada di internet bisa di kategorikan sebagai cloud computing, ada setidaknya beberapa syarat yang harus dipenuhi :

computing, ada setidaknya beberapa syarat yang harus dipenuhi : 1.

1. Layanan bersifat “On Demand”, pengguna dapat berlangganan hanya yang dia butuhkanLayanan bersifat “On Demand”, pengguna dapat berlangganan hanya yang dia butuhkan saja, dan membayar hanya untuk yang mereka gunakan saja. Misalkan sebuah layanan saja, dan membayar hanya untuk yang mereka gunakan saja. Misalkan sebuah layanan menyediakan 10 fitur, user dapat berlangganan 5 fitur saja dan hanya membayar untuk 5 menyediakan 10 fitur, user dapat berlangganan 5 fitur saja dan hanya membayar untuk 5 fitur tersebut.

fitur tersebut. 2.

2. Layanan yang bersifat elastic/sclable, dimana pengguna bias manambah Layanan yang bersifat elastic/sclable, dimana pengguna bias manambah atauatau mengurangi jenis dan kapasitas layanan yang dia inginkan kapan saja dan system selalu mengurangi jenis dan kapasitas layanan yang dia inginkan kapan saja dan system selalu bias mengakomodasi perubahan tersebut.

bias mengakomodasi perubahan tersebut. 3.

3. Layanan Layanan sepenuhnya sepenuhnya dikelola oleh dikelola oleh penyedia/prpenyedia/provider, ovider, yang yang dibutuhkan oleh dibutuhkan oleh penggunapengguna hanyalah computer personal/notebook ditaambah koneksi.

hanyalah computer personal/notebook ditaambah koneksi.

1.1 Manfaat

1.1 Manfaat C l o u d C o m p u t i n g  C l o u d C o m p u t i n g  

1.1.1

1.1.1 Hemat Hemat biayabiaya

Penghematan biaya penggunaan

Penghematan biaya penggunaan cloud computing cloud computing   untuk solusi bisnis  untuk solusi bisnis adalah akibat perusahaan dapat mengurangi pengeluaran biaya pada hal-hal di adalah akibat perusahaan dapat mengurangi pengeluaran biaya pada hal-hal di bawah ini:

bawah ini: a.

a. Perusahaan Perusahaan tidak tidak perlu perlu membeli membeli hardware hardware berupa berupa productiproduction on server server maupunmaupun  jaringan pend

 jaringan pendukungnyukungnyaa b.

b. Tidak ada Tidak ada biaya biaya setup awsetup awal al untuk platform untuk platform pembangunan dan pembangunan dan penggunaanpenggunaan aplikasi perusahaan.

aplikasi perusahaan. c.

c. Perusahaan tidPerusahaan tidak perlu membelak perlu membeli software dasai software dasar untuk pembanr untuk pembangunangunan aplikasi

aplikasi d.

d. Perusahaan Perusahaan tidak tidak perlu perlu mengeluarkan mengeluarkan biaya biaya untuk untuk software software upgradeupgrade e.

e. IT ProfessiIT Professional onal yang diyang dibutuhkan ubutuhkan untuk pentuk perawatan rawatan dan pedan pembangunan mbangunan sistemsistem berkurang

berkurang f.

f. Tidak Tidak ada ada biaya biaya untuk untuk hardware hardware upgradeupgrade g.

g. Pengurangan Pengurangan biaya biaya listrik listrik yang yang digunakan digunakan untuk untuk menyalakan menyalakan hardwarehardware

1.1.2

1.1.2 Mengurangi Mengurangi kesulitan kesulitan mempersiapmempersiapkan kan dan dan merawat merawat infrastruktur.infrastruktur. IT Penggunaan

IT Penggunaan cloud computing cloud computing   dapat mengurangi beban kesulitan  dapat mengurangi beban kesulitan persiapan dan perawatan infrastrukur karena platform beserta kustomisasi persiapan dan perawatan infrastrukur karena platform beserta kustomisasi

(2)

software pendukungnya dilakukan oleh perusahaan pemberi layanan cloud computing . Sehingga organisasi pengguna bisa fokus pada pengembangan aplikasi saja.

1.1.3 Manajemen kapasitas

Kebutuhan perusahaan yang bergerak di bidang transaksi via internet akan kapasitas aplikasi akan terus menerus berkembang. Oleh karena itu, ada kebutuhan akan solusi mudah dalam mengembangkan kapasitas ini, baik dari sisi bandwidth, kapasitas penyimpanan data, maupun kapasitas user-handling  yang semakin berkembang. Istilah sebutan karakteristik ini adalah scalability . Scalability   adalah kemampuan sistem buat scale up/down berdasarkan client request. Penerapan scalability mirip konsep  pay-as-you-go  (apa yg kita bayar, itu yang kita pakai). cloud computing menjawab kebutuhan ini dengan menyediakan layanan yang disertai pilihan kapasitas yang dapat digunakan perusahaan pengguna. Sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan tenaga tambahan untuk pembelian infrastrukturhardware maupun software untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan bisnis yang semakin berkembang.

Jadi, cloud computing   mempunyai manfaat sebagai ujung tombak dalam penyelenggaraan e- governance karena hal ini adalah hal dasar untuk menyelenggarakan e-governance.

1.2 Implementasi Cloud Computing

 Ada tiga poin utama yang diperlukan dalam implementasi cloud computing, yaitu computer front end, computer back end , dan yang terakhir penghubung antara keduanya. Komputer fron end biasanya merupakan computer desktop biasa, sedangkan computer back end dalam skala besar bias berupa server computer yang dilengkapi dengan data center dalam rak-rak besar. Pada umumnya computer back end harus mempunyai kinerja yanh tinggi, karena harus melayani, mungkin hinggga ribuan permintaan data. Penghubung keduanya bisa berupa jaringan LAN atau internet. Semua pengguna computer yang pernah mengakses internet, secara sadar atau tidak sadar pasti pernah melakukan cloud computing. Pasti semua pengguna internet pernah mengakses google. Ketika penguna mengakses google sebenernya dia sedang melakukan cloud computing.

penerapan komputasi awan yang mulai banyak dibicarakan sebagai “green IT” atau teknologi informasi ramah lingkungan, ada sebagian orang yang membuka kesempatan kepada kalangan bisnis yang berminat mengaplikasikannya guna mendukung kapasitas dan kecepatan akses informasi. Misalnya komunitas bisnis dari Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, kemudian kini masuk Bali dan Nusa Tenggara, dan tujuan kehadiran komputasi awan di Bali dan kawasan timur Indonesia bukan untuk melakukan penyisiran atau “sweeping” terkait maraknya penggunaan perangkat lunak atau system komputer bajakan, melainkan untuk mendukung pengembangan bisnis yang akan berbanding lurus terhadap kemajuan ekonomi daerah.

(3)

Jadi dengan adanya komputasi awan ini, penerapan teknologi informasi tepat guna bagi peningkatan produktivitas dan penciptaan efisiensi bisnis sangat memudahkan sekali bagi masyarakat.

Cloud computing   dapat diimplementasikan dengan cara menyediakan komponen-komponen berupa server, hardware, dan jaringan yang dibutuhkan pelanggan dengan harga tertentu. Penyediaan ini dilakukan oleh vendor. Pelanggan dapat melakukan instalasi aplikasi yang digunakannya pada infrastruktur tersebut.

Layanan-layanan yang bisa dipilih meliputi: 1) Infrastructure as a service (IaS)

Layanan ini diberikan dengan cara menyediakan komponen-komponen berupa server,hardware, dan jaringan yang dibutuhkan pelanggan dengan harga tertentu. Pelanggan dapat melakukan instalasi aplikasi yang digunakannya pada infrastruktur tersebut.

Contoh terapan: hosting aplikasi web.

Contoh vendor penyedia jasa: semua penyedia hosting 2) Platform as a service (PaS)

Layanan ini diberikan dengan cara menyediakan system software dan software pendukung yang diperlukan untuk membangun aplikasi yang akan dipasang pada server tersebut sesuai kebutuhan organisasi. Organisasi kemudian membangun aplikasi yang dibutuhkan pada platform ini dan menggunakannya. Analogi yang dapat digunakan untuk menggambarkan layanan ini adalah seperti menyewa rumah lengkap dengan isinya sehingga pembeli/penyewa dapat langsung menggunakan rumah tersebut.

Contoh terapan: remote application development Contoh vendor: BizNet, Microsoft, LintasArta 3) Software as a service (SaS)

Layanan ini diberikan dengan menyediakan software maupun aplikasi yang dapat diakses pelanggan via internet. Penyedia layanan cloud computing berinteraksi dengan pengguna dan pelanggan melalui sebuah front-end panel. Contoh layanan sederhana: e-mail, online documents

Contoh layanan (agak susah): SAP online

Contoh vendor: Google, Amazon, SAP, salesforce, amazone, box.com, skydrive dan lain-lain

 Adapun untuk data-data intelejen atau data rahasia suatu negara, negara mempunyai infrastruktur dan platform sendiri. Sementara untuk pelayanan, mereka akan pakai jasa cloud computing. Seperti pada bank-bank di Indonesia, banyak memakai jasa anak perusahaan Indosat dan LintasArta. Selain itu, jaringan intelejen dan kepresidenan kita pakai jasa dari Telkom, ada jaringan khususnya.

Kendala yang dihadapi dalam implementasi clod computing governance adalah:

(4)

Dalam hal ini terkadang kita harus mengetahui Service Level yang didapatkan mengenai transaction response time, data protection dan kecepatan pengembalian data karena Cloud provider tidak akan konsisten dengan perfoma dari aplikasi ataupun transaksi.

2) Privacy

Dalam hal ini semua pengguna atau perusahaan melakukan hosting, maka ada kemungkinan data yang anda simpan bisa dibaca oleh pengguna yang lain tanpa sepengetahuan kita ataupun atas persetujuan kita.

3) Compliance

Kita harus memperhatikan regulasi dari bisnis yang kita miliki, dalam hal ini secara teori Cloud Service Provider diharapkan dapat menyamakan level compliance sebagai penyimpanan data didalam Cloud, namun dikarenakan teknologi ini baru maka disarankan untuk berhati-hati dalam penyimpanan data.

4) Data Ownership

Seiring dengan kita menyimpan data kita dalam cloud, kita harus bertanya apakah data kita sepenuhnya milik kita bilamana kita sudah menyimpan data tersebut dalam Cloud karena data sepenuhnya sudah bisa menjadi milik bersama.

5) Data Mobility

Kita akan bertanya beberapa hal seperti apakah data yang sudah kita simpan bisa kita bagikan diantara Cloud Service? Kita juga mempertanyakan apakah data andaakan kembali bilamana kita memutuskan kerjasama dengan Cloud Service. Kita juga harus memastikan bahwa data kita juga sudah terhapus kopinya bilamana kitamemutuskan kerjasama dengan Cloud Service

Untuk menghadapi kendala tersebut, tiap vendor/provider seperti Microsoft, google, amazone, salesfore, dan berbagai perusahaan hosting brlomba2 memberikan pelayanan terbaik. Biasanya masalah utamanya ada peretas atau yang kita sebut hacker/cracker.

 Adapun peranan cloud computing   dalam mendukung pengembangan bisnis yang akan berbanding lurusterhadap kemajuan ekonomi. Dimana cloud computing akan berbanding lurus dengan kefektifan keefisienan. Pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mempunyai infrastruktur mahal seperti sever, jaringan, spftware, hardware, dsb karena telah disediakan oeh provider.

Pelayanan dengan ICT tersebut bisa memudahkan investasi pemerintahan darah. Birokrasi yang berbelit-belit bisa diminimalisir. Contoh daerah yang telah menerapkan pelayanan tersebut yakni seperti kota Sragen, Jembrana, Surabaya, dan Jogjakarta. Salah satu cara yang paling hemat dan efektif dalam penerapan e-government yakni dengan memanfaatkan cloud computing. Penggunaan sistem cloud computing ini sagant penting untuk keefektifan dalam menjalankan tugas pemrintah daerah, seperti penggunaan virtual office dalam administrasi pemerintahan daerah.

(5)

II. Pengertian E-Government

E-government adalah penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk administrasi pemerintahan yang efisien dan efektif, serta memberikan pelayanan yang transparan dan memuaskan kepada masyarakat. Semua organisasi pemerintahan akan terpengaruh oleh perkembangan e-government ini. E-government dapatlah digolongkan dalam empat tingkatan. Tingkat pertama adalah pemerintah mempublikasikan informasi melalui website. Tingkat kedua adalah interaksi antara masyarakat dan kantor pemerintahan melaui e-mail. Tingkat ketigaadalah masyarakat pengguna dapat melakukan transaksi dengan kantor pemerintahan secara timbal balik. Level terakhir adalah integrasi di seluruh kantor pemerintahan, di mana masyarakat dapat melakukan transaksi dengan seluruh kantor pemerintahan yang telah mempunyai pemakaian data base bersama

2.1 Definisi e-government

a. Bank Dunia (World Bank),

“E-Government refers to the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) that have the ability to transform relations with citizens, businesses, and other arms of government.” 

b. UNDP (United Nation Development Programme),

“E-government is the application of Information and Communicat-ion Technology (ICT) by government agencies.” 

2.2 Fenomena

a. E-Government merupakan salah satu sektor pengembangan ICT yang berjalan lambat tidak signifikan dgn besarnya biaya yg sudah dikeluarkan negara

b. Faktor politis dan moril menyumbang cukup besar thd tidak signifikannya dana yg sudah dikeluarkan dgn hasil yg diharapkan

c. Otonomi daerah & lemahnya kebijakan nasional di bidang e-gov menyebabkan kesenjangan perkembangan egov antar daerah

d. Perbedaan kemampuan SDM, finansial, komitment pimpinan, ketentuan hukum daerah, pengaruh rekanan, moril dan politik menyebabkan makin lama kesenjangan antar daerah makin lebar

e. Ego sektoral menyebabkan terjadinya duplikasi database, sehingga data produk pemerintah cenderung kurang dipercaya.

f. Kebijakan mengambang Pemerintah Pusat mengakibatkan Pembangunan & pengembangan database nasional makin sulit diwujudkan

2.3 Manfaat e-government

a. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;

(6)

b. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Governance di pemerintahan (bebas KKN);

c. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari;

d. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan; e. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat

menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada; dan

f. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.

2.4. Prinsip dasar 

Dalam pemanfaatannya untuk pembangunan, diperlukan pemahaman bahwa e-government :

1. hanyalah alat;

2. mempunyai resiko terhadap integrasi datayang sudah ada;

3. bukanlah pengganti managemen publik dan kontrol internal pemerintahan; 4. masihdiperdebatkan peranannya dalam hal mengurangi praktek KKN; 5. juga masih diragukan untuk dapat membantu mengurangi kemiskinan;dan

6. (6) memerlukan kerjasama antar ICT profesional dan pemerintah.Sebagai salah satu aplikasi telematika yang termasuk baru di bidang kepemerintahan, maka diperlukan waktu dan proses sosialisasi yang memadai agar para pelaku birokrasi dan masyarakat mampu memahami e-gov untuk kemudian mendayagunakan potensinya dan tidak terjebak kepada paradgima lama, project oriented activities.

2.5 Pentahapan

Beberapa negara maju maupun yang sedang berkembang melaksanakan pengembangan e-gov sesuai dengan karakteristik negara masing-masing.Jarang ditemukan negara-negara tersebut melaksanakan tahapan yang sama. Penelitian Parayno(1999) di Philipina dan Kang (2000) menunjukkan bahwa ada negara yang mendahulukan perdagangan(custom) dan e-procurement, ada negara yang memprioritaskan pelayanan pendidikan, ada yang mendahulukan sektor kesehatan, dan ada pula yang mengutamakan kerjasama regional.Menurut Wescott (2001), dari berbagai langkah danstrategi yang dilaksanakan oleh negara-negaratersebut, secara umum tahapan pelaksanaan e-govyang biasanya dipilih adalah :

1. Membangun sistem e-mail dan jaringan;

2. Meningkatkan kemampuan organisasi dan publik dalam mengakses informasi; 3. Menciptakan komunikasi dua arah antar pemerintah dan masyarakat;

(7)

5. Menyiapkan portal yang informatif.Membangun sistem e-mail dan jaringan biasanya dapat dimulai dengan menginstalasi suatu aplikasi untuk mendukung fungsi administrasi dasar seperti sistem penggajian dan data kepegawaian.

Meningkatkan kemampuan organisasi dan publik dalam mengakses informasi bisa dimulai dengan pengaturan work flow yang meliputi file, image,dokumen dan lain-lain dari satu works station keworkstation lainnya dengan menggunakan managemen bisnis untuk melaksanakan proses pengkajian, otorisasi data entry, data editing, dan mekanisme pendelegasian dan pelaksanaan tugas.

Sementara itu menciptakan komunikasi dua arah bisa dilaksanakan dengan menginformasikan satu atau lebih email address, nomor telepon dan facsimile pada website untuk meningkatkan minat dan kesempatan masyarakat dalam menggunakan pelayanan dan memberikan umpan balik. Pertukaran value antar pemerintah dan masyarakat memangharus dimulai secepatnya karena telematika sangat mendukung pelaksanaan pembangunan dan prosesinteraksi bisnis secara lebih flexible dan nyaman dimana dimungkinkan terjadinya proses pertukaran value atau tata nilai dan informasi dengan pihak pemerintah. Pertukaran value yang dimaksud bukan hanya tata nilai dan budaya, tapi juga secara nyata memulai terjadinya transaksi elektronis, seperti transfer dana antar rekening bank melalui ATM dan Internet sebagai bagian proses pelayanan publik.

Menyiapkan sebuah portal sebagai ujung tombak pelaksanaan e-gov diperlukan untuk mengintegrasikan informasi dan jenis pelayanan dari berbagai organisasi pemerintah sehingga dapat membantu masyarakat dan stake holder lainnya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Portal ini sebisa mungkin haruslah dapat membimbing segenap lapisan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam menjelajah dunia informasi baik ditingkat Pusat, Provinsi ataupun Kabupaten / Kota.Portal yang baik biasanya menambahkan link kepada website lainnya dalam menyempurnakan pelayanan kepada masyarakat, menyediakan box untuk keluhan dan umpan balik, dan tentu saja  juga di update secara berkala.Beberapa konsep e-gov di berbagai negara telah

memasukkan tahapan demokrasi digital yang memungkinkan partisipasi masyarakat serta sistem penghitungan suara dilaksanakan melalui perangkat telematika seperti pemilihan wakil rakyat, pemilihan gubernur dan presiden. Pemanfaatan e-gov untuk demokrasi membutuhkan waktu dan proses sosialisasi yang cukup lama untuk meyakinkan penduduk memberikan suaranya melalui sebuah mesin. Pelaksanaannya di beberapa negara maju sekalipun termasuk di Amerika Serikat sendiri,banyak mengalami hambatan dan kegagalan. Majalah Time Annual (2001) mempelesetkan semboyan negara bagian Florida setelah ricuhnya proses penghitungan komputer hasil pemilihan suara untuk menentukan presiden Amerika Serikat tahun 2000 yang lalu dengan, “Wel come to Flori-duh, land of changing chads, butterfly ballots and undervotes!”. Meski demokrasi digital belum terlalu mendesak untuk dilaksanakan, langkah-langkah persiapan sudah selayaknya pula di ambil dengan mempertimbangkan tingkat pemanfaatan telematika

(8)

yang sudah cukup tinggi pada proses proses PEMILU dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004 dan 2005 lalu.

2.6 Implementasi e-government

1. Penyediaan sumber informasi, khususnya informasi yang sering dicari oleh masyarakat. Informasi ini dapat diperoleh langsung dari tempat kantor pemerintahan, dari kios info (info kiosk), ataupun dari Internet

2. Penyediaan mekanisme akses melalui kios informasi yang tersedia di kantor pemerintahan dan juga di tempat umum. Usaha penyediaan akses ini dilakukan untuk menjamin kesetaraan kesempatan untuk mendapatkan informasi.

3. E-procurement dimana pemerintah dapat melakukan tender secara on-line dan transparan.

2.7 Aplikasi egov dan Infrastruktur 

Di lihat dari pelaksanaan aplikasi egov, data dari Depkominfo (2005) menunjukkan bahwa hingga akhir tahun 2005 lalu Indonesia baru memiliki:

(a) 564 domain go.id;

(b) 295 website pemerintah pusatdan pemda;

(c) 226 website telah mulai memberikan layanan publik melalui website; (d) 198 website pemda masih dikelola secara aktif.

Beberapa pemerintah daerah(pemda) memperlihatkan kemajuan cukup berarti. Bahkan Pemkot Surabaya sudah mulai memanfaatkan egov untuk proses pengadaan barang dan jasa (e-procurement). Beberapa pemda lain juga berprestasi baik dalam pelaksanaan egov seperti: Pemprov DKI Jakarta, Pemprov DI Yogyakarta, Pemprov Jawa Timur, Pemprov Sulawesi Utara, Pemkot Yogyakarta,Pemkot Bogor, Pemkot Tarakan, Pemkab Kebumen, Pemkab. Kutai Timur, Pemkab. Kutai Kartanegara, Pemkab Bantul, Pemkab Malang.

Sementara itu dari sisi infrastruktur, layanan telepon tetap masih di bawah 8 juta satuan sambungan dan jumlah warung telekomunikasi (Wartel) dan warung Internet (Warnet) yang terus menurun karena tidak sehatnya persaingan bisnis. Telepon seluler menurut data Depkominfo tersebut telah mencapai 24 juta ss(diperkirakan posisi kwartal pertama 2006 telah mencapai kurang lebih 30 juta ss).Meski kepadatan telepon tetap di beberapa kota besar bisa mencapai 11% - 25%, kepadatan telepon dibeberapa wilayah yang relatif tertinggal baru mencapai 0,2%. Jangkauan pelayanan telekomunikasi dalam bentuk akses telepon baru mencapai 65% desa dari total sekitar 67.800 desa yang ada di seluruh tanah air. Jumlah telepon umum yang tersedia hingga saat ini masih jauh dari target 3% dari total. sambungan seperti ditargetkan dalam penyusunan Program Pembangunan Jangka Panjang II dahulu.

Sementara itu jumlah pelanggan dan pengguna Internet masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia. Hingga akhir 2004 berbagai data yang dikompilasi Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) memberikan jumlah pelanggan Internet masih pada kisaran 1,5 juta, sementara pengguna baru berjumlah 9

(9)

 juta orang.Rendahnya penetrasi Internet ini jelas bukan suatu kondisi yang baik untuk mengurangi lebarnya kesenjangan digital (digital divide) yang telah disepakati pemerintah Indonesia dalam berbagai pertemuan Internasional untuk dikurangi.

2.8 Kelembagaan, Regulasi, dan Kebijakan

Perkembangan dan pembangunan telematika memasuki babak baru pada awal tahun 2005 dengan digabungkannya Ditjen Postel yang dahulu berada dibawah Departemen Perhubungan kedalam Depkominfo. Satriya (2005) melihat penggabungan tersebut seyogyanya bisa mempercepat gerak pelaksanaan aplikasi egov di seluruh tanah air dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk penyediaan infrastruktur telematika yang sekaligus disinkronkan dengan berbagai aplikasi prioritas.

Begitu pula dari sisi regulasi, sudah ada Instruksi Presiden (Inpres) No. 3 Tahun 2003 tentang Strategi Pengembangan Egov yang juga sudah dilengkapi dengan berbagai Panduan tentang egov seperti:

1. Panduan Pembangunan Infrastruktur Portal Pemerintah;

2. Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik Pemerintah;

3. Pedoman tentang Penyelenggaraan Situs Web Pemda; dan lain-lain.

Demikian pula berbagai panduan telah dihasilkan oleh Depkominfo pada tahun 2004 yang pada dasarnya telah menjadi acuan bagi penyelenggaraan egov di pusat dan daerah.

Sayangnya beberapa peraturan payung yang diharapkan bisa segera selesai masih belum terwujud, seperti RUU tentang Informasi, dan Transaksi Elektronik yang masih belum dibahas di DPR.

Dalam bidang kebijakan, kelihatannya pemerintah belum berhasil menyusun suatu langkah konkrit yang dapat menggerakkan berbagai komponen pemerintah(lintas sektor) untuk saling bekerja sama membangun dan menjalankan aplikasi yang memang harus disinergikan.Hingga sekarang pemanfaatan telematika untuk Kartu Tanda Penduduk, Perpajakan, Imigrasi, dan Kepegawaian yang sangat dibutuhkan dalam reformasi pemerintahan masih belum terlaksana. Masih mahalnya tarif Internet, termasuk Broadband, rupanya telah mulai menarik perhatian Menteri Kominfo seperti diungkapkan beberapa waktu lalu dalam ajang Indo Wireless 2006 (Detik,14/3/06). Kombinasi pemanfaatan kapasitas telepon tetap eksisting dan berbagai teknologi nirkabel lainnya sudah seharusnya bisa didukung oleh sistemtarif yang sudah memanfaatkan kompetisi dalam sektor telematika ini. Begitu pula alternatif penyediaan infrastruktur telematika di daerah terpencil, perbatasan, dan tertinggal masih belum bisa memaksimalkan pemanfaatan dana Universal Service Obligation (USO) yang telah dikutip dari operator.

2.9 Inisiatif E-Government di Indonesia

Sebetulnya inisiatif E-Government di Indonesia sudah dimulai sejak beberapa waktu yang lalu. Dalam inisiatif Nusantara 21, Telematika, dan saat ini Telematika versi dua (Tim Koordinasi Telematika Indonesia) topik E-Government sudah muncul. Inisiatif implementasi E-Government di Indonesia antara lain:

(10)

a. Penayangan hasil pemilu 1999 secara on-line dan real time.

b. RI-Net. Sistem ini menyediakan email dan akses Internet kepada para pejabat. Informasi lengkap dapat diperoleh di http://www.ri.go.id

c. Info RI. Penyedia informasi dari BIKN.

d. Penggunaan berbagai media komunikasi elektronik (Internet) di beberapa pemerintah daerah tempat.

2.10 Strategi Pengembangan e-Government

1. Pengembangan sistem pelayanan yang handal dan terpercaya serta terjangkau masyarakat luas

2. Penataan sistem manajemen dan proses kerja pemerintah Pusat dan Daerah secara holistik

3. Pemanfaatan teknologi informasi secara optimal

4. Peningkatan peran serta dunia usaha dan pengembangan industri telekomunikasi dan teknologi informasi

5. Pengembangan SDM di pemerintahan dan peningkatan e-literacy masyarakat

6. Pelaksanaan pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur

2.11 Hambatan dalam Mengimplementasikan E-Government

Jika dilihat dari keteranan di atas, tentunya sangat diinginkan adanya E-Government di Indonesia. Ada beberapa hal yang menjadi hambatan atau tantangan dalam mengimplementasikan E-Government di Indonesia.

1. Kultur berbagi belum ada.

Kultur berbagi (sharring) informasi dan mempermudah urusan belum merasuk di Indonesia. Bahkan ada pameo yang mengatakan: “Apabila bisa dipersulit mengapa dipermudah?”. Banyak oknum yang menggunakan kesempatan dengan mepersulit mendapatkan informasi ini.

2. Kultur mendokumentasi belum lazim.

Salah satu kesulitan besar yang kita hadapi adalah kurangnya kebiasaan mendokumentasikan (apa saja). Padahal kemampuan mendokumentasi ini menjadi bagian dari ISO 9000 dan juga menjadi bagian dari standar software engineering.

3. Langkanya SDM yang handal.

Teknologi informasi merupakan sebuah bidang yang baru. Pemerintah umumnya  jarang yang memiliki SDM yang handal di bidang teknologi informasi. SDM yang handal ini biasanya ada di lingkungan bisnis / industri. Kekurangan SDM ini menjadi salah satu penghambat implementasi dari e-government. Sayang sekali kekurangan kemampuan pemerintah ini sering dimanfaatkan oleh oknum bisnis dengan menjual solusi yang salah dan mahal.

(11)

4. Infrastruktur yang belum memadai dan mahal.

Infrastruktur telekomunikasi Indonesia memang masih belum tersebar secara merata. Di berbagai daerah di Indonesia masih belum tersedia saluran telepon, atau bahkan aliran listrik. Kalaupun semua fasilitas ada, harganya masih relatif mahal. Pemerintah juga belum menyiapkan pendanaan (budget) untuk keperluan ini.

5. Tempat akses yang terbatas.

Sejalan dengan poin di atas, tempat akses informasi jumlahnya juga masih terbatas. Di beberapa tempat di luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong royong untuk menciptakan access point yang terjangkau, misalnya di perpustakaan umum (public library). Di Indonesia hal ini dapat dilakukan di kantor pos, kantor pemerintahan, dan tempat-tempat umum lainnya.

2.12 Revitalisasi E-Government

Memperhatikan berbagai kondisi pelaksanaan program egov seperti dibahas dalam di atas, maka langkah untuk merevitalisasi egov Indonesia sudah tidak bisa ditunda lagi. Banyaknya dana yang sudah dihabiskan tidak sebanding dengan hasil yang di peroleh. Namun pelaksanaan proses revitalisasi juga tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa dan tanpa konsep yang jelas.

Revitalisasi yang dimaksudkan adalah serangkaian tindakan perencanaan dan penataan ulang program egov yang disesuaikan kembali dengan target pembangunan nasional dan sektor telematika dengan mengindahkan prinsip-prinsip dasar serta proses pentahapan egov tanpa menyia-nyiakan kondisi eksisting yang sudah dicapai.

Beberapa langkah yang bisa diambil dalam waktu dekat adalah sebagai berikut : (1) mensikronkan target-target pembangunan nasional dalam sektor telematika dengan

beberapa program egov yang akan dilaksanakan di seluruh lembaga dan departemen. Langkah ini sekaligussebagai proses evaluasi program egov yang pernahdijalankan di semua tingkatan.

(2) meningkatkan pemahaman masyarakat,pelaku ekonomi swasta,termasuk pejabat pemerintahan atas potensi yang dapat disumbangkan program egov dalam mencapai target pembangunan nasional dan sektor telematika.

(3) menyelesaikan berbagai program utama egov yang belum berhasil dilaksanakan, dan menyusun prioritas program egov yang dapat menciptakan lapangan kerja serta membantu penegakan praktek good governance dalam berbagai pelayanan publik.

(4) Menambah akses dan jangkauan infrastruktur telematika bagi semua kalangan untuk mengutamakan pemanfaatan egov dalam segala aktifitas sosial ekonomi masyarakat. Termasuk dalam hal ini adalah menetapkan struktur tarif yang transparan dan terjangkau buat semua kalangan. Jika perlu dapat saja diberlakukan diferensiasi tarif untuk semua aplikasi egov.

(12)

(5) alokasi dana egov perlu ditingkatkan yang disesuaikan dengan tahapan yang telah dicapai. Dana bisa berasal dari, RAPBN, kerjasama internasional atau juga dari swasta nasional.

(6) menetapkan hanya beberapa aplikasi egov pilihan  –sebagai contoh sukses- yang menjadi prioritas pembangunan dan pengembangan sehingga terjadi efisiensi dalam pemberian pelayanan publik.

Evaluasi dan revitalisasi egov juga sangat diperlukan mengingat seperti diingatkan Kabani (2006) bahwa adalah suatu keharusan untuk melakukan proses perencanaan secara hati-hati dan untuk melakukan streamlining berbagai proses off-line sebelum melanjutkannya menjadi proses on-line. Sebagai tambahan, juga sangat penting diperhatikan agarinstansi pemerintah untuk tidak melakukan proses otomatisasi berbagai inefisiensi.

Revitalisasi egov ini semakin dirasakan perlu ketika kita harus juga mempersiapkan diri menyambut berbagai perkembangan baru dalam globalisasi industri dan perdagangan dunia.Berbagai perkembangan teknologi telematika yang semakin konvergen juga membuat pemerintah harus terus menyiapkan berbagai regulasi dan kebijakan antisipatif dalam penyelenggaraan egov di berbagai sektor.

III. Implementasi Cloud Computing di Bidang Pemerintahan

Seperti yang sudah dibahas pada posting sebelumnya,  cloud computing adalah teknologi yang menggunakan internet dan server pusat yang jauh untuk menjaga/mengelola data dan aplikasi. Cloud computing membantu konsumen dan pebisnis untuk menggunakan aplikasi tanpa melakukan instalasi, mengakses file pribadi mereka di komputer manapun dengan akses internet.

 Arsitektur Cloud, arsitektur sistem dari sistem perangkat lunak yang terlibat dalam pengiriman komputasi awan, biasanya melibatkan beberapa komponen awan saling berkomunikasi melalui antarmuka pemrograman aplikasi, biasanya layanan web dan arsitektur 3-tier. Dua komponen yang paling penting dari arsitektur komputasi awan dikenal sebagai front end dan back end. Ujung depan adalah bagian dilihat oleh klien, yaitu pengguna komputer. Ini termasuk jaringan klien (atau komputer) dan aplikasi yang digunakan untuk mengakses awan melalui user interface seperti browser web. Bagian belakang arsitektur komputasi awan adalah ‘awan’ itu sendiri, yang terdiri dari berbagai komputer, server dan perangkat penyimpanan data.

Lapisan server terdiri dari perangkat keras komputer dan / atau produk komputer perangkat lunak yang secara khusus dirancang untuk pengiriman layanan awan, termasuk prosesor multi-core, sistem operasi awan yang spesifik dan kombinasi service.

 Arsitektur Cloud, arsitektur sistem dari sistem perangkat lunak yang terlibat dalam pengiriman komputasi awan, biasanya melibatkan beberapa komponen awan saling berkomunikasi melalui antarmuka pemrograman aplikasi, biasanya layanan web dan arsitektur 3-tier. Dua komponen yang paling penting dari arsitektur komputasi awan dikenal sebagai front end dan back end. Ujung depan adalah bagian dilihat oleh klien, yaitu pengguna

(13)

komputer. Ini termasuk jaringan klien (atau komputer) dan aplikasi yang digunakan untuk mengakses awan melalui user interface seperti browser web. Bagian belakang arsitektur komputasi awan adalah ‘awan’ itu sendiri, yang terdiri dari   berbagai komputer, server dan perangkat penyimpanan data.

Lapisan server terdiri dari perangkat keras komputer dan / atau produk komputer perangkat lunak yang secara khusus dirancang untuk pengiriman layanan awan, termasuk prosesor multi-core, sistem operasi awan yang spesifik dan kombinasi service.

Kali ini yang akan dibahas adalah implementasi cloud computing di bidang pemerintahan. Cloud Computing dalam pemerintahan (E-Government) dapat mendongkrak kinerja khususnya dalam bidang pemerintahan. E-Government dapat membantu para staff di bidang pemerintahan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik ke masyarakat. Salah satu contohnya adalah sebagai penyediaan sumber informasi. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menyediakan layanan cloud computing sebagai layanan jasa alih daya pengelolaan TIK untuk instansi pemerintah. Layanan ini bertujuan agar dapat mewujudkan percepatan E-Government, karena memungkinkan pengguna pemerintah berkonsentrasi dalam memberikan layanan dan tidak dipusingkan dengan konfigurasi maupun pemeliharaan perangkat teknologi informasi.

Selain itu instansi pemerintah seperti Badan Pengawas Tenaga Nuklir dan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) juga sudah menggunakan teknologi ini. Dengan demikian, berdasarkan kalkulasi Balai Ipteknet pengguna layanan jasa komputasi awan dapat menghemat biaya hampir 50% dibanding dengan menyiapkan infrastruktur dan SDM sendiri yang mencapai ratusan juta rupiah.

IV. Cloud Computing Menjadi Solusi E-Government

Infrastruktur menjadi salah satu kendala terbesar dalam pengembangan E-government di negara berkembang termasuk di Indonesia. Saat ini berkembang teknologi yang dikenal orang dengan istilah "Cloud computing", teknologi ini dipercaya dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas penggunaan software dan hardware, berikut ulasannya yang saya kutip dari beberapa sumber.

4.1 Bagaimana Teknologi ini bekerja

Ini adalah sebuah model layanan berbasis Internet untuk menampung sumber daya sebuah perusahaan.

 Artinya sebuah perusahaan tak perlu lagi memiliki atau mendirikan infrastruktur lantaran sudah ada perusahaan lain yang menyediakan "penampung" di cloud  alias Internet. Secara ekonomis, cloud computing adalah layanan yang membuat perusahaan berhemat.

Pasalnya, sebuah perusahaan tak perlu lagi mengalokasikan anggaran untuk pembelian dan perawatan infrastruktur dan software. Perusahaan pun tak perlu memiliki pengetahuan serta merekrut tenaga pakar dan tenaga pengontrol infrastruktur di “cloud ” yang mendukung mereka.

(14)

Beberapa perusahaan yang menyediakan layanan semacam ini adalah Google, Microsoft, Zoho, Amazon, dan SalesForce. Pada pertengahan tahun lalu, lembaga riset Gartner memprediksi bahwa cloud computing akan diadopsi secara lebih luas dan peningkatan yang dramatis.

Ini memang masuk akal, apalagi di tengah hantaman krisis ekonomi yang membelenggu dunia. Cloud computing akan memungkinkan sebuah perusahaan dengan kebutuhan jaringan maupun konsumsi data yang besar bisa berhemat.

4.2 Cloud Computing dan efesiensi biaya

Pembatasan biaya adalah pemicu kunci dibalik adopsi cloud computing , menurut 50 persen eksekutif TI senior di Asia Pasifik, seperti yang diungkap survey terbaru dari firma peneliti IDC.

Firma tersebut juga memprediksi bahwa belanja TI di seluruh dunia diharapkan berkembang hampir tiga kali lipat, atau mencapai USD 42 milyar pada 2012. Survey tersebut melibatkan 696 eksekutif TI dan petugas informasi kepala dari Asia Pasifik di luar Jepang pada pandangan mereka, pengertian, penggunaan terbaru dan penggunaan terencana dari cloud computing .

Sebelas persen menyatakan mereka telah menggunakan aplikasi berbasis cloud . 41 persen menyatakan bahwa mereka mengevaluasi solusi cloud untuk penggunaan di bisnis mereka, atau sudah menggunakan solusi cloud .

Para responden juga dimintai opini keadaan terkini tentang cloud computing . 17 persen menyatakan meskipun cloud computing sangat menjanjikan, tidak banyak layanan yang tersedia dan membuatnya maju. Delapan belas persen merasa bahwa cloud computing hanyalah nama baru dari konsep lama. Sementara 25 persen merasa bahwa konsep tersebut menarik namun harus menghadapi penolakan dari perusahaan mereka.

Chris Morris, Director for IDC’s Asia Pacific Services Research and Lead Analyst for Cloud Computing Research in Asia Pacific menyatakan bahwa masa depan cloud computing terlihat cerah.

"Saat ini, penggunaan layanan cloud berkembang dari domain pengadopsi awal ke mayoritas awal, menjadikannya penting bagi vendor TI untuk mengembangkan penawaran cloud kuat, dan memainkan peran penting dalam mengarahkan produk dan layanan cloud mereka dengan organisasi mereka, penawaran tradisional mereka, ekosistem rekan, dan persyaratan pasar serta pelanggan. Vendor TI yang gagal menghadapi peran terdepan akan tertinggal dengan pembagian kue yang sangat menjanjikan"

Para pengguna juga menyatakan bahwa mereka mengharapkan harga yang kompetitif, Service Level Agreements (SLAs) dan solusi menyeluruh.

Beberapa vendor TI cukup bisa memosisikan diri untuk melakukan hal ini namun beberapa lainnya terfokus pada solusi tunggal yang perlu membangun ekosistem rekanan kuat dalam membawa solusi luas ke pelanggan mereka.

(15)

4.3 Cloud Computing dan pengembangan infrastruktur E-government

Pemanfaatan teknologi ini perlu diekplorasi lebih lanjut dan ditentukan strateginya sebelum diadopsi kedalam pengembangan E-government. Potensi yang terlihat adalah efesiensi akibat reshource sharing yang dilalukan sehingga cost untuk pemakaian software dan hardware diduga dapat ditekan. well, tentunya penelitian lebih lanjut akan memberikan jawaban yang lebih sahi h, mari diteliti…..  ( Sumber : surya online, tempointeraktif.com, wikipedia )

4.4 Cloud Computing Dalam Bidang Pemerintahan

Cloud computing pada dasarnya adalah menggunakan Internet-based service untuk men-support business process. Kata-kata “Cloud” sendiri merujuk kepada simbol awan yang di dunia TI digunakan untuk menggambarkan jaringan internet (internet cloud). Cloud computing adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer (‘komputasi’) dan pengembangan berbasis Internet (‘awan’). Cloud/awan merupakan metafora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan computer, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya adalah suatu moda komputasi dimana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga pengguna dapat mengaksesnya lewat Internet ( “di dalam awan”) tanpa pengetahuan tentangnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya. Menurut jurnal yang dipublikasikan IEEE,

Internet Computing / Cloud Computing adalah suatu paradigma dimana informasi secara permanen tersimpan di server internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook, handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-lain.

Cloud Computing” secara sederhana adalah “layanan teknologi informasi yang bisa dimanfaatkan atau diakses oleh pelanggannya melalui jaringan internet”. Komputasi awan adalah suatu konsep umum yang mencakup SaaS, Web 2.0, dan tren teknologi terbaru lain yang dikenal luas, dengan tema umum berupa ketergantungan terhadap Internet untuk memberikan kebutuhan komputasi pengguna. Sebagai contoh, Google  Apps menyediakan aplikasi bisnis umum secara sharing yang diakses melalui suatu penjelajah web dengan perangkat lunak dan data yang tersimpan di server.Wikipedia mendefinisikan cloud computing sebagai “komputasi berbasis Internet, ketika banyak server digunakan bersama untuk menyediakan sumber daya, perangkat lunak dan data pada komputer atau perangkat lain pada saat dibutuhkan, sama seperti jaringan listrik

Gartner mendefinisikannya sebagai “sebuah cara komputasi ketika layanan berbasis TI yang mudah dikembangkan dan lentur disediakan sebagai sebuah layanan untuk pelanggan menggunakan teknologi Internet.”Forester mendefinisikannya sebagai “standar kemampuan TI, seperti perangkat lunak, platform aplikasi, atau infrastruktur, yang disediakan menggunakan teknologi Internet dengan cara swalayan dan bayar-per-pemakaian.”

(16)

E-government adalah penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk administrasi pemerintahan yang efisien dan efektif, serta memberikan pelayanan yang transparan dan memuaskan kepada masyarakat. Semua organisasi pemerintahan akan terpengaruh oleh perkembangan e-government ini. E-government dapatlah digolongkan dalam empat tingkatan.

1. Tingkat pertama adalah pemerintah mempublikasikan informasi melalui website. 2. Tingkat kedua adalah interaksi antara masyarakat dan kantor pemerintahan melaui

e-mail.

3. Tingkat ketiga adalah masyarakat pengguna dapat melakukan transaksi dengan kantor pemerintahan secara timbal balik.

4. Level terakhir adalah integrasi di seluruh kantor pemerintahan, di mana masyarakat dapat melakukan transaksi dengan seluruh kantor pemerintahan yang telah mempunyai pemakaian data base bersama.

Pemerintah dalam negara Indonesia telah menggunakan cloud computing. Contoh pertama yaitu sebagai penyediaan sumber informasi. Beberapa elemen masyarakat menilai bahwa sumber informasi sangat penting untuk diketahui. Mereka dapat mengetahui bagaimana komoditas sebuah daerah dengan adanya informasi dari E-Goverment. Selain itu kita dapat melihat berbagai informasi seputar universitas negeri di Indonesia melalui E-Goverment.

Sebagai contoh bila pemerintah daerah melakukan pinjaman luar negeri dari Bank Dunia, segala sesuatunya akan diatur oleh Bank tersebut dari konsultan sampai peralatannya. Sebagai akibatnya hanya memberikan lapangan pekerjaan bagi konsultan asing dan kita membeli peralatan yang lebih mahal. Walaupun dalam penawarannya disebutkan bunganya rendah, namun tidak ada nilai tambahnya bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya TI di Indonesia. Di samping itu konsultan TI dalam negeri mempunyai kemampuan yang sama dengan konsultan luar negeri. Untuk menghemat biaya juga dapat mempergunakan open source software, sehingga kita tidak perlu membayar biaya hak ciptanya. Hal lain yang harus diperhatikan adalah penetrasi telepon di daerah-daerah. Telkom dan mitra-mitra KSO (Kerja Sama Operasi)-nya telah melakukan pembangunan jaringan telepon, namun tidak semua daerah menikmati pembangunan tersebut. Pembangunan e-government tanpa infrastruktur telekomunikasi yang memadai akan hanya memboroskan biaya saja. Selain infrastruktur telekomunikasi  juga harus ada Internet Service Provider (ISP) yang melayani. Belum semua kabupaten

di Indonesia dapat berinternet, bahkan beberapa kabupaten di Pulau Jawa belum ada ISP yang melayani daerah tersebut.

Puluhan juta orang di Indonesia masih bermimpi untuk memiliki pesawat telepon, apakah egeovernment ini akan menambah daftar mimpi tersebut? Seperti ayam dan telur, haruskah kita memulai e-government atau nanti saja setelah infrastruktur telekomunikasi terpenuhi. Bila dilihat dari sisi keuntungannya aplikasi e-government yang merupakan government online mempunyai nilai tambah bagi pemerintah daerah. Keuntungannya antara lain dapat meningkatkan pendapatan daerah dan membuat pemerintah daerah lebih transparan. Perkembangan e-government dapatlah didorong

(17)

untuk memberikan manfaat bagi masyarakat yang pada akhirnya akan memberikan pelayanan yang baik dan transparan. Namun perlu memperhatikan masalah pendanaan yang tidak membebani keuangan negara dan daerah pada APBN 2003 dan APBD 2003 bagi provinsi/kabupaten/kota dan memerlukan persiapan yang matang dari pemerintah pusat dan daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis ordinasi Rap- Tobacco multidimensi menggunakan metode MDS terhadap 44 atribut yang terdiri dari empat dimensi yaitu Ekologi (11 atribut meliputi:

Kapasitas suatu ruas jalan didefinisikan sebagai jumlah maksimum kendaraan yang dapat melintasi suatu ruas jalan yang uniform per jam, dalam satu arah untuk jalan dua jalur dua

1) Memerlukan usaha promosi yang kuat agar masyarakat lebih tertarik untuk mengetahui tentang Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika.. 2) Sebagian masyarakat masih belum

Sistem ini dibangun dalam sebuah platform cloud computing yang menyediakan tools dan mekanisme yang membantu pengembangan aplikasi di lingkungan cloud yang membantu

itu guru membagikan lembar latihan kepada semua siswa. Lembar latihan terdiri dari berbagai macam model la- tihan yang berbeda. Dimulai dari yang sederhana seperti mengubah dari

Kontrak baru ADHI didominasi oleh pihak swasta sebesar 52%, disusul kontrak dari Badan Usaha Milik Negara/Daerah 24%, serta proyek pemerintah yang dibiayai Anggan

kompetensi yang dilakukan secara obyektif, transparan dan merata seperti penyegaran, kemanusiaan, kesehetan para guru yang dimutasi, usia guru yang menjelang

Percobaan adsorpsi yang telah dilakukan menghasilkan kondisi optimum untuk mengadsorpsi zat warna Congo Red dengan karbon aktif dari tempurung kelapa pada pH 2,2,