BAHAN DAN METODE PENELITIAN
LokasidanWaktuPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Penelitian Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.Penelitian ini berlangsung selama 12 minggu dimulai dari bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.
Bahan Dan Alat
Bahan
Day old Chick (DOC) ayam kampung sebanyak 100 ekor, Bahanpakanpenyusunransumterdiridarijagung, bungkilkedelai, bungkilkelapa, dedak, tepungikan, minyak, premix, Cassapro, Air minum, Obat- obatan, Vitamin danvaksin, Desinfektanyaiturodalon
Alat
Kandangsebanyak 20 plot denganukuran 1x1 x 0.5 meter, Tempatminumdanpakanmasing- masing 20 buah, Timbangan electric balance dantimbangan salter, Alat- alatpembersih kandang (sapu lidi), Ember, Buku, alattulisdankalkulator.
MetodePenelitian
AdapunRancanganpenelitian yang digunakanadalahRancanganAcakLengkap (RAL)dengan 5 perlakuandan 4 ulangansetiapulanganterdiridari 5 ekor. Perlakuan yang ditelitiadalahsebagaiberikut
P3 = Ransum dengan 30% jagung 30% cassapro P4 = Ransum dengan 20% jangung 40% cassapro
Sedangkanulangandidapatdari
Metode linier yang digunakanuntukrancanganacaklengkap (RAL) adalah : Yij = µ + Õi +∑ij
Dimana:
Yij = Nilaipengamatan yang diperolehdarisatuan Percobaandariperlakuanke-I danulanganke j
µ = Rataan/ Nilaitengah Õi = Efekdariperlakuanke- i
∑ij = pengaruhgalatpercobaanperlakuanke- I danulanganke-j
Parameter Penelitian
KonsumsiRansum(g/ekor/hari)
PertambahanBobotBadan (g/ekor/minggu)
Pertambahanbobotbadandihitungsetiapmingguyaitumerupakanselisihantarapenimbang anbobotbadanakhirdenganpenimbanganbobotbadanawal
KonversiRansum
Konversiransumdihitungdengancaramembandingkanjumlahransum yang dikonsumsidenganpertambahanbobotbadan yang dicapaisetiapminggunya.
PelaksanaanPenelitian
PersiapanKandangdanPeralatan
Kandang berukuran 1 m x 1 m x 0,5 m sebelum digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan ditutup rapat dengan terpal, lalu disucihamakan penyemprotan dengan larutan formalin dan dibiarkan selama satu minggu dengan tujuan mensucihamakan kandang dari jamur, bakteri dan bibit mikroorganisme lainnya. Kandang dan peralatan kandang didesinfektan dengan rodalon sebelum digunakan.
Pengacakan DOC
SebelumDOC dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan terlebih dahulu dilakukan penimbangan agar bias diketahui kisaran bobot badan awal yang akan digunakan, kemudian dilakukan pemilihan secara acak (random) untuk menghindari bias (galat percobaan) lalu ditempatkan pada masing-masing plot yang tersedia sebanyak 5 ekor.
Ubi kayu yang akan difermentasi dipotong kecil-kecil terlebih dahulu agar proses pengeringan dapat menjadi lebih mudah. Kemudian melakukan aktifitas spora Aspergillus Niger dengan cara dimasukkan kedalam 50 liter air masak. Ditambahkan 250 gram gula pasir/molasses, 200 gram Urea/NPK sebagai sumber nitrogen anorganik, juga ditambhkan 100 gram mikronutrien 9KCL, NaH2PO4, FeSO4, CuSO4). Ditimbang cacahan kecil ubi kayu sebanyak kg, lalu ditambahkan mikronutrien/mineral yang terdiri dari 7,2% Za 4% Urea 1,5% NaH2PO40,15% KCL 0,075% FeSO4dan 0,50 MgSO4
SkemaPembuatanCassapro
dicampur secara merata dengan 50 liter cairan inokulen spora aktif kemudian kebaki fermentasi yang bagian bawahnya dilapisi kain kantong terigu bekas dengan ketebalan campuran bahan 3-4 cm. kemudian di fermentasi selama 3-4 hari.
Bahanbaku 100 kg
+ Urea/NPK
+ AktifSporaA.Niger (50 liter)
+ Mikronutrien (100 gr) (KCL, NaH2PO4, FeSO4,
Difermentasiselama 3-5 Hari DitaruhdalamTampahdengan
Tabel 5. Formula ransumdenganKandungancassapro yang berbeda
Item Formulasi Pakan
Bahan pakan % R0 R1 R2 R3 R4
Energi metabolisme, Kkal/kg 2.968 3.017 3.068 3.117 3.167
Ca% 1,16 1,17 1,19 1,21 1,22
P-tersedia 0,59 0,62 0,64 0,66 0,69
Keterangan :
R0 : Ransum control tanpa cassapro
R1 : Ransum dengan 50% jagung dan 10% cassapro R2 : Ransum dengan 40% jagung dan 20% cassapro R3 : Ransum dengan 30% jagung dan 30% cassapro R4 : Ransum dengan 20% jagung dan 40% cassapro Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setiaphari untuk konsumsi ransum dengan menimbang ransum yang tersisa atau terbuang dan penimbangan berat badan dilakukan setiap minggu, demikian juga dengan konversi ransum diambil datanya pada setiap minggu.Pengukuran suhu kandang juga dilakukan setiap hari menggunakan thermometer ruang.
Analisis data Dipanen
Giling Dikeringkan
Pengujian parameter dilakukan dengan Analisis Sidik Ragam (RAL), bila perlakuan berbeda nyata (Fh>0,5) atau sangat nyata ( Fh>0,1) dilanjutkan dengan uji lanjut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum merupakan banyaknya jumlah ransum yang dimakan oleh ternak akan digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi ternak. Konsumsi ransum dapat dihitung dengan cara pengurangan jumlah ransum yang diberikan dengan pakan pada tempat pakan. Konsumsi pakan merupakan hal yang penting, karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan baik untuk hidup pokok maupun produksi. Meningkatnya ransum yang dikonsumsi akan memberikan kesempatan pada tubuh untuk meretensi zat-zat makanan yang lebih banyak, kebutuhan protein zat zat makanan yang lebih banyak, sehingga kebutuhan protein terpenuhi.
Rataan konsumsi ransum selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6. Rataan konsumsi ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
Tab ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
F Tabel
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata S.deviasi
Dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum ayam kampung selama penelitian adalah tidak berbeda nyata antar perlakuan (P0,P1,P2,P3,P4). Konsumsi ransum tertinggi terdapat pada P0 sebesar 327.91 g/ekor/minggu, sedangkan konsumsi ransum terendah terdapat pada P3
Berdasarkan analisis ragam juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (f hit ≤ 0.05) terhadap konsumsi.Hal ini menunjukkan bahwa pemberian jagung dan cassapro tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi.Namun kecenderungan konsumsi pada P
sebesar 325,77.
0 lebih tinggi bila dibandingkan dengan P1, P2, P3 dan P4
Pada Tabel 6 diatas terlihat bahwa P
. Dalam hal ini menunjukka n bahwa jagung dan cassapro memiliki kualitas dan palatabilitas yang relatif sama.
1, P2, P3 dan P4 lebih rendah daripada P0yang tidak mengandung cassapro. Statistikkonsumsi pada P1, P2, P3 dan P4 dipengaruhi oleh ransum yang isonutrien. Namun setelah dilakukan analisis varian diperoleh bahwa F hitung lebih kecil daripada F tabel yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi tidak berbeda nyata. Lebih lanjut Tillman et al.,. (1989) menyatakan bahwa ternak dalam mengkonsumsi ransum tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh lingkungan, imbangan zat-zat makanan, kualitas ransum, bangsa ternak, kecepatan pertumbuhan, bobot badan, tingkat produksi dan palatabilitas ransum.
Pertambahan Bobot Badan (PBB)
pertambahan bobot badan ayam kampung yang diperoleh selama penelitian adalah seperti Tabel 7 berikut :
Tabel 8. Rataan pertambahan bobot badan selama penelitian (g/ekor/minggu)
Perlakuan Ulangan Total Rata rata S.Deviasi
1 2 3 4
Tabel 9.Annova pertambahan bobot badan selama penelitian (g/ekor/minggu)
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan ayam kampung selama penelitian adalah tidak berbeda nyata antar perlakuan (P0, P1, P2, P3 dan P4). Rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada P1 sebesar 87.04 gram/ ekor/ minggu sedangkan rataan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada P3
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (f hitung ≤ 0.05) terhadap pertambahan bobot badan.Hal ini menunjukkan bahwa substitusi jagung dengan menggunakan cassapro tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan ayam kampung.Namun, kecenderungan rataan pertambahan bobot badan pada P
sebesar 74.27.
semuanya dimanfaatkan oleh ternak, ada yang termanfaatkan, sebagian lainnya terbuang melalui feses, urin, gas metan dan panas. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Sturkie (1976) yang menyatakan bahwa kebutuhan energi termetabolis diperoleh dengan mengurangi energi ransum dengan energi ekskreta (feses dan urin). Dari sejumnlah energi tersebut tidak seluruhnya dapat digunakan langsung tetapi masih ada yang hilang dalam bentuk panas (heat increment) selama proses metabolisme, sehingga yang tinggal yaitu energi netto.
Dari hasil penelitian di atas diperoleh bahwa konsumsi pada P0 lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi pada P2.Sementara pada pertambahan bobot badan ditemukan bahwa pertambahan bobot badan pada P2 lebih tinggi daripada P0
Dari Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa rata rata pertumbuhan bobot badan ayam kampung semua perlakuan yaitu sebesar 9,8 gram/ekor/hari. Angka tersebut sama dengan standar PBB pada pemeliharaan ayam kampung menurut Murtidjo (1994) yaitu sebesar 9,8 gram/ekor/hari.
.Kecenderungan hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan asam amino yang terkandung pada cassapro lebih lengkap. Hubungan antara konsumsi dan pertambahan bobot badan diatas tidak sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1995) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat penimbunan lemak dan daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging.
Konversi Ransum (Feed Converse Ratio)
adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu. FCR dapat dicari dengan cara membandingkan antara jumlah ransum yang habis dikonsumsi oleh ayam kampung dalam jangka waktu tertentu dengan bobot hidup.
Tabel 10. Konversi ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata S.Deviasi
1 2 3 4
Tabel 11.Annova Konversi ransum selama penelitian (g/ekor/minggu) F Tabel
SK dB JK KT F Hit 0,05 0,01
Perlakuan 4 120,5747 30,14366 0,939 3,24 5,29
Galat 15 481,7284 32,11523
Total 19 4809,715
Dari tabel 10, dapat dilihat bahwa konversi ransum ayam kampung selama penelitian adalah tidak berbeda nyata antara perlakuan (P0,P1,P2,P3,P4). Konversi ransum tertinggi terdapat pada P0 sebesar 5,82, sedangkan konversi ransum terendah terdapat pada P2
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (f hitung ≤ 0,05) terhadap konversi ransum. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tepung jagung dan cassapro tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konversi ransum ayam kampung. Namun kecenderungan konversi ransum pada P
sebesar 5,38. Semakin rendah nilai konversi ransum maka semakin efektif penggunaan ransum tersebut sebagai pakan ternak.
ternak ayam kampung lebih efektif bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1990), yang menyatakan bahwa konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti semakin baik konversi pakan tersebut.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa P0 merupakan konsumsi tertinggi sementara P1berada diurutan kedua, sementara dalam pertambahan bobot badan P2 lebih tinggi jika dibandingkan dengan P0.Konversi ransum adalah hasil bagi antara konsumsi dengan pertambahan bobot badan.Besar konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan menentukan konversi pakan.Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Martawidjaja (1998), yang menyatakan bahwa pakan yang berkualitas baik dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi minimal namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Data rekapitulasi hasil penelitian subtitusi jagung dengan menggunakan cassapro dalam ransum terhadap ayam kampung disajikan dalam Tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 12. Data rekapitulasi hasil penelitiansubtitusi jagung dengan menggunakan cassapro dalam ransum terhadap ayam kampung
konversi ransum. Dari tabel di atas terlihat bahwa konsumsi menunjukkan penurunan dari P0, P1, P2, P3 dan P4, namun pada pertambahan bobot badan terlihat bahwa PBB tertinggi terdapat pada P2 diikuti dengan P1, P4, P0 dan P3. Sehingga pada FCR ditemukan bahwa penggunaan ransum paling efektif terdapat pada P2 yang diikuti oleh P1, P4, P3 dan P0.
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan cassapro (cassava protein) mampu menggantikan pemberian jagung sampai 30% terhadap performans ayam kampung.
Saran
Disarankan kepada peternak agar menggunakan cassapro untuk menggantikanjagung dalam ransum ayam kampung jika tersedia secara jumlah produksi dan keberlanjutannya.