• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan

Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya

pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko

lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek

fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Sedangkan menurut WHO, kesehatan

lingkungan meliputi seluruh faktor fisik, kimia, dan biologi dari luar tubuh

manusia dan segala faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia.

Kondisi dan kontrol dari kesehatan lingkungan berpotensial untuk

mempengaruhi kesehatan (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

Berkembangnya teknologi dalam industri pangan sangat ditunjang oleh

adanya terobosan-terobosan dalam teknologi pengemasan serta pengembangan

bahan kemasan. Ditemukannya kemasan fleksibel atau plastik memungkinkan

dikembangkannya berbagai teknologi pengolahan pangan seperti aseptic proses,

retort pouch, modified atmosphere dan sebagainya. Kemasan memegang peranan

penting dalam pemasaran. Disamping berguna sebagai alat proteksi, kemasan juga

sangat berguna dalam proses penanganan (handling), labelling dan

pendistribusian. Labelling (memberikan) label pada kemasan produk itu sendiri

mampu berkomunikasi dan menarik calon pembeli. Pada label kemasan tersebut

dijelaskan tentang identitas produk dan zat-zat yang terkandung serta

(2)

dengan sifat produk, sehingga memerlukan penelitian yang seksama (Sagung,

2001).

Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (2008), pangan yang

beredar saat ini praktis tidak lepas dari penggunaan kemasan dengan

berbagai maksud, selain untuk melindungi kualitas pangan juga dimaksudkan

untuk promosi. Salah satu kemasan pangan yang sering digunakan masyarakat

adalah plastik. Faktor pendorong penggunaan plastik adalah tidak mudah pecah,

tidak berkarat, ringan, desain yang menarik dan ketersediaan produk dengan

kisaran harga yang bervariasi. Sesudah Perang Dunia II, berbagai jenis kemasan

plastik fleksibel muncul dengan pesat. Sebagai bahan pembungkus, plastik dapat

digunakan dalam bentuk tunggal, komposit atau berupa lapisan multilapis dengan

bahan lain apakah itu antara plastik dengan plastik yang beda jenis, plastik dengan

kertas atau lainnya. Kombinasi tersebut dinamakan aminasi. Dengan demikian,

kombinasi dari berbagai jenis ini plastik dapat menghasilkan ratusan jenis

kemasan.

Selain mempunyai banyak keunggulan, ternyata kemasan atau wadah

plastik menyimpan kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya migrasi atau

berpindahnya zat-zat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan, terutama

jika makanan tersebut tak cocok dengan kemasan atau wadah penyimpannya.

Pada makanan yang dikemas dalam kemasan plastik, adanya migrasi ini tidak

mungkin dapat dicegah terutama jika plastik yang digunakan tak cocok dengan

jenis makanannya. Migrasi monomer terjadi karena dipengaruhi oleh suhu

(3)

tersebut, semakin banyak makanan yang dapat bermigrasi ke dalam makanan.

Demikian pula dengan lamanya makanan tersebut disimpan. Karena, semakin

lama kontak antara makanan tersebut dengan kemasan plastik, maka jumlah

monomer yang bermigrasi dapat makin tinggi jumlahnya.

Menurut data dari Ocean Conservancy's annual International Coastal

Cleanups (2016), kantong plastik secara konsisten termasuk dalam 10

puing-puing sampah paling banyak yang dikumpulkan di pantai di seluruh dunia. 10%

dari plastik yang diproduksi setiap tahun di seluruh dunia berakhir di laut. 70%

diantaranya tenggelam ke dasar laut, di sana, mereka cenderung tidak terurai

(PBB).

Indonesia merupakan negara kedua di dunia penghasil sampah plastik

terbesar ke laut (KLHK, 2016). Peringkat pertama ditempati Tiongkok dengan

262,9 juta ton sampah plastik. Jumlah sampah kantong plastik terus meningkat

signifikan dalam 10 tahun terakhir. Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (2016) memperkirakan volume sampah di Indonesia pada 2019 akan

mencapai 68 juta ton. Dari angka tersebut, 14 persen atau sekitar 9,52 persen di

antaranya adalah sampah plastik. Sekitar 9,8 miliar lembar kantong plastik

digunakan oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya. Sebesar 95 persen kantong

plastik hanya menjadi sampah, sedangkan plastik sulit diurai oleh lingkungan.

Provinsi di Indonesia dengan penghasil sampah terbanyak adalah Jawa

Barat, diikuti oleh Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan DKI Jakarta.

(4)

Jawa sebagai pulau penghasil sampah terbesar di Indonesia (Kementrian

Lingkungan Hidup, 2008).

Di samping kantong plastik, BPOM juga mengeluarkan pernyataan

mengenai perlunya mewaspadai penggunaan kemasan styrofoam dalam kondisi

tertentu untuk mewadahi makanan (BPOM, 2009). Styrofoam yaitu kemasan

yang umumnya berwarna putih dan kaku yang sering digunakan sebagai kotak

pembungkus makanan. Tadinya bahan ini dipakai untuk pengaman barang

non-makanan seperti barang-barang elektronik agar tahan benturan ringan, namun

pada saat ini seringkali dipakai sebagai kotak pembungkus makanan.

Kegunaannya yang mudah, praktis, enak dipandang, murah, anti bocor, tahan

terhadap suhu panas dan dingin seolah membutakan masyarakat akan dampak dan

efek bagi lingkungan serta kesehatan tubuh manusia (Khomsan, 2003). Selain itu,

kemasan styrofoam memberikan penampilan yang lebih menarik pada produk. Hal

ini yang menyebabkan penggunaan styrofoam terus meluas di Indonesia

khususnya sebagai bahan pembungkus makanan.

Selain mempunyai banyak keunggulan, styrofoam juga memiliki

kelemahan yaitu pada bahan penyusun styrofoam, seperti stirena dan benzena

akan dengan mudah berpindah ke dalam produk makanan dan minuman yang

dikonsumsi manusia. Bila poduk tersebut mengandung lemak atau bersuhu tinggi,

proses perpindahan ini akan terjadi lebih cepat. Bahaya yang dapat ditimbulkan

oleh styrofoam adalah seperti meningkatkan kadar hormon tiroid, menimbulkan

kerusakan pada sumsum tulang dan menimbulkan anemia, mengganggu sistem

(5)

badan menjadi gemetaran, menjadi mudah gelisah dan dapat menyebabkan

kanker.

Proses pembuatan styrofoam juga bisa mencemari lingkungan. Data

Enviromental Protection Agency (EPA) pada tahun 1986 menyebutkan, limbah

berbahaya yang dihasilkan dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal

itu menyebabkan Enviromental Protection Agency mengategorikan proses

pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di

dunia. Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap

dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.

Penyumbang terbesar sampah styrofoam adalah non-rumah tangga

sebanyak 11,9 ton per bulan. Sementara, rumah tangga menyumbang sebanyak

9,8 ton per bulan. Persentase sampah styrofoam mencapai 1,14% dari 12%

sampah plastik yang terkumpul setiap bulannya.

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Jakarta tahun 2005 (BBPOM),

mengungkapkan bahwa zat-zat pengawet mayat (formalin) juga ditemukan pada

plastik kemasan makanan dan styrofoam. Pengemas berbahan dasar resin atau

plastik rata-rata mengandung 5 ppm formalin. Formalin pada plastik atau

styrofoam merupakan senyawa-senyawa yang secara inheren terkandung dalam

bahan ini. Zat racun ini akan luruh ke dalam makanan akibat kondisi panas. Oleh

karena itu, makanan yang masih panas jangan langsung dimasukkan ke dalam

plastik atau styrofoam. Hidangan panas yang akan disajikan ke dalam kemasan

styrofoam sebaiknya didinginkan dahulu dan diberi alas daun, jangan diberi alas

(6)

Selain itu, penggunaan plastik dan styrofoam meningkat secara

signifikans dan banyak digunakan sehingga menyebabkan masalah kesehatan dan

lingkungan. Banyak orang dari berbagai profesi menggunakan kemasan plastik

dan styrofoam, termasuk mahasiswa. Perilaku mahasiswa yang cenderung praktis

diduga sebagai salah satu penyebab masalah lingkungan yang terjadi pada

berbagai fakultas.

Pada survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari

2017, ditemukan bahwa masih banyak mahasiswa yang memakai plastik dan

styrofoam sebagai kemasan makanan di lingkungan fakultas. Berdasarkan hal

ini, ingin diketahui tentang perilaku mahasiswa dalam meminimalisir penggunaan

kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini yakni bagaimana perilaku mahasiswa dalam menggunakan kemasan

plastik dan styrofoam yang cenderung praktis dan merupakan salah satu

penyebab masalah lingkungan yang terjadi pada di Fakultas Kesehatan

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku mahasiswa dalam meminimalisir penggunaan

kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden yakni umur, jenis kelamin, suku,

dan jumlah uang saku dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan

styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

tahun 2017.

2. Untuk mengetahui sumber informasi yang diperoleh mahasiswa dalam

meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017.

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa dalam meminimalisir

penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara tahun 2017.

4. Untuk mengetahui sikap mahasiswa dalam meminimalisir penggunaan

kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara tahun 2017.

5. Untuk mengetahui tindakan mahasiswa dalam meminimalisir penggunaan

kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi tentang perilaku mahasiswa dalam meminimalisir

penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara tahun 2017.

2. Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti dalam

menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi ilmiah untuk penelitian selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran 1 Pemantapan Ketersediaan dan Pola Konsumsi Masyarakat dengan indikator Skor Pola Pangan Harapan telah mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2016 sebesar

maka dengan ini kami tetapkan Pemenang Pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Puskesmas Sukamerindu pada lingkungan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma adalah sebagai berikut

Majelis hakim dalam persidangan sudah mendengarkan keterangan terdakwa, saksi- saksi, Jaksa Penuntut Umum dan telah memperhatikan beberapa hal yang memberatkan dan

[r]

*Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan keinginan secara lisan dalam menyapa teman, menyakinkan teman & menceritakan gambar berseri. *Menyapa teman

Tanaman padi dari fase anakan sampai pemanjangan batang ada 20 kultivar padi lokal yang akan diamati dan dicatat yaitu Tinggi tanaman (cm), warna leher daun, warna telinga daun,

Dari pengaturan tersebut tidak memenuhi asas kesepakatan yang menyebutkan bahwa musyawarah dilakukan para pihak tanpa unsur paksaan untuk mendapatkan kesepakatan

Manfaat dan kegunaan : Bunga lavender dapat digosokkan ke kulit, selain memberikan aroma wangi, lavender juga dapat menghindarkan diri dari gigitan nyamuk,bunga lavender kering