• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pembangunan Desa di Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pembangunan Desa di Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia yang lahir pada 17 Agustus 1945 adalah negara kesatuan

yang berbentuk republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Indonesia

terdiri atas beberapa daerah/wilayah provinsi dan setiap daerah/wilayah provinsi

terdiri atas beberapa daerah kabupaten/kota. Selanjutnya didalam tiap daerah

kabupaten/kota terdapat satuan pemerintahan terendah yang disebut desa dan

kelurahan. Dengan demikian, desa dan kelurahan merupakan pemerintahan

terendah dibawah pemerintah kabupaten/kota (Nurcholis, 2011: 1).

Desa menurut Bintarto dalam Nurcholis (2011:4) adalah suatu perwujudan

geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiologis sosial ekonomi, politis dan

kultural yang terdapat di situ dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan

daerah lain. Secara umum desa adalah suatu wilayah yang didiami oleh sejumlah

penduduk yang saling mengenal atas dasar hubungan kekerabatan dan/atau

kepentingan politik, sosial, ekonomi dan keamanan yang dalam pertumbuhannya

menjadi kesatuan masyarakat hukum sehingga tercipta ikatan lahir batin antara

masing-masing warganya, umumnya warga hidup dari pertanian, mempunyai hak

mengatur rumah tangga sendiri dan secara administratif berada dibawah

pemerintahan kabupaten/kota.

Dalam konteks Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, desa

merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

(2)

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (Lihat Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa Bab 1 ayat 1).

Keberadaan desa telah ada jauh sebelum Negara Indonesia berdiri,

sehingga wilayah desa perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi lebih kuat,

maju, mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil, makmur dan sejahtera. Desa juga merupakan entitas terdepan dalam segala

proses pembangunan bangsa dan Negara Indonesia,

Desa di Indonesia terbagi berdasarkan tipologi desa itu sendiri atas

kegiatan pokok yang ditekuni masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari (Susanto,2012), yaitu ;

a. Desa Pertanian, yang semua kegiatan masyarakatnya terlibat dalam bidang

pertanian.

b. Desa Industri, yang pendapatan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari lebih

banyak bergantung pada sektor industri baik industri kecil maupun besar.

c. Desa Pantai, desa ini pusat kegiatan dari seluruh anggota masyarakatnya

bersumber pada usaha-usaha dibidang perikanan baik perikanan laut, pantai,

maupun darat.

d. Desa Pariwisata, desa ini terdapat objek wisata seperti

peninggalan-peninggalan kuno, keistimewaan kebudayaan rakyat, dan juga terdapat

(3)

Mengingat pentingnya wilayah desa dalam struktur pemerintahan nasional

maka berbagai peraturan perundang-undangan telah dibuat oleh pemerintah

Indonesia salah satunya yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa. Namun dalam pelaksanaannya, beberapa pengaturan

mengenai desa tersebut belum dapat mewadahi segala kepentingan dan kebutuhan

masyarakat desa. Selain itu, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menyatakan secara tegas bahwa kebijakan mengenai desa

diarahkan pada penyeragaman bentuk dan susunan pemerintahan desa dengan

corak nasional. Undang-Undang ini membuat format pemerintahan desa secara

seragam diseluruh Indonesia dan mengambil alih kebebasan desa dalam

mengembangkan wilayahnya (Mardeli, 2015).

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam wilayah desa dan

mewujudkan kemandirian serta kesejahteraan bagi wilayah desa, maka pemerintah

pada tahun 2014 mengeluarkan kebijakan perundang-undangan baru yaitu

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Kebijakan-kebijakan tata

kelola desa yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa juga dianggap sebagai kebijakan yang membawa harapan baru dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Untuk menindaklanjuti Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa

pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 47 Tahun 2015 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Sosialisasi yang jelas, serta bagaimana desa dapat dengan mudah

mengimplementasikan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

(4)

kemakmuran warga desa adalah tugas setiap warga desa, baik pemerintah maupun

masyarakat desa.

Walaupun terjadi pergantian Undang-Undang, namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama (Sajangbati,

2015), yaitu :

1. Keanekaragaman, memiliki makna bahwa istilah desa dapat disesuaikan

dengan asal usul dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

2. Partisipasi, bahwa penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan desa harus

mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa

memiliki dan turut serta bertanggung jawab terhadap perkembangan

kehidupan bersama sebagai sesama warga desa.

3. Otonomi asli, bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan

mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan nilai sosial

budaya yang terdapat pada masyarakat setempat namun harus disegerakan

dalam perspektif administrasi desa.

4. Demokratisasi, artinya penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksana

pembangunan di desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang

diartikulasikan dan diagresi melalui Badan Perwakilan Desa (BPD) dan

Lembaga Kemasyarakatan sebagai mitra pemerintah desa.

5. Pemberdayaan masyarakat, artinya penyelenggaraan dan pembangunan di

desa ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan

(5)

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa merupakan produk dari

era reformasi menuju kemandirian desa, baik dalam penyelenggaraan

pemerintahan maupun dalam pengelolaan keuangan desa. Dalam Undang-Undang

No 6 Tahun 2014 tentang Desa pada bab IV pasal 18 kewenangan desa meliputi

kewenangan dibidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan

masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat

Desa (lihat Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa).

Berdasarkan hal tersebut, desa tidak lagi menjadi bawahan daerah atau

level administrasi melainkan menjadi independent community, dimana desa

diberikan kewenangan penuh dalam pelaksanaan pembangunan. Kewenangan itu

disebut sebagai otonomi desa karena desa mempunyai hak dan wewenang dalam

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan masyarakatnya berhak berbicara

atas kepentingan sendiri dan bukan ditentukan dari atas kebawah. Desa yang

selama ini diperankan menjadi figuran dan objek, sekarang berperan sebagai

aktor. Kinerja pemerintah desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahannya

menjadi tolak ukur keberhasilan baik program, kebijakan, dan berbagai peraturan

yang harus dilaksanakan dengan baik oleh pemerintahan desa (Irwantoto,

2014).Dengan adanya Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa tentu

sangat membantu desa-desa yang ada di Indonesia dalam proses peningkatan

pembangunan.

Belakangan ini desa menjadi sorotan kita bersama terutama bagi

pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sebab desa didominasikan sebagai

(6)

pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana, sumber daya manusia guna

mancapai kesejahteraan masyarakat desa (Herry, 2015). Seperti juga yang

tercantum pada Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa pada bab IX

bagian ke-1 pasal 78 ayat 1 yang menjelaskan bahwa pembangunan desa

bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup

manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan,

pembangunan serta sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi

lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan

(Lihat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa). Undang-Undang ini

menggunakan 2 pendekatan, yaitu ‘Desa Membangun’ dan ‘Membangun Desa’

yang diintegrasikan dalam perencanaan pembangunan desa.

Dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa salah satu strategi

penting bagi rumah tangga desa yaitu dapat meningkatkan penghasilan, terlebih

pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas

warga desa, serta menanggulangi kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat desa. Menurut Retnowati (2016) ada tiga halyang ingin dicapai

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa itu sendiri,yakni ;

1. Membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya.

2. Mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan

secara partisipatif.

3. Mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dikelola dengan

semangat kekeluargaan dan gotong royong.

Pembangunan desa pada hakikatnya adalah segala bentuk aktifitas manusia

(7)

masyarakat dan lingkungan di wilayah desa baik bersifat sosial, ekonomi, budaya,

politik, keamanan, ketertiban dan sebagainya, yang dilakukan secara terencana

dan membawa dampak positif terhadap kemajuan desa. Pembangunan desa

sesungguhnya merupakan upaya sadar dari masyarakat dan pemerintah baik

dengan menggunakan sumber daya yang bersumber dari desa, pemerintah,

maupun bantuan organisasi lain (Muhi, 2012).

Menurut Jayadinata (2006:3) ada empat upaya besar yang harus dilakukan

dalam pembangunan desa, yaitu :

1. Memberdayakan ekonomi masyarakat desa yang memerlukan masukan

modal, bimbingan teknologi, dan pemasaran untuk memandirikan masyarakat

desa.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya penduduk pedesaan dengan peningkatan

pendidikan, kesehatan, dan gizi sehingga memperkuat produktivitas dan daya

saing.

3. Membangun sarana prasarana pendukung pedesaan seperti jalan, jaringan

telekomunikasi dan penerangan, yang masih merupakan tanggung jawab

pemerintah. Keikutsertaan masyarakat desa setempat dalam gotong royong

harus diutamakan.

4. Mengatur kelembagaan pedesaan, yaitu berbagai lembaga pemerintahan dan

kemasyarakatan desa. Pemerintahan Desa harus mampu menampung aspirasi

dan menggali potensi masyarakat.

Hadirnya Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa diharapkan

dapat meningkatkan gerak pembangunan desa di bidang sosial dan di bidang

(8)

pembangunan desa di bidang ekonomi adalah upaya meningkatkan pertumbuhan

ekonomi desa dan masyarakat desa menuju arah yang lebih baik. Pergerakan

pembangunan desa di bidang ekonomi ditandai dengan munculnya lembaga

keuangan resmi sebagai penggerak ekonomi masyarakat dan mata pencaharian

penduduk bukan hanya di sektor pertanian. Sedangkan gerak pembangunan desa

di bidang sosial adalah upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat agar

mencapai kehidupan yang sejahtera. Pergerakan pembangunan desa di bidang

sosial ditandai dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusiayang ada di

desa, dan terorganisirnya kelembagaan desa.

Desa Sendang Rejo merupakan desa yang terletak di Kecamatan Binjai,

Kabupaten Langkat, yang terdiri dari 8 dusun dengan jumlah penduduk 7.173 jiwa

dan jumlah penduduk berdasarkan Kepala Keluarga (KK) berjumlah 1.435 KK.

Luas wilayah Desa Sendang Rejo sendiri yaitu 1,081 Ha. Sekitar ± 420 Ha

wilayah desa merupakan lahan pertanian masyarakat dan selebihnya merupakan

pemukiman penduduk. Dengan begitu Desa Sendang Rejo termasuk dalam

tipologi desa pertanian. Namun sebagian masyarakat desa banyak yang bermata

pencaharian sebagai peternak ayam, pengelolaan kayu, toko klontong, tukang

jahit, tukang cukur, service elektronik, tukang pijat, pengecer gas dan bahan bakar

minyak, usaha isi ulang air minum, notaris dan lain sebagainya.

Akses jalan menuju Desa Sendang Rejo juga sudah bagus, dimana jalan

utama sudah mulai diperbaiki dengan menggunakan beton, tidak lagi

menggunakan aspal karena daerah ini menjadi jalur lintas yang sering dilalui truk

(9)

penduduk juga sudah banyak yang berbentuk bangunan permanen, walaupun ada

juga beberapa rumah penduduk yang terbuat dari kayu.

Berdasarkan hasilobservasi yang telah dilakukan, semenjak

diimplementasikannya Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa di Desa

Sendang Rejo, desa ini sudah melakukan beberapa peningkatan pembangunan di

bidang sosial dan di bidang ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan

BUMDesa di Desa Sendang Rejo yang berfungsi sebagai pemberian pinjaman

modal pada warga untuk pengembangan usaha. Pembangunan sarana prasarana

desayang telah dilakukan pemerintah bersama masyarakat desa seperti;

pengerasan jalan, lening parit, pemasangan ladeker, pemasangan paving blok,

yang dilakukan disetiap dusun dengan melibatkan warga desa yang bekerja

sebagai buruh bangunan dalam proses pembangunannya. Pemerintah desa juga

telah melakukan kegiatan pelatihan-pelatihan yang berguna untuk peningkatan

skill individu dan peningkatan pengorganisasian kelembagaan yang ada di desa.

Berdasarkan prinsip dasar pengaturan Undang-Undang No 6 Tahun 2014

tentang Desa, pembangunan desa dilakukan berdasarkan perencanaan antara

pemerintah dan masyarakat dengan menggali potensi riil keinginan atau

kebutuhan masyarakat desa. Sehingga masyarakat desa diberi kesempatan dan

keleluasan untuk membuat perencanaan pembangunan atau merencanakan sendiri

apa yang mereka butuhkan, karena masyarakat desa dianggap lebih tahu apa yang

(10)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka permasalahan yang

menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimana gerak

pembangunan desa di bidang sosial dan di bidang ekonomi pasca implementasi

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa di Desa Sendang Rejo Kec.

Binjai. Kab. Langkat ? ”

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penelitian dari rumusan masalah diatas yaitu untuk

mengetahui dan menganalisis sejauh mana gerak pembangunan desa dibidang

sosial dan dibidangekonomi desa pasca implementasi Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa di Desa Sendang Rejo Kec.Binjai. Kab.Langkat.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat peneliti dalam penelitian ini adalah :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi,

pemahaman, serta dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan tentang

perencanaan dan kebijakan publik. Serta dapat juga dijadikan sebagai refrensi

untuk melihat sejauh mana perkembangan Undang-Undangan No 6 Tahun 2014

(11)

1.4.2. Manfaat Praksis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang

bermanfaat bagi Pemerintah Desa Sendang Rejo sebagai penyelenggara

pemerintahan desa dan Kabupaten Langkat agar saling bersinergi dalam

meningkatkan pembanguan desa, sesuai dengan isi Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa.

1.5. Definisi Konsep

1. Gerak Pembangunan Desa

Gerak pembangunan desa adalah suatu rangkaian gerak perubahan menuju

arah kemajuan secara terus menerus dan berkesinambungan yang diselenggarakan

oleh masyarakat beserta pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan

batin, materi dan spiritual berdasarkan pancasila yang berlangsung didesa. Selain

itu gerak pembangunan desa dapat dilihat dari seluruh rangkaian usaha yang

dilakukan dilingkungan desa, serta upaya memperkuat kesejahteraan masyarakat

dengan rencana yang dibuat atas dasar musyawarah dikalangan masyarakat desa,

dan berusaha menghilangkan atau mengurangi berbagai hambatan dalam

kehidupan sosial-ekonomi, seperti kurang pengetahuan dan keterampilan, kurang

kesempatan kerja dan sebagainya.

Berbicara tentang gerak pembangunan desa ada dua aspek penting yang

menjadi objek pembangunan (Muhi, 2012), yaitu :

a) Pembangunan desa dalam aspek fisik, yaitu pembangunan yang objek

(12)

jalan desa, bangunan rumah, pemukiman, jembatan bendungan, irigasi,

sarana ibadah, pendidikan (hardware berupa sarana dan prasarana

pendidikan dan software berupa segala bentuk pengaturan, kurikulum, dan

metode pembelajaran), keolahragaan dan sebagainya. Pembangunan dalam

aspek fisik ini disebut juga sebagai pembangunan desa.

b) Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani, yaitu pembangunan

yang objek utamanya aspek pengembangan dan peningkatan kemampuan,

skill dan memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan sebagai warga

negara, seperti pendidikan dan pelatihan, pembinaan usaha ekonomi,

kesehatan spiritual dan sebagainya. Tujuan utamanya adalah untuk

membantu masyarakat yang masih tergolong marjinal agar dapat

melepaskan diri dari berbagai belenggu keterbelakangan sosial, ekonomi

dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani ini

disebut juga sebagai Pemberdayaan Masyarakat Desa.

2. PembangunanSosial

Menurut Midgley dalam Mulyadi (2015:9) pembangunan sosial adalah

suatu proses sosial yang terencana yang didesain untuk mengangkat kesejahteraan

penduduk secara menyeluruh dengan menggabungkannya dengan pembangunan

ekonomi. Sehingga dapat dilihat bahwa pembangunan sosial tidak akan terjadi

tanpa adanya pembangunan ekonomi, begitu pula sebaliknya pembangunan

ekonomi tidak berarti tanpa diiringi dengan peningkatan kesejahteraan sosial

secara menyeluruh. Sedangkan, menurut Suharto dalam Mulyadi (2015:10-11)

(13)

bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni

memenuhi kebutuhan manusia mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial.

Secara umum pembangunan sosial merupakan upaya peningkatan kualitas

kehidupan masyarakat yang dalam penelitian ini dapat dilihat dengan adanya

penguatan kapasitas individu melalui pelatihan-pelatihan guna meningkatkan

kemampuan (skill) masyarakat perindividu. Serta peningkatan pengorganisasian

kelembagaan masyarakat desa dengan cara pemerintah desa memfasilitasi setiap

program yang dilakukan kelembagaan desa.

3. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan upaya peningkatan kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat desa dengan mengelola seluruh potensi ekonomi

masyarakat, seperti membantu meningkatkan usaha masyarakat dengan

menyediakan pemberian pinjaman modal dan pembinaan usaha pada masyarakat

agar usahanya dapat berkembang yang salah satunya dapat dilakukan melalui

Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) atau unit usaha lainnya yang ada di desa,

Serta melakukan pembangunan sarana dan prasarana yang menjadi salah satu hal

penting dalam meningkatkan aksesibilitas untuk menciptakan keterkaitan antar

wilayah dan memudahkan aktifitas masyarakat yang ada di desa untuk memenuhi

(14)

4. Pasca Implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa

Pasca implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa

diberikan kewenangan penuh dalam pelaksanaan pembangunan, kewenangan ini

disebut otonomi desa karena desa mempunyai hak dan wewenang dalam

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri secara gotongroyong, kekeluargaan,

musyawarah, partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan, dan keberlanjutan dalam

Referensi

Dokumen terkait

Rizky Winda Nurrahma, E0012339, 2016, KEBIJAKAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN DANA DESA PASCA UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNTUK MENCIPTAKAN

untuk mengadakan penelitian mengen ai “ Implementasi Undang Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Sebagai Acuan Kinerja Kepala Desa Dalam Melaksanakan Pembangunan

Upaya untuk mewujudkan kemandirian desa melalui beberapa kegiatan dan program tersebut dilakukan dalam rangka implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Fokus pada penelitian ini adalah pada penerapan dan pelaksanaan struktur desa dalam percepatan pembangunan desa menurut undang – undang nomor 6 tahun 2014 tentang

Pengelolaan Dana Dese Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Kasus Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat) adalah asli dan belum pernah

Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu 1) Untuk mengetahui kinerja perangkat desa dalam penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan optimisme terhadap terciptanya pembangunan desa yang

Implementasi kebijakan otonomi desa yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, khususnya pada aspek kelembagaan dan pembiayaan pemerintahan desa, belum bisa diwujudkan