• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN ANTARA PRAKTEK DISTRIBUSI PROGRESIF DENGAN DISTRIBUSI LINIER TERHADAP KETERAMPILAN SERVIS ATAS PERMAINAN BOLA VOLI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN ANTARA PRAKTEK DISTRIBUSI PROGRESIF DENGAN DISTRIBUSI LINIER TERHADAP KETERAMPILAN SERVIS ATAS PERMAINAN BOLA VOLI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN ANTARA PRAKTEK DISTRIBUSI PROGRESIF DENGAN DISTRIBUSI LINIER TERHADAP KETERAMPILAN

SERVIS ATAS PERMAINAN BOLA VOLI Eksperimen pada Siswa Ekstrakurikuler Bola Voli Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Tasikmalaya

Fajar Wahid M 1) Cucu Hidayat 2)

1)

Mahasiswa PJKR FKIP Universitas Siliwangi: fajarwahidm@yahoo.com

2)

Dosen PJKR FKIP Universitas Siliwangi: hidayatcucu@yahoo.co.id. ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pengaruh pelatihan antara praktek distribusi linier dengan praktek distribusi progresif terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli pada pada peserta ekstrakurikuler bola voli Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Tasikmalaya.

Praktek penelitian ini menggunakan praktek eksperimen. Kegiatan proses pelatihan dilakukan selama 18 kali pertemuan. Populasi penelitian adalah peserta ekstrakuriler bol voli Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Tasikmalaya sebanyak 42 orang. Sampel ditetapkan sebanyak 20 orang diambil secara total random. Instrumen penelitian menggunakan tes keterampilan servis atas permainan bola voli yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) latihan dengan menerapkan praktek distribusi linier maupun praktek distribusi progresif keduanya secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli; 2) latihan dengan menerapkan praktek distribusi linier hasilnya lebih efektif daripada menerapkan praktek distribusi progresif terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli.

Untuk meningkatkan keterampilan keterampilan servis atas permainan bola voli siswa sekolah menengah kerjuruan atau sekolah menengah atas disarankan menerapkan praktek distribusi linier.

Kata Kunci : Latihan, Praktek Distribusi Linier dan Distribusi Progresif, Servis Atas Bola Voli

(2)

COMPARISON BETWEEN THE EFFECTS OF EXERCISE WITH PROGRESSIVE DISTRIBUTION METHOD APPLYING LINEAR

DISTRIBUTION SERVICE SKILLS AGAINST THE VOLLEY BALL GAME

Experiments on Student Extracurricular Volleyball Vocational High School 2 Tasikmalaya

Fajar Wahid M 1 ) Cucu Hidayat 2 )

1 )

Student Faculty of Teacher Training and Education PJKR Siliwangi University : fajarwahidm@yahoo.com

2 )

University Lecturer PJKR FKIP Siliwangi : hidayatcucu@yahoo.co.id ABSTRACT

The purpose of this study was to compare the effect of training between linear distribution method with progressive distribution method for the service skills of the game of volleyball on the volleyball extracurricular participants Vocational High School 2 Tasikmalaya .

This research method using the experimental method . Activities carried out during the process of training 18 sessions . The study population was a participant ekstrakuriler volley bol Vocational High School 2 Tasikmalaya as many as 42 people . Sample set as many as 20 people were taken totally random . Instruments servicing skills test study using the game of volleyball is done at the initial test and final test .

The results showed : 1 ) the exercise by applying the method of distribution of linear and progressive method of distribution both significantly affect the service skills of volleyball games ; 2 ) the exercise by applying linear distribution method results are more effective than applying progressive methods of distribution to serve the game ball skills volleyball .

To improve the skills of the service skills of volleyball game kerjuruan high school students or high school are advised to apply linear distribution method .

Keywords : Exercise , Method of Progressive Distribution of Linear and Distribution , Service Above Volleyball

(3)

PENDAHULUAN

Indonesia mengenal permainan bola voli sejak tahun 1982 pada zaman penjajahan Belanda. Guru-guru pendidikan jasmani didatangkan dari Negeri Belanda untuk mengembangkan olahraga umumnya dan bola voli khususnya. Di samping guru-guru pendidikan jasmani, tentara Belanda banyak andilnya dalam pengembangan permainan bola voli di Indonesia, terutama dengan bermain di asrama-asrama, dilapangan terbuka dan mengadakan pertandingan antar kompeni-kompeni Belanda sendiri.

Permainan bola voli di Indonesia sangat pesat di seluruh lapisan mayarakat, sehingga timbul klub-klub di kota besar di seluruh Indonesia. Dengan dasar itulah maka pada tanggal 22 januari 1955 PBVSI (persatuan bola voli seluruh indonesia) didirikan di Jakarta bersamaan dengan kejuaraan nasional yang pertama.

PBVSI sejak itu aktif mengembangkan kegiatan-kegiatan baik ke dalam maupun ke luar negeri sampai sekarang. Perkembangan permainan bola voli sangat menonjol saat menjelang Asian Games IV 1962 dan Ganefo I 1963 di Jakarta, baik untuk pria maupun untuk wanitanya. Pertandingan bola voli masuk acara resmi dalam PON II 1951 di Jakarta dan POM I di Yogyakarta tahun 1951. setelah tahun 1962 perkembangan bola voli seperti jamur tumbuh di musim hujan banyaknya klub-klub bola voli di seluruh pelosok tanah air.Hal ini terbukti pula dengan data-data peserta pertandingan dalam kejuaran nasional. PON dan pesta-pesta olahraga lain, di mana angka menunjukkan peningkatan jumlahnya. Boleh dikatakan sampai saat ini permainan bola voli di Indonesia menduduki tempat ketiga setelah sepak bola dan bulu tangkis.

Pendirian klub-klub bola voli baik di masyarakat maupun sekolah, terjadwalnya penyelenggaraan turnamen yang dilakukan oleh lembaga, instansi pemerintah maupun swasta serta didukung peran dunia usaha dan industri yang menspronsori setiap penyelenggaraan turnamen bola voli antar klub, sekolah, maupun daerah. Sehingga setiap event turnamen bola voli segenap lapisan masyarakat turut

(4)

serta baik sebagai penyelenggara maupun penonton, hal ini menandakan bahwa bola voli digemari oleh berbagai lapisan dan kalangan masyarakat.

Di sekolah menengah atas permainan bola voli merupakan salah satu bahan ajar dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (Penjasorkes). Pada kurikulum tahun 2006 untuk SMA/MA kelas X semester genap memuat Standar Kompetensi: 8. Mempraktikkan teknik dasar permainan dan olahraga dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya; dan Kompetensi Dasar: 8.1 Mempraktikkan teknik dasar salah satu nomor olahraga bola besar beregu lanjutan serta nilai kerja sama, toleransi, memecahkan masalah, menghargai teman dan keberanian.

Berdasarkan kompetensi dasar tersebut bahan ajar permainan bola voli termasuk dalam olahraga bola besar beregu lanjutan, karena telah diajarkan sejak sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

Untuk dapat menguasai permainan bola voli, maka perlu memahami dan menguasai teknik dan strategi permainan. Mengenai teknik dasar bola voli Angga (2005:13) menjelaskan, ”Salah satu penunjang agar dapat bermain bola voli, ialah menguasai teknik dasar bermain sebagai berikut: 1. Sikap penjagaan dan pergerakan; 2. Pas dan umpan; 3. Serangan (spike - serangan tipuan); 4. Bendungan; dan 5. Servis”. Kutipan tersebut menjelaskan tentang perlunya menguasai teknik dasar bola voli agar pemain dapat bermain bola voli dengan baik.

Setiap pemain bola voli perlu menguasai teknik dasar bola voli agar pemain dapat bermain bola voli dengan baik. Dari kelima teknik dasar bola voli, servis merupakan keterampilan dasar bola voli yang perlu ditangani dengan baik, karena servis selain untuk dimulainya permainan, juga sebagai serangan pertama untuk mematikan lawan, sehingga angka dapat diperoleh secara langsung dari hasil servis tersebut.

Servis bola voli dapat dilakukan dengan tiga macam cara yakni: (1) servis bawah, (2) servis samping, dan (3) servis atas. Jenis servis atas dapat dilakukan dengan teknik berdiri (stand service) dan teknik melompat (servis atas ).

(5)

Servis atas adalah servis yang ditujukan untuk penyerangan awal karena bola yang dipukul meluncur dengan cepat dan tajam (seperti pukulan smash). Server melakukan loncatan agar bola yang dipukul semakin tajam dan kuat.

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru praktikan di SMKN 2 Kota Tasikmalaya, siswa/i masih belum menguasai secara benar teknik servis atas . Hal ini dapat dilihat secara langsung setiap siswa melakukan teknik servis atas bolanya menyangkut di net atau bola keluar lapangan.

Mengingat pada kenyataan tersebut maka perlu menciptakan dan membuat praktek latihan atau praktek pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Lutan (1988:397) menjelaskan bahwa, "Praktek sebagai suatu cara untuk melangsungkan proses mengajar-belajar sehingga tujuan dapat dicapai." Kutipan tersebut menjelaskan bahwa praktek pembelajaran adalah untuk berlangsungnya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Praktek latihan distribusi dibagi dalam dua bagian yakni praktek latihan distribusi linier yakni jumlah tugas gerak dan waktu istirahat yang sama untuk setiap seri latihannya. Praktek latihan distribusi progresif yakni praktek latihan dimana tugas gerak dan waktu istirahatnya setiap periode latihan secara periodik bertambah.

Berdasarkan perbedaan kedua praktek tersebut, penulis ingin meneliti lebih lanjut perbedaan hasil latihan dari kedua praktek latihan distribusi tersebut terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli.

Penelitian ini penulis laksanakan pada siswa ekstrakurikuler SMKN 2 Kota Tasikmalaya karena siswanya sangat kesulitan untuk melakukan servis atas permainan bola voli. Sementara itu, di sekolah tersebut permainan bola voli sebagai salah satu cabang olahraga prioritas dikembangkan sebagai olahraga unggulan.

Sampel penelitian penulis tetapkan sebanyak 20 orang siswa putera, diambil secara random. Penelitian ini penulis menggunakan praktek eksperimen, instrumen penelitian menggunakan tes keterampilan servis atas atas bola voli yang sudah baku. Lokasi dan tempat pelaksanaaan penelitian dilakukan di lapangan olahraga SMKN 2 Kota Tasikmalaya.

(6)

Sesuai dengan penulis uraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah praktek latihan distribusi linier berpengaruh terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli siswa ekstrakurikuler bola voli SMKN 2 Kota Tasikmalaya?

2. Apakah praktek latihan distribusi progresif berpengaruh terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli siswa ekstrakurikuler bola voli SMKN 2 Kota Tasikmalaya?

3. Manakah dari kedua praktek latihan distribusi tersebut yang lebih berpengaruh terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli siswa ekstrakurikuler bola voli SMKN 2 Kota Tasikmalaya?

METODE PENELITIAN

Praktek yang digunakan dalam penelitian ini adalah praktek eksperimen. Digunakan praktek eksperimen atas dasar pertimbangan pada permasalahan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui perbandingan efektivitas latihan antara menerapkan praktek praktek distribusi linier dengan praktek praktek distribusi progresif terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli pada siswa ekstrakurikuler Bola voli SMKN 2 Kota Tasikmalaya.

Dalam suatu eksperimen terdapat beberapa variabel yang akan dilihat hubungan sebab akibatnya. Variabel inilah faktor-faktor yang terjadi obyek penelitian. Sehubungan dengan hal ini Nazir (2002:74) menjelaskan sebagai berikut, “Eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan (artifical condition), di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Dengan demikian, penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol.”

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian percobaan yang dilakukan peneliti terhadap variabel-variabel penelitian, dalam suatu eksperimen biasanya dilakukan kontrol terhadap variabel penelitian.

(7)

Dalam penelitian ini terdapat kelompok yang disebut kelompok ekperimen, yaitu kelompok yang sengaja diberi program uji coba berupa pelatihan servis atas dengan menggunakan dua praktek latihan praktek distribusi yakni praktek praktek distribusi linier sebagai kelompok eksperimen (atau eksperimen ke satu), dan penggunaan praktek praktek distribusi progresif sebagai kelompok kontrolnya (atau eksperimen ke dua). Kelompok eksperimen kesatu dikelompokan pada kelompok A dan kelompok eksperimen kedua pada kelompok B.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebasnya adalah penggunaan praktek praktek distribusi linier dan praktek praktek distribusi progresif, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan servis atas pada permainan bola voli.

Sesuai dengan data yang diinginkan, maka instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes servis atas dalam permainan bolavoli dari Nurhasan.

Populasi penelitian menurut Arikunto (2013:102) adalah "Keseluruhan subyek penelitian." Populasi dalam penelitian ini adalah siswa ekstrakurikuler Bola voli SMKN 2 Kota Tasikmalaya. Jumlah populasi sebanyak 42.

Karena jumlah populasi sebanyak 42 orang, sedangkan penulis menetapkan jumlah sampel sebanyak 20 orang, maka penulis mengambil sebagian populasi untuk dijadikan sampel penelitian. Sampel menurut Arikunto (2013:104) adalah "sebagian atau hasil populasi yang diteliti." Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara proporsional dari masing-masing kelas diambil 5 orang.

Setelah dilakukan pemilihan sampel, maka seluruh sampel mengadakan tes awal, berupa tes "servis atas ", dengan prosedur pelaksanaan sebagaimana diungkapkan pada bagian instrumen penelitian.

Dalam suatu penelitian perlu dipilih salah satu desain penelitian yang tepat sesuai dengan keterkaitan varianel-variabel yang terkandung dalam penelitian. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah “Pre test – Treatment - and Post test design

(8)

PEMBAHASAN

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus statistik didapatkan gambaran data nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians dari tes awal dan tes akhir kelompok A dan kelompok B. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1

Hasil Perhitungan Rata-rata Standar Deviasi dan Varians Kedua Kelompok Latihan

Kelompok Belajar Nilai Rata-Rata (X) Simpangan Baku (S) Varians (S2) Kelompok A: - Tes Awal 10,0 2,4 5,76 - Tes Akhir 20,00 1,2 1,44 Kelompok B: - Tes Awal 10,0 2,6 6,76 - Tes Akhir 17,7 1,7 2,89

Penghitungan distribusi normal menggunakan tes kecocokan chi-kuadrat (2). Hasil penghitungan akan menentukan pendekatan yang dipergunakan dalam analisis data, apakah pendekatan parametrik atau non-parametrik. Pendekatan parametrik digunakan apabila hasil tes tersebut ternyata normal. Sedangkan pendekatan non-parametrik digunakan apabila hasil penghitungan tersebut ternyata tidak normal. Untuk itu setelah dihitung diperoleh hasil penghitungan pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2

Hasil Pengujian Normalitas Data Variabel Tes Nilai Chi-kuadrat

Hitung (2)

Batas Penolakan Hipotesis (  ) = 0,05

Hasil Kelompok A:

- Tes Awal 4,57 12,6 Normal

- Tes Akhir 0,30 9,49 Normal

Kelompok B:

- Tes Awal 5,22 11,1 Normal

(9)

Dari hasil Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa chi-kuadrat dengan taraf nyata (= 0,05) dan dk = k – 3 semua angka kuadrat hitung lebih kecil dari chi-kuadrat tabel. Dengan demikian semua chi-chi-kuadrat hitung berada di dalam daerah penerimaan hipotesis. Ini berarti hasil pengujian normalitas data dari setiap periode tes berdistribusi normal dapat diterima.

Salah satu syarat lain pengujian hipotesis dengan uji-t adalah data tersebut harus berdistribusi homogen. Untuk mengetahui homogen atau tidaknya sampel yang diteliti, maka perlu pengujian homogenitas dari sampel penelitian. Hasil penghitungan homogenitas dalam Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3

Hasil Pengujian Homogenitas Variabel Nilai F-hitung F-tabel  =

0,05 (14,14) Hasil Kelompok A: - Tes Awal - Tes Akhir 4,0 3,18 Tidak Homogen Kelompok B: - Tes Awal - Tes Akhir 2,34 3,18 Homogen

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa F-tabel dengan tarap nyata ( = 0,05) dk = V1 dan V2, kelompok A F-hitungnya lebih besar dari F-tabel, sedangkan

kelompok B F-hitung lebih kecil. Dengan demikian kelompok A berdistribusi tidak homogeny, sedangkan kelompok B berdistribusi homogen dapat diterima.

Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini benar atau tidak. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan tersebut digunakan uji perbedaan dua rata-rata. Untuk menguji adanya perbedaan dua rata-rata digunakan Uji t. Uji ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap hipotesis yang diajukan.

Hasil pengujian hipotesis adalah sebagaimana dalam Tabel 4 di halaman berikut.

(10)

Tabel 4

Uji Peningkatan Pelatihan Kelompok A dan Kelompok B Variabel Nilai t-hitung t (1- ½  )(n1 + n2 –2) Hasil Kelompok A:

- Tes Awal

- Tes Akhir 11,76 2,26 Signifikan

Kelompok B: - Tes Awal - Tes Akhir

7,86 2,10 Signifikan

Kriteria pengujian, terima hipotesis (H0) jika -t (1 - ½ ) < t < (1 - ½ ),

di mana t (1 - ½ ) di dapat dari distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1+n2-2

dan peluang (1 - ½  ). Tarap nyata  = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 % untuk harga t lainnya hipotesis ditolak. Artinya hipotesis nol diterima apabila t-hitung berada dalam daerah penerimaan yakni -2,10 < t < 2,10.

Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel. Ini berarti t-hitung berada diluar daerah penerimaan hipotesis (Ho). Dengan demikian kedua kelompok tersebut mempunyai peningkatan atau perkembangan hasil yang signifikan (berarti)

Untuk melihat apakah peningkatan dan perkembangan dari kedua kelompok pelatihan tersebut mempunyai perbedaan yang berarti atau tidak diadakan analisis terhadap perbedaan peningkatannya. Apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau ditolak, penulis menggunakan teknik pengujian dengan uji t. Adapun hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

(11)

Tabel 5

Uji Perbedaan Peningkatan Pelatihan Antara Kedua Kelompok

Variabel Rata-rata (X) S Gabungan t-hitung t-tabel  = 0,975 Hasil Kelompok A Kelompok B 9,7 7,6 1,85 2,53 2,10 Signifikan

Kriteria pengujian, terima hipotesis (H0) jika -t (1 - ½ ) < t < (1 - ½ ),

di mana t (1 - ½ ) di dapat dari distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 -

2 dan peluang (1 - ½  ). Tarap nyata  = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 % untuk harga t lainnya hipotesis ditolak. Artinya hipotesis nol diterima apabila t-hitung berada dalam daerah penerimaan yakni -2,10 < t < 2,10.

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa perkembangan hasil pelatihan dari kedua kelompok terdapat perbedaan peningkatan yang berarti. Jadi kedua kelompok berbeda pengaruhnya. Kelompok A lebih berpengaruh daripada kelompok B.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, menunjukkan bahwa baik kelompok A yang belajar servis atas dengan praktek latihan distribusi linier, maupun kelompok B yang berlatih servis atas dengan praktek latihan distribusi progresif, maka dapat penulis bahas hasil penelitian ini sebagai berikut:

1 Kelompok A (Latihan servis atas dengan praktek latihan distribusi linier) adalah perolehan t-hitung sebesar 11,76 lebih besar dari t-tabel sebesar 2,26. Ini berarti t-hitung berada di luar daerah penerimaan hipotesis (H0). Dengan demikian

berlatih servis atas dengan praktek latihan distribusi linier dapat meningkatkan keterampilan servis atas dalam permainan bola voli siswa ekstrakurikuler bola voli SMKN 2 Kota Tasikmalaya.

2. Kelompok B (Latihan servis atas dengan praktek latihan distribusi progresif), adalah perolehan t-hitung sebesar 7,86 besar dari t-tabel sebesar 2,10. Ini

(12)

berarti t-hitung berada di luar daerah penerimaan hipotesis (H0). Dengan demikian

berlatih servis atas dengan praktek latihan distribusi progresif dapat meningkatkan keterampilan servis atas dalam permainan bola voli siswa ekstrakurikuler bola voli SMKN 2 Kota Tasikmalaya.

3. Perbedaan hasil berlatih antara kelompok A dengan Kelompok B adalah perolehan hitung sebesar 2,53 lebih besar dari tabel sebesar 2,10. Ini berarti t-hitung berada di luar daerah penerimaan hipotesis (H0). Dengan demikian berlatih

servis atas dengan praktek latihan distribusi linier terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dengan praktek latihan distribusi progresif terhadap keterampilan servis atas pada permainan bola voli. Artinya praktek latihan latihan distribusi linier hasilnya lebih berpengaruh daripada menggunakan praktek latihan distribusi progresif terhadap keterampilan servis atas dalam permainan bola voli siswa ekstrakurikuler SMKN 2 Kota Tasikmalaya.

4. Jawaban terhadap hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: Hipotesis pertama: “Latihah dengna mebnerapkan praktek distribusi linier secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan servis atas pada permainan bola voli.” Hipotesis tersebut diterima, karena sesuai dan terbukti kebenarannya setelah dihitung secara statistika, karena hasil t-hitung sebesar 11,76 berada diluar daerah penerimaan hipotesis sebesar 2,26.

Terdapatnya peningkatan hasil berlatih dengan menggunakan praktek latihan distribusi linier diduga karena dengan menggunakan praktek latihan distribusi linier setiap fase tugas gerak dipelajari dilakukan dalam tempo waktu kerja dan istirahat yang seimbang. Hal ini memperkuat konsep Badriah (2002:47) sebagai berikut, “Latihan merupakan upaya sadar yang dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan fungsional raga sesuai dengan tuntutan cabang olahraga itu.”

Berdasarkan konsep tersebut, maka berlatih servis atas yang dilakukan dengan praktek latihan distribusi linier jelas dilakukan dengan tahapan-tahapan berlatih yang

(13)

dilakukan secara sistematis dalam waktu yang relatif lama dan dengan jeda waktu kerja kerja dan istirahat yang seimbang..

Hipotesis kedua, “Latihan dengan menerapkan praktek distribusi progresif secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan servis atas pada permainan bola voli”. Hipotesis tersebut diterima, karena sesuai dan terbukti kebenarannya setelah dihitung secara statistika, karena hasil t-hitung sebesar 7,86 berada diluar daerah penerimaan hipotesis sebesar 2,10.

Terdapatnya peningkatan hasil berlatih dengan menggunakan praktek latihan distribusi progresif diduga karena pentahapan mempelajari tugas-tugas gerak dari masing-masing tahapan cukup waktunya sehingga setiap tahapnya sudah dikuasai dengan baik.

Dengan cukup waktu untuk menguasai setiap tahapan gerak, maka dengan menambah jumlah tugas gerak tidak menghilangkan tugas gerak yang telah dipelajari menjadi hilang. Hal ini dapat memperkuat konsep Badriah (2002:48) sebagai berikut, “Latihan keterampilan teknik adalah proses belajar gerak, proses menghafal gerak, proses pembentukan gerakan refleks bersyarat untuk menghasilkan keterampilan teknik sesuatu cabang olahraga.” Dengan demikian maka praktek latihan distribusi progresif diterapkan setelah tugas gerak yang diberikan dirasakan atlet sudah perlu ditambah, maka tugas latih bertambah secara periodik.

Hipotesis ketiga, “Latihan dengan menerapkan praktek latihan distribusi linier hasilnya lebih berpengaruh dibandingkan dengan praktek latihan distribusi progresif terhadap keterampilan servis atas pada permainan bola voli.” Hipotesis tersebut diterima, karena sesuai dan terbukti kebenarannya setelah dihitung secara statistika, karena hasil t-hitung sebesar 2,53 berada diluar daerah penerimaan hipotesis sebesar 2,10.

Terdapatnya perbedaan peningkatan hasil berlatih atau pengaruh antara praktek latihan distribusi linier dan praktek latihan distribusi progresif terhadap keterampilan servis atas pada bola voli diduga karena praktek latihan distribusi linier tugas latih sepadan dengan tingkat kematangan siswa sehingga siswa dapat menguasai secara baik

(14)

setiap fase gerak. Hasil ini dapat memperkuat konsep Mahendra dan Amung (1998:4) sebagai berikut, “Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak dicirikan oleh keadaan-keadaan diri yang sifatnya sementara seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan, atau obat-obatan.”

Dengan belajar keterampilan servis atas yang dilakukan dengan menggunakan praktek latihan distribusi linier, maka fase setiap tugas gerak dipelajari dengan baik sehingga diduga dapat dikuasai secara permanen, karena waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya cukup lama dan berulang-ulang.

Lebih berpengaruh hasilnya tersebut terjadi karena selama melakukan berlatih, siswa yang belajar dengan menggunakan praktek latihan distribusi linier dapat mempelajari bagian-demi bagian gerakan yang diberikan secara baik. Mereka dapat lebih memahami setiap fase gerak yang harus dilakukannya. Setelah tugas gerak pertama dikuasai dengan baik, maka materi berikutnya diberikan dengan tetap memberikan dan mengumpan balik materi yang telah diberikan sebelumnya. Dengan cara ini akan memperkuat memori siswa terhadap penguasaan tugas gerak yang harus dilakukannya.

Dengan mengulang-ulang materi yang dipelajari, maka akan terjadi penguatan terhadap impuls syaraf sehingga tugas gerak yang dilakukan dapat secara permanen dan otomatis. Lutan (1988:101) menjelaskan bahwa, “belajar dipandang sebagai proses yang menghasilkan perubahan relatif permanen dalam keterampilan; perubahan dalam perilaku yang menyebabkan perubahan pada suasana emosi, motivasi, atau keadaan internal tidak dianggap sebagai akibat belajar.” Badriah (2002:47) menjelaskan bahwa, “Keterampilan teknik merupakan hasil dari proses belajar dan berlatih gerak yang secara khusus ditujukan untuk dapat menampilkan mutu tinggi cabang olahraga itu.”

Dengan praktek latihan distribusi linier, terutama bagi siswa yang baru mempelajari tugas gerak, maka setiap tugas gerak dapat dipelajari secara mendetail,

(15)

dapat dipelajari secara sistematis dari gerakan yang termudah hingga gerakan yang lebih kompleks.

Bagian demi bagian tugas gerak dipelajari secara baik, maka dapat menghasilkan kualitas hasil belajar. Badriah (2002:49) menjelaskan sebagai berikut, “Ciri dasar keterampilan teknik mutu tinggi adalah ketepatan dan kecermatan gerakan dan atau skill hasil gerakan.” Dengan menggunakan praktek latihan distribusi linier, maka dapat menghasilkan ketepatan dan kecermatan terhadap tugas-tugas gerak yang dipelajarinya.

PENUTUP

Dengan mempertimbangkan beberapa temuan berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang diungkapkan pada pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

l. Pelatihan servis atas yang dilakukan dengan menerapkan praktek latihan distribusi linier secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan servis atas dalam permainan bola voli pada siswa ekstrakurikuler bola voli SMKN 2 Kota Tasikmalaya.

2. Pelatihan servis atas yang dilakukan dengan menerapkan praktek latihan distribusi progresif secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan servis atas dalam permainan bola voli pada ekstrakurikuler SMKN 2 Kota Tasikmalaya. 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara berlatih servis atas yang dilakukan

dengan menggunakan praktek latihan distribusi linier dan praktek latihan distribusi progresif terhadap keterampilan servis atas dalam pemainan bola voli. Pelatihan servis atas yang dilakukan dengan menerapkan praktek latihan distribusi linier hasilnya lebih berpengaruh daripada berlatih servis atas yang dilakukan dengan praktek latihan distribusi progresif terhadap keterampilan servis atas dalam permainan bola voli siswa ekstrakurikuler bola voli SMKN 2 Kota Tasikmalaya.

(16)

Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

l. Untuk meningkatkan keterampilan servis atas dalam permainan bola voli supaya menggunakan praktek latihan distribusi linier.

2. Bagi guru pendidikan jasmani, pelatih olahraga, pemain bola voli, dan pembina olahraga maupun pihak lain yang terkait dengan bola voli agar hasil penelitian ini bisa disebarluaskan kepada para pelaksana kegiatan khususnya bagi guru-guru di SD, SLTP dan SLTA, maupun pelatih di klub-klub olahraga bola voli.

3. Bagi pihak lain yang tertarik terhadap permasalahan yang sama, dianjurkan untuk mengadakan penelitian pada klub bola voli.

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, Arma, 2005, Olahraga Untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta, Sastra Hudaya,

Arikunto, Suharsimi, 2013, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Yogyakarta, Rineka-Cipta

Beutelstahl, Dieter, 2006, Belajar Bermain Bola Volley, Bandung, Pioner Jaya. Dewitt, 1996, Teaching Individual and Team Sport, New Jersey, Englewood Clift. Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching, Jakarta,

Tambak Kusuma.

Lutan, Rusli, 1988, Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Praktek, Jakarta, P2LPTK Depdikbud.

Matakupan, 1993, Teori Bermain, Modul 1-6, Proyek PGSD D-II, Jakarta, Depdikbud. Suharto, 2007, Informasi Kesehatan & Olahraga, Jakarta, Pusat Komunikasi Pemuda,

Kantor Menpora.

Surakhmad, Winarno, 2011, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Praktek dan Teknik, Bandung, Tarsito.

Referensi

Dokumen terkait

Hauxe da gai honetan adierazi eta azpimarratu nahi dudana, eta egiazta daiteke nahi izanez gero: ikasleek zein helduek ondo pasatzen dutela pentsatzen, arrazoiak ematen eta

asupan gizi dari makanan (zat besi, asam folat, protein, vitamin C, ribovlavin, vitamin.. A, seng dan vitamin B12), konsumsi zat-zat penghambat penyerapan besi,

[r]

Berdasarkan bentuknya, segi ini dapat dianggap iden- tik dengan kesamawandaan (Nauton, 1963:58). 4) Segi fonetik, yang bertalian dengan fonologi. Daftar tanyaan

Kelebihan penggunaan pohon berakar dibanding dengan graf berarah adalah representasi yang mudah dibaca dan diproses, akan tetapi pohon berakar menghabiskan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , yaitu hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas VIII A sebagai kelas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan (tinggi dan diameter) tanaman jati dari 30 famili yang ditanam pada dua lokasi yang berbeda, secara khusus untuk

Hasil penelitian menunjukan bahwa perencanaan, implementasi, pelaporan anggaran, dan evaluasi kinerja berpengaruh secara simultan terhadap akuntabilitas kinerja