• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 092013020 BAB VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 092013020 BAB VII"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

69

Bab Tujuh

PLTP dan Pembangunan Berkelanjutan

Pengantar

Dalam konteks masyarakat Desa Idamdehe, isu strategis yang menjadi kata kunci adalah partisipasi. Keikutsertaan masyarat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh kunci sebagai penggerak dalam proses partisipasi yang terjadi. Berkaitan dengan peran aktor sebagai penggerak dalam proses partisipasi tersebut dapat terlihat dalam tingkatan keikutsertaan yang terjadi di Desa Idamdehe. Awalnya partisipasi masyarakat masih dalam tataran partisipasi pasif kemudian berubah menjadi partisipasi dalam tataran aksi kolektif. Namun partisipasi yang terlihat di permukaan merupakan partisipasi semu. Seolah-olah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat merupakan partisipasi, akan tetapi berdasarkan temuan di lapangan, kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat merupakan kegiatan mobilisasi

Sebelumnya masyarakat Desa Idamdehe sudah mengetahui tentang adanya potensi panas bumi di desa tersebut sejak tahun 1960-1980an, ketika pihak ITB melakukan penelitian mengenai potensi panas bumi di desa tersebut. Akan tetapi masyarakat desa belum mengetahui bahwa dibalik potensi panas bumi tersebut bisa dihasilkan energi listrik, atau sering disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. Berdasarkan potensi panas bumi tersebut maka rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi mulai masuk ke Desa Idamdehe pada Tahun 2008-2013, proses yang dilakukan selama 5 tahun tersebut melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak perusahaan dan juga Pemerintah Daerah.

(2)

lakukan oleh Pihak Perusahaan PT Star Energy Geothermal Halmahera di Desa Idamdehe dari tahun 2008-2013 dan mendeskrip-sikan pembangunan berkelanjutan dalam konteks Desa Idamdehe yang didukung oleh teori dan kajian literatur yang relevan dengan temuan di lapangan. Alasan penulis membatasi hanya pada tataran pastisipasi dan persepsi masyarakat karena proses pembangunan yang dilakukan barulah pada tahap explorasi dan belum sampai pada tahapan exploitasi/pembangunan secara fisik.

Partisipasi Dan Pembangunan Berkelanjutan

Partisipasi bukan suatu istilah yang netral. Berdasarkan pengalaman masyarakat Desa Idamdehe dalam rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan sangat minim. Hal tersebut disebabkan masyarakat hanya diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya.

Untuk melihat keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan yang sudah dilakukan maka dapat dilihat dari tabel yang disajikan di bawah ini yang merupakan tahapan-tahapan kegiatan yang terjadi di Desa Idamdehe, dalam proses perencanaan pembangunan PLTP yang dilakukan oleh pihak perusahaan, yaitu:

Tabel. 7.1. Tahapan Kegiatan di Desa Idamdehe

Kegiatan/

1 Pemerintah Pusat Kementrian (ESDM)

2 Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Barat 3 Perusahaan

(3)

71 pihak perusahaan sudah melakukan kegiatan survey awal. Dalam survey awal masyarakat Desa Idamdehe sudah terlibat, walaupun keterlibatan yang terjadi masih dalam tahapan partisipasi pasif. Hal ini terjadi karena dalam proses survey hanya ± 8 orang dari masyarakat Desa Idamdehe yang ikut terlibat dalam kegiatan ini. Dalam kegiatan survey awal, partisipasi masyarakat sudah dipengaruhi dan diarahkan oleh lembaga desa yang berperan sebagai aktor penggerak. Pada tahap survey awal ini, masyarakat yang berpartisipasi masih ditunjuk oleh Kepala Desa. Mereka yang ikut berpartisipasi dalam tahapan survey awal belum mengetahui kegiatan apa yang hendak dilakukan di desa tersebut. Masyarakat yang ditunjuk saat itu merupakan masyarakat yang sedang tidak mempunyai aktivitas seperti berkebun, berladang atau bekerja di kantor. Mereka mengikuti instruksi dari Kepala Desa disebabkan oleh sosok Kepala Desa yang masih sangat dihormati di Desa Idamdehe, sehingga masyarakat tidak membantah dan terlibat dalam kegiatan tersebut.

(4)

penyandang dana dan para ahli (perencanaan) dengan pendekatan pembangunan partisipatif. Dalam konteks ini partisipasi masyarakat sebagai pemanfaat pembangunan didorong untuk terlibat dalam intervensi yang akan mempengaruhi kehidupannya, sehingga partisipasi yang terjadi bukan partisipasi yang secara sukarela. Partisipasi model ini membuat masyarakat tidak mempunyai kendali dan pengaruh terhadap proses pembangunan.

Berdasarkan tulisan yang dibuat oleh Astuti dan Hardiana (2009), maka penulis mencoba merumuskan proses pembangunan yang terjadi di Desa Idamdehe (proses pembangunan yang Top-down), yang telah melibatkan beberapa stakeholder dalam proses pengambilan keputusan, yaitu:

Pemerintah daerah Pemerintah pusat

Masyarakat

Gambar 7.1. GAP Dalam Pengambilan Keputusan

(5)

73

SEGH. Dalam dua kegiatan yang dilakukan tersebut, masyarakat tidak diikutsertakan dan berpartisipasi. Masyarakat Idamdehe dalam hal ini hanya menjadi objek dari pembangunan.

Setelah ditetapkan sebagai pemenang tender, pada tahun 2010, pihak Star Energy datang kembali ke Desa Idamdehe untuk melakukan sosialisasi. Dalam kegiatan tersebut masyarakat yang hadir ingin mengetahui lebih jauh tentang pembangkit panas bumi yang akan dibangun di Desa Idamdehe, karena masyarakat merasa bahwa PLTP merupakan sesuatu yang baru bagi mereka. Selain itu masyarakat ikut terlibat dalam kegiatan, karena menganggap bahwa pembangunan PLTP merupakan bagian dari program pemerintah. Mereka ikut terlibat karena mengharapkan adanya perubahan yang akan terjadi, baik secara ekonomi maupun insfrastruktur di Desa Idamdehe. Berdasarkan motif yang diberikan kepada masyarakat, yaitu mendapatkan keuntungan dari rencana pembangunan PLTP di Desa Idamdehe inilah yang membuat masyarakat akhirnya bekerjasama dalam proses kegiatan yang ada. Persepsi mereka secara tidak langsung dibentuk berdasarkan informasi sepihak yang dipaparkan oleh pihak Star Energy dalam kegiatan sosialisasi. Informasi yang diberikan oleh perusahaan hanya berupa dampak positif dari pembangunan PLTP, sedangkan dampak negatif dari pembangunan ini tidak dipaparkan. Dalam kegiatan sosialisasi, peran aktor masih terlihat dominan dalam mengarahkan masyarakat untuk ikut terlibat dalam kegiatan sosialisasi dengan mengatasnamakan kepentingan bersama.

(6)

mengarahkan, menyampaikan dan mengulang informasi kepada masyarakat yang belum memahami tentang PLTP, serta membuat jadwal kerja bagi anggota masyarakat yang berhubungan dengan pengeboran. Dalam partisipasi yang sudah dilakukan oleh masyarakat Desa Idamdehe terdapat kesadaran semu yang dibangun oleh pemerintah desa selaku aktor pengerak yang merupakan perpanjangan tangan dari perusahaan. Kesadaran semu ini terlihat seolah-olah masyarakat berpartisipasi secara sukarela dalam melakukan aksi kolektif mereka, akan tetapi pada kenyataannya partisipasi mereka dibentuk dan telah diprogram dengan mengatasnamakan kepentingan bersama.

Pembangunan PLTP di desa tersebut, sejalan dengan konsep Kerstan (dalam Nemarundwe dan Richards, 2002: 169-171) mengenai

“The Ladder Of Participation” atau biasa disebut sebagai tangga partisipasi, aksi kolektif yang dilakukan oleh masyarakat Desa Idamdehe hanya terjadi pada tataran kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak perusahaan di lapangan. Tetapi dalam tataran pengambilan keputusan (decision making) mengenai kebijakan tentang pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Desa Idamdehe, serta menentukan pemenang tender yang dimenangkan oleh PT SEGH, masyarakat tidak dilibatkan. Jadi nampak bahwa masyarakat Desa Idamdehe masih dianggap sebagai objek dari pembangunan khususnya pembangunan PLTP di desa mereka.

(7)

75

Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Desa Idamdehe seharusnya tidak terlepas dari partisipasi masyarakat. Partisipasi yang terjadi seharusnya secara sukarela tanpa ada intervensi dari aktor manapun atau adanya partisipasi semu yang mengandung mobilisasi. Partisipasi sukarela terjadi karena masyarakat sadar bahwa pembangunan yang terjadi merupakan pembangunan yang nantinya akan membawa dampak yang positif bagi kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan. Hal tersebut akan sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang mengedepankan tiga pilar tersebut.

Berdasarkan tiga pilar konsep dari pembangunan berkelanjutan, dalam hal pengambilan keputusan (dicision making) perlu adanya partisipasi dari masyarakat lokal agar keputusan yang dibuat tidak timpang. Dengan demikian, peran dan posisi masyarakat Desa Idamdehe tidak lagi sebagai obyek, namun sebagai subyek dari pembangunan. Menurut Astuti dan Hardiana (2009) dan sejalan dengan pemikiran Uphoff dan Kohen (dalam Ife, 2008: 296), menekankan bahwa rakyat memiliki peran dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks pembangunan PLTP di Desa Idamdehe keterlibatan masyarakat dalam menentukan keputusan tentang pembangunan sangat penting karena masyarakat Desa Idamdehe akan mendapatkan dampak secara langsung.

Pemahaman dan Persepsi Masyarakat tentang PLTP

Pemahaman masyarakat Desa Idamdehe terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi hanya didapatkan melalui infomasi dalam kegiatan sosialisasi. Hal tersebut terjadi karena akses terhadap informasi yang berkaitan dengan pembangkit ini sangatlah minim. Dalam konteks Desa Idamdehe, terjadi ketimpangan informasi yang diberikan oleh pihak perusahaan dan juga pemerintah terhadap rencana pembangunan PLTP6. Informasi yang disampaikan berisi

tentang hal-hal positif, sehingga membuat sebagian besar masyarakat

(8)

setuju terhadap kegiatan ini. Hasil survey yang telah dilakukan oleh penulis di lapangan sangat berbeda dengan temuan yang survey yang dilakukan oleh Cornish dan Romanack (2014), yaitu sebagian kecil dari masyarakat yang berada di Australia tidak menyetujui/menolak pembangunan Panas Bumi karena minimnya informasi mengenai teknologi panas bumi.

Dalam konteks masyarakat Desa Idamdehe mayoritas masyarakat menyetujui terhadap pembangunan ini disebabkan adanya faktor kemiskinan yang terjadi di kalangan masyarakat. Berdasarkan data desa pada tahun 2014, menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat berpenghasilan rendah/miskin. Pekerjaan mereka yang mayoritas sebagai petani cengkeh, pala, kelapa dll membuat pendapatan yang mereka terima dari hasil pertanian tergantung pada musim panen. Musim panen cengkeh yang hanya terjadi setiap dua tahun sekali, kelapa setiap tiga bulan satu kali panen dll. Mereka berharap dengan adanya PLTP status ekonomi mereka akan meningkat.

Masyarakat Desa Idamdehe mempunyai harapan-harapan yang besar dengan dibangunnya pembangkit ini di desa mereka. Harapan tersebut di antaranya masyarakat akan mendapatkan pekerjaan agar mereka akan menerima gaji bulanan, ramah lingkungan, memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten Halmahera Barat, penggunaan lahan tidak terlalu besar, infrakstruktur akan menjadi lebih baik. Dengan adanya hal tersebut, motivasi masyarakat untuk mewujudkan harapan ini sangatlah nyata, hal ini bisa terlihat dalam sikap mereka yang tidak sabar menunggu eksekusi dan realisasi dari rencana pembangunan PLTP. Berdasarkan konsep Liliweri (1997 : 138) tentang persepsi, maka persepsi tersebut hanya sampai pada tahapan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang didapatkan melalui sosialisasi dan konsep tentang sensasi dan atensi tidak terjadi pada masyarakat Desa Idamdehe.

(9)

77

rencana pembangunan PLTP inipun, ikut terlibat dalam segala kegiatan yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Sikap resistensi mereka terhadap kegiatan ini tidak terlihat di permukaan, akan tetapi muncul ketika penulis melakukan proses wawancara. Tidak adanya sikap yang menunjukkan resistensi, karena masyarakat merasa bahwa mereka merupakan golongan minoritas dan tidak mempunyai kekuatan dan keberanian untuk berbicara di depan publik, sehingga sikap resistensi tersebut hanya terpendam di dalam hati.

Gambar

Tabel. 7.1. Tahapan Kegiatan di Desa Idamdehe
Gambar 7.1. GAP Dalam Pengambilan Keputusan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Perdagangan orang sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan,

Pekerjaan shift dipagi hari terkadang lebih terasa berat dari pada malam hari karena kuantitas pekerjaan terkadang lebih banyak pada saat pagi hari,

Dimensi empathy (empati) dapat dilihat dari keramahan pegawai dalam proses layanan kesehatan dan kemudahan untuk dihubungi oleh masyarakat dalam

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor: 16.44/DAK.SD/167/PPBJ/434.101/2011 tanggal 17 Nopember 2011 untuk paket pekerjaan sebagai berikut :. Kegiatan :

Mahasiswa menjawab semua pertanyaan tentang reaksi kualitatif anorganik yang terdapat dalam diktat petunjuk praktikum3. Yogyakarta, Juni 2013 Dosen Pengampu

Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT-CTL memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada NHT dan pembelajaran langsung,

ANALISIS LETAK DAN JENIS KESALAHAN SERTA FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP N 33. BUKATEJA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan harga pokok penjualan sebagai dasar menentukan harga jual produk dalam menentukan laba pada satu periode pada