• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG UNICEF DAN PENGATURAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG UNICEF DAN PENGATURAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG UNICEF DAN PENGATURAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK

2.1 Sejarah Terbentuknya UNICEF sebagai Organisasi Internasional

UNICEF memiliki sejarah yang cukup panjang dalam upaya memberikan bantuan darurat diseluruh penjuru dunia, baik untuk bencana alam maupun yang disebabkan konflik. Kata UNICEF pada awalnya adalah singkatan dari “United Nations Emergency Fund” dan organisasi ini pertama didirikan untuk memberikan bantuan kemanusiaan khususnya kepada anak-anak yang hidup di dunia yang luluh lantah karena perang dunia ke-II. Banyak yang telah berubah sejak saat itu namun misi fundamental UNICEF tetap sama.1

Awal terbentuknya UNICEF dimulai ketika perang dunia II berakhir, PBB mulai mempromosikan perdamaian dunia. Banyak pemimpin PBB dari seluruh dunia khawatir tentang anak-anak di Eropa. Pada tahun 1946, para delegasi untuk PBB menyiapkan dana sementara yang disebut Dana Darurat PBB Internasional Anak (UNICEF). Didirikan untuk membantu anak-anak semua bangsa, bukan hanya negara-negara yang memenangkan Perang Dunia II.

1

Unicef Indonesia, “Membantu Mereka yang Rentan”, URL :

(2)

Pada awalnya, para pemimpin UNICEF berpikir itu yang paling penting untuk meningkatkan kesehatan anak-anak dan gizi. UNICEF bekerja dengan para pemimpin, petani, dan kelompok amal untuk membantu peternakan menghasilkan lebih banyak susu di Eropa karena banyak peternakan hancur dalam perang. Pada tahun 1950, UNICEF menutup diri karena kondisi di Eropa jauh lebih baik. Namun, beberapa pemimpin PBB protes karena mereka merasa pekerjaan UNICEF tidak dilakukan karena banyak anak di seluruh dunia sedang sekarat. Pada tahun 1953, PBB memutuskan untuk membuat UNICEF sebagai bagian permanen dari PBB dan resmi berubah nama menjadi Dana Anak PBB.2

Sidang Umum PBB dengan keputusan bulat pada tanggal 11 Desember 1946 memutuskan berdirinya UNICEF yang saat itu dinamakan United Nations International Children’s Emergency Fund (Dana Darurat Anak Internasional PBB).

Pada tahun-tahun awal, sumber dana digunakan untuk kebutuhan darurat anak-anak di Eropa dan Cina pasca perang untuk pengadaan pangan, obat-obatan dan sandang atau pakaian. Pada bulan Desember 1950, Sidang Umum mengubah mandat UNICEF untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan yang tidak diungkapkan tetapi sangat mendesak dari sekian banyak anak yang tidak terhitung jumlahnya di Negara berkembang. Pada bulan Oktober 1953, Sidang Umum memutuskan bahwa UNICEF harus meneruskan tugasnya sebagai badan tetap

2

Rizqi, 2015, “UNICEF”, URL : http://meisyaaiko.blogspot.com/, diakses tanggal 15

(3)

PBB. Badan ini disebut “United Nations Children’s Fund” (Dana PBB untuk Anak-anak), tetapi tetap mempertahankan akronimnya yang sudah begitu terkenal itu. Dengan menyisihkan perbedaan antara kemanusiaan dan tujuan pembangunan, UNICEF mulai menjangkau Negara terbelakang dalam proyek terutama yang dengan cara saling terkait, menyangkut gizi, pelayanan kesehatan primer dan pendidikan dasar bagi ibu dan anak, yang melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat.3

UNICEF memulai misinya pada tahun 1946 sebagai organisasi bantuan untuk anak-anak setelah Perang Dunia II. Mandatnya segera diperluas untuk membantu anak-anak yang hidupnya dalam bahaya di negara berkembang. Dalam kurun waktu 60 tahun, UNICEF telah memiliki anggota lebih dari 7.000 orang di 157 negara dan teritori di seluruh dunia.4

Pernyataan dari , J.G. Strake mengatakan , masing-masing organisasi Internasional dibatasi berdasarkan fungsi-fungsi dan tanggung jawab hukumnya, dengan masing-masing memiliki lapangan kegiatan sendiri yang terbatas.

Bekerjasama dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat di tingkat dunia, regional, nasional, dan tingkat komunitas yang selama ini menjadi ciri khas dari tugas UNICEF . Semua ini menjadi sumber-sumber bantuan kekuatan bagi UNICEF dalam menangani masalah anak saat ini. Oleh karena luas dan keanekaragaman jaringan kemitran ini akan membantu memperbesar

3

Teuku May Rudy, op.cit, h.124.

4

(4)

manfaat dari upaya yang dilakukan UNICEF. Karena itu secara garis besar peranan dan tanggung jawab yang paling besar ialah melalui kesadaraan dari tiap-tiap individu dan organisasi masyarakat untuk memerangi diskriminasi anak. UNICEF hanya lembaga dunia yang ingin meningkatkan kesadaran bahwa pentingnya perlindungan hak anak bagi dunia.

2.2 Peran dan Keberadaan UNICEF di Indonesia

UNICEF membantu Indonesia pertama kali pada 1948. Saat itu terjadi situasi darurat yang memerlukan penanganan cepat akibat kekeringan hebat di Lombok. Kerjasama resmi antara UNICEF dan pemerintah Indonesia dijalin pertama kali pada 1950. UNICEF telah memutuskan menjadi mitra tetap Indonesia dalam upaya mentranformasi seluruh kehidupan anak-anak dan perempuan di seluruh Nusantara.5

Setelah itu, pada tahun 1960-an UNICEF berkembang menjadi organisasi yang bergerak dalam pembangunan umumnya lebih kepada kepedulian terhadap kesejahteraan anak, bukan hanya bantuan darurat. Bagi UNICEF operasi besarnya ialah program gizi di Indonesia yang mencapai 100 desa di delapan provinsi (1959). Indonesia yang rejoined untuk PBB, pada November 1966 setelah keluar dari PBB (1965), oleh menteri Luar Negeri Adam Malik , menandatangani “surat

5

Unicef Indonesia, “Sejarah Singkat UNICEF di Indonesia”, URL :

http://www.unicef.org/indonesia/id/overview_3108.html, diakses tanggal 15 Oktober pkl 20.37

(5)

perjanjian baru mengenai penangan anak di Indonesia”, antara UNICEF dan Indonesia.6

Untuk masa 1990-1995 tujuan pokok kerjasama pemerintah Indonesia-UNICEF adalah untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan pengembangan anak-anak dengan perhatian khusus pada percepatan penurunan tingkat kesakitan dan kematian bayi, anak dan wanita.

Kerjasama meliputi program yang mempunyai dampak langsung pada kematian bayi dan anak-anak serta program yang mempersiapkan dan meningkatkan peran serta masyarakat. Program itu mencakup program pelayanan kesehatan terpadu (gizi, imunisasi, kesehatan ibu dan anak, serta penanggulangan penyakit diare), penyediaan air dan penyehatan lingkungan, pembangunan desa, pendidikan, pelayanan area dan kampung, dan pelayanan pendukung program.7

Program kerjasama menempatkan prioritas utama pada lima provinsi (Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor-Timur) dan 10 Kota (Palembang, Medan, Padang, Bandung, Semarang, Pontianak, Banjarmasin, Surabaya, Probolinggo, Pasuruan) yang dipilih oleh Pemerintah dan UNICEF berdasarkan kriteria tingkat kematian bayi, tingkat buta huruf, angka harapan hidup dan pendapat regional per-kapita. Tujuh Provinsi lainnya juga memperoleh bantuan untuk mendukung kegiatan pelayanan terpadu.

6 Ibid.

(6)

Kesebelas Provinsi itu mencakup 85% dari seluruh populasi anak di Indonesia atau kira-kira 18.200.000 anak dibawah usia lima tahun.8

Secara khusus UNICEF mendukung 29 proyek yang saling terkait, yang kesemuanya sangat tergantung pada latihan dan pemanfaatan kader-kader desa. Dukungan juga diberikan kepada perluasan nasional Usaha Perbaikan Gizi Keluarga dan Program Peningkatan Imunisasi.9

Komitmen UNICEF untuk masa lima tahun US$ 104.600.000,- termasuk US $ 42.000.000,- untuk proyek “tercatat” yang disetujui Dewan Eksekutif di bidang Kesehatan, gizi, penyediaan air, dan kesehatan lingkungan serta pembangunan masyarakat dan pelayanan pendukung untuk mobilisasi social dan program nasional, tergantung pada tersedianya dana dari para pendonor.

Program UNICEF di Indonesia dirancang berdasarkan perjanjian dengan Pemerintah Indonesia. UNICEF mendukung bantuan teknis, penguatan kapasistas, advokasi, formulasi kebijakan dan promosi isu-isu anak di Indonesia untuk membantu jutaan anak di Indonesia.

Kelangsungan hidup anak dan perkembangan dini yang mencakup kesehatan ibu dan anak, gizi, air, sanitasi, dan perilaku hidup bersih sehat, pendidikan dan perkembangan remaja termasuk HIV/AIDS, kebijakan sosial,

8

Ibid.

(7)

perlindungan anak dan dukungan respon darurat adalah isu-isu yang di emban UNICEF.10

Saat ini untuk Indonesia, para pekerja tengah memuat bantuan darurat UNICEF untuk korban bencana gempa Yogyakarta yang tiba 48 jam setelah itu. Tenda UNICEF yang didirikan di daerah bencana dimana beragam aktivitas dilakukan bersama anak-anak dengan satu tujuan : membantu anak-anak mengatasi trauma yang baru mereka alami. UNICEF telah memperlihatkan bentuk kepedulianya terhadap anak dan wanita korban bencana alam yang terjadi di Indonesia.11

2.3 Tujuan dan Sasaran UNICEF di Indonesia

UNICEF sebagai organisasi dibawah naungan PBB ini diberi wewenang oleh pemerintah dunia untuk melindungi hidup dan hak-hak anak. Tujuan utama UNICEF adalah untuk memastikan bahwa anak-anak di seluruh dunia mendapatkan perawatan dan pendidikan yang mereka butuhkan untuk tumbuh menjadi orang dewasa bahagia dan sehat.

Untuk mecapai tujuan UNICEF tersebut organisasi kemasyarakatan, termasuk mitra lembaga swadaya masyarakat (LSM) berperan serta dalam tugas-tugas UNICEF di Indonesia. Selain itu UNICEF dapat dijadikan pola hubungan kerjasama yang mengkaitkan lembaga-lembaga diindonesia dengan berbagai

10 Unicef Indonesia, “Dukungan UNICEF Indonesia”, URL :

http://www.unicef.org/indonesia/id/about.html, diakses tanggal 14 Januari 2015.

(8)

lembaga-lembaga didunia yang memiliki tujuan untuk memelihara dan melindungi anak-anak serta hak-haknya.

Untuk mencapai tujuan UNICEF tersebut, di Indonesia sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh UNICEF untuk mewujudkan tujuan UNICEF tersebut. Adapun Kegiatan yang dilakukan UNICEF di Indonesia :12

1. Kesehatan dan Gizi

Tingkat mortalitas balita di Indonesia telah berkurang, dan ibu yang meninggal karena masalah kehamilan juga semakin sedikit. Namun angka-angka tersebut masih terlalu tinggi, dan masih banyak ancaman kesehatan bagi mereka yang sebetulnya dapat dicegah.

UNICEF telah berupaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dan gizi, mendukung peningkatan kualitas layanan kesehatan, dan membantu para pimpinan di bidang perawatan dan kesehatan dalam mengambil keputusan tentang pengalokasian sumber daya.

2. Pendidikan dasar untuk semua

UNICEF bekerja dengan Pemerintah Indonesia, pakar pendidikan, masyarakat setempat serta pihak lainnya demi memastikan agar lebih banyak anak-anak dapat menyelesaikan pendidikan sekolah, demi mendukung standar pendidikan dan pengajaran yang berkualitas, dan demi mencari cara-cara inovatif untuk meningkatkan jumlah anak yang dapat memetik manfaat dari pembelajaran, baik di dalam ataupun luar ruangan kelas.

12 Unicef Indonesia, “Kegiatan Unicef di Indonesia”, URL :

(9)

3. Perlindungan anak

UNICEF telah bekerja sama dengan mitra dari berbagai kalangan untuk memastikan bahwa setiap anak Indonesia mendapatkan perlindungan penuh atas hak-hak yang dimilikinya, sesuai dengan standar internasional, dengan perhatian khusus kepada anak-anak yang rentan dan dalam risiko.

4. Memerangi HIV/AIDS

HIV dan AIDS merupakan potensi ancaman yang serius terhadap kesehatan dan kesejahteraan bagi banyak penduduk Indonesia, tapi sebagian besar dari mereka kurang mengetahui tentang isu tersebut. Kami bekerja untuk memastikan bahwa anak dan kaum muda mengerti risiko dari virus HIV, bagaimana cara melindungi diri mereka dari virus HIV, dan meningkatkan respek serta pengertian bagi mereka yang hidup dengan HIV dan AIDS.

5. Air dan Kebersihan Lingkungan

Memastikan agar keluarga di masyarakat yang paling rentan dapat memperoleh air bersih dan sanitasi yang baik, dan agar mereka mengetahui bagaimana cara melindungi kesehatan melalui kebersihan yang efektif merupakan bagian-bagian penting dari pekerjaan UNICEF di Indonesia.

Setiap organisasi memiliki sasaran hasil yang ingin dicapai untuk memenuhi tujuannya. Ada 3 hal yang menjadi sasaran UNICEF sebagai sebuah organisasi Internasional antara lain:13

1. Menumbuhkan kepercayaan anak-anak terhadap kepedulian Negara.

13

PYG Barus, 2010, “Tinjauan Pustaka Mengenai UNICEF”, URL :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17244/3/Chapter%20II.pdf, diakses tanggal 15 Januari 2015.

(10)

2. Membantu kaum muda untuk membangun sebuah dunia dimana semua anak-anak hidup secara terhormat dan memperoleh keamanan.

3. Menciptakan dunia yang cocok untuk anak-anak.

Sasaran UNICEF ini berfungsi untuk membantu pembangunan suatu Negara yang berkembang. Dengan kaitan hubungan, bahwasanya suatu Negara dapat tumbuh dan berkembang apabila taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat termasuk anak-anak,mendapat perhatian yang baik.

UNICEF sebagai badan PBB untuk urusan anak-anak dan pendidikan tidak mengeluarkan pernyataan tetapi tugas utamanya adalah untuk mengawasi apakah konvensi hak anak-anak dilanggar atau tidak oleh 193 negara yang menandatanganinya. UNICEF mengingatkan negara-negara yang terikat perjanjian akan kewajiban yang mereka miliki yaitu melindungi hak-hak anak.

Sasaran UNICEF saat ini ,membangun dunia yang nyaman dan sesuai untuk anak-anak agar terlepas dari diskriminasi, memerlukan bantuan dari kemitraan dari setiap pemerintah, individu, dan Organissasi yang menerapkan nilai-nilai kemanusiaan dan penghormatan akan hak-hak anak-anak. Yang termasuk didalamnya individu-individu masyarakat, organisasi-organisasi kemasyarakatan, lembaga sukarela, persekutuan dagang, bidang keagamaan, intitusi penelitian dan akademis serta anak-anak itu sendiri.

Kemitraan untuk mencapai kesuksesan merupakan salah satu strategi UNICEF dalam rencana tindakan untuk menciptakan suasana lingkungan yang baik bagi anak-anak,sebuah rencana yang terpadu dalam mempromosikan hidup

(11)

sehat memberikan pendidikan dasar yang berkualitas memerangi AIDS/hiv dan melindungi anak-anak dari pelecehan ,eksploitasi ,dan kekerasan. Hal ini sesuai dengan keputusan UN Special Sessions on Children pada mei 2002.14

2.4 Pengertian Eksploitasi Seksual Komersial Anak

Sungguh sulit untuk membayangkan sesuatu contoh pelanggaran hak-hak azasi manusia yang lebih memalukan dan mengagetkan selain eksploitasi seksual anak-anak. Setiap tahun, lebih dari 1 juta anak di seluruh penjuru dunia dipaksa masuk ke dunia pelacuran, diperdagangkan, dan dijual untuk keperluan seks atau digunakan dalam pornografi anak.15

Konvensi Hak-Hak Anak menegaskan hak anak untuk dilindungi dari “segala bentuk eksploitasi seksual dan sexual abuse (pelecehan seksual), “termasuk pelacuran anak, pornografi anak, dan praktek-praktek seks yang melanggar hukum lainnya”.

Sexual abuse (pelecehan seksual) adalah perilaku pendekatan-pendekatan yang terkait dengan seks yang diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan perilaku lainnya yang secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks.16

Eksploitasi Seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, tetapi tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran dan percabulan.17

14

Ibid.

15

Unicef, 2004, Hak atas Perlindungan Anak, Inter-Parliamentary Union, Swiss, h.59.

16Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 2015, “Pelecehan Seksual”, URL :

(12)

Eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) merupakan bentuk paksaan dan kekerasan terhadap anak dan sejumlah tenaga kerja paksa dan bentuk perbudakan modern.18

Pekerja anank diatur dalam ketentuan UU No. 13 Tahun 2003 sudah diatur mengenai pekerja anak dalam pasal 68- 75. Dalam Ketentuan tersebut disebutkan bahwa anak tidak boleh dipekerjakan tetapi dikecualikan pada anak berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan social, anak-anakm yang bekerja dengan orang dewasa harus dipisahkan dari tempat perj dewasa. Apabila pengusaha atau oeang dewasa memperkerjakan anak diluar dari ketentuan UU diatas maka hal tersebut merupaka bentuk eksploitasi.

Istilah “sexual abuse“ sering digunakan untuk merujuk pada abuse di dalam rumah atau keluarga, namun tidak ada kesepakatan yang nyata untuk membedakan antara sexual abuse dan eksploitasi seksual. Untuk alasan ini, istilah sexual abuse “eksploitasi seks komersial” sering digunakan untuk merujuk pada prostitusi anak dan pornografi anak. Meskipun demikian, anak jelas memiliki hak untuk dilindungi dari segala bentuk eksploitasi seksual, apakah komersial atau tidak: eksploitasi seksual dari pembantu rumah tangga, atau eksploitasi murid oleh

17 Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang, 2009,

“Eksploitasi Seksual”, URL :

http://www.gugustugastrafficking.org/index.php?option=com_content&view=article&id=58:ekspl oitasi-seksual-&catid=117:pengertian&Itemid=142, diakses tanggal 22 Maret 2015.

18 Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 2015, “Eksploitasi Seksual

Komersial Anak”, URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Eksploitasi_seksual_komersial_anak, diakses tanggal 21 Maret 2015.

(13)

gurunya (misalnya memberikan nilai bagus untuk mendapatkan pelayanan seksual), melanggar hak-hak korban, lepas dari apakah ada “dimensi komersial” atau tidak. Sexual abuse yang sistematis terhadap penduduk sipil di masa konfik atau penindasan juga merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan, lepas dari apakah korbannya anak-anak atau orang dewasa.19

Trevor Buck juga menyebutkan bahwa ada tiga bentuk eksploitasi seksual komersial anak. Hal tersebut sesuai dengan Optional Protocol to the Convention on The Rights of Child on the Sale of Children, Child Prostitution, and Child Pornography. (Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, Dan Pornografi Anak) Trevor Buck menyebutkan:

“There are a number of provisions of the Convention on the Rights of the Child that relate to the issues of the sale of children, child prostitution and child pornography: Art 11 (illicit transfer of children aboard), 21 (regulation of adoption), 32 (economic exploitation), 33 (illicit of drugs), 34 (sexual exploitation), 35 (sale and traffick in children) and 36 (other exploitation of children). There has been increasing international concern about the phenomenon of “sex tourism” that contributes to the sale of children, child prostitution, and

child pornography.”20

(Ada beberapa ketentuan Konvensi Hak Anak yang berhubungan dengan isu-isu penjualan anak , pelacuran anak dan pornografi anak Pasal 11 ( penyerahan anak ke luar negeri yang dilakukan secara gelap dan tidak dapat kembali ) , 21 ( peraturan adopsi ) , 32 ( eksploitasi ekonomi ) , 33

19 Unicef, op,cit. 20

(14)

(pemakaian obat-obat narkotik secara gelap dan zat-zat psikotropika) , 34 ( eksploitasi seksual ) , 35 ( penjualan dan traffick pada anak-anak ) dan 36 ( eksploitasi lainnya anak anak). Telah terjadi peningkatan keprihatinan internasional tentang fenomena " wisata seks " yang memberikan kontribusi untuk penjualan anak , prostitusi anak , dan pornografi anak)

Agenda Aksi Stokholm yang merupakan instrumen internasional pertama yang bertujuan untuk menghapuskan eksploitasi seksual komersial anak yang diselenggarakan di Stokholm pada tahun 1996 mendefinisikan eksploitasi seksual komersial anak sebagai:21

“Sebuah pelanggaran mendasar terhadap hak-hak anak. Pelanggaran tersebut terdiri dari kekerasan seksual oleh orang dewasa dan pemberian imbalan dalam bentuk uang tunai atau barang terhadap anak, atau orang ketiga, atau orang-orang lainnya. Anak tersebut diperlakukan sebagai sebuah objek seksual dan sebagai objek komersial. Eksploitasi Seksual Komersial Anak merupakan sebuah bentuk pemaksaan dan kekerasan terhadap anak, dan mengarah pada bentuk-bentuk kerja paksa serta perbudakan modern”

Definisi Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) menurut ILO (2008 : 12) mencakup hal-hal berikut ini :22

21

ECPAT Internasional, 2011, Pemantauan Global Status Aksi Menentang Eksploitasi Seksual Komersial Anak Indonesia Edisi ke-2, Jakarta, h. 7.

22 ILO, 2008, “Panduan tentang Pelaksanaan Pemantauan dan Pelaporan Penerima

Manfaat Langsung Proyek Pendukung Program Terikat Waktu Indonesia untuk Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak – Tahap II”, URL :

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo

(15)

a. Pemakaian anak perempuan dan anak laki-laki dalam kegiatan seksual yang dibayar dengan uang tunai atau dalam bentuk barang (umumnya dikenal sebagai prostitusi anak) di jalanan atau di dalam gedung, di tempat-tempat seperti rumah pelacuran, diskotek, panti pijat, bar, hotel dan restoran.

b. Wisata seks anak.

c. Pembuatan, promosi dan distribusi pornografi yang melibatkan anak-anak.

d. Pemakaian anak-anak dalam pertunjukan seks (publik/ swasta).

End Children Prostitution, Child Pornography, and the Trafficking of Children for Sexual Purposes International (ECPAT Internasional) memberikan definisi bahwa eksploitasi seksual komersial anak adalah sebuah pelanggaran mendasar terhadap hak-hak anak. Pelanggaran tersebut berupa kekerasan seksual oleh orang dewasa dengan pemberian imbalan kepada anak, atau orang ketiga, atau orangorang lainnya. Sederhananya, anak diperlakukan sebagai objek seksual dan komersial. Ini adalah perwujudan dari kerja paksa dan perbudakan modern terhadap anak. Hal ini karena tidak jarang anak-anak yang dipaksa mengalami kekerasan fisik dan trauma.23

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak mendefinisikan eksploitasi seksual komersial anak yaitu penggunaan anak untuk

23 ES Nasution, 2015, “Pengaturan Kejahatan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di

Indonesia”, URL: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43057/3/Chapter%20II.pdf, diakses tanggal 15 Maret 2015.

(16)

tujuan seksual dengan imbalan tunai atau dalam bentuk lain antara anak, pembeli jasa seks, perantara atau agen, dan pihak lain yang memperoleh keuntungan dari perdagangan seksualitas anak tersebut.

Definisi eksploitasi seksual komersial anak sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan sebuah bentuk pelanggaran terhadap hak anak dan mencakup praktek-praktek kriminal yang merendahkan dan mengancam integritas fisik dan psikososial anak. Sedangkan, kekerasan seksual terhadap anak dapat didefinisikan sebagai hubungan atau interaksi antara seorang anak dengan anak yang lebih tua atau anak yang lebih nalar atau orang dewasa seperti orang asing, tetangga, atau sanak keluarga dimana anak tersebut dipergunakan sebagai sebuah objek pemuas bagi kebutuhan seksual si pelaku. Perbuatan-perbuatan ini dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan, atau tekanan.24

2.5 Hak-hak Anak

Hak anak adalah bagian dari hak azasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak anak tersebut mencakup non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, hak kelangsungan hidup, perkembangan dan penghargaan terhadap pendapat anak. Semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan.

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

24 Pasal 1 ayat (12), Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU

(17)

secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.25

Dalam bentuknya yang paling sederhana, perlindungan anak mengupayakan agar setiap hak sang anak tidak dirugikan. Perlindungan anak bersifat melengkapi hak-hak lainnya yang secara inter alia menjamin bahwa anak-anak akan menerima apa yang mereka butuhkan agar supaya mereka bertahan hidup, berkembang dan tumbuh.26

Secara internasional sejak tahun 1989 masyarakat dunia telah mempunyai instrument hukum, yakni Konvensi Hak Anak, yang mempunyai kekuatan mengikat Negara peserta dan penandatanganan Konvensi Hak Anak. Konvensi Hak Anak mendiskripsikan hak-hak anak secara detail, menyeluruh dan maju. Konvensi Hak Anak memposisikan anak sebagai dirinya sendiri dan hak anak sebagai segmen (bagian) manusia yang harus dibantu perjuangannya bersama-sama orang dewasa. Konvensi Hak Anak yang memiliki 54 pasal itu dapat dikategorikan dalam empat hak, yakni :27

1. Hak untuk mendapatkan perlindungan,perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi, kekerasan dan keterlantaran (protectionrights),

25 Pasal 1 Ayat (2), Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU

No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

26

UNICEF, op.cit, h.3.

27Bappeda Kendal, “Konvensi Hak Anak”, URL :

http://bappeda.kendalkab.go.id/profile/sdm/87-konvensi-hak-hak-anak-kha.html, diakses tanggal 23 Maret 2015.

(18)

2. Hak mempertahankan eksistensi kehidupan, hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya (survival rights),

3. Hak untuk memperoleh pendidikan dan hak mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial (development rights),

4. Hak atas partisipasi, hak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak (participation rights).

Pemerintah dan Negara Indonesia sebagai Negara anggota PBB dan masyarakat internasional, sejak Agustus 1990 sudah meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui Keppres No 36 Tahun 1990. Peratifikasian Konvensi Hak Anak mengakibatkan Indonesia terikat secara hukum untuk mengimplementasikan konvensi. Indonesia juga berkewajiban mengharmonisasikan semua perangkat kebijakan Konvensi Hak Anak, mensosialisasikannya serta melakukan pemantauan. Implementasi tersebut dapat terwujud dalam pembentukan hukum nasional, program aksi dan kewajiban menbuat laporan nasional mengenai usaha-usaha dan perkembangan penegakan Konvensi Hak Anak di Indonesia. Keterlibatan Indonesia dalam konstelasi global tentang anak dan tersedianya berbagai perangkat kebijakan, merupakan awal bagi tindakan-tindakan segera dan berlanjut dalam pemenuhan hak-hak anak.

Sedangkan pada Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, Dan Pornografi Anak, Pasal 9 ini juga

(19)

menyebutkan hak asasi anak untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi seksual komersial anak dengan memberikan perhatian khusus bagi anak yang rentan terhadap ESKA. Hak-hak anak tersebut antara lain :28

1. Hak untuk mendapatkan informasi dengan media yang sesuai.

2. Hak untuk berpartisipasi pendidikan dan pelatihan mengenai tindakan pencegahan ESKA dan dampak yang merugikan apabila terjadi ESKA.

3. Hak untuk mendapatkan pemulihan reintegrasi social, fisik, dan mental sebagai korban kejahatan ESKA ini.

4. Hak untuk mendapatkan akses yang cukup untuk memperoleh dang anti rugi secara hukum, tanpa adanya diskriminasi.

5. Hak untuk mendapatkan jaminan hukum terhindar dari produksi dan penyebaran pengiklanan materi-materi kejahatan yang tercantum dalam protokol ini.

Adapun 31 hak anak dalam konvensi hak anak yaitu :29

1. Hak untuk kelangsungan hidup dan berkembang.

2. Hak untuk mendapatkan nama.

3. Hak untuk mendapatkan kewarganegaraan.

4. Hak untuk mendapatkan identitas.

28

Pasal 9, Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, Dan Pornografi Anak.

29 Candra Gautama, 2000,Konvensi Hak Anak Panduan Bagi Jurnalis, LSPP, Jakarta, h.

(20)

5. Hak untuk mendapatkan standar hidup yang layak.

6. Hak untuk mendapatkan standar kesehatan yang paling tinggi.

7. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam konflik bersenjata.

8. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami konflik hukum.

9. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksploitasi sebagai pekerja anak.

10. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksploitasi dalam penyalahgunaan obat-obatan.

11. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika mengalami eksploitasi seksual dan penyalahgunaan seksual.

12. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dari penculikan, penjualan, dan perdagangan anak-anak.

13. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksploitasi sebagai anggota kelompok minoritas atau masyarakat adat.

14. Hak untuk hidup dengan oramg tua.

15. Hak untuk tetap berhubungan dengan orang tua bila dipisahkan dari salah satu orang tua.

(21)

16. Hak untuk mendapatkan pelatihan ketrampilan.

17. Hak untuk berekreasi.

18. Hak untuk bermain.

19. Hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan seni dan kebudayaan.

20. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam situasi yang genting.

21. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus sebagai pengungsi.

22. Hak untuk bebas beragama.

23. Hak untuk bebas berserikat.

24. Hak untuk bebas berkumpul secara damai.

25. Hak untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber.

26. Hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi.

27. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari siksaan.

28. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan yang kejam, hukuman, dan perlakuan yang tidak manusiawi.

29. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penangkapan yang sewenang-wenang.

(22)

30. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari perampasan kebebasan.

31. Hak untuk mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-cuma.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam Bab III Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia pada Bagian Kesepuluh mengatur mengenai hak anak. Bagian yang mempunyai judul Hak Anak ini memberikan ketentuan pengaturan yang dituangkan ke dalam 15 (lima belas) pasal, Pasal 52 sampai dengan Pasal 66 dimana dalam Pasal 52 ayat (2) disebutkan bahwa hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.

Bab III Undang-Undang tentang Perlindungan Anak mengatur mengenai hak dan kewajiban anak. Hak anak diatur dalam ketentuan Pasal 4 sampai dengan Pasal 18 sedangkan kewajiban anak dicantumkan pada Pasal 19.

2.6 Pengaturan Eksploitasi Seksual Komersial Anak

2.6.1 Pengaturan dalam hukum nasional tentang Eksploitasi Seksual Komersial Anak30

1. UUD 1945 Pasal 28 B ayat (2) menyebutkan “Setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”31

30

Lampiran I Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak, URL :

http://peraturan.bkpm.go.id/jdih/lampiran/Kepres_87_2002.pdf, diakses tanggal 7 Maret 2015.

(23)

2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Pasal 2 ayat (1) “Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar”. Pasal 2 ayat (2) “Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warganegara yang baik dan berguna”. Pasal 2 ayat (3) “Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan”.

Pasal 2 ayat (4) “Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar”.32

3. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Pasal 65 menyatakan, “Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.33

4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention Number 182 Concerning the Prohibition and Immediate Action for the Elimination of the Worsdt Forms of Child Labour (Konvensi ILO Nomor 182 Mengenai Pelanggaran dan Tindakan Segera

32 Pasal 2, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. 33 Pasal 65, Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

(24)

Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak).34 Pengertian bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tersebut di atas di Indonesia secara umum meliputi anak-anak yang dieksploitasi secara fisik maupun ekonomi yang antara lain dalam bentuk:

1. Anak-anak yang dilacurkan;

2. Anak-anak yang bekerja di pertambangan;

3. Anak-anak yang bekerja sebagai penyelam mutiara;

4. Anak-anak yang bekerja di sektor konstruksi;

5. Anak-anak yang bekerja di jermal;

6. Anak-anak yang bekerja sebagai pemulung sampah;

7. Anak-anak yang dilibatkan dalam produksi dan kegiatan yang menggunakan bahan-bahan peledak;

8. Anak yang bekerja di jalan;

9. Anak yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga;

10. Anak yang bekerja di industri rumah tangga;

11. Anak yang bekerja di perkebunan;

(25)

12. Anak yang bekerja pada penebangan, pengolahan dan pengangkutan kayu;

13. Anak yang bekerja pada industri dan jenis kegiatan yang menggunakan bahan kimia yang berbahaya.

5. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Ketentuan mengenai pekerja anak telah dijelaskan dari Pasal 68 sampai dengan Pasal 75. Pasal 74 ayat (1) menyatakan “Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk”.

Ayat (2) “Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;

b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian;

c. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau;

(26)

d. semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.” 35

6. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang

No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 13 (ayat 1) dari Undang-undang ini menyatakan, “Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual.”36

Pasal 59 menyatakan bahwa Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak (yang) tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan .37

Pasal 88 “Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun 10 dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)”.38

35 Pasal 74, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

36 Pasal 13 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

37

Pasal 59 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

38 Pasal 88 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No 23

(27)

7. Undang-undang No.21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Perdagangan Orang dalam Pasal 1 ayat (8): “Eksploitasi Seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran dan percabulan”.39

Pasal 2 ayat (1): “Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)”.40

Pasal 2 ayat (2):“Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang tereksploitasi, maka pelaku dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”.41

39 Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Perdagangan Orang.

40

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

41 Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pemberantasan Tindak

(28)

8. Undang-undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik ada beberapa pasal yang mengatur tentang tindak pidana eksploitasi seksual komersial pada anak melalui media sosial online yaitu Pasal 27 ayat (1) : “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi dan Transaksi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan”.42

Pasal 45 ayat (1): “setiap orang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1), ayat (2). ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah)”.43

Pasal 52 ayat (1) jo 27 ayat (1) :“dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) menyangkut kesusilaan atau eksploitasi seksual terhadap anak dikenakan pemberatan sepertiga dari pidana pokok.44

9. Undang-Undang No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi diatur dalam

Pasal 4 ayat (2) yang menyatakan “Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang: menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan, menyajikan secara eksplisit alat kelamin, Mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual

42 Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik.

43

Pasal 45 ayat (1), Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

44 Pasal 52 ayat (1), Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

(29)

menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung layanan seksual. Alat Kelamin atau Pornografi anak”.45

Pasal 30 yang menyatakan “Setiap orang yang menyediakan jasa pornografi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliyar rupiah).46

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pengesahan Protokol

Untuk Mencegah, Menindak, Dan Menghukum Perdagangan Orang, Terutama Perempuan Dan Anak-Anak, Melengkapi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional Yang Terorganisasi.

11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengesahan Optional Protocol to the Convention on The Rights of Child on the Sale of Children, Child Prostitution, and Child Pornography (Protokol Opsional mengenai Penjualan anak, pelacuran anak dan pornografi anak).

12. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-hak Anak). 13. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi

Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak.

45 Pasal 4 ayat (2), Undang-Undang No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi. 46 Pasal 30, Undang-Undang No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi.

(30)

14. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi

Nasional Penanggulangan Eksploitasi Seksual Komersial Anak. Dalam Pasal 2 menyebutkan Hakekat dan tujuan RAN-PESKA adalah untuk :47

a. menjamin peningkatan dan pemajuan atas upaya-upaya perlindungan terhadap korban eksploitasi seksual komersial anak; b. mewujudkan kegiatan-kegiatan baik yang bersifat preventif maupun

represif dalam upaya melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan atas praktek-praktek eksploitasi seksual komersial anak;

c. medorong untuk adanya pembentukan dan/atau penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tindakan eksploitasi seksual komersial anak.

2.6.2. Pengaturan dalam Hukum Internasional tentang Eksploitasi Seksual Komersial Anak.

1. Deklarasi dan Agenda Aksi Stockholm

Instrumen internasional pertama yang bertujuan untuk menghapuskan eksploitasi seksual komersial anak yang diselenggarakan di Stokholm pada tahun 1996.

2. Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on the Rights of the Child)

Pasal 34 Konvensi Hak-Hak Anak menyatakan bahwa:48

47 Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional

(31)

Negara–negara anggota berupaya melindungi anak dari segala bentuk eksploitasi seksual dan sexual abuse. Untuk mencapai tujuan ini, negara-negara anggota secara khusus akan mengambil segala upaya nasional, bilateral, dan multilateral yang tepat untuk mencegah:

a) Bujukan atau pemaksaan seorang anak untuk terlibat dalam kegiatan seksual yang tidak sah,

b) Pemanfaatan anak secara eksploitatif dalam pelacuran atau praktek-praktek seksual tidak sah lainnya,

c) Pemanfaatan anak secara eksploitatif dalam materi dan pertunjukan pornografi.

3. Protokol Opsional mengenai Penjualan Anak, Pelacuran Anak dan Pornografi Anak. (Optional Protocol to the Convention on The Rights of

Child on the Sale of Children, Child Prostitution, and Child Pornography)49

Sebuah protokol mengenai Penjualan anak, pelacuran anak dan pornografi anak diadopsi pada bulan Mei 2000 dan mulai berlaku pada bulan Januari 2002. Ditandatangani oleh Indonesia pada tanggal 24 September 2001 dan Indonesia telah mengesahkannya melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2012. Sementara Konvensi itu menekankan pada pencegahan eksploitasi seksual, Protokol ini menekankan pada pemidanaan pelacuran anak, dan pornografi dan mempersyaratkan bahwa setiap partisipasi dalam tindakan ini,

48 Pasal 34 Konvensi Hak-Hak Anak. 49 Unicef, op.cit, h.73.

(32)

termasuk percobaan dan konspirasi, dapat dikenai hukuman yang memperhitungkan beratnya pelanggaran ini (Pasal 3). Protokol tersebut juga mempersyaratkan bahwa Negara menutup segala bangunan yang digunakan untuk pelacuran anak dan pornografi , merampas dan menyita hasil-hasil dari kegiatan semacam itu, serta semua perangkat/sarana yang digunakan untuk melakukan atau memfasilitasinya (pasal 7), dan berisi ketentuan rinci mengenai perlakuan terhadap korban.

4. Konvensi ILO No. 18250

Konvensi Organisasi Buruh Internasional (ILO) No. 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera untuk Penghapusan Segala Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak juga mempersyaratkan negara–negara anggota untuk mengadopsi/menerapkan sanksi pidana dan bentuk hukuman lainnya bagi pelacuran anak dan pornografi anak. Indonesia telah mengesahkannya dalam UU No. 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention No. 182. Bentuk-Bentuk Pekerjaaan Terburuk Untuk Anak) adalah :

a. Segala bentuk perbudakan atau praktek sejenis perbudakan seperti penjualan dan perdagangan anak, kerja ijon (debt bondage), dan perhambaan (serfdom) serta kerja paksa atau wajib kerja, termasuk pengerahan anak secara paksa atau wajib untuk dimanfaatkan dalam konflik bersenjata;

b. Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk pelacuran, untuk produksi pornografi, atau untuk pertunjukan-pertunjukan porno;

(33)

c. Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk kegiatan terlarang, khususnya untuk produksi dan perdagangan obat-obatan sebagaimana diatur dalam perjanjian internasional yang relevan;

d. Pekerjaan yang sifat atau keadaan tempat pekerjaan itu dilakukan dapat membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak-anak.

Seperti halnya Protokol Pilihan itu, Konvensi ini juga mempersyaratkan bahwa ketentuan hukum yang melindungi anak-anak dari eksploitasi seksual berlaku untuk semua orang yang berusia di bawah 18 tahun. Konvensi itu telah diratifi kasi oleh 147 negara.

5. Konvensi tentang Pencegahan dan Memerangi Trafiking Perempuan dan Anak-anak untuk Pelacuran, Asosiasi Asia Selatan untuk Kerjasama Regional (South Asian Association for Regional Cooperation Convention on Preventing and Combating Trafficking Women and Children for Prostitution)51

Pada bulan Januari 2002, Asosiasi Asia Selatan untuk Kerjasama Regional South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) mengadopsi perjanjian mengenai perdagangan perempuan dan anak-anak untuk keperluan pelacuran. Perjanjian ini lebih sempit dibanding instrumen-instrumen lainnya dalam hal bahwa perjanjian itu hanya berlaku untuk perdagangan untuk tujuan-tujuan prostitusi, namun lebih luas disbanding Protokol Palermo dalam hal bahwa perjanjian itu berlaku untuk perdagangan di dalam negeri dan

(34)

perdagangan internasional. Konvensi SAARC itu mewajibkan negara-negara anggotanya untuk memidanakan traficking dan menetapkan hukuman yang diperhitungkan sesuai dengan tingkat kejahatannya, dan menjadikan instansi– instansi penegakkan hukum dan peradilan agar lebih peka terhadap sifat dan penyebab perdagangan perempuan dan anak-anak. Konvensi ini memuat ketentuan yang rinci mengenai kerjasama di kalangan instansi penegakan hukum nasional.

6. Komitmen dan Rencana Aksi Regional Kawasan Asia Timur dan Pasifik Melawan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (Regional Commitment and Action Plan of the East Asia and Pacific Region against Commercial Sexual Exploitation of Children),52 ditandatangani di Bangkok pada bulan Oktober 2001

7. Komitmen Global Yokohama53

Disepakati pada bulan Desember 2001. Instrumen pertama dan keempat memberikan landasan legal dan moral, sedang instrumen kedua dan ketiga, selain memberikan landasan moral juga memberikan kerangka program bagi upaya penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA), baik di tingkat internasional dan regional maupun nasional dan lokal.

8. Protokol Untuk Mencegah, Menindak, Dan Menghukum Perdagangan Orang, Terutama Perempuan Dan Anak-Anak, Melengkapi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional

52 Lampiran I Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2002 tentang

Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak, op.cit.

(35)

Yang Terorganisasi (Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and Children, supplementing to the United

Nations Convention Against Transnational Organized Crime)54

Ditandatangani oleh Indonesia pada tanggal 12 Desember 2002 dan telah disusun Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (trafficking) Terhadap Perempuan dan Anak dan Indonesia telah disahkan dengan UU No. 14 Tahun 2009. Pasal 3 dalam protokol trafficking ini rmendefinisikan trafficking (perdagangan) manusia adalah sebagai berikut:

a. Trafficking (perdagangan) manusia adalah rekruitmen, transportasi, transfer, penampungan atau penerimaan orang, dengan ancaman atau penggunaan kekuatan atau bentuk-bentuk pemaksaan lainnya, penculikan, penipuan, pemerdayaan, penyalahgunaan kekuasaan atau ketergantungan atau dengan pemberian atau penerimaan pembayaran atau imbalan lain dalam memperoleh persetujuan dari seseorang yang memiliki kendali atas orang lainnya, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi setidak-tidaknya akan meliputi eksploitasi dalam bentuk pemelacuran orang lain atau dalam bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek yang menyerupai perbudakan, penghambaan dan pengambilan organ tubuh.

b. Rekruitmen, transportasi, transfer, penampungan atau penerimaan seorang anak untuk tujuan eksploitasi akan dianggap sebagai “trafficking

(36)

(perdagangan) manusia, bahkan apabila hal tersebut tidak melibatkan cara-cara sebagaimana dipaparkan dalam subparagraph (a) dalam pasal ini.

c. Anak berarti setiap orang yang umurnya belum mencapai delapan belas tahun.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Katanya, beberapa pegawai dari pejabat Pelajaran Daerah Miri menemui pengurusan sekolah berkenaan apabila beberapa pelajar yang dipercayai terbabit dalam insiden itu sudah

Secara umum kandungan logam berat baik Pb, maupunCu dalam air memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ada di sedimen.Hal ini disebabkan karena

Tim II di koordinir oleh Bidan Aldina Ayunda Insani bersama mahasiswa Prodi S1 Kebidanan. ibu hamil yang hadir ada 6 orang yang terdiri dari ibu primipara dan multi

Bibit kentang yang digunakan berasal dari kultur jaringan dari Balai PenelitianTanaman Sayuran (Balitsa) Bandung. Varietas yang digunakan adalah Kultivar Granola, dengan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk melihat berapa kadar beta- karoten dari kulit buah naga merah hasil ekstraksi sehingga dapat dijadikan

Key Performance Indicator merupakan standar nilai yang harus dicapai dari hasil pengambilan data pada saat drive test sehingga dapat digunakan sebagai pedoman untuk

Mann-Whitney sesudah perlakuan didapatkan bahwa metode stimulasi perkembangan satu jam bersama ibu efektif untuk perkembangan anak usia 12-24 bulan dengan tingkat signifikansi