• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Mutasi dan Promosi Jabatan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan (Studi Pada PT. TELKOM Divisi Regional I Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Mutasi dan Promosi Jabatan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan (Studi Pada PT. TELKOM Divisi Regional I Medan)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Mutasi

2.1.1 Pengertian Mutasi

Kata mutasi atau pemindahan oleh sebagian masyarakat sudah dikenal,

baik dalam lingkungan maupun di luar lingkungan perusahaan. Mutasi adalah

kegiatan memindahkan tenaga kerja dari satu tempat tenaga kerja ke tempat kerja

lain. Akan tetapi mutasi tidak selamanya sama dengan pemindahan. Mutasi

meliputi kegiatan memindahkan tenaga kerja, pengoperan tanggung jawab,

pemindahan status ketenagakerjaan, dan sejenisnya. Adapun pemindahan hanya

terbatas pada mengalihkan tenaga kerja dari satu tempat ke tempat lain.

Menurut Nitisemito (2002:132), pengertian mutasi adalah kegiatan dari

pimpinan perusahaan untuk memindahkan karyawan dari suatu pekerjaan ke

pekerjaan lain yang dianggap setingkat atau sejajar.

Selanjutnya Hasibuan (2008:102), menyatakan bahwa mutasi adalah suatu

perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal

maupun vertikal di dalam satu organisasi. Pada dasarnya mutasi termasuk dalam

fungsi pengembangan karyawan, karena tujuannya untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas kerja dalam perusahaan tersebut.

Menurut Sastrohadiwiryo (dalam Kadarisman 2012:68) :

Mutasi adalah kegiatan ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses

pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan status ketenagakerjaan tenaga kerja ke

(2)

kepuasan kerja yang mendalam dan dapat memberikan prestasi kerja yang

semaksimal mungkin kepada perusahaan.

Menurut Hanggraeni (2012: 80) “mutasi adalah pemindahan dari posisi

yang baru tapi memiliki kedudukan, tanggung jawab, dan jumlah remunerasi yang

sama”. Dan menurut Daryanto (2013: 41) “mutasi adalah suatu kegiatan rutin dari

suatu perusahaan untuk dapat melaksanakan prinsip „the right men on the right

place‟

Jadi, dapat disimpulkan bahwa mutasi diartikan sebagai perubahan

mengenai atau pemindahan kerja/ jabatan lain dengan harapan pada jabatan baru

itu seorang karyawan akan lebih berkembang. Mutasi merupakan kegiatan rutin

dari perusahaan untuk melaksanakan prinsip the right men on the right place.

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Mutasi

Adapun tujuan dari mutasi menurut Hasibuan (2011:102) adalah sebagai

berikut :

1. Untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

2. Untuk menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan komposisi

pekerjaan atau jabatan.

3. Untuk memperluas atau menambah pengetahuan karyawan.

4. Untuk menghilangkan rasa bosan/jemu terhadap pekerjaannya.

5. Untuk memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya meningkatkan

karir yang lebih tinggi.

6. Untuk pelaksanaan hukuman/sanksi atas pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukannya.

(3)

8. Untuk alat pendorong agar spirit kerja meningkat melalui persaingan terbuka.

9. Untuk tindakan pengamanan yang lebih baik.

10. Untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik karyawan.

11. Untuk mengatasi perselisihan antara sesama karyawan.

Menurut Moekijat (2010:117) dalam program kepegawaian mutasi

bertujuan untuk :

1. Mempertahankan pegawai-pegawai yang telah lama masa kerjanya sebagai

perubahan atau pengurangan keperluan produksi.

2. Mengembangkan kecakapan pegawai dalam berbagi bidang.

3. Megadakan penggantian antar regu.

4. Memperbaiki penempatan yang tidak memuaskan.

Selain tujuan, mutasi juga memiliki manfaat bagi karyawan. Menurut

Siagian (2011:172) manfaat mutasi adalah :

1. Pengalaman baru.

2. Cakrawala pandangan yang lebih luas.

3. Tidak terjadinya kebosanan atau kejenuhan.

4. Perolehan pengetahuan dan keterampilan baru.

5. Perolehan perspektif baru mengenai kehidupan organisasional.

6. Persiapan untuk menghadapi tugas baru, misalnya karena promosi.

7. Motivasi dan kepuasan kerja yang lebih tinggi berkat tantangan dan situasi

baru yang dihadapi.

Sedangkan menurut Endang (2010:84) manfaat mutasi adalah :

1. Untuk memenuhi kekurangan karyawan di bagian lain, sehingga tidak perlu

(4)

2. Untuk memenuhi keinginan karyawan, disesuaikan dengan minat, keahlian,

dan bidang tugas dan kemampuannya.

3. Untuk mengatasi rasa jenuh dan bosan karyawan terhadap pekerjaan, jabatan,

dan suasana tempat kerja.

4. Untuk memberikan motivasi kepada karyawan dalam mengembangkan

kemampuannya.

Menurut Felix A. Nigro (dalam Moekijat, 2010: 117) menyebut 5 macam

manfaat mutasi, yaitu :

1. Mutasi merupakan alat/cara yang berguna dalam program pelatihan jabatan,

seperti misalnya dalam pengembangan administrator.

2. Mutasi merupakan alat/cara mengembangkan pegawai-pegawai lama untuk

mencapai harapan-harapan puncak. Hal ini mencegah adanya penyewaan

pegawai-pegawai baru dari luar yang mahal untuk memenuhi kebutuhan

tenaga manusia yang mendadak.

3. Untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan perseorangan.

Kadang-kadang baik pemimpin maupun bawahan adalah cakap, tetapi apabila terjadi

pertentangan antara mereka, maka satu-satunya cara penyelesaian adalah

mungkin memindahkan pegawai.

4. Untuk memenuhi kebutuhan pegawai perseorangan. Pemindahan dapat

diminta oleh pegawai untuk memnuhi kebutuhan atau preferensi

perseorangan pada tempat pekerjaan.

(5)

Selain itu tujuan mutasi yang terkandung dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 43 Tahun 1999, tentang Pokok-Pokok Kepegawaian adalah sebagai

berikut :

a.Peningkatan produktivitas kerja.

b.Pendayagunaan pegawai.

c.Pengembangan karier.

d.Penambahan tenaga-tenaga ahli pada unit-unit yang membutuhkan.

e.Pengisian jabatan-jabatan lowongan yang belum terisi.

f. Sebagai hukuman.

2.1.3 Dasar Pelaksanaan Mutasi

Ada tiga dasar/landasan pelaksanaan mutasi karyawan menurut Hasibuan

(2011:103). Dasar/landasan yang dimaksud adalah :

1. Merit system, adalah mutasi karyawan yang didasarkan atas landasan yang

bersifat ilmiah, objektif, dan hasil prestasi kerjanya. Merit system atau carrer

system ini merupakan dasar mutasi yang baik karena:

a. Output dan produktivitas kerja meningkat.

b. Semangat kerja meningkat.

c. Jumlah kesalahan yang diperbuat menurun.

d. Absensi dan disiplin karyawan semakin baik.

e. Jumlah kecelakaan akan menurun.

2. Seniority system, adalah mutasi yang didasarkan atas landasan masa kerja, usia,

dan pengalaman kerja dari karyawan bersangkutan. Sistem mutasi seperti ini

tidak objektif karena kecakapan orang yang dimutasikan berdasarkan senioritas

(6)

3. Spoil system, adalah mutasi yang didasarkan atas landasan kekeluargaan.

Sistem mutasi seperti ini kurang baik karena didasarkan atas pertimbangan

suka atau tidak suka (like or dislike).

2.1.4 Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan Dalam Mutasi

Mutasi yang dilaksanakan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi

oleh karena itu perlu ada evaluasi pada setiap perkerja secara berkesinambungan

secara objektif.

Menurut Sastrohadiwiryo (2002:221), dalam melaksanakan mutasi harus

dipertimbangkan faktor-faktor yang dianggap objektif dan rasional, yaitu :

1. Mutasi disebabkan kebijakan dan peraturan manajer.

2. Mutasi atas dasar prinsip The right man on the right place.

3. Mutasi sebagai dasar untuk meningkatkan modal kerja.

4. Mutasi sebagai media kompetisi yang maksimal.

5. Mutasi sebagai langkah untuk promosi.

6. Mutasi untuk mengurangi labour turn over.

7. Mutasi harus terkoordinasi.

2.1.5 Sebab dan Alasan Mutasi

Menurut Hasibuan (2011:105) ada beberapa sebab dan alasan

dilakukannya mutasi adalah sebagai berikut :

1. Permintaan sendiri

Alasan-alasannya adalah :

a. Kesehatan; misalnya fisik karyawan kurang mendukung untuk

melaksanakan pekerjaan. Misalnya dinas luar, mohon dimutasi menjadi

(7)

b. Keluarga; misalnya untuk merawat orang tua yang sudah lanjut usianya.

c. Kerja sama; misalnya tidak dapat bekerja sama dengan karyawan lainnya

karena terjadi pertengkaran atau perselisihan.

2. Alih Tugas Produktif (ATP)

Alasannya didasarkan pada kecakapan, kemampuan, sikap, dan disiplin

karyawan. Jadi ATP ini biasanya bersifat mutasi vertikal (promosi atau

demosi).

Menurut Paul Pigors dan Charles Mayers (dalam Hasibuan, 2011)

mengemukakan 5 macam transfer, yaitu :

a. Production transfer, mengalihtugaskan karyawan dari satu bagian ke

bagian lain secara horizontal, karena pada bagian lain kekurangan tenaga

kerja padahal produksi akan ditingkatkan.

b. Replacement transfer, mengalihtugaskan karyawan yang sudah lama

dinasnya ke jabatan lain secara horizontal untuk menggantikan karyawan

yang masa dinasnya sedikit atau diberhentikan.

c. Versality transfer, mengalihtugaskan karyawan ke jabatan/pekerjaan

lainnya secara horizontal agar karyawan yang bersangkutan dapat

melakukan pekerjan atau ahli dalam berbagai lapangan pekerjaan.

d. Shift transfer, mengalihtugaskan seorang karyawan yang sifatnya

horizontal dari satu regu ke regu lain sedang pekerjannya tetap sama.

e. Remedial transfer, mengalihtugaskan seorang karyawan ke

jabatan/pekerjaan lain, baik pekerjaannya sama atau tidak atas permintaan

karyawan bersangkutan karena tidak dapat bekerja sama dengan

(8)

3. Pendekatan mutasi dari segi waktu

a. Temporary transfer, mengalihtugaskan karyawan ke jabatan/pekerjaan

lainnya baik horizontal maupun vertikal yang sifatnya sementara.

b. Permanent transfer, mengalihtugaskan karyawan ke jabatan/pekerjaan

baru dalam waktu lama sampai dia dipindahkan/pensiun.

4. Masalah merit rating dan mutasi

Merit rating artinya penilaian prestasi kerja yang telah dilaksanakan

apakah dengan rencana semula. Dalam hal ini penilaian dilakukan apabila

pekerjaan telah selesai dikerjakan atau pekerjaan sedang dikerjakan. Merit

rating terdiri atas initial appraisal (penilaian awal) dan periodical appraisal

(penilaian akhir).

2.1.6 Kendala Pelaksanaan Mutasi

Sastrohadiwiryo (2002:214) mengemukakan ada tiga jenis penolakan

pegawai terhadap mutasi pegawai, yaitu :

1. Faktor Logis atau Rasional

Penolakan ini dilakukan dengan pertimbangan waktu yang diperlukan untuk

menyesuaikan diri, upaya ekstra untuk belajar kembali, kemungkinan

timbulnya situasi yang kurang diinginkan seperti penurunan tingkat

keterampilan karena formasi jabatan tidak memungkinkan, serta kerugian

ekonomi yang ditimbulkan oleh perusahaan.

2. Faktor Psikologis

Penolakan berdasarkan faktor psikologis ini merupakan penolakan yang

dilakukan berdasarkan emosi, sentimen, dan sikap. Seperti kekhawatiran akan

(9)

perubahan, tidak menyukai pimpinan atau agen perubahan yang lain,

rendahnya kepercayaan terhadap pihak lain, kebutuhan akan rasa aman.

3. Faktor Sosiologis (Kepentingan Kelompok)

Penolakan terjadi karena beberapa alasan antara lain konspirasi yang bersifat

politis, bertentangan dengan nilai kelompok, kepentingan pribadi, dan

keinginan mempertahankan hubungan (relationship) yang terjalin sekarang.

2.1.7 Indikator Pengukuran Mutasi Kerja

Beberapa indikator mutasi kerja (Ambarita, 2015), yaitu :

a. Frekwensi Mutasi, yaitu tingkat keseringan pelaksanaan mutasi dalam

organisasi.

b. Alasan mutasi, yaitu faktor-faktor yang menjadi pendukung terlaksananya

mutasi baik itu datangnya dari perusahaan maupun dari pegawai itu sendiri.

c. Ketepatan dalam melaksanakan mutasi yang disesuaikan dengan :

- Kemampuan kerja pegawai.

- Tingkat pendidikan.

- Lamanya masa menjabat.

- Tanggung jawab atau beban kerja.

- Kesenangan atau keinginan pegawai.

- Kebijaksanaan atau peraturan yang berlaku.

(10)

2.2 Promosi Jabatan

2.2.1 Pengertian Promosi Jabatan

Promosi Jabatan mempunyai arti penting bagi para karyawan secara

keseluruhan, dengan adanya pemberian kesempatan promosi jabatan, karyawan

akan termotivasi untuk bekerja sama dan berprestasi maka akhirnya tugas-tugas

yang diberikan oleh perusahaan akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Menurut Hariandja (2002:157), promosi jabatan adalah menaikkan jabatan

seseorang ke jabatan lain yang memiliki tanggung jawab yang lebih besar, gaji

yang lebih besar, dan pada level organisasi yang lebih besar. Menurut Wahyudi

(2002:166), promosi adalah perubahan posisi/jabatan atau pekerjaan dari tingkat

lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi, biasanya akan diikuti dengan

meningkatnya tanggung jawab, hak, serta status sosial seseorang. Sedangkan

menurut Mangkuprawira (2003:168), promosi jabatan adalah proses penugasan

kembali seseorang karyawan ke posisi pekerjaan yang lebih tinggi.

Pengertian promosi lainnya dikemukakan oleh Filippo dan Sikula seperti

yang dikutip oleh Hasibuan (2003:108) yaitu, promosi berarti perpindahan dari

suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan tanggung jawab yang

lebih tinggi. Biasanya perpindahan yang lebih tinggi disertai dengan peningkatan

gaji/upah lainnya, walaupun tidak selalu demikian.

Dari pendapat-pendapat para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa promosi jabatan adalah perpindahan posisi/jabatan atau pekerjaaan kembali

seseorang karyawan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.

Dengan adanya peningkatan jabatan, maka tugas, tanggung jawab, serta

(11)

peningkatan gaji atau dan fasilitas-fasilitas lainnya. Hasil dari promosi yang

dilakukan dapat membentuk perilaku karyawan terhadap pekerjaan yang bisa

meningkatkan semangat kerja karyawan dengan baik.

2.2.2 Tujuan Promosi Jabatan

Memperhatikan pengertian promosi jabatan, dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa tujuan secara umum dilaksanakannya program ini adalah

untuk menciptakan, meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja organisasi.

Tujuan umum tersebut dapat terwujud karena secara khusus pelaksanaan promosi

jabatan akan mampu menghasilkan beberapa tujuan khusus yang merupakan

sasaran.

Tujuan promosi jabatan menurut Hasibuan (2003:113) antara lain :

1. Untuk memberikan pengakuan, jabatan, dan imbalan jasa yang semakin besar

kepada karyawan yang berprestasi kerja tinggi.

2. Dapat menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi, status sosial yang

semakin tinggi, dan penghasilan yang semakin besar.

3. Untuk merangsang agar karyawan lebih bergairah bekerja, berdisiplin tinggi

dan memperbesar produktivitas kerjanya.

4. Untuk menjamin stabilitas kepegawaian dengan direlisasikannya promosi

kepada karyawan dengan dasar dan waktu yang tepat serta penilaian yang

jujur.

5. Kesempatan promosi dapat menimbulkan keuntungan berantai (multiplier

(12)

6. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan

kreativitas dan inovasinya yang lebih baik demi keuntungan optimal

perusahaan.

7. Untuk menambah atau memperluas pengetahuan serta pengalaman kerja para

karyawan dan ini merupakan daya dorong bagi karyawan lainnya.

8. Untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabatnya berhenti. Agar jabatan

itu tidak lowong maka di promosikan karyawan lainnya.

9. Karyawan yang dipromosikan kepada jabatan yang tepat. Semangat,

kesenangan dan ketenangannya dalam bekerja semakin meningkat dengan

begitu produktivitas kerjanya meningkat.

10. Untuk mempermudah penarikan pelamar sebab dengan adanya kesempatan

promosi merupakan daya pendorong serta perangsang bagi pelamar-pelamar

untuk memasukkan lamarannya.

11. Promosi akan memperbaiki status karyawan dari karyawan sementara

menjadi karyawan tetap setelah lulus dalam masa percobaan.

2.2.3 Dasar-dasar Pertimbangan Promosi Jabatan

Pada umumnya setiap organisasi memiliki dasar pertimbangan atau

landasan yang berbeda dalam menentukan tenaga kerja yang akan dipromosikan.

Perbedaan tersebut terjadi karena masing-masing organisasi tentunya memiliki

pertimbangan yang berbeda berdasarkan kebutuhannya. Sebelum membuat

keputusan dalam promosi jabatan perlu memperhatikan beberapa hal yang

menjadi dasar pertimbangan pelaksanaan promosi jabatan, karena hal ini akan

mencerminkan ketelitian dan keobyektifan dalam meneliti karyawan yang berhak

(13)

Namun demikian secara mendasar berbagai landasan pertimbangan promosi

jabatan yang dilakukan dapat digolongkan ke dalam beberapa landasan dasar.

Dasar-dasar pertimbangan promosi jabatan menurut Wahyudi (2002:170) antara

lain :

1. Sistem Merit (Prestasi)

Dalam sistem merit, yang dijadikan landasan oleh organisasi untuk

melakukan promosi jabatan adalah prestasi dari tenaga kerja yang

bersangkutan. Dengan dasar pertimbangan ini, maka hanya tenaga kerja yang

berprestasi yang dapat terus mengembangkan karirnya, sementara yang

berprestasi di bawah standar akan tersisihkan. Bentuk promosi jabatan yang

dapat dilakukan dengan menggunakan prestasi kerja dari pegawai sebagai

landasan pertimbangan tidak terbatas pada program promosi jabatan, tetapi

dasar prestasi juga dapat dan bahkan tetap untuk melaksanakan program

promosi jabatan lain. Dengan dasar prestasi kerja berarti program promosi

jabatan dilaksanakan dalam rangka melakukan penyesuaian antara

kemampuan seseorang dengan standar kemampuan dari suatu jabatan

tertentu. Karena sistem merit hanya berdasarkan pada prestasi kerja seseorang

dan mengabaikan faktor-faktor lain seperti senioritas, kekeluargaan dan

lain-lain, maka hasilnya akan objektif.

2. Sistem Senioritas

Landasan promosi jabatan yang dipergunakan dalam sistem ini adalah

senioritas seorang pegawai. Senioritas diartikan sebagai lamanya masa kerja

seseorang yang diakui organisasi, baik pada jabatan yang bersangkutan

(14)

pula pengertian usia serta pengalaman kerja seseorang. Sistem senioritas pada

dasarnya merupakan salah satu bentuk penghargaan organisasi kepada tenaga

kerja atas kesetiaan dan dedikasi kepada organisasi. Karena itu sistem ini

akan mendorong tenaga kerja untuk bersikap lebih loyal dan setia kepada

organisasinya.

3. Sistem Nepotisme (Spoil)

Dibandingkan dengan sistem-sistem sebelumnya, maka sistem ini merupakan

sistem promosi jabatan yang paling bersifat subyektif. Dasar pertimbangan

yang dipergunakan dalam sistem ini adalah hubungan keluarga, kenalan,

koneksi. Sistem nepotisme biasanya dapat dijumpai dalam

perusahaan-perusahaan milik keluarga. Tidaklah aneh apabila semua jabatan kunci dalam

perusahaan keluarga tersebut dipegang oleh mereka yang masih mempunyai

hubungan keluarga.

2.2.4 Syarat-Syarat Promosi Jabatan

Untuk melaksanakan promosi jabatan harus ditetapkan terlebih dahulu

syarat-syarat promosi, tentu saja syarat-syarat itu tidak sama untuk semua jabatan

yang dibutuhkan karena kemampuannya yang dibutuhkan untuk menduduki

jabatan tertentu tidak selalu sama, misalnya untuk kepala bagian umum berbeda

dengan kepala biro kepegawaian.

Kedudukan seorang karyawan pada umumnya ditentukan dalam surat

keputusan pimpinan organisasi atau perusahaan tentang pengangkatan baik yang

menyangkut tingkat jabatan atau kedudukan maupun tingkat sistem upah yang

berlaku, sedangkan hak dan kewajiban merupakan hal yang timbul karena jabatan

(15)

Dibawah ini adalah kewajiban pegawai yang pada umumnya dilaksanakan

pada organisasi atau perusahaan menurut Hasibuan (2003:111) :

1. Kejujuran

Karyawan harus jujur terutama pada dirinya sendiri, bawahannya,

perjanjian-perjanjian dalam menjalankan mengelola jabatan tersebut, harus sesuai kata

dengan perbuatannya, dan tidak menyelewengkan jabatannya untuk

kepentingan pibadi.

2. Disiplin

Karyawan harus disiplin pada dirinya, tugas-tugasnya, serta mentaati

peraturan-peraturan yang berlaku baik tertulis maupun kebiasaan. Disiplin

karyawan sangat penting karena hanya dengan kedisiplinan memungkinkan

perusahaan dapat mncapai hasil yang optimal.

3. Prestasi Kerja

Karyawan mampu mencapai hasil kerja yang dapat dipertanggungjawabkan

baik kualitas maupun kuantitas, dan bekerja secara efektif dan efisien.

4. Kerjasama

Karyawan dapat bekerjasama secara harmonis dengan sesama karyawan baik

horizontal maupun vertikal dalam mencapai sasaran perusahaan. Dengan

demikian akan tercipta suasana hubungan kerja yang baik diantara semua

karyawan.

5. Kecakapan

Karyawan cakap, kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan tugas-tugas pada

(16)

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, tanpa mendapat bimbingan yang

terus menerus dari atasannya.

6. Loyalitas

Karyawan loyal dalam membela perusahaan dari tindakan yang merugikan

perusahaannya. Ini menunjukkan bahwa dia ikut berpartisipasi aktif terhadap

perusahaannya.

7. Kepemimpinan

Harus mampu membina dan memotivasi bawahannya untuk bekerjasama dan

bekerja secara efektif dalam mencapai sasaran perusahaan. Harus mampu

menjadi panutan dan memperoleh personality authority yang tinggi dari para

bawahannya.

8. Komunikatif

Karyawan itu dapat berkomunikasi secara efektif dan mampu menerima atau

mempersepsi informasi dari atasan maupun dari bawahannya dengan baik,

sehingga tidak terjadi miskomunikasi.

9. Pendidikan

Karyawan telah memiliki ijazah dari pendidikan formal sesuai dengan

spesifikasi jabatan.

Kewajiban-kewajiban diatas merupakan bahan pertimbangan utama bagi

seorang karyawan. Bila karyawan tersebut melaksanakannya dengan baik maka

karyawan tersebut akan mendapatkan penghargaan dari pimpinannya yang antara

(17)

Syarat-syarat promosi untuk setiap jabatan tidak sama antara jabatan satu

dengan jabatan yang lainnya tergantung dari tingkat kebutuhan perusahaan dan

tingkat kemampuan dari karyawan itu sendiri.

2.2.5 Jenis- Jenis Promosi Jabatan

Setelah kita ketahui bahwa pada dasarnya promosi adalah perubahan dari

tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi yang diikuti dengan

peningkatan tugas, wewenang, dan tanggung jawab. Tetapi ada beberapa ahli

membagi promosi kedalam beberapa jenis, diantaranya adalah Hasibuan

(2003:115) yang membagi promosi ke dalam jenis-jenis promosi jabatan sebagai

berikut :

1. Promosi Sementara (Temporary Promotion)

Suatu bentuk promosi yang dilaksanakan untuk jangka waktu sementara,

promosi ini biasanya digunakan apabila harus mengisi suatu jabatan kosong

untuk sementara waktu karena pejabat yang bersangkutan sedang sakit, cuti,

atau mengikuti pendidikan. Untuk mengisi kekosongan tersebut maka salah

seorang pegawai diangkat untuk sementara yang melaksanakan tugas-tugas

jabatan yang bersangkutan.

2. Promosi Tetap (Permanent Promotion)

Seorang karyawan dipromosikan dari suatu jabatan ke jabatan yang lebih

tinggi karena karyawan tersebut telah memenuhi syarat untuk dipromosikan.

(18)

3. Promosi Kecil (Small Scale Promotion)

Menaikkan jabatan seorang karyawan dari jabatan yang tidak sulit

dipindahkan ke jabatan yang sulit yang meminta keterampilan tertentu, tetapi

tidak disertai dengan peningkatan wewenang, tanggung jawab, dan gaji.

4. Promosi Kering (Dry Promotion)

Seorang karyawan dinaikkan jabatannya ke jabatan yang lebih tinggi disertai

dengan peningkatan pangkat, wewenang dan tanggung jawab tetapi tidak

disertai dengan kenaikan gaji atau upah.

Organisasi pada umumnya menggunakan dua kriteria utama dalam

mempertimbangkan seseorang untuk dipromosikan yaitu prestasi kerja dan

senioritas. Promosi yang didasarkan pada prestasi kerja menggunakan hasil

penilaian atas hasil karyawan yang sangat baik dalam promosi atau jabatan

sekarang. Dengan demikian promosi tersebut dapat dipandang sebagai

penghargaan organisasi atas prestasi kerja anggotanya itu.

2.2.6 Indikator Promosi Jabatan

Ada beberapa indikator promosi jabatan menurut Nitisemito (2002:199)

yaitu :

1. Pengalaman kerja

Setiap karyawan yang telah mencapai masa kerja tertentu semestinya

mendapatkan promosi jabatan.

2. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan menjadi hal penting dalam pemberian promosi karena

semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi jabatan yang dapat

(19)

3. Prestasi kerja

Karyawan yang diberikan promosi jabatan tentulah karyawan yang berprestasi

tinggi.

4. Peningkatan karir

Seorang karyawan yang dipromosikan akan dapat meningkatkan karir

karyawan tersebut.

5. Keadilan

Pemberian promosi harus berdasarkan asas keadilan agar pelaksanaan promosi

tidak menimbulkan konflik dalam organisasi.

2.3 Prestasi Kerja

2.3.1 Pengertian Prestasi Kerja

Menurut Mangkunegara (2006:67), prestasi kerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Hasibuan (2008:94), menyatakan bahwa prestasi kerja adalah

suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan

kesungguhan serta waktu. Sedangkan menurut Hariandja (2002:105) menyatakan

bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai/perilaku

nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Proses

penilaian prestasi kerja menurut Hariandja (2002;198), meliputi menentukan

tujuan-tujuan dari setiap pekerjaan, penentuan standar atau dimensi-dimensi kerja

(20)

Dari pengertian beberapa definisi diatas tentang prestasi kerja dapat

disimpulkan bahwa prestasi kerja adalah hasil dari pekerjaan yang dicapai dari

seseorang dalam melaksanakan tugasnya dengan kemampuan, pengalaman, dan

motivasi untuk mencapai tujuan.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja

Menurut Handoko (2003 :110), program-program pelatihan dijalankan

untuk meningkatkan prestasi kerja, mengurangi absensi, dan perputaran, serta

memperbaiki kepuasan kerja agar karyawan mendapatkan posisi jabatan yang

diinginkan. Handoko (2003:115) juga mengatakan bahwa para karyawan baru

yang telah menjalani orientasi secara komprehensif, sebagian besar belum mampu

melaksanakan pekerjaan dengan memuaskan sesuai yang diharapkan. Sehingga

perusahaan harus membuat pelatihan dan pengembangan sesuai dengan bidang

dan tugasnya masing-masing. Hal tersebut tidak hanya berlaku bagi karyawan

baru, tetapi karyawan lama yang telah berpengalaman juga memerlukan pelatihan

untuk mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang buruk serta untuk mempelajari

keterampilan-keterampilan baru untuk meningkatkan prestasi kerja serta untuk

mendapatkan promosi.

Hasibuan (2003:107) mengemukakan bahwa jika ada kesempatan bagi

karyawan dipromosikan berdasarkan azas keadilan dan objektivitas, karyawan

akan terdorong bekerja lebih giat, bersemangat, berdisiplin, dan berprestasi kerja

sehingga sasaran perusahaan secara optimal dapat tercapai.

Pentingnya penerapan mutasi dalam perusahaan dapat membantu

karyawan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya serta untuk

(21)

mutasi jabatan akan membuka kesempatan terjadinya persaingan dalam

meningkatkan prestasi kerja. Setiap anggota organisasi mempunyai kesempatan

yang sama untuk meraih posisi/ jabatan/ pekerjaan yang lebih tinggi. Namun perlu

diperhatikan bahwa persaingan untuk meningkatkan prestasi kerja akan timbul

apabila ada jaminan bahwa mutasi benar-benar dilakukan secara objektif.

2.3.3 Tujuan Prestasi Kerja

Dalam setiap perusahaan pasti adanya tujuan untuk meningkatkan prestasi

kerja karyawan yang mana nantinya akan tercapai tujuan perusahaan dengan baik.

Adapun tujuan dari prestasi kerja menurut Rivai (2004:312) adalah

sebagai berikut :

1. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,

demosi, mutasi, pemberhentian dan penetapan besarnya balas jasa.

2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bias sukses

dalam pekerjaannya.

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam

perusahaan.

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan keefektivan jadwal

kerja dan kondisi kerja.

5. Untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan.

6. Sebagai alat untuk memperbaiki dan mengembangkan kecakapan

karyawan.

Prestasi kerja karyawan digunakan untuk mengidentifikasikan mereka

yang akan dipromosikan, bagi para karyawan dengan adanya penilaian prestasi

(22)

Karyawan itu sendiri merasa bahwa dengan cara ini hasil kerja mereka dinilai

oleh perusahaan dengan sewajarnya dan sekaligus kelemahan-kelemahan yang

ada pada individu karyawan dapat diketahui.

2.3.4 Elemen-Elemen Penilaian Prestasi Kerja

Penilaian prestasi kerja harus memiliki indikator tertentu mengenai sifat

dan karakteristik kerja karyawan yang dapat diukur (measureable). Menurut

Mathis dan Jackson (2006:378) terdapat beberapa indikator dalam mengukur

prestasi kerja karyawan yaitu :

1. Kualitas kerja karyawan.

Meliputi segi ketelitian dan kerapihan kerja, kecepatan penyelesaian pekerjaan,

ketepatan waktu dan kecakapan.

2. Kuantitas kerja karyawan.

Merupakan kemampuan secara kuantitaif dalam mencapai target atau basil kerja

atas tugas-tugas, seperti kemampuan menyusun rencana, kemampuan

melaksanakan perintah/instruksi.

3. Kehadiran Karyawan.

Adalah aktifitas para karyawan di dalam kegiatan rutin kantor maupun

acara-acara lain yang ada kaitannya dengan kedinasan.

4. Kerjasama Karyawan

Yaitu kemampuan karyawan dalam melakukan kerjasama dengan setiap orang

(23)

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menurut M. Iqbal Hasan (2002:21) merupakan

bagian dari penelitian yang menggambarkan alur piker peneliti, dalam

memberikan penjelasan kepada orang lain, mengapa dia mempunyai anggapan

seperti yang diutarakan dalam hipotesis. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat

digambarkan kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Penulis, 2016

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan merupakan salah satu

faktor pendukung yang dapat membantu penyelesaian penelitian ini, terkhusunya

dengan penelitian terdahulu yang mempunyai tema dan pembahasan variabel yang

sama. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Agnetha Judas, 2013 (Universitas Sam Ratulangi Manado)

Penelitian ini berjudul Mutasi Dan Promosi Jabatan Pengaruhnya

Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Kanwil Ditjen Kekayaan Negara

Suluttenggo Dan Maluku Utara Di Manado. Hasil penelitian menunjukkan Mutasi

(X1)

Promosi Jabatan (X2)

(24)

bahwa mutasi dan promosi jabatan berpengaruh secara simultan terhadap

prestasi kerja pegawai.Mutasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap

prestasi kerja pegawai. Promosi jabatan berpengaruh terhadap prestasi

kerja pegawai. Hubungan antara mutasi dan promosi jabatan terhadap

prestasi kerja pegawai kuat. Mutasi dan promosi merupakan salah satu

kegiatan penting bagi pengembangan pegawai, dan untuk memberi

motivasi kepada para pegawai agar lebih meningkatkan prestasi kerja

pegawai.

2. Nurdin, 2014 (UNSYIAH)

Penelitian ini berjudul Pengaruh Penempatan, Mutasi Dan Promosi

Terhadap Prestasi Kerja Serta Dampaknya Pada Kinerja Pegawai

Sekretariat Daerah Aceh. Temuan pada penelitian ini, baik uji hipotesis F

maupun t, semuanya memiliki pengaruh atau hubungan, karena F hitung

dan t hitung lebih bear dari F tabel dan t tabel pada tingkat signifikansi

0,000. Peningkatan kinerja pegawai akan sangat baik bila dilakukan

dengan meningkatkan prestasi kerja. Hal ini dapat dilihat dari koefisien

pengaruh yang langsung mempengaruhi variabel kinerja pegawai, yang

tertinggi adalah variabel Mutasi yaitu 17,7%. Terkait dengan variabel

eksogen, dari 3 variabel yang ada, pengaruh terbesar diberikan oleh Mutasi

dengan koefisien sebesar 17,7%. Sedangkan pengaruh dari variabel

eksogen ke mediating, koefisien terbesar diberikan oleh variabel

(25)

3. Afyalda, 2011 (Universitas Sumatera Utara)

Penelitian ini berjudul Pengaruh Prestasi Kerja terhadap Promosi Jabatan

pada Karyawan Kantor Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Medan. Hasil penelitian yang diperoleh terdapat pengaruh antara variabel

Prestasi Kerja terhadap Promosi Jabatan sebesar 54.2 % dengan R Square

sebesar 30.2 % dan sisanya 60.8 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kesimpulan yang diambil, yaitu

prestasi kerja berpengaruh terhadap promosi jabatan pada karyawan

Kantor Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dengan

taraf signifikan α = 5%.

4. Happy, 2015 (Universitas Nusantara PGRI Kediri)

Penelitian ini berjudul Pengaruh Promosi Jabatan, Komitmen, Dan Gaji

Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Bidang Pendataan Di Dinas Pendapatan

Kabupaten Tulungagung. Diketahui hasil uji F sebesar 55,711 atau nilai

signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Yang bererarti ”Ada pengaruh signifikan

antara promosi jabatan, komitmen, dan gaji terhadap prestasi kerja

pegawai Dinas Pendapatan kabupaten Tulungagung pada Bidang

Pendataan”. Uji t Variabel promosi jabatan nilai t hitung sebesar 6,938

dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Uji t Variabel komitmen nilai t

hitung sebesar 4,938 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Uji t Variabel

(26)

5. Indra, 2014 (Universitas Negeri Gorontalo)

Penelitian ini berjudul Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Karyawan

Terhadap Promosi Jabatan Pada PT. Wahana Ottomitra Multiartha Tbk.

(WOM Finance) Cabang Gorontalo. Hasil penelitian dan analisis data,

persamaan regresi dihasilkan yakni ? = 3,955 + 0,941 X, dengan nilai

determinasi R2 = 94,3 % yang menunjukan presentase pengaruh yang

diberikan variabel X terhadap variabel Y, sedangkan sisa presentasi

sebesar 5,7 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian

ini. Dengan demikian Penilaian Prestasi Kerja di PT. WOM Finance

Cabang Gorontalo memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Promosi

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dewi Ratna Sari: Peranan Promosi Jabatan dalam Memotivasi Kerja Karyawan pada PT.. Indosat Divisi Regional

Ike Andhina Lubis: Peranan Promosi dan Mutasi Jabatan dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan Pada PT... UNIVERSITAS SUMATERA Dl'ARA

Penelitian ini membahas Analisis Pengaruh Prestasi Kerja Karyawan Terhadap Promosi Jabatan.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh prestasi kerja

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Promosi dan mutasi jabatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada

Pengaruh Pelatihan,Promosi jabatan dan Mutasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada Direktorat personalia dan umum PT.Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan.. Hutagalung,

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa 9 orang menyatakan sangat. setuju, 30 orang setuju, 5 orang ragu-ragu, 1 orang tidak setuju dan tidak

Dari latar belakang pemikiran diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang pengaruh penilaian prestasi kerja dalam kaitannya dengan promosi jabatan

penilaian atas hasil karya yang sangat baik dalam promosi atau