• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KLIEN CEDERA KEPALA YANG MENGALAMI TRAUMA MAYOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESKRIPSI KLIEN CEDERA KEPALA YANG MENGALAMI TRAUMA MAYOR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI KLIEN CEDERA KEPALA YANG MENGALAMI TRAUMA MAYOR

Riki Ristanto

1

Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes RS. Dr. Soepraoen Malang

ABSTRAK

Cedera kepala adalah trauma yang menjadi salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan akibat trauma.Tingginya angka kejadian cedera kepala akan berdampak pada peningkatan beban kerja dokter maupun perawat yang bertugas di IGD sehingga berdampak pada penurunan kualitas pelayanan dan dapat menurunkan outcome perawatan klien cedera kepala.. Dibutuhkannya kesiapan dan kewaspadaan tim perawatan khususnya di IGD agar dapat mencegah kondisi terburuk yang dapat terjadi pada klien cedera kepala. Desain penelitian yang digunakan adalah diskriptif. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel yang diambil 96 data rekam medis klien cedera kepala. Untuk data usia, nilai ISS klien dilakukan analisa dengan nilai median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran. Untuk data jenis kelamin, mekanisme cedera, dan mortality klien dilakukan analisa dengan menghitung distribusi frekuensi dan presentasi masing-masing kelompok. Jumlah klien laki-laki yang mengalami cedera kepala (70 orang atau 72.9%) lebih banyak dibandingkan jumlah klien perempuan (26 orang atau 27.1%). Pada data klien cedera kepala yang meninggal, didapatkan bahwa klien perempuan (22 klien atau 69%) yang meninggal jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah klien laki-laki (10 klien atau 31%) yang meninggal akibat cedera kepala. Median usia klien cedera kepala adalah 37 tahun dengan rerata 38.31 (20-63). Pada data klien cedera kepala yang meninggal didapatkan hasil bahwa jumlah klien terbanyak yang mengalami cedera kepala pada kelompok usia 20 – 40 tahun yaitu 57 klien atau 60%. Pada data mortality klien didapatkan bahwa jumlah klien yang hidup hingga hari ke 7 perawatan (64 klien atau 66.7%) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah klien yang meninggal (32 klien atau 33.3%). Kecelakaan lalu lintas (82 atau sekitar 85.4%) adalah mekanisme cedera yang paling sering terjadi dibandingkan dengan mekanisme cedera jatuh dari ketinggian (7 kejadian atau 7.3%) atau benturan dengan benda tumpul (7 kejadian atau 7.3%). Kecelakaan lalu lintas juga merupakan mekanisme cedera dari semua klien yang meninggal pada penelitian ini. ScoreISS klien cedera kepala adalah 21 dengan rerata 24 (17-38), score ISS klien cedera kepala yang meninggal memiliki rata-rata 24. Klien cedera kepala didominasi oleh laki-laki dengan kisaran usia 20-40 tahun, yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas dan dengan rata-rata 33,3% berdampak pada kematian.

Kata kunci : Cedera Kepala, Trauma Mayor.

ABSTRACT

Head injury is a trauma which prayer become one main causes of death and disability (Madikian& Giza, 2006; Tjahjadi et al, 2013). The incidence of head injury increased because rising sharply especially use vehicle (Lee et al, 2015). The high incidence of head injury digits will impact charges in improvement work and nurse the duty doctor in the ER so that the impact on the quality service and can lowering treatment results client head injury (Li et al, 2014). The need for preparedness and vigilance, especially in emergency care team that can prevent the worst conditions that can occur in head injury clients. The study design used is descriptive. The sampling method used is purposive sampling. The samples were taken 96 Medical Record Data Client head injury. For the data age, ISS value clients do analysis with median value as a measure of central tendency and minimum-maximum as a measure of deployment. Data for gender, mechanism injury, and death do clients with counting frequency distribution analysis and presentation of each group. Term clients male with head injuries (70 clients or 72.9%) compared term more many clients women (26 clients or 27.1%). On data clients who died of head injury, it was found that the female client (22 clients or 69%) who died in number compared term more many male clients (10 clients OR 31%) who died of head injury. Clients median age is 37 Years head injury with mean of 38.31 (20-63). On data clients who

(2)

died of head injury findings showed that the majority clients period its head injuries on age group 20-40 years namely client 57 or 60%. On mortality data showed that the term client clients living up to 7 days treatment (64 clients OR 66.7%) more than the term clients who died (32 clients or 33.3%). Traffic accidents (82 or approximately 85.4%) is mechanisms most injuries occurred compared with mechanisms injury falling from a height (7 clients or 7.3%), conflict or with blunt object (7 clients or 7.3%). Traffic accident is mechanism injuries also clients who died from all in research initials. Clients ISS head injury score is 21 with mean of 24 (17-38), scored ISS clients who died head injuries had an average of 24 clients a head injury is dominated by male with 20-40 year age range, caused by accident then and the traffic median with 33.3% in death impact.

Keywords: Head Injury, Major Trauma, .

PENDAHULUAN

Cedera kepala adalah trauma pada kepala yang dapat berdampak langsung pada fungsi otak selaku pusat koordinasi semua sistem pada tubuh manusia. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan akibat trauma di banyak negara berkembang (Madikian & Giza, 2006; Tjahjadi et al., 2013). Kejadian Trauma Brain Injury (TBI) atau

cedera

kepala meningkat tajamterutama karenameningkatnya penggunaan kendaraanbermotordi berbagai negara berkembang (Lee et al, 2015). Trend peningkatan kejadian cedera kepala dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya perubahan populasi penduduk disuatu wilayah, perkembangan modalitas transportasi, budaya masyarakat, dan kemajuan teknologi yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat (Faul et al, 2015; Irawan et al., 2010;Tjahjadi et al, 2013). Perubahan gambaran kejadian kasus cedera kepala perlu mendapatkan perhatian, hal itu berpengaruh pada tingkat kesiapan tenaga kesehatan khususnya di IGD dalam menangani kasus cedera kepala.

Kejadian cedera kepala di seluruh dunia pada tahun 2010 sekitar 2,5 juta orang, dan sudah mengakibatkan beban biaya ekonomi diperkirakan hampir 76,5 miliar dollar Amerika. Insidennyabervariasi dari 67 hingga 317 kasus per 100.000individu danangka kematiannyadari berkisar 4% sampai 7% untukcederaotak sedang, sekitar 50% untuk psien dengan cedera otakberat (Lee et al, 2015). Berdasarkan perkiraan National Institute of Health Concencuss Development Pannel of Rehabilitation of Persone kejadian cedera kepala menunjukkan angka 2.5 hingga 6.5 juta orang Amerika menderita disabilitas (Mahdian, 2014).

Tingginya angka kejadian cedera kepala yang diikuti dengan adanya peningkatan angka mortalitas akan berdampak pada peningkatan beban kerja dokter maupun perawat yang bertugas di IGD. Beban kerja yang terlalu tinggi dapat berdampak pada penurunan kualitas pelayanan, sehingga dapat menurunkan outcome perawatan terutama pada klien cedera kepala (Li et al, 2014). Dibutuhkannya kesiapan dan kewaspadaan tim perawatan khususnya di IGD agar dapat mencegah kondisi terburuk yang dapat terjadi pada klien cedera kepala. Kesiapan dan kewaspadaan itu dapat dibangun dan dimulai dari mengantisipasi setiap perubahan data dari kejadian kasus cedera kepala. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran klien cedera kepala terutama yang mengalami trauma mayor.

METODE

Desain penelitian yang digunakan adalah diskriptif. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel yang diambil 96 data rekam medis klien cedera kepala. Untuk data usia, nilai ISS klien dilakukan analisa dengan nilai median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran. Untuk data jenis kelamin, mekanisme cedera, dan mortality klien dilakukan analisa dengan menghitung distribusi frekuensi dan presentasi masing-masing kelompok.Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang Bidang Rekam Medis pada tanggal 29 Juni – 14 Juli 2016.

(3)

50

Jurnal Kesehtan Hesti Wira Sakti, Volume 5, Nomor 1, April 2017. Hlm. 48 - 55 HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Diskriptif data Jenis Kelamin, Riwayat Trauma Pasien, dan Data Mortality Pasien

n %

Jenis Kelamin

Laki-laki 70 72,9

Perempuan 26 27,1

Mekanisme Cedera

Kecelakaan lalu lintas 82 85,4

Jatuh dari ketinggian 7 7,3

Benturan benda tumpul 7 7,3

Mortality dalam 7 hari

Hidup 64 66,7

Meninggal 32 33,3

Total 96 100

Sumber : Data primer

Gambar 1 Data Jenis Kelamin Klien Yang Meninggal Akibat Cedera Kepala

Gambar 2 Data Mekanisme Cedera Dari Klien Yang Meninggal

Berdasarkan Tabel 1, Gambar 1 dan Gambar 2 di atas maka dapat dilihat bahwa jumlah klien laki-laki (70 klien atau 72,9%) lebih banyak bandingkan jumlah klien perempuan (26 klien atau 27,1%).Pada data klien yang meninggal, jumlah klien perempuan (22 klien atau 69%) lebih banyak dibandingkan jumlah klien laki-laki (10 klien atau 31%). Pada data mekanisme cedera didapatkan bahwa kecelakaan lalu lintas

(82 atau sekitar 85,4%) adalah mekanisme cedera yang paling sering terjadi dibandingkan dengan mekanisme cedera jatuh dari ketinggian (7 atau 7,3%) atau benturan dengan benda tumpul (7 atau 7,3%). Kecelakaan lalu lintas juga merupakan mekanisme cedera yang paling sering terjadi (30 atau 94%) dibandingkan dengan mekanisme cedera jatuh dari ketinggian (2 atau 6%) atau benturan dengan benda tumpul (0 atau 0%). Pada data mortality klien didapatkan bahwa jumlah klien yang hidup hingga hari ke 7 perawatan (64 klien atau 66,7%) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah klien yang meninggal (32 klien atau 33,3%).

Tabel 2 Diskriptif data usia, score ISS, score GCS, SBP, RR.

Variabel Rerata Median Min Max

Usia 39,71 39 20 63

ISS 23,26 21 17 38

Sumber : Data primer

Gambar 3 Data Usia Klien Cedera Kepala

Gambar 4 Data Usia Klien Yang Meninggal Akibat Cedera Kepala

Berdasarkan Tabel 2, Gambar 3 dan Gambar 4 di atas maka dapat dilihat bahwa nilai median dari usia klien cedera kepala adalah 37 tahun

31% 69%

Data jenis kelamin pasien yang meninggal akibat cedera kepala

Laki-laki Perempuan

94% 6%

0%

Data mekanisme cedera dari pasien yang meninggal

Kecelakaan lalu lintas Jatuh dari ketinggian

Benturan benda tumpul

20 - 40 tahun 60% 41 - 60 tahun 34% 61 - 80 tahun 6%

Data usia pasien cedera kepala

20 - 40 tahun 41 - 60 tahun 61 - 80 tahun

20 - 40 tahun 47% 41 - 60 tahun 37% 61 - 80 tahun 16%

Data usia pasien yang meninggal akibat cedera kepala

(4)

dengan rerata 38,31 (20-63). Sedangan nilai median dari score ISS klien cedera kepala adalah 21 dengan rerata 24 (17-38), score ISS klien cedera kepala yang meninggal memiliki rata-rata 24. Pada data klien cedera kepala didapatkan hasil bahwa jumlah klien terbanyak yang mengalami cedera kepala pada kelompok usia 20 – 40 tahun yaitu 57 klien atau 60%. Pada data klien meninggal akibat cedera kepala didapatkan bahwa jumlah klien terbanyak yang meninggal akibat cedera kepala pada kelompok dengan rentang usia 20 – 40 tahun (15 klien atau 47%).

PEMBAHASAN

1. Gambaran Jenis Kelamin Klien Cedera Kepala

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah klien laki-laki yang mengalami cedera kepala (70 orang atau 72.9%) lebih banyak dibandingkan jumlah klien perempuan (26 orang atau 27.1%) yang mengalami cedera kepala. Pada data klien cedera kepala yang meninggal, didapatkan bahwa klien perempuan (22 klien atau 69%) yang meninggal jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah klien laki-laki (10 klien atau 31%) yang meninggal akibat cedera kepala.

Hasil penelitian tersebut sebanding dengan data yang disampaikan oleh Colantonio et al. (2010), bahwa jumlah klien cedera kepala yang dilakukan perawatan di rumah sakit Ontario Canada berkisar 22 per 100000 orang perempuan dan 52 per 100000 orang laki-laki selama tahun 2006-2007. Menurut hasil penelitian dari Tjahjadi et al. (2013) jumlah klien laki-laki yang mengalami cedera kepala (61 orang atau 81.96%) lebih banyak dibandingkan jumlah klien perempuan (11 orang atau 18.04%).

Tingginya angka kejadian cedera kepala yang didominasi oleh laki-laki dapat disebabkan karena tingginya angka kejadian kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh laki-laki. Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 2 diketahui bahwa kecelakaan lalu lintas (82 kejadian atau 85.4%) adalah mekanisme cedera yang paling banyak menimbulkan terjadinya cedera kepala sekaligus menjadi mekanisme cedera yang paling banyak menimbulkan klien meninggal akibat cedera kepala (30 kejadian atau 94%).

Menurut Amanda & Marbun (2014), laki-laki adalah korban kecelakaan yang paling banyak di Indonesia, bahkan jumlahnya termasuk dalam lima besar penyebab utama kematian di Indonesia. Menurut Spesialis Keselamatan Lalu Lintas di Bank Dunia, Jose Luis Irigoyen, negara-negara berkembang seperti Indonesia menyumbang 90% jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Setiap hari rata-rata 120 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia dengan 60% kematian berasal dari pengendara roda dua atau tiga dan 80%nya korbannya adalah laki-laki.

2. Gambaran Usia Klien Cedera Kepala. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa median dari usia klien cedera kepala adalah 37 tahun dengan rerata 38.31 (20-63). Pada data klien cedera kepala didapatkan hasil bahwa jumlah klien terbanyak yang mengalami cedera kepala pada kelompok usia 20 – 40 tahun yaitu 57 klien atau 60%. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya, yang menyebutkan bahwa persentase penyebab cedera akibat kecelakaan transportasi darat yang paling tinggi pada kelompok umur 15 – 24 tahun sebesar 48,1% (Badan Statistik Nasional, 2013).

Menurut Ryan (2009), rerata kejadian cedera kepala terbanyak pada rentang usia 15-24 tahun dibanding dengan rentang usia umur yang lain. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Coronado et al. (2011), bahwa klien cedera kepala lebih banyak terjadi pada mereka dengan usia 0-44 tahun atau usia produktif dan lebih banyak pada usia 18-40 tahun, dimana pada usia tersebut seseorang memiliki kemampuan yang maksimal untuk beraktifitas sehingga menyebabkan tingkat mobilitas yang tinggi pula, baik dalam pekerjaan maupun aktifitas lain. Banyaknya penderita cedera kepala yang masih berusia produktif sangat berkorelasi juga dengan tingginya angka jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia. Tingginya populasi penduduk usia produktif di Indonesia yang diikuti dengan tingginya pemakaian jumlah kendaraan bermotor roda dua berkorelasi dengan kenaikan angka kecelakaan lalu lintas. Indonesia dilaporkan mengalami kenaikan jumlah kecelakaan lalu lintas hingga lebih dari 80% (Amanda & Marbun, 2014). Hasil penelitian pada Gambar 4 juga menunjukkan bahwa jumlah klien terbanyak yang meninggal akibat cedera kepala pada

(5)

52

Jurnal Kesehtan Hesti Wira Sakti, Volume 5, Nomor 1, April 2017. Hlm. 48 - 55

kelompok dengan rentang usia 20 - 40 tahun (15 klien atau 47%). Hasil penelitian tersebut sesuai data yang disampaikan oleh Coronado et al. (2011), bahwasannya tingkat kematian menurun secara signifikan pada rentang usia 0 - 44 tahun dan meningkat pada usia >75 tahun. Hasil yang sama juga diungkapkan oleh Central for Disease Control and Prevention (CDC) (2009), kejadian cedera kepala di Amerika merupakan penyebab utama kematian pada usia 1 - 44 tahun. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhadapani et al. (2012), cedera kepala merupakan penyebab kematian terbanyak pada usia 1 - 44 tahun. Kondisi ini terjadi karena sebagian besar penyebab klien cedera kepala adalah kecelakaan, dimana mayoritas pengguna transportasi dijalan raya adalah mereka yang berusia 18 - 40 tahun, karena pada usia tersebut merupakan usia dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Dilansir dari The Washington Post, menurut data terbaru Global Burden, di negara berkembang kecelakaan lalu lintas termasuk lima besar penyebab utama kematian di dunia. Melampaui HIV/AIDS, malaria, TBC dan penyakit pembunuh lainnya. Para korban cenderung merupakan warga miskin, muda dan kebanyakan laki-laki (Amanda& Marbun, 2014). Menurut Faul et al. (2015) cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif. 3. Gambaran Mortality Klien Cedera Kepala Pada data mortality klien didapatkan bahwa jumlah klien yang hidup hingga hari ke 7 perawatan (64 klien atau 66.7%) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah klien yang meninggal (32 klien atau 33.3%). Tingginya jumlah klien yang tetap hidup hingga hari ke 7 perawatan dapat disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah banyaknya jumlah klien yang mengalami kondisi Cedera Kepala Sedang (CKS) (49 klien atau 51.04%) serta penggunaan klien non rujukan dalam penelitian ini.

Menurut data didapatkan bahwa sebagian besar klien yang meninggal memiliki GCS ≤8 sejumlah 26 klien atau 81.25%. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan data yang dikemukakan oleh Lee et al. (2015), bahwasannya insiden mortality pada klien cedera otak sedang hanya berkisar 4% sampai 7%, dan sekitar 50% untuk klien dengan cedera otak berat dari 67 hingga 317 kasus per 100.000 individu. Menurut Tjahjadi et al. (2013) kejadian cedera otak berat

di Indonesia antara 6 hingga 12% dari semua kasus cedera otak dengan angka kematian berkisar antara 25% hingga 37%. Menurut Rosenfel (2012), angka harapan hidup klien dengan cedera kepala berat jauh lebih rendah dibanding cedera kepala sedang maupun ringan dengan angka kematian 2 - 3 kali lebih cepat. Penggunaan klien non rujukan yang mendominasi dalam penelitian ini dimungkinkan juga ikut berkontribusi dalam menghasilkan jumlah klien yang tetap hidup hingga hari ke 7 perawatan sebanyak 75% dan meninggal sebanyak 25%. Hal tersebut juga berarti bahwa banyak klien cedera kepala yang langsung mendapat penanganan dari RSSA selaku RS trauma center. Menurut Rogert et al. (2006) bahwa tindakan untuk melakukan transport langsung pada klien cedera kepala ke trauma center akan lebih meningkatkan survival klien dibandingkan transport tidak secara langsung (bukan trauma center hanya rumah sakit terdekat). Dengan tindakan melakukan transport langsung pada vasilitas trauma center, klien cedera kepala akan segera mendapatkan definitive care dengan tepat dan cepat sehingga dapat mengurangi terjadinya mortality pada klien cedera kepala.

Prinsip yang sangat penting dalam mempertahankan serta meningkatkan survival klien cedera kepala yaitu Golden hours atau 6-8 jam pasca trauma merupakan fase kritis dan waktu yang tepat dalam memberikan pertolongan pada klien dengan cedera kepala (resusitasi, terapi definitif (ruang operasi) serta stabilisasi di ruang emergency) (Haddad & Arabi, 2012). Menurut Newgard et al. (2015) dan Campbel (2012) menyatakan bahwa tahapan prosedur resusitasi (the resucitation contium) dilakukan dengan tepat, cepat saat terjadi cedera dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas, apabila pertolongan tersebut dilakukan kurang dari 1 jam pertama maka mortalitas sekitar 10%, sedangkan apabila pertolongan tersebut dilakukan pada waktu 8 jam pertama maka mortalitas dapat terjadi sekitar 75%.

4. Gambaran Mekanisme Cedera Klien Cedera Kepala

Pada Tabel 1 dan Gambar 2 data tentang mekanisme cedera, didapatkan bahwa kecelakaan lalu lintas (82 atau sekitar 85.4%) adalah mekanisme cedera yang paling sering terjadi dibandingkan dengan mekanisme cedera

(6)

jatuh dari ketinggian (7 kejadian atau 7.3%) atau benturan dengan benda tumpul (7 kejadian atau 7.3%). Kecelakaan lalu lintas juga merupakan mekanisme cedera dari semua klien yang meninggal pada penelitian ini.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan data hasil penelitian sebelumnya. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia (2008), kejadian cedera kepala yang disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor (40,6%) memiliki jumlah yang hampir sama dengan kejadian cedera kepala yang disebabkan oleh jatuh (40,9%) dan kecelakaan dengan tempat kejadian cedera paling banyak adalah di jalan raya (42,8 %). Sedangkan menurut Irawan et al. (2010), angka kejadian cedera kepala di Indonesia sebesar 27% dari total cedera yang dialami akibat kecelakaan lalu lintas.

Adanya perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan karena adanya kenaikan jumlah pengguna kendaraan terutama kendaraan roda dua, sehingga berdampak pada kenaikan jumlah terjadinya kecelakaan utamanya oleh kendaraan roda dua. Menurut data Korps Lalu Lintas Mabes Polri hingga September 2015 jumlah kasus kecelakaan lalu lintas mencapai 23.000 kasus. Dari 23 ribu kasus yang terjadi, tercatat 23 ribu korban meninggal dunia akibat kecelakaan tersebut (Musofa, 2015). Indonesia justru menempati urutan pertama peningkatan kecelakaan menurut data Global Status Report on Road Safety yang dikeluarkan WHO. Indonesia dilaporkan mengalami kenaikan jumlah kecelakaan lalu lintas dan jumlah korban meninggal hingga lebih dari 80%. Dari angka 8.000 jiwa korban meninggal pada tahun 2002, menjadi meningkat lebih dari 16.500 pada tahun 2007 dan dua kali lipat lagi pada tahun 2010. Enam puluh persen kematian berasal dari pengendara roda dua atau tiga (Amanda & Marbun, 2014). Menurut Tjahjadi et al. (2013) dan Madikian & Giza (2006), cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan akibat trauma di banyak negara berkembang, dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.

Minimnya pengaman pada pengendara kendaraan roda dua ditambah lagi rendahnya kesadaran pengguna kendaraan bermotor roda dua dalam menggunakan helm berdampak pada tingginya angka kematian yang diakibatkan

kecelakaan kendaraan bermotor roda dua (Coronado et al, 2011; Bonne & Schuerer, 2013). Seringkali didapati para korban kecelakaan kendaraan bermotor roda dua mengalami luka yang serius terutama pada bagian kepala, dan itu menjadi penyebab korban kecelakaan kendaraan bermotor roda dua memiliki outcome yang buruk pasca cedera kepala (Tsao dan Moore, 2010).

5. Gambaran Score ISS Pasien Cedera Kepala

Berdasarkan Tabel 2 maka dapat dilihat bahwa nilai median nilai median dari score ISS klien cedera kepala adalah 21 dengan rerata 24 (17-38), score ISS klien cedera kepala yang meninggal memiliki rata-rata 24. Sehingga dapat disimpulkan bahwa klien cedera kepala yang datang kebanyakan mengalami multiple trauma.

Injury Severity Score merangkum tingkat keparahan kondisi pasien yang mempunyai beberapa cedera.Menurut Rapsang & Shyam (2015) dan Salim (2015) ISS pasien yang lebih dari 15 memiliki resiko mortalitas lebih dari 10%. Skor ISS merupakan satu-satunya sistem penilaian anatomi yang digunakan dan berkorelasi linear dengan mortalitas, morbiditas, lama tinggal di rumah sakit, dan outcome pasien. Injury Severity Score mudah digunakan dan dapat menjadi prediktor kelangsungan hidup yang baik, terutama pada pasien-pasien yang mempunyai cedera multipel (Rapsang & Shyam, 2015; Okasha, Fayed, & Saleh, 2014; Salim, 2015).

Kelemahannya adalah bahwa setiap kesalahan dalam skor AIS meningkatkan kesalahan pada skor ISS. Injury Severity Score mempunyai keterbatasan, yaitu pengumpulan nilai terbatas serta hanya mengambil cedera paling serius di setiap area tubuh. Perkiraan ISS yang akurat membutuhkan pengumpulan informasi cedera yang detail, sedangkan beberapa informasi ini hanya dapat diperoleh dengan menggunakan alat penunjang, seperti MRI atau angiografi, yang mungkin tidak tersedia atau tidak cocok pada keadaan akut (Rapsang & Shyam, 2015; Okasha, Fayed, & Saleh, 2014; Salim, 2015). Injury Severity Score kurang baik digunakan jika ada banyak cedera di satu sisi tubuh, misal luka tembak di abdomen. Namun, ISS sudah digunakan secara luas untuk penilaian awal cedera multipel (Okasha, Fayed, & Saleh, 2014; Salim, 2015).

(7)

54

Jurnal Kesehtan Hesti Wira Sakti, Volume 5, Nomor 1, April 2017. Hlm. 48 - 55 KESIMPULAN

Kliencedera kepala didominasi oleh laki-laki dengan kisaran usia 20-40 tahun, yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas dan dengan rata-rata 33,3% berdampak pada kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Amanda, Gita & Marbun, Julkifli. (2014). Indonesia Urutan Pertama Peningkatan Kecelakaan Lalu Lintas. http//republika.co.id. Diakses tanggal 24 Juli 2016 Pukul 09.11 WIB.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. (2008). Laporan Nasional : Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta, Departemen Kesehatan RI.

Badan Statistik Nasional.(2013).Statistik Transportasi 2013.Jakarta: Badan Pusat Statistik BPS – Statistics Indonesia, p 32-35.

Baroto, R. T. (2007). Correlation Between Blood Glucose Level With Outcome of Moderate And Severe Closed Head Injury With Brain CT Scan Normally. Semarang: Universitas Diponegoro.

Bonne, S., & Schuerer, D. (2013). Trauma in the Older Adult: Epidemiology and Evolving Geriatric Trauma Principles. Clin Geriatric Med, 29, 137-150

Cambell, Jhon. (2012). International Trauma Life Support For Emergency Care Provider. Alabama, American: American College Emergency Phycisian.7th Edition. America, American College Emergency Physcian. ISBN-13: 978-0-13-215724-7.

Champion, H. R., Sacco, W. J., Copes, W. S., Gann, D. S., Gennarelli, T. A., Flanagan, M. E. (1989). A revision of the trauma score. J Trauma. 29:623–9.

Colantonio, A., Saverino, C., Zagorski, B. (2010).Hospitalizations and emergency department visits for TBI in Ontario. Can J Neurol Sci. 37: 783–790.

Coronado, V., Xu, L., Basavaraju, S., McGuire, L., Wald, M., Faul, M., . . . Hemphill, J. (2011). Surveillance for Traumatic Brain Injury--Related Deaths --- United States,

1997--2007. Centers for Disease Control and Prevention, 60, 1-32.

Edna, T. H. (1983). Risk faktor in traumatic head injury. Acta Neurochir. 69: 15-21.

Faul, Mark, & Coronado, Victor. (2015). Chapter 1 - Epidemiology of traumatic brain injury. In G. Jordan & M. S. Andres (Eds.), Handbook of Clinical Neurology (Vol. Volume 127, pp. 3-13): Elsevier.

Gilbert, D. (2010). Abbreviated Injury Scale (AIS) and the Injury Severity Score (ISS). http://www.mymedal.org/index.php?n=Military 290401 (diakses pada 02 Maret 2016 pukul 8.35 WIB).

Haddad, S. H. & Arabi, Y. M. (2012). Critical care Management of Severe Traumatic Brain Injury in Adults. Scandinavian Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine. 20 (12): 1-15. doi: 10.1186/1757-7241-20-12.

Irawan H., Setiawan F., Dewi, Dewanto G. (2010). Perbandingan glasgow coma scale dan revised trauma score dalam memprediksi disabilitas pasien trauma kepala di RS. Atma Jaya. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol. 60. No. 10.

Lee, John C., Rittenhouse, Katelyn, Bupp, Katherine, Gross, Brian, Rogers, Amelia, Rogers, Frederick B., . . . Thurmond, James. (2015). An analysis of Brain Trauma Foundation traumatic brain injury guideline compliance and patient outcome. Injury, 46(5),

854-858. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.injury.2014.12.023

Li, Angela, Early, Sean F., Mahrer, Nicole E., Klaristenfeld, Jessica L., & Gold, Jeffrey I. (2014). Group Cohesion and Organizational Commitment: Protective Factors for Nurse Residents' Job Satisfaction, Compassion Fatigue, Compassion Satisfaction, and Burnout. Journal of Professional Nursing, 30(1), 89-99. doi:

http://dx.doi.org/10.1016/j.profnurs.2013.04.00 4

Madikian A, Giza C. (2006). A Clinician’s Guide to The Pathophysiology of Trauma Brain Injury. Indian Journal of Neurotrauma (IJNT). 3(1).9 – 11

Mahdian, Mehrdad, Fazel, Mohammad Reza, Fakharian, Esmaeil, Akbari, Hossein, & Mahdian, Soroush. (2014). Cerebral state index

Gambar

Tabel 1 Diskriptif data Jenis Kelamin, Riwayat  Trauma Pasien, dan Data Mortality Pasien

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu maka penelitian yang akan dilakukan merupakan upaya dalam mengidentifikasi sejauhmana persepsi stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi sebagai pelaku

Proses penggunaan 1 dilakukan dengan cara berkelompok terdiri dari 5 anak setiap anak mandapatkan media gambar yang berbeda antara satu anak dengan anak yang

Sonrasında ise başka hiçbir şey yapma ki, tüm gece boyunca bu gevşeme senin içinde git gide daha derin bir hal alabilsin.. ÇIT

Tesis ini berjudul Pola Tata Spasial Pada Hunian Orang Sabu di Desa Kadumbul Kabupaten Sumba Timur, yang mengungkapkan pola tata ruang dalam dan ruang luar yang

Pada motor bensin, bensin dibakar untuk memperoleh energi termal. Energi ini selanjutnya digunakan untuk melakukan gerakan mekanik. Prinsip kerja motor bensin,

1# Apabila PI%AK K,D/A tidak dapat melaksanakan pengadaan AA tersebut sebagian atau keseluruhan sebagaimana syarat.syarat dalam Surat Perjanjian ini maupun jadwal yang

Perkembangan luas panen cabai besar pada tahun 2013 dan 2012 (Gambar 2) menunjukkan pola yang sama-sama mengalami peningkatan pada triwulan II, dan mengalami penurunan di