• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN.pdf"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

 AKADEMI A

 AKADEMI AKUNTANSI

KUNTANSI PERMATA H

PERMATA HARAPAN BATA

ARAPAN BATAM

M

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN

JOKO SETIAWAN,SE.,MM. JOKO SETIAWAN,SE.,MM.

MODUL

(2)

INDEX NUMBER INDEX NUMBER BAB BAB I. I. ... .... 44 PENGERTIAN PERBANKAN ... 4 PENGERTIAN PERBANKAN ... 4 1.

1. PengerPengertian tian Dasar Dasar ... ... 44 2.

2. JenisJenis-jenis -jenis Bank Bank ... ... 55 3.

3. ProduProduk-produk-produk k Bank Bank ... .... 55 BAB

BAB II. II. ... .. 77 UANG

UANG ... .... 77 1.

1. Defenisi Defenisi dan dan Jenis Jenis Uang Uang ... ... 77 1.1. Jenis

1.1. Jenis jenis uang  jenis uang ... 7... 7 BAB

BAB III. III. ... ... 1212 SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA ... 12 SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA ... 12

1.

1. Defenisi Defenisi Sistem Sistem Perbankan Perbankan ... ... 1212 2.

2. Hubungan Hubungan Antara Antara Sistem Sistem Moneter, Moneter, Sistem Sistem Perbankan Perbankan dengan dengan Sistem Sistem Keuangan Keuangan didi Indone

Indonesia sia ... ... 1414 3.

3. Pembinaan Pembinaan dan dan Pengembangan Pengembangan Bank Bank di di Indonesia Indonesia ... ... 1616 BAB

BAB IV. IV. ... ... 1818 PENGELOLAAN PERBANKAN DI INDONESIA ... 18 PENGELOLAAN PERBANKAN DI INDONESIA ... 18

1.

1. Pembinaan Pembinaan dan dan Pengembangan Pengembangan Bank Bank di di Indonesia Indonesia ... ... 1818 2.

2. Prinsip-prinsip Prinsip-prinsip dalam dalam pengelolaan pengelolaan Usaha Usaha PerBankan PerBankan ... ... 1919 3.

3. Garis-garis Garis-garis Besar Besar pengelolaan pengelolaan Usaha Usaha PerBankan PerBankan ... ... 1919 3.1.

3.1. Bank Umum ...Bank Umum ... ... 1919 3.2.

3.2. Bank Bank Perkreditan Perkreditan Rakyat Rakyat (BPR) (BPR) ... . 2222 3.3.

3.3. Bank Bank SyariSyariah ...ah ... 22... 22 BAB

BAB V. V. ... ... 2626 LEMBAGA

LEMBAGA LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL ... 26 LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL ... 26 1.

1. THE THE ASIAN ASIAN DEVELOPMENT DEVELOPMENT BANK BANK ( ( ADB) ADB) ... ... 2626 1.1.

1.1. Fungsi Fungsi & & Tujuan Tujuan : : ... . 2626 2.

2. WORLD WORLD BANK BANK (BANK (BANK DUNIA) DUNIA) ... ... 2626 2.1.

2.1. Latar Latar Belakang Belakang & & Pendirian Pendirian ... ... 2626 2.2.

2.2. Fungsi Fungsi & & Tujuan Tujuan Bank Bank Dunia Dunia ... ... 2727 Fokus Bank Dunia adalah membantu penduduk dan

Fokus Bank Dunia adalah membantu penduduk dan negara miskin dengan tujuan utama : negara miskin dengan tujuan utama : ... ... 2727 2.3.

2.3. Keanggotaan Keanggotaan Bank Bank Dunia Dunia ... ... 2727 2.4.

2.4. World World Bank Bank Group Group ... . 2727 2.5.

2.5. INTERNATIONAL INTERNATIONAL MONETARY MONETARY FUND FUND (IMF) (IMF) ... ... 2828 Keangg

Keanggotaan otaan :...:... ... 2828 BAB

BAB VI. VI. ... ... 2929 BANK INDONESIA SEBAGAI OTORITAS MONETER INDONESIA ... 29 BANK INDONESIA SEBAGAI OTORITAS MONETER INDONESIA ... 29

1.

1. Kedudukan Kedudukan dan dan Fungsi Fungsi Otoritas Otoritas Moneter Moneter ... ... 2929 2.

2. Fungsi-fungsi Fungsi-fungsi Bank Bank Central Central Secara Secara Umum Umum ... ... 2929 2.1.

2.1. Fungsi Fungsi Pengendalian Pengendalian Moneter Moneter ... ... 2929 2.2.

2.2. Piranti Piranti Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter Bank Sentral Bank Sentral di Daladi Dalam Melaksanakan m Melaksanakan Pengendalian Moneter.Pengendalian Moneter. ...

... ... 3030 3.

3. Pengawasan Pengawasan dan dan Pembinaan Pembinaan Perbankan Perbankan ... ... 3030 4.

4. Pengaturan Pengaturan Sistem Sistem Pembayaran Pembayaran ... ... 3131

MODUL

(3)

INDEX NUMBER INDEX NUMBER BAB BAB I. I. ... .... 44 PENGERTIAN PERBANKAN ... 4 PENGERTIAN PERBANKAN ... 4 1.

1. PengerPengertian tian Dasar Dasar ... ... 44 2.

2. JenisJenis-jenis -jenis Bank Bank ... ... 55 3.

3. ProduProduk-produk-produk k Bank Bank ... .... 55 BAB

BAB II. II. ... .. 77 UANG

UANG ... .... 77 1.

1. Defenisi Defenisi dan dan Jenis Jenis Uang Uang ... ... 77 1.1. Jenis

1.1. Jenis jenis uang  jenis uang ... 7... 7 BAB

BAB III. III. ... ... 1212 SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA ... 12 SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA ... 12

1.

1. Defenisi Defenisi Sistem Sistem Perbankan Perbankan ... ... 1212 2.

2. Hubungan Hubungan Antara Antara Sistem Sistem Moneter, Moneter, Sistem Sistem Perbankan Perbankan dengan dengan Sistem Sistem Keuangan Keuangan didi Indone

Indonesia sia ... ... 1414 3.

3. Pembinaan Pembinaan dan dan Pengembangan Pengembangan Bank Bank di di Indonesia Indonesia ... ... 1616 BAB

BAB IV. IV. ... ... 1818 PENGELOLAAN PERBANKAN DI INDONESIA ... 18 PENGELOLAAN PERBANKAN DI INDONESIA ... 18

1.

1. Pembinaan Pembinaan dan dan Pengembangan Pengembangan Bank Bank di di Indonesia Indonesia ... ... 1818 2.

2. Prinsip-prinsip Prinsip-prinsip dalam dalam pengelolaan pengelolaan Usaha Usaha PerBankan PerBankan ... ... 1919 3.

3. Garis-garis Garis-garis Besar Besar pengelolaan pengelolaan Usaha Usaha PerBankan PerBankan ... ... 1919 3.1.

3.1. Bank Umum ...Bank Umum ... ... 1919 3.2.

3.2. Bank Bank Perkreditan Perkreditan Rakyat Rakyat (BPR) (BPR) ... . 2222 3.3.

3.3. Bank Bank SyariSyariah ...ah ... 22... 22 BAB

BAB V. V. ... ... 2626 LEMBAGA

LEMBAGA LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL ... 26 LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL ... 26 1.

1. THE THE ASIAN ASIAN DEVELOPMENT DEVELOPMENT BANK BANK ( ( ADB) ADB) ... ... 2626 1.1.

1.1. Fungsi Fungsi & & Tujuan Tujuan : : ... . 2626 2.

2. WORLD WORLD BANK BANK (BANK (BANK DUNIA) DUNIA) ... ... 2626 2.1.

2.1. Latar Latar Belakang Belakang & & Pendirian Pendirian ... ... 2626 2.2.

2.2. Fungsi Fungsi & & Tujuan Tujuan Bank Bank Dunia Dunia ... ... 2727 Fokus Bank Dunia adalah membantu penduduk dan

Fokus Bank Dunia adalah membantu penduduk dan negara miskin dengan tujuan utama : negara miskin dengan tujuan utama : ... ... 2727 2.3.

2.3. Keanggotaan Keanggotaan Bank Bank Dunia Dunia ... ... 2727 2.4.

2.4. World World Bank Bank Group Group ... . 2727 2.5.

2.5. INTERNATIONAL INTERNATIONAL MONETARY MONETARY FUND FUND (IMF) (IMF) ... ... 2828 Keangg

Keanggotaan otaan :...:... ... 2828 BAB

BAB VI. VI. ... ... 2929 BANK INDONESIA SEBAGAI OTORITAS MONETER INDONESIA ... 29 BANK INDONESIA SEBAGAI OTORITAS MONETER INDONESIA ... 29

1.

1. Kedudukan Kedudukan dan dan Fungsi Fungsi Otoritas Otoritas Moneter Moneter ... ... 2929 2.

2. Fungsi-fungsi Fungsi-fungsi Bank Bank Central Central Secara Secara Umum Umum ... ... 2929 2.1.

2.1. Fungsi Fungsi Pengendalian Pengendalian Moneter Moneter ... ... 2929 2.2.

2.2. Piranti Piranti Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter Bank Sentral Bank Sentral di Daladi Dalam Melaksanakan m Melaksanakan Pengendalian Moneter.Pengendalian Moneter. ...

... ... 3030 3.

3. Pengawasan Pengawasan dan dan Pembinaan Pembinaan Perbankan Perbankan ... ... 3030 4.

4. Pengaturan Pengaturan Sistem Sistem Pembayaran Pembayaran ... ... 3131 5.

5. Hubungan Hubungan Bank Bank Central Central dengan dengan Pemerintah Pemerintah ... ... 3131

MODUL

(4)

5.1.

5.1. Tugas Tugas Tambahan Tambahan Bank Bank Sentral di Sentral di Negara - Negara - Negara Negara Berkembang. Berkembang. ... ... 3131 5.2.

5.2. Bank Bank Indonesia Indonesia Sebagai Sebagai Otoritas Otoritas Moneter Moneter ... ... 3232

MODUL

(5)

BAB I.

PENGERTIAN PERBANKAN

1. Pengertian Dasar

 Ada tiga aspek pokok yang akan dibahas mengenai Perbankan, yaitu

1. Pengertian Bank,

2. Beberapa Jenis Produk Bank, dan 3. Pengelompokkan Bank di Indonesia.

Untuk memahami suatu lembaga, salah satunya di antaranya adalah dengan memahami fungsi atau kegiatan usaha lembaga tersebut.

Di Indonesia telah banyak melakukan perubahan  –  perubahan undang  –  undang yang mengatur mengenai pengertian perbankan.

1. Pertama, Undang –Undang No.14 tahun 1967

Bahwa Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan  jasa  –  jasa dalam lalu lintas pembayaran dan pengedaran uang. Lembaga Keuangan adalah badan yang usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali ke dalam masyarakat.

2. Kedua, Undang –Undang No.7 tahun 1992

Bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

Undang –undang No.10 tahun 1998, merupakan perubahan atas undang –undang No.7 tahun 1992 yang menegaskan bahwa:  “ Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” 

Dari pengertian yang ditetapkan di dalam peraturan perundang –undangan tersebut, walaupun berbeda –beda rumusannya, namun pada dasarnya menunjukkan bahwa bank adalah badan usaha yang melakukan usaha di bidang:

1. Jasa perantara di bidang keuangan dalam bentuk menghimpun dana dari masyarakat, untuk kemudian disalurkan kembali ke masyarakat.

2. Jasa – jasa di bidang lalu lintas pembayaran.

(6)

2. Jenis-jenis Bank

Berdasarkan undang –undang yang berlaku, pengelompokkan bank di Indonesia dapat dilakukan seperti berikut:

1. Berdasarkan cakupan kegiatannya

a) Bank Umum

b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Sesuai dengan pengertian bank umum dan bank perkreditan rakyat menurut Undang – Undang No.10 tahun 1998, yaitu;

1.1. Pengertian Bank Umum

Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Giral).

1.2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

2. Berdasarkan pola kerjanya, dapat dibedakan antara bank yang bekerja berdasarkan sistem bunga atau melaksanakan kegiatannya secara konvensional , dan bank yang bekerja berdasarkan  prinsip syariah .

3. Produk-produk Bank

Sesuai dengan pembahasan sebelumnya mengenai pengertian bank, Produk  –produk bank dapat dikaitkan dengan jenis kegiatan yang dilakukannya, yaitu sebagai lembaga perantara dan jasa – jasa di bidang lalu lintas pembayaran.

Jenis – jenis produk pada masing –masing bank berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung kepada jenis bank serta kemampuan teknologi bank yang bersangkutan.

Oleh sebab itu, produk  –produk yang dapat disajikan dan dijual oleh bank umum berbeda dengan bank perkreditan rakyat, dan produk bank syariah berbeda dengan bank konvensional. Disamping itu, bank dengan teknologi sederhana tidak mungkin dapat menyajikan produk yang sama dengan bank yang mempunyai teknologi yang canggih.

Faktor lain yang juga sangat berpengaruh dalam penyajian produk  –produk bank adalah kebutuhan dan permintaan nasabah atau lingkungan yang berbeda.

(7)

Bank dengan nasabah petani pedesaan berbeda produknya dengan bank yang nasabahnya perusahaan besar.

Berikut ini beberapa jenis produk layanan bank yang lazim disajikan oleh bank:

1. GIRO  adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.

2. DEPOSITO adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah / penyimpan dengan bank.

3. SERTIFIKAT DEPOSITO  adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan.

4. TABUNGAN  adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lain yang dipersamakan dengan itu.

5. KREDIT  adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya dalam  jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

6. PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH  adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut dengan jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam hubungan ini, prinsip syariah adalah aturan atau perjanjian yang berdasarkan hukum islam dengan prinsip bagi hasil ( mudharabah ).

7. SURAT BERHARGA  adalah Surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang. Dalam hubungan ini, dapat dijelaskan bahwa Wesel bank adalah surat wesel yang ditarik oleh bank atas bank lain, sedangkan aksep bank adalh wesel yang diakseptasi oleh bank. Akseptasi adalah pernyataan sanggup membayar dari tertarik  / pembayar yang ditulis di atas surat wesel itu serta ditandatanganinya.

8. PENITIPAN adalah penyimpanan harta berdasarkan perjanjian atau kontrak antara bank umum dan penitip, dengan ketentuan bank umum yang bersangkutan tidak mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut.

9. WALI AMANAT adalah kegiatan usaha yg dapat dilakukan oleh bank umum untuk mewakili kepentingan pemegang surat berharga berdasarkan perjanjian antara bank umum dengan emiten surat berharga yg bersangkutan.

(8)

BAB II.

UANG

1. Defenisi dan Jenis Uang

Uang adalah merupakan alat penukaran dan pembayaran transaksi komersial dan finansial, uang menjadi pendorong kemajuan perekonomian dan perdagangan nasional dan internasional.

1.1. Jenis – jenis uang

Jenis-jenis uang dapat dikatagorikan menjadi beberapa hal, antara lain;

 Berdasarkan Bahan

- Uang Logam - Uang Kertas

 Berdasarkan Nilai

- Full Bodied Money, Jika nilai instristik uang lebih kecil dari nilai nominalnya. (Uang logam berdasarkan standar bahannya).

- Representative Bodied Money /lebih rendah (seperti uang kertas).

 Berdasarkan Kawasan

- Mata uang masing-masing negara,

Ex. Rp, $, dll.

 Berdasarkan Lembaga

- Uang Kartal / Bank Sentral. - Uang Giral / Bank Umum.

a. Uang Kartal

Merupakan alat penukaran yang sah, legal dan berlaku mutlak di negara yang bersangkutan.

Berlaku mutlak artinya pembayaran dengan uang kartal harus diterima, jika ditolak ada sanksi hukumnya. Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23/1999, mempunyai otoritas tunggal untuk mencetak dan mengedarkan uang kartal

(9)

Fungsi uang Kartal

1.  Alat penukaran yang sah dan legal untuk transaksi komersial dan finansial.

2. Standar Nilai atau harga barang dan jasa. 3. Penimbun dan Penyimpan Kekayaan.

4.  Alat Pembayaran Penyelesaian utang piutang. 5. Komidite yang dapat diperjualbelikan melalui kurs.

Nilai Uang Kartal

1. Nilai Nominal adalah angka dan huruf yang tertulis pada setiap pecahan uang tersebut. Nilai nominal tersebut dapat terganggu karena adanya pemotongan oleh pemerintah.

2. Nilai Interistik adalah nilai atau harga bahan baku uang kartal tersebut. 3. Nilai Tukar adalah banyaknya barang atau jasa yg dapat ditukar atau

dibeli dgn kesatuan atau pecahan uang itu (dapat terpengaruh inflasi).

b. Uang Giral

Merupakan subsitusi sebagai pengganti uang kartal. Untuk memenuhi pembayaran yang praktis dan ekonomis, diciptakan uang giral.

Uang giral tidak berlaku sebagai alat pembayaran mutlak karena dapat ditolak tanpa ada sanksi hukum.

Uang giral ini antara lain;

 Cek,  Bilyet Giro,  Promes,  Payment Order,  Draft L/C,  Bank Garansi, dll.

Fungsi uang Giral

Fungsi uang giral ini adalah untuk menarik dan atau pemindah bukuan tabungan dari rekening giro nasabah dan alat lalu lintas pembayaran modern.

(10)

2. Sejarah Uang Indonesia

Masa Awal Kemerdekaan

Keadaan ekonomi di Indonesia pada awal kemerdekaan ditandai dengan hiperinflasi akibat peredaran beberapa mata uang yang tidak terkendali, sementara Pemerintah RI belum memiliki mata uang. Ada tiga mata uang yang dinyatakan berlaku oleh pemerintah RI pada tanggal 1 Oktober 1945, yaitu mata uang Jepang, mata uang Hindia Belanda, dan mata uang De Javasche Bank.

Mata uang Hindia Belanda, mata uang De Javasche bank dan mata uang Jepang (Dai Nippon Teikoku Seihu)

Diantara ketiga mata uang tersebut yang nilai tukarnya mengalami penurunan tajam adalah mata uang Jepang. Peredarannya mencapai empat milyar sehingga mata uang Jepang tersebut menjadi sumber hiperinflasi. Lapisan masyarakat yang paling menderita adalah petani, karena merekalah yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang.

Kekacauan ekonomi akibat hiperinflasi diperparah oleh kebijakan Panglima AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) Letjen Sir Montagu Stopford yang pada 6 Maret 1946 mengumumkan pemberlakuan mata uang NICA di seluruh wilayah Indonesia yang telah diduduki oleh pasukan AFNEI. Kebijakan ini diprotes keras oleh pemerintah RI, karena melanggar persetujuan bahwa masing-masing pihak tidak boleh mengeluarkan mata uang baru selama belum adanya penyelesaian politik. Namun protes keras ini diabaikan oleh  AFNEI. Mata uang NICA digunakan AFNEI untuk membiayai operasi-operasi militernya di

Indonesia dan sekaligus mengacaukan perekonomian nasional, sehingga akan muncul krisis kepercayaan rakyat terhadap kemampuan pemerintah RI dalam mengatasi persoalan ekonomi nasional.

Karena protesnya tidak ditanggapi, maka pemerintah RI mengeluarkan kebijakan yang melarang seluruh rakyat Indonesia menggunakan mata uang NICA sebagai alat tukar. Langkah ini sangat penting karena peredaran mata uang NICA berada di luar kendali pemerintah RI, sehingga menyulitkan perbaikan ekonomi nasional.

(11)

Oleh karena AFNEI tidak mencabut pemberlakuan mata uang NICA, maka pada tanggal 26 Oktober 1946 pemerintah RI memberlakukan mata uang baru ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai alat tukar yang sah di seluruh wilayah RI. Sejak saat itu mata uang Jepang, mata uang Hindia Belanda dan mata uang De Javasche Bank dinyatakan tidak berlaku lagi. Dengan demikian hanya ada dua mata uang yang berlaku yaitu ORI dan NICA.

NICA. Masing-masing mata uang hanya diakui oleh yang mengeluarkannya. Jadi ORI hanya diakui oleh pemerintah RI dan mata uang NICA hanya diakui oleh AFNEI. Rakyat ternyata lebih banyak memberikan dukungan kepada ORI. Hal ini mempunyai dampak politik bahwa rakyat lebih berpihak kepada pemerintah RI dari pada pemerintah sementara NICA yang hanya didukung AFNEI.

Untuk mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing yang ada di Indonesia, pemerintah RI pada tanggal 1 November 1946 mengubah Yayasan Pusat Bank pimpinan Margono Djojohadikusumo menjadi Bank Negara Indonesia (BNI). Beberapa bulan sebelumnya pemerintah juga telah mengubah bank pemerintah pendudukan Jepang Shomin Ginko  menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Tyokin Kyoku   menjadi Kantor Tabungan Pos (KTP) yang berubah nama pada Juni 1949 menjadi Bank tabungan Pos dan akhirnya di tahun 1950 menjadi Bank Tabungan Negara (BTN). Semua bank ini berfungsi sebagai bank umum yang dijalankan oleh pemerintah RI. Fungsi utamanya adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta pemberi jasa di dalam lalu lintas pembayaran.

Untuk mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing yang ada di Indonesia, pemerintah RI pada tanggal 1 November 1946 mengubah Yayasan Pusat Bank pimpinan Margono Djojohadikusumo menjadi Bank Negara Indonesia (BNI). Beberapa bulan sebelumnya pemerintah juga telah mengubah bank pemerintah pendudukan Jepang Shomin Ginko  menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Tyokin Kyoku   menjadi Kantor Tabungan Pos (KTP) yang berubah nama pada Juni 1949 menjadi Bank tabungan Pos dan akhirnya di tahun 1950 menjadi Bank Tabungan Negara (BTN). Semua bank ini berfungsi sebagai bank umum yang dijalankan oleh pemerintah RI. Fungsi utamanya adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta pemberi jasa di dalam lalu lintas pembayaran.

3. SEJARAH PERKEMBANGAN UANG

Tahap sebelum Barter.

Tahap ini ditandai dengan belum adanya transaksi antar manusia, karena apa yang dihasilkan langsung dipergunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Tahap Barter

Tahap barter terjadi saat tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi sendiri, sehingga membutuhkan orang lain yang memiliki barang yang dibutuhkan untuk ditukar dengan barang yang ia miliki. Kesulitan yang muncul dalam tahap ini adalah :

 Kesulitan dalam menemukan orang yang memiliki barang yang diinginkan dan menginginkan barangnya

 Kesulitan dalam menentukan nilai tukar antara barang yang satu dengan barang yang lainnya.

Salah satu perbaikan penting atas kesederhanaan dari bentuk awal barter adalah kecenderungan untuk memilih satu atau dua item dalam preferensi kepada orang lain sehingga item yang lebih disukai cenderung diterima karena kualitas dan menjadi sebagai

(12)

media pertukaran. Komoditas dipilih sebagai pilihan barter item untuk sejumlah alasan. Beberapa karena mereka nyaman dan mudah disimpan, beberapa karena mereka memiliki nilai tinggi kerapatan dan mudah dibawa, dan sebagian karena mereka tahan lama.

Tahap Penggunaan Uang Barang 

 Adanya kesulitan pada tahap barter mendorong masyarakat mencari alternatif lain dalam melakukan tukar menukar barang, yakni dengan menetapkan beberapa barang/benda sebagai alat tukar. Barang/benda yang dipilih biasanya memiliki nilai yang tinggi, berkekuatan magis, atau merupakan barang kebutuhan sehari-hari (misalkan garam sebagai alat tukar masyarakat Roma pada jaman dahulu).

Penggunaan barang/benda sebagai alat tukar juga masih menimbulkan masalah, antara lain :

 Tidak memiliki pecahan

 Hanya berlaku pada daerah tertentu saja

 Kesulitan dalam hal penyimpanan dan pengangkutan

 Mudah rusak dan tidak tahan lama.

Tahap Penggunaan Uang Logam 

Uang jenis logam ini muncul untuk mengatasi kesulitan yang terjadi pada tahap penggunaan barang sebagai uang. Logam yang dipilih antara lain uang logam dari bahan perak dan emas. Namun demikian karena jumlah logam mulia tersebut jumlahnya terbatas, sementara  jumlah transaksi dalam masyarakat semakin berkembang, maka uang logam jenis inipun

tidak dapat dipertahankan.

Tahap Penggunaan Uang Kertas 

Sebelum keberadaan dan fungsi uang kertas seperti sekarang ini, dahulu uang kertas yang ada keberadaannya dijamin oleh logam mulia. Penggunaan uang kertas dirasa lebih memudahkan transaksi karena sifat fisiknya yang mendukung sebagai alat tukar.

Tahap Penggunaan Uang Elektronik 

Seiring dengan kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi, mulailah berkembang uang elektronik, dimana untuk menyelesaikan transaksi ekonomi, pihak yang melakukan transaksi tidak perlu membawa uang tunai, namun cukup dengan melakukan pembayaran melalui kartu kredit, trnasfer antar rekening, yang saat ini bahkan telah dapat dilakukan melalui internet , serta sms dan telephon seluler.

(13)

BAB III.

SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA

1. Defenisi Sistem Perbankan

Pembahasan mengenai sistem perbankan tidak akan lepas dari pembahasan sistem moneter dan sistem keuangan, sehingga dapat dipahami posisi bank dalam kiprah dan dinamika perekonomian Indonesia.

Di dalam setiap negara senantiasa terdapat lembaga keuangan, terutama bank yang memberikan manfaat dalam bentuk:

1. Denomination Divisibility , yaitu menyesuaikan besarnya pecahan sesuai dengan kebutuhan pihak  –pihak yang memerlukan, dapat memperbesar atau memperkecil pecahan uang.

2. Maturity Flexibility , yaitu menyesuaikan jangka waktu penyimpanan dengan jangka waktu penempatan.

3. Risk Diversification , yaitu memperkecil resiko dengan Cara menyebarkan resiko ke dalam berbagai jenis resiko, sehingga dapat ditekan sekecil mungkin.

4. Liquidity Transformation , yaitu mengubah jenis simpanan dari non financial saving  menjadi financial savings   sehingga tabungan menjadi likuid, biayanya murah dan mudah dilaksanakan.

Lembaga keuangan di dalam suatu sistem tertentu, yaitu yang dikenal dengan nama sistem moneter, sistem perbankan dan sistem keuangan itu sendiri.

Sistem moneter pada dasarnya merupakan sistem yang mampu menciptakan uang beredar, terdiri atas otoritas moneter dan bank  –bank pencipta uang giral. Uang pada dasarnya sebagai alat tukar, satuan hitung sebagai fungsi utama, serta alat pemupuk kekayaan dan standar pembayaran yang ditunda. Dengan fungsi tersebut, uang mempunyai peran sebagai pelumas bagi mesin perekonomian, sehingga perlu dikelola dan dikendalikan dengan sebaik mungkin. Pengelolaan dan pengendalian uang beredar ini dilakukan oleh otoritas moneter.

Sistem moneter di Indonesia terdiri atas Bank Indonesia dan Bank  –Bank Umum, karena bank  –bank umum diperkenankan menerima simpanan giro. Ini berarti bank-bank nasional maupun bank  –bank asing dan bank  –bank campuran diperkenankan melakukan kegiatan sebagai bank umum. Hal ini tidak berlaku di beberapa negara lain, karena cabang bank asing

(14)

sering tidak diperkenankan menerima simpanan masyarakat (berfungsi sebagai non depository bank).

Sistem perbankan pada dasarnya terdiri atas bank sentral, bank umum dan bank-bank lainnya, yaitu Bank Sekunder. Karena pengertian bank di berbagai negara tidak sama, maka sistem perbankan di berbagai negara tidak sama.

Sebagai contoh, selain bank sentral dan bank umum sistem perbankan dapat terdiri atas:

a. Merchant Bank   dan Investment bank  (Inggris).

b. Thrift Institutions , Mortgage Banks   dan Merchant banks  (Amerika Serikat).

c. Long term Credit Bank, trust Banks, mutual savings  and Loan Banks  (Jepang).

d. Non-scheduled Banks, post office savings Banks, Cooperative Banks dan The Export Bank of India  (India).

Sementara itu, di Indonesia Non – Depository Banks   saat itu hanyalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR), namun sebelumnya yaitu berdasarkan Undang-Undang No.14 tahun 1967 terdapat beberapa jenis bank sekunder, antara lain;

 Bank Pembangunan,  Bank Tabungan,  Bank Desa,  Bank Pasar

 Bank Sejenis lainnya.

Dengan demikian, Sistem Perbankan di Indonesia terdiri atas,

 Bank Indonesia sebagai Bank Sentral,  Bank Umum

 Bank Perkreditan Rakyat

Sistem perbankan di Indonesia terdapat komponen sistem keuangan selain bank sentral, bank umum dan bank sekunder yang terdiri atas;

a. Lembaga Pembiayaan Pembangunan.

b. Lembaga Keuangan yang bergerak di bidang kegiatan pasar uang dan pasar modal.

c. Lembaga Keuangan yang bekerja berdasarkan kontrak, yaitu asuransi dan dana pensiun. Asuransi terdiri atas asuransi jiwa, asuransi kerugian (kebakaran, marine dan kredit), asuransi sosial dan reasuransi. Dana pensiun terdiri atas dana pensiun yang didirikan oleh badan dan dana pensiun lembaga keuangan.

d. Lembaga Pembiayaan, seperti usaha sewa guna usaha (leasing), modal ventura,

(15)

investasi melalui keikutsertaan dalam permodalan. Anjak piutang merupakan usaha yang relatif baru, yaitu memperjualbelikan piutang atau kredit dengan melakukan sekuritas.

e. Pegadaian yang di beberapa negara diperkenankan untuk menghimpun dana dari masyarakat dengan menerbitkan surat berharga. Di Philipina pegadaian dianggap sebagai lembaga keuangan, apabila menerima dana dari sejumlah orang atau badan tertentu.

2. Hubungan Antara Sistem Moneter, Sistem Perbankan dengan Sistem Keuangan di Indonesia

Sistem perbankan di Indonesia disusun berdasarkan Undang –Undang No.7 tahun 1992 sebagaimana yang diubah dengan Undang –Undang No.10 tahun 1998 serta Undang –Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

Berdasarkan kedua undang –undang tersebut, ditentukan hal –hal sebagai berikut ini:

1. Dalam melakukan usahanya, perbankan Indonesia melakukan usahanya berdasarkan asas ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati –hatian.

2. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

3. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

4. Sistem perbankan Indonesia terdiri atas:

a. Bank Indonesia, adalah bank sentral Republik Indonesia yang bertujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dengan kata lain, bank Indonesia adalah otoritas moneter negara Republik Indonesia.

b. Perbankan, adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk  –bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

5. Riwayat perbankan di Indonesia pada dasarnya sejalan dengan sejarah perekonomian Indonesia, karena perbankan senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungannya. Di masa penjajahan Belanda, hampir tidak dikenal bank milik bangsa Indonesia, karena perekonomian Indonesia dikuasai oleh penjajah. Bank yang adapun pada umumnya juga milik Belanda, dan hanya sedikit bank milik pribumi, itupun relatif kecil. Pada awal kemerdekaan mulai berdiri bank  –bank swasta nasional, disamping bank pemerintah seperti Bank Negara Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, sedangkan bank  –bank besar yang semula milik asing dinasionalisasi, misalnya yang kemudian menjadi Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank Tabungan Negara dan Bank Dagang Negara.

(16)

Sejalan dengan perkeonomian yang membaik muncullah bank  –bank swasta nasional dengan perkembangan pasang surut dengan adanya krisis ekonomi atau krisis finansial. Beberapa aspek kelembagaan bank umum yang penting adalah sebagai berikut :

a. Bank umum dapat didirikan dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas (PT), Koperasi atau Perusahaan Daerah, sedangkan pendiri dapat perseorangan maupun badan hukum, baik warga negara Indonesia maupun asing. Khusus pendiri atau pemegang sahamnya berupa badan hukum asing, maka badan hukum tersebut harus mendapatkan rekomendasi dari otoritas moneter negara asalnya. Perkembangan saat ini, unsur asing dapat memiliki saham bank yang berbadan hukum Indonesia sampai sekitar 99 %.

b. Bank harus mendapat ijin usaha dari Bank Indonesia yang prosedurnya ditetapkan didalam Peraturan Bank Indonesia. Pemberian ijin usaha ini dilakukan bertahap, melalui pemberian ijin prinsip yang berlaku sampai 360 hari. Didalam masa ijin prinsip itu, bank diminta untuk mempersiapkan pendirian banknya secara benar sehingga pada saat memperoleh ijin telah siap melaksanakan usahanya. Apabila dalam batas waktu tertentu setelah mendapat ijin usaha bank yang bersangkutan tidak juga melakukan kegiatan usaha, maka ijin prinsip yang telah diberikan dapat dicabut.

c. Dalam hubungan dengan kepemilikan, bahwa badan hukum hanya diperkenankan memiliki saham setinggi –tingginya sebesar modal sendiri bersih pada badan hukum yang bersangkutan. Pengertian modal sendiri bersih adalah:

1. Bagi perseroan terbatas adalah sebesar modal disetor, cadangan dan laba dikurangi dengan penyertaan dan kerugian.

2. Bagi koperasi adalah simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, modal penyertaan, dana cadangan, sisa hasil usaha dikurangi dengan penyertaan dan kerugian.

Disamping itu, dipersyaratkan pula tentang pribadi pemilik bank, yang tidak tercantum di dalam daftar orang tercela di bidang perbankan, memiliki integritas tinggi, berakhlak dan moral baik, patuh kepada ketentuan perundang –undangan yang berlaku, berkomitmen untuk mengembangkan usaha bank, dan dinilai layak menjadi pemegang saham bank.

d. Komisaris dan direksi bank selain harus memenuhi syarat sebagaimana pemegang saham, juga harus memiliki kompetensi untuk menjalankan kegiatan usaha bank, yang lebih dikenal dengan persyaratan Fit & Proper . Dengan demikian, komisaris dan direksi bank harus memiliki kompetensi (kemampuan) untuk menjalankan tugasnya serta memiliki integritas yang baik. Untuk itu mereka harus:

1. Memiliki akhlak dan moral yang baik.

2. Mematuhi peraturan perundang –undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

(17)

3. Pemahaman yang cukup mengenai usaha perbankan, pemahaman terhadap ketentuan perundang –undangan mengenai perbankan, pemahaman tentang pengetahuan umum mengenai perekonomian, mempunyai visi –misi dan komitmen yang mantap tentang prinsip kehati –hatian.

4. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional bank yang sehat.

5. Dinilai layak oleh Bank Indonesia.

Khusus untuk komisaris dan direksi bank yang bukan warga negara Indonesia, dipersyaratkan pula untuk memiliki pengetahuan tentang budaya dan bahasa Indonesia. Sedangkan bagi mereka yang akan mengurus bank syariah harus memahami pengetahuan tentang usaha bank syariah serta prinsip –prinsip dasar ekonomi syariah.

e. Bagi bank konvensional diperkenankan untuk mengubah kegiatan usahanya menjadi bank syariah, tetapi bank syariah tidak diperkenankan mengubah diri menjadi bank konvensional, ketentuan ini juga berlaku bagi kantor cabang bank dan jika bank konvensional berubah menjadi bank syariah, harus memiliki dewan pengurus syariah yang mendapat persetujuan Dewan Syariah Nasional.

6. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), riwayat BPR sebenarnya sudah cukup panjang, karena keberadaan BPR sejalan dengan perkembangan masyarakat dan mempunyai keterkaitan kuat dengan adat. Di berbagai daerah terdapat istilah yang secara langsung atau tidak terkait dengan upaya masyarakat untuk mengembangkan lembaga keuangan atau kredit di lingkungannya. Upaya tersebut sejalan pula dengan keinginan penjajah untuk menerapkan sistem kredit kecil seperti yang berkembang di Eropah, sehingga menjelang akhir abad 19 terdapat upaya untuk mendirikan bank koperasi atau koperasi simpan pinjam. Namun upaya ini kurang berhasil sehingga pada awal abad 20 dikembangkan bank desa dan lumbung desa. Akhirnya pada tahun 1929 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad   untuk mendirikan badan kredit desa yang terdiri atas bank desa dan lumbung desa hampir setiap desa di Jawa, diluar wilayah swapraja (kerajaan).

3. Pembinaan dan Pengembangan Bank di Indonesia

Pengembangan dan pembinaan bank  –bank dan lembaga lainnya dilakukan oleh Centrale Kas yang kemudian hari merupakan bagian dari Bank Rakyat Indonesia. Sementara itu, diluar Jawa telah berkembang lembaga kredit atau bank dipedesaan yang sejalan dengan adat istiadat setempat, seperti;

1. Mapalus di Sulawesi Utara,

2. Sakahe Jongkok di Bali dan lain –lain.

Keberagaman jenis usaha semacam ini tetap dipelihara dan ditampung di dalam Undang – Undang perbankan tahun 1967 dan Undang –Undang Bank Rakyat Indonesia tahun 1968. namun, dengan dikeluarkannya Paket Oktober 1988 yang mengeluarkan ketentuan untuk menyeragamkan dan menyederhanakan bank atau lembaga keuangan tersebut maka

(18)

disebutkan Bank Perkreditan Rakyat. Selanjutnya berdasarkan Undang –Undang No.7 tahun 1992 serta perubahannya dalam Undang –Undang No.10 tahun 1998, Bank Indonesia telah mengeluarkan berbagai ketentuan mengenai kelembagaan BPR yang polanya sama dengan bank umum yaitu sebagai berikut:

a. BPR dapat didirikan dalam bentuk perseroan terbatas, koperasi atau perusahaan daerah, dengan ketentuan bahwa tempat kedudukannya di wilayah Kecamatan. BPR tidak dapat dimiliki oleh unsur asing dan persyaratan modalnya jauh lebih kecil dari bank umum. Disamping itu terdapat perbedaan jumlah modal minimal disetor menurut tempat kedudukan bank itu sendiri, sehingga jika bank berada di kawasan Jakarta dan sekitarnya berbeda dengan yang berkedudukan di bukota propinsi dan kabupaten lainnya.

b. Tata cara pengajuan dan pemberian ijin BPR pada dasarnya sama dengan bank umum. BPR hanya dapat melakukan usaha setelah mendapat ijin dari BI yang prosesnya melalui 2 tahap, yaitu ijin prinsip dan ijin usaha. Walaupun pada umumnya BPR menganut “unit bankin g system”, namun ternyata juga diberikan kesempatan untuk membuka kantor cabang dan layanan kas, sebatas wilayah yang ditentukan. Hal ini didasarkan bahwa BPR adalah bank lokal yang wilayah kerjanya terbatas pada wilayah administratif tertentu, misalnya daerah tingkat II, terutama kabupaten.

c. Pemilikan BPR terbatas pada warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia yang seluruh pemilik atau anggotanya adalah warga negara Indonesia. BPR dapat pula dimiliki oleh pemerintah daerah tertentu, termasuk desa atau kecamatan. Selanjutnya pemilik harus memenuhi kriteria dan persyaratan sebagaimana halnya bank umum yang telah dibahas sebelumnya.

d. Syarat untuk menjadi komisaris dan direktur BPR pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan syarat bagi komisaris dan direktur pada bank umum, perbedaan pokok adalah dari segi latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang mencerminkan kompetensi seseorang. Persyaratan khusus yang berlaku bagi pengurus bank syariah  juga berlaku bagi BPR.

e. Kemungkinan bagi BPR konvensional untuk menjadi BPR syariah juga terbuka, namun akan lebih mudah apabila langsung menjadi BPR syariah sejak awal. Namun apapun yang ditempuh persyaratan mengenai dewan pengawas syariah harus tetap dipenuhi.

(19)

BAB IV.

PENGELOLAAN PERBANKAN DI INDONESIA

1. Pembinaan dan Pengembangan Bank di Indonesia

Sebagaimana pembahasan sebelumnya, pengaturan tentang aspek kelembagaan dan kegiatan bank pada umumnya berbeda ditiap negara, serta dari waktu ke waktu. Namun, terdapat fenomena yang sama di semua negara yaitu bahwa sektor perbankan memiliki kekhususan, antara lain:

1. Harta kekayaan/assets berupa financial asset yang nilai kininya (present value) lebih mudah dihitung bila dibandingkan harta kekayaan industri manufaktur.

2. Perubahan waktu sangat mempengaruhi kinerja bank sehingga ukuran baku penilaian bank yang ditetapkan pada suatu saat tidak dapat dipertahankan terus- menerus.

3. Diperlakukan adanya trade –off antara resiko dan perolehan, karena setiap transaksi keuangan selalu mengandung resiko, dan antara harapan keuntungan dengan resiko mempunyai hubungan yaitu semakin tinggi harapan memperoleh keuntungan, makin tinggi pula resiko yang dihadapi.

4. Sejalan dengan resiko yang dihadapi serta untuk melindungi kepentingan para penyimpan uang, bank merupakan salah satu lembaga yang sarat diatur, dengan alasan antara lain:

a. Untuk memberikan jaminan keamanan bagi penyimpan uang.

b. Untuk menjaga agar kegiatannya tetap sejalan dengan kebijakan pengendalian moneter.

c.  Agar memberikan dampak positif terhadap pencapaian tujuan pembangunan ekonomi, termasuk upaya pemerataan pembangunan.

d. Untuk menjamin agar tetap dapat berperan sebagai lembaga yang bekerja berdasarkan kepercayaan (Trust).

e. Bank mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan kebijakan fiskal.

f. Bank mempunyai peran penting dalam membantu pembangunan sektor –sektor tertentu.

(20)

2. Prinsip-prinsip dalam pengelolaan Usaha PerBankan

1. Bank hendaknya menentukan sasaran yang fokus, sehingga sumber daya yang dikuasainya dapat dimanfaatkan secara optimal.

2. Bank hendaknya menyusun struktur organisasinya berdasarkan strategi yang ditetapkan dan disusun sedemikian rupa agar bersifat luwes dan dinamis, agar mampu menghadapi tantangan lingkungan usahanya.

3. Sistem dan prosedur kerjanya berdasarkan prinsip kehati –hatian, sehingga memenuhi syarat –syarat minimal yang diperlukan dalam melaksanakan manajemen pengendalian yang baik.

4. Bank hendaknya didukung oleh pegawai yang produktif yang memahami dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

5. Bank hendaknya didukung oleh pimpinan yang profesional yang berarti kompeten, berakhlak dan bermoral tinggi serta mempunyai kepedulian sosial yang tinggi.

6. Bank hendaknya memiliki budaya kerja yang mendukung pelaksanaan kegiatan usahanya, antara lain prinsip kehati –hatian, kesadaran untuk memperhatikan biaya ( cost conscionsness ).

Berdasarkan prinsip –prinsip tersebut, dengan memperhatikan wilayah usaha, teknologi yang digunakan, SDM dan sumber daya lainnya, suatu bank dapat menetapkan untuk menganut Unit Banking System  atau Branch Banking System . Unit Banking System yang berarti hanya satu kantor saja, BPR yang usahanya cenderung bersifat lokal, pada umumnya menganut sistem ini. Sebaliknya, tidak semua bank umum juga menganut branch banking system, karena terdapat pula bank  –bank umum yang bersifat lokal hanya memiliki satu kantor saja, bahkan berkat kemajuan teknologi informasi, walaupun bank hanya memiliki satu kantor akan mampu menjangkau wilayah usaha yang relatif luas, misalnya dengan memanfaatkan teknologi dan jaringan internet.

3. Garis-garis Besar pengelolaan Usaha PerBankan

3.1. Bank Umum

Bank umum dapat melakukan kegiatan yang luas sejalan dengan perannya sebagai lembaga perantara di bidang keuangan maupun untuk memberikan pelayanan di bidang lalu lintas pembayaran.

1. Dalam rangka tugasnya sebagai lembaga perantara di bidang keuangan, bank umum diperkenankan untuk:

i. Menghimpun dana dalam bentuk giro, deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

(21)

ii. Memberikan kredit. Dalam melakukan tugas ini, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan atas kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

2. Melakukan kegiatan perbankan yang berkaitan dengan pasar uang seperti:

i. Menerbitkan surat pengakuan utang.

ii. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

a. Surat –surat wesel.

b. Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya.

c. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah. d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

e. Obligasi.

f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun.

g. Warkat surat berharga lain yang berjangka waktu sampai 1 tahun.

iii. Menempatkan dana pada, meminjam dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

3. Memberikan pelayanan di bidang lalu lintas pembayaran dan pelayanan perbankan lainnya seperti:

i. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

ii. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

iii. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

iv. Menyediakan tempat untuk penyimpanan barang dan surat –surat berharga.

4. Melakukan beberapa jenis kegiatan lembaga keuangan seperti anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.

5. Melakukan kegiatan –kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank, seperti:

i. Dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan sukarela oleh pemilik agunan dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.

(22)

ii. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang –Undang No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang –Undang No.10 tahun 1998.

6. Bertindak sebagai dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan peraturan perundang –undangan dana pensiun yang berlaku.

7.  Apabila memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, bank umum diperkenankan:

i. Melakukan kegiatan dalam valuta asing.

ii. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring, penyelesaian dan penyimpanan.

iii. Sementara menarik kembali penyertaan modalnya jika untuk mengatasi akibat kegagalan kredit.

8. Bank umum dilarang untuk melakukan:

i. Penyertaan modal kecuali dalam lembaga keuangan dan dalam rangka mengatasi akibat kegagalan kredit (bersifat sementara).

ii. Usaha perasuransian.

iii. Usaha lain diluar yang ditetapkan seperti dimaksud di atas.

9. Dalam melakukan kegiatan usaha bank umum harus didasarkan kepada prinsip kehati –hatian sebagaimana yang ditetapkan Bank Indonesia, antara lain mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga, dll.

10. Pemerintah dapat menugaskan bank umum untuk melaksanakan program pemerintah guna mengembangkan sektor perekonomian tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada koperasi dan pengusaha golongan ekonomi lemah atau pengusaha kecil dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

11. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan BI, bank wajib memiliki dan menerapkan pedoman pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. Ketentuan –ketentuan yang didasarkan kepada prinsip –prinsip kehati –hatian juga berlaku bagi bank umum yang melakukan kegiatan dengan prinsip syariah.

(23)

3.2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR pada dasarnya dapat melakukan sebatas fungsinya sebagai lembaga perantara di bidang keuangan yaitu:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit. Dalam melakukan tugas ini, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan atas kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

5. Dalam melakukan usaha, BPR dilarang:

i. Menerima simpanan giro dan ikut serta dlam lalu lintas pembayaran. ii. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

iii. Melakukan penyertaan modal. iv. Melakukan usaha perasuransian.

v. Melakukan usaha lain diluar dari usaha yang diijinkan oleh Bank Indonesia sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya.

3.3. Bank Syariah

Khusus mengenai usaha bank syariah, baik itu bank umum atau bank perkreditan rakyat dapat dilakukan hal –hal seperti berikut:

1. Dalam hal menghimpun dana, berlaku prinsip wadi’ah  dan mudharabah.

i. Dalam prinsip wadi’ah   bank sebagai penerima titipan tidak diperkenankan menggunakannya, tetapi juga tidak bertanggung jawab atas kerusakan dan kehilangan uang tersebut sepanjang bukan kesalahannya. Prinsip wadi’ah  yang dapat diterapkan adalah wadi’ah ad dhamanah  , yang berarti bank dapat memanfaatkan dan menyalurkan dana yang disimpan serta menjamin bahwa dana tersebut dapat ditarik setiap saat oleh pemilik dana. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedangkan pemilik dana mendapat jaminan keamanan terhadap simpanannya serta fasilitas lain yang melekat pada jenis simpanan itu sendiri.

(24)

ii. Mudharabah   merupakan perjanjian antara pemilik dana dengan bank sebagai pengelola untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Prinsip ini dapat dibedakan berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pemilik dana yaitu:

a. Mudharabah Mutlaqah  , yang dapat diterapkan bagi tabungan dan deposito, yaitu bank diberi wewenang penuh untuk mengelola dana.

b. Mudharabah Muqayadah  ,  yang merupakan simpanan khusus, karena pemilik dana menerapkan syarat –syarat tertentu yang harus diikuti bank.

2. Penyaluran dana dapat dilakukan berdasarkan beberapa prinsip yaitu:

i. Prinsip jual beli (Bai ) yang dikembangkan berdasarkan perjanjian penyediaan pembiayaan untuk jual beli barang dengan menerbitkan surat utang dagang atau surat berharga lain berdasarkan harga yang telah disepakati. Prinsip ini mencakup:

a. Murabahah, perjanjian jual beli antara bank dengan nasabah.

b. Salam, pembelian barang untuk penyerahan yang ditangguhkan dengan pembayaran dimuka.

c. Istishna, sama seperti salam, namun pembayarannya dapat dilakukan dimuka, dicicil atau dibelakang.

ii. Prinsip sewa beli (ijarah ) yang merupakan perjanjian sewa menyewa antara bank dengan penyewa, dan setelah habis masa sewanya barang yang disewakan harus dikembalikan kepada bank. Prinsip ini dikembangkan menjadi ijarah wa igtina  / penyewa dapat membeli.

iii. Prinsip bagi hasil (syirkah ), yang meliputi:

a. Musyarakah, perjanjian kerjasama usaha patungan antara 2 pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha, dengan ketentuan pendapatan atau keuntungannya akan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati bersama.

b. Mudharabah mutlaqah, yaitu perjanjian antara pemilik modal dengan pengelola (proyek atau pekerjaan) untuk kemudian pendapatan atau keuntungannya dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.

c. Mudharabah muqayyahdah, yang pada dasarnya sama dengan mudharabah mutlaqah, tetapi tujuan penyediaan modalnya telah ditetapkan untuk jenis kegiatan tertentu dan dengan syarat yang

(25)

iv. Prinsip lainnya, yaitu pemberian jasa perbankan yang pada dasarnya merupakan penyediaan dana secara tidak langsung, seperti:

a. Qard, yaitu penyediaan dana oleh bank yang harus dikembalikan dalam jumlah yang sama dengan memperoleh pinjaman tersebut.

b. Hawalah, yaitu perjanjian untuk memindahkan piutang nasabah kepada bank dengan meminta pembayaran dahulu dari bank. Pada saat jatuh tempo, pihak debitur akan membayarkannya kepada bank.

c. Rahn (gadai), merupakan perjanjian penyerahan barang atau harta dari nasabah kepada bank sebagai jaminan sebagian atau seluruh utang.

3. Seperti halnya dengan bank  –bank Konvensional, Bank Syariah dapat juga memberikan berbagai pelayanan jasa perbankan seperti;

i. Wakalah, yaitu pemberian kuasa dari nasabah kepada bank untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas tertentu seperti pembukaan L/C, inkaso dan transfer uang.

ii. Sharf, yaitu jual beli valuta asing.

iii. Khafalah (garansi bank), yang dapat diberikan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban membayar tertentu, yang bila perlu bank dapat mempersyaratkan adanya penempatan dana untuk memperoleh fasilitas ini.

iv. Ijarah (sewa), yaitu banj dapat menyewakan hartanya untuk memperoleh imbalan atas barang yang disewakan tersebut.

v. Wadi’ah amanah, yaitu pelayanan titipan, seperti Safe Deposit Box dan administrasi dokumen (custodian).

4. Disamping usaha –usaha tersebut, Bank Syariah lazimnya juga memberikan bantuan sosial yang merupakan ciri khusus bank syariah. Dalam melaksanakan fungsi ini, bank berfungsi sebagai penyalur dana kebajikan, dengan cara;

i. Qardul hasan, yang merupakan pinjaman untuk tujuan kesejahteraan, seperti pendidikan, bantuan kepada pengusaha sangat kecil, atau kebutuhan darurat lainnya.

ii. Santunan kebaikan kepada para mustahiq.

Ketentuan –ketentuan yang membatasi tugas dan usaha bank perkreditan rakyat yang bekerja atas dasar prinsip bunga/konvensional berlaku pula bagi bank

(26)

perkreditan rakyat syariah, yaitu yang berkaitan dengan usaha di bidang lalu lintas pembayaran.

(27)

BAB V.

LEMBAGA

 –

 LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL

1. THE ASIAN DEVELOPMENT BANK ( ADB)

Didirikan pada tahun 1966 yang didasari oleh adanya kebutuhan bantuan ekonomi bagi negara-negara Asia bagi pembiayaan pertumbuhan dan pembangunan.

Fungsi & Tujuan :

 Menyokong investasi Pemerintah /Swasta di Asia untuk pembangunan.

 Membantu negara-negara Asia khusus- nya dalam mengkoordinasikan kebijakan

dan rencana pembangunannya dengan tujuan a.l menyehatkan perekonomian dan meningkatkan ekspansi perdagangan luar negeri.

 Memanfaatkan sumber daya yang sedia dengan prioritas untuk pembangunan

negara-negara Asia khususnya yang masih terbelakang.

 Memberikan bantuan tehnis (technical assistance) untuk menyiapkan, mem-biayai

dan melaksanakan berbagai program/proyek pembangunan termasuk memformulasikan usulan proyek.

 Bekerjasama dengan PBB dan badan-badan PBB terutama ECAFE (The Economic

Commission for Asia and Far East) yaitu badan khusus PBB yang didirikan tahun 1947 atas prakarsa negara-negara Asia anggota PBB, berpusat di Bangkok.

 Melaksanakan berbagai kegiatan jasa sesuai tujuan Asian Development Bank.

 Memanfaatkan sumber daya yang sedia dengan prioritas untuk pembangunan

negara-negara Asia khususnya yang masih terbelakang.

 Memberikan bantuan tehnis (technical assistance) untuk menyiapkan, mem-biayai

dan melaksanakan berbagai program/proyek pembangunan termasuk memformulasikan usulan proyek.

 Bekerjasama dengan PBB dan badan-badan PBB terutama ECAFE (The Economic

Commission for Asia and Far East) yaitu badan khusus PBB yang didirikan tahun 1947 atas prakarsa negara-negara Asia anggota PBB, berpusat di Bangkok.

 Melaksanakan berbagai kegiatan jasa sesuai tujuan Asian Development Bank.

2. WORLD BANK (BANK DUNIA)

2.1. Latar Belakang & Pendirian

Dengan tujuan untuk membantu negara-negara di Eropa yang hancur akibat perang dunia ke-II maka pada tahun 1944 sebanyak 44 negara mengadaan pertemuan di sebuah hotel bernama Bretton Woods Resort di New Hampshire, USA Pertemuan tersebut pada tanggal 1 Juli 1944 menghasilkan Bretton Woods Agreement yang a.l mendirikan :

(28)

 IBRD ( International Bank for Reconstruction & Development),kemudian

dikenal dengan nama Wold Bank/Bank Dunia, beroperasi tgl. 25 Juni 1946.

 I M F (International Monetary Fund) atau Dana Keuangan Antar Bangsa.

2.2. Fungsi & Tujuan Bank Dunia

Fokus Bank Dunia adalah membantu penduduk dan negara miskin dengan tujuan utama :

 Meningkatkan kesejahteraan penduduk, melalui program kesehatan dan

pendidikan.

 Mengembangkan sosial, pemerintahan dan membangun institusi sebagai kunci

elemen pengurangan kemiskinan.

 Menguatkan kemampuan pemerintah untuk memberi pelayanan berkualitas,

efesien, dan transparan.

 Melestarikan lingkungan hidup.

 Mendukung dan mendorong pengem- bangan sektor bisnis swasta.

 Mendorong terbentuknya stabilitas lingkungan ekonomi makro, sehingga kondusif

untuk investasi dan perencanaan jangka panjang.

2.3. Keanggotaan Bank Dunia

Setiap negara dapat menjadi anggota Bank Dunia sepanjang memenuhi persyaratan a.l bersedia memberikan kontribusi modal bagi Bank Dunia dan negara tersebut harus terlebih dahulu menjadi anggota IMF . Jumlah anggota Bank Dunia saat ini mencapai 183 negara.

2.4. World Bank Group

Bank Dunia memiliki 5 lembaga, yaitu :

 IBRD (International Bank for Reconstruction & Development), memberi pinjaman dan bantuan pembangunan bagi negara berpenghasilan menengah

 I D A (International Development Association) memberi kredit lunak dan mitra pembangunan untuk negara miskin

 I F C (International Finance Corporatation) memberi bantuan pembiayaan investasi bagi negara berkembang

 M I G A (Multilateral Invesment Guarantee Agency) memberi pinjaman, pengembangan skill dan sumber daya perlindungan kepada investor atas risiko politik

 I C S I D (International Centre for the Settlement of Investrment Dispute) memberi bantuan arbitrasi dan penyelesaian atas permasalahan investor dengan negara, dimana lembaga ini berinvestasi.

(29)

2.5. INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF)

Latar Belakang Pendirian

 Terbentuk I.M.F merupakan hasil Bretton Woods Agreement secara resmi pada tgl. 27 Desember 1947 dan operasional keuangan dimulai pada 01 Maret 1947.

 IMF menitik beratkan masalah moneter dan Bank Dunia menitik beratkan masalah pembangunan ekonomi.

Tujuan IMF :

 Meningkatkan kerjasama moneter internasional

 Meningkatkan kegiatan perdagangan dan penanaman modal dunia

 Memelihara stabilitas nilai tukar mata uang.

 Memperkecil hambatan dan batasan-batasan yang ditetapkan pemerintah berbagai negara atas pembayaran internasional

 Menyediakan dana pinjaman untuk membantu pemeliharaan nilai tukar yang mantap pada masa ketidakseimbangan neraca pembayaran yang sifatnya sementara.

 Mengurangi tingkat dan masa defisit serta surplus neraca pembayaran.

Keanggotaan :

 Untuk menjadi anggota IMF setelah memenuhi beberapa persyaratan a.l membayar deposit atau Kuota

 Kuota ini menentukan besarnya hak pilih/suara dalam pengambilan berbagai keputusan di IMF. USA bersama negara Jepang, Jerman Perancis dan Inggris menguasai sebesar 50% dari seluruh hak pilih (USA sendiri mencapai 20%) Jumlah kuota per 2001 mencapai SDR 212.4 billion (USD 272 billion)

  Anggota IMF yang pada awal pendiriannnya hanya 29 negara, saat ini telah mencapai 183 negara.

Lain-Lain

 Pinjaman dana yang dapat diberikan kepada setiap negara anggota dalam keadaan

biasa sampai 125% dari posisi kuota negara yang bersangkutan.

 Namun dalam keadaan tertentu negara anggota dapat meminjam melampaui

ketentuan tsb. diatas, dengan persyaratan harus dapat memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh IMF (IMF conditionality) a.l negara anggota tersebut harus :

 Mengambil langkah –langkah menuju ekonomi pasar.  Mengambil berbagai kebijakan fiskal dan moneter.

(30)

BAB VI.

BANK INDONESIA SEBAGAI OTORITAS MONETER INDONESIA

1. Kedudukan dan Fungsi Otoritas Moneter

Disetiap negara terdapat lembaga yang bertugas melakukan pengendalian moneter yang biasa disebut dengan nama otoritas moneter, dan pada umumnya dalam bentuk bank sentral atau di beberapa negara tetap disebut Monetary Authority .  Walaupun perumusannya beraneka ragam, namun pada umumnya bank sentral atau otoritas moneter memiliki ciri sebagai berikut:

1. Memiliki hak untuk mengeluarkan atau mengedarkan Central Bank Money   atau uang kartal sebagai alat pembayaran yang sah dan berlaku di negara yang bersangkutan.

2. Mempunyai tugas pokok sebagai pendali moneter, dalam arti mengambil kebijakan moneter yang juga sering berfungsi sebagai pemegang kas negara.

3. Bertugas sebagai pengelola cadangan devisa di negara yang bersangkutan.

4. Bertugas untuk mengatur dan mengawasi perbankan dalam rangka membangun sistem perbankan yang sehat, kuat dan berkeunggulan bersaing.

2. Fungsi-fungsi Bank Central Secara Umum

2.1. Fungsi Pengendalian Moneter

Pengendalian moneter merupakan tugas utama Bank Sentral , Mandiri, tidak diintervensi oleh negara setempat. Pengendalian moneter dilakukan dengan menggunakan berbagai piranti moneter untuk mengatur uang beredar agar mampu memenuhi kebutuhan akan uang, dengan tetap menjaga agar laju inflasi tetap berada pada tingkat yang wajar. Disamping itu, kurs mata uang setempat dapat dipelihara pada tingkat yang relatif stabil. Dengan demikian uang dapat berfungsi dengan baik sebagai:

i.  Alat tukar, yang merupakan fungsi utama uang yang berperan besar dalam menghapuskan kelemahan –kelamahan sistem barter.

ii.  Alat pengukur nilai, yang memungkinkan orang membandingkan nilai berbagai  jenis barang sehingga dapat diperdagangkan secara wajar dan adil karena

didasarkan kepada kesamaan ukuran nilai.

iii.  Alat memupuk kekayaan, karena dengan memiliki uang orang dapat

(31)

iv. Standar untuk pembayaran yang ditunda, yang memungkinkan dilakukannya transaksi kredit, karena orang dapat menghitung kewajiban yang harus dibayar sebagai kontra prestasi yang dilakukan sebelumnya.

Tugas atau fungsi utama otoritas moneter adalah untuk menjaga stabilitas moneter , atau stabilitas nilai uang suatu negara . Ukuran yang pada umumnya dilakukan adalah laju inflasi dan kurs mata uang setempat dibandingkan dengan mata uang asing. Nilai uang suatu negara bergerak berbanding terbalik dengan laju kenaikan harga barang dan jasa maupun nilai mata uang negara lain. Pengendalian moneter dianggap berhasil apabila otoritas moneter mampu menjaga agar laju inflasi dan perubahan kurs valuta asing dapat dikendalikan dalam tingkat yang rendah, tanpa gejolak yang berarti.

2.2. Piranti Kebijakan Moneter Bank Sentral di Dalam Melaksanakan Pengendalian Moneter.

a. Direct Quantitative Control of Bank Credit , yang menetapkan pagu kredit agar dapat mengontrol laju pertumbuhan pemberian kredit bank.

b. Selective Credit Control , cara pengawasan atau pengendalian kredit kualitatif yang dilakukan dengan menentukan sektor atau sub sektor yang boleh atau tidak diberikan kredit oleh perbankan.

c. Discount Rate , dimaksudkan untuk mempengaruhi tingkat suku bunga dengan tujuan bank sentral memberikan sumbangan dalam upaya untuk menjamin stabilitas ekonomi secara umum, disamping menjaga stabilitas tingkat suku bunga.

d. Open Market Operation , merupakan kegiatan bank sentral untuk menjual atau membeli surat berharga di pasar uang atau pasar modal, dengan tujuan untuk mempengaruhi uang yang beredar.

e. Moral Suasion , himbauan bagi perbankan untuk melakukan atau tidak.

3. Pengawasan dan Pembinaan Perbankan

Pengawasan dan pembinaan bank merupakan salah satu tugas bank sentral demi keberhasilan upaya menciptakan sistem perbankan yang sehat dan stabil, yang mencakup hal –hal berikut ini:

a. Mengatur tentang perijinan, sesuai dengan azas kehati –hatian dalam usaha bank, pada umumnya tidak mudah seseorang atau badan untuk masuk di lingkungan perbankan, termasuk untuk membuka kantor cabang dan kantor –kantor lainnya. Ketentuan ini memberikan pembatasan atau mengatur tentang:

(32)

i. Syarat – syarat pendirian, badan hukum atau perorangan. ii. Jumlah modal minimum yang harus disetorkan.

iii. Tata cara pendirian bank serta pembukaan kantor cabang dan kantor-kantor lainnya.

iv. Ketentuan mengenai pengurus bank (direksi dan komisaris). v. Pembatasan tempat atau kota.

b. Mengatur tentang operasional bank , dimaksudkan untuk mendukung keberhasilan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter maupun kebijakan lainnya di bidang pembangunan, ekonomi dan sosial. Sifat pengaturannya beraneka macam, ada yang bersifat larangan, keharusan, atau anjuran untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu tindakan atau pekerjaan, namun tetap berpijak pada prinsip kehati –hatian dan dalam rangka menciptakan perbankan yang sehat dan kuat.

c. Mengatur tentang upaya penyelesaian bank bermasalah baik yang dilakukan sendiri oleh bank maupun tindakan yang harus diambil oleh bank sentral.

d. Tata cara untuk melakukan merger, akuisisi dan penutupan atau likuidasi yang pada dasarnya dilakukan demi melindungi kepentingan masyarakat, terutama penabung.

4. Pengaturan Sistem Pembayaran

Pengaturan terhadap sistem pembayaran diperlukan dalam rangka menjaga stabilitas keuangan. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan sistem pembayaran yang aman dan efisien, diantaranya dengan mengatur dan bile perlu menyelenggarakan kliring (terutama untuk bank besar).

5. Hubungan Bank Central dengan Pemerintah

Hubungan dengan pemerintah dan lembaga –lembaga lain di masing –masing negara pada umumnya diatur didalam undang –undang pendiriannya. Bank sentral lazimnya berfungsi sebagai pemegang kas negara, bahkan ada pula Menteri Keuangan atau pejabat pemerintah lain secara ex oficio   memegang jabatan tertentu di bank sentral, namun ada pula bank sentral yang tidak memiliki hubungan langsung dengan pemerintah. Pada umumnya, bank sentral di negara –negara telah mandiri, sehingga tidak mungkin diintervensi pemerintah.

5.1. Tugas Tambahan Bank Sentral di Negara - Negara Berkembang.

 Adanya pengawasan dan pengarahan pemberian kredit bank dengan mendorong sektor ekonomi tertentu dalam rangka terciptanya pemerataan pembangunan.

(33)

5.2. Bank Indonesia Sebagai Otoritas Moneter

Di dalam penjelasan pasal 23 Undang –Undang Dasar 1945, yang antara lain menunjukkan adanya keinginan untuk mendirikan Bank Indonesia yang bertugas untuk mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas.

Lembaga ini diatur terakhir dengan Undang –Undang No.23 tahun 1999, yang antara lain memuat hal –hal pokok seperti berikut:

1. Bank Indonesia harus mandiri (independen), bebas dari campur tangan pemerintah maupun pihak  –pihak lain. Bahkan BI wajib menolak dan atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam rangka pelaksanaan tugasnya. Untuk itu, terhadap pihak  –pihak yang melakukan intervensi diancam dengan sanksi pidana yang cukup berat. Kemandirian BI juga terlihat dari status dan pengangkatan Gubernur dan Deputi Gubernurnya. Gubernur BI dan Deputi Gubernur Senior BI diusulkan dan diangkat oleh Presiden RI atas dasar persetujuan DPR RI, sedangkan deputi gubernur lainnya diusulkan Gubernur BI dan diangkat oleh Presiden RI dengan persetujuan DPR RI. Undang  –  undang tersebut juga menegaskan kedudukan BI sebagai badan hukum yang dapat melakukan tindakan hukum (perdata) dan berhak mengeluarkan peraturan yang mengikat pihak  –pihak lain yang mematuhinya.

2. Tugas –tugas BI antara lain:

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dengan jalan;

a. Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang ditetapkannya.

b. Melakukan pengendalian moneter dengan cara –cara antara lain:

i. Operasi pasar terbuka (open market operation ). ii. Penetapan tingkat diskonto ( discount policy ).

iii. Penetapan cadangan wajib minimum ( reserve requirement ratio ).

iv. Pengaturan kredit atau pembiayaan ( selective credit control ).

c. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, dimana sistem nilai tukar ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan usul Bank Indonesia.

d. Mengelola cadangan devisa, sehingga dapat melakukan berbagai jenis transaksi devisa dan menerima pinjaman luar negeri.

3. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dengan jalan;

a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan ijin atas penyelenggaraan  jasa sistem pembayaran.

(34)

b. Mewajibkan penyelenggaraan jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya.

c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.

d. Mengatur sistem kliring antara bank dalam mata uang rupiah dan atau valuta asing.

e. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antara bank dalam mata uang rupiah dan atau valuta asing.

f. Menetapkan macam, harga, ciri uang, bahan yang digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.

g. Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dimaksud dari peredaran.

4. Mengatur dan mengawasi bank dengan jalan;

a. Menetapkan peraturan, memberikan ijin atas kelembagaan dan kegiatan usaha.

b. Melaksanakan pengawasan bank yang dilakukan baik secara langsung atau tidak langsung dengan cara:

i. Mewajibkan bank menyampaikan laporan.

ii. Melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu.

c. Memerintahkan bank umum menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila patut diduga merupakan adanya tindakan pidana di bidang perbankan.

d. Mengatur dan mengembangkan sistem informasi antar bank.

e.  Apabila suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, dapat melakukan tindakan agar;

i. Pemegang saham menambah modal.

ii. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi.

iii. Bank menghapusbukuan kredit atau pembiayaan ( syariah ) yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya.

iv. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.

(35)

v. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban.

vi. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatannya kepada pihak lain.

vii. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajibannya kepada pihak lain.

viii. Mencabut ijin usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk menyelenggarakan RUPS guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuidasi.

5. Menjalin hubungan kerja dengan pemerintah dengan jalan;

a. Bertindak sebagai pemegang kas negara.

b. Bertindak untuk dan atas nama pemerintah untuk menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan pemerintah terhadap pihak luar negeri.

c. Wajib diminta pendapatnya dalam sidang  – sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia.

d. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah mengenai RAPBN serta kebijakan  –  kebijakan lain yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.

e. Wajib diminta konsultasinya apabila Pemerintah akan menerbitkan surat  – surat utang negara, disamping konsultasi dengan DPR.

f. Dapat membantu menerbitkan Surat Utang Negara ( SUN ), tetapi tidak boleh membeli sendiri surat  – surat utang tersebut.

g. Dilarang memberikan kredit kepada Pemerintah.

6. Hubungan International

Untuk menjalin hubungan internasional yang baik, BI dapat melakukan kerja sama dengan bank sentral lainnya, organisasi dan lembaga internasional yang apabila perlu dapat bertindak untuk dan atas nama negara.

7. Beberapa Hal dalam Tugas –tugas BI.

Disamping hal –hal yang berkaitan dengan fungsi dan tugas utama BI tersebut, ada beberapa hal penting mengenai BI, antara lain:

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji “chi square” dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 % menunjukkan hitung lebih kecil dari tabel (5,26 < 5,991) yang berarti secara statistik

(1) Tongkang yang panjangnya 30 m atau lebih, dan lebarnya kurang dari 6 m, yang sedang berlayar atau berhenti, kecuali jika teriadi keadaan seperti dimaksud

- seandainya data yang disediakan Client tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan dan berdampak terhadap biaya / waktu pelaksanaan kerja, maka Kontraktor akan berhak untuk

Dalam Penelitian ini matahari terkena biopsi kulit dari pasien yang lebih tua mengungkapkan respon inflamasi meningkat dengan mononuklear. sel dibandingkan dengan daerah

Proses Dapur Tinggi Listrik5. Proses

Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan perilaku konsumsi minuman keras pada remaja di Desa Tanggul Kulon Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember adalah

Jika petani kubis ingin meningkatkan efisiensi teknis, perlu kesadaran petani untuk berperan aktif dalam kelompok tani karena dengan adanya kelompok tani petani dapat

17 proses pembelajaran jadi sebaiknya siswa harus benar menyusun kegiatan sehari-harinya, peningkatan juga terjadi pada indikator mengerjakan PR dikarenakan adanya