• Tidak ada hasil yang ditemukan

REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF P (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF P (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Oleh : Hj. Rusdiana Hamid*

Abstrak

Reward dan punishment adalah penghargaan dan hukuman yang merupakan reaksi pendidikan atas perbuatan yang telah dilakukan oleh anak didik, penghargaan untuk perbuatan yang baik dan hukuman untuk perbuatan yang salah yang telah dilakukan anak didik. Keduanya merupakan alat pendidikan dan keduanya timbul sebagai usaha untuk memperbaiki kelakuan dan budi pekerti anak didik. Penghargaan diberikan sebagai unggapan rasa senang dan bangga atas perbuatan baik dan prestasi anak, tetapi jangan sampai menebalkan sifat materialisnya. Sedang Hukuman dalam pendidikan diberikan bertujuan untuk menuntun dan memperbaiki, bukan untuk menghardik atau balas dendam, bahkan jiwa santun sangat diperlukan dalam siasat pendidikan.

Kata kunci : Reward, punishment dan Pendidikan Islam

A. Pendahuluan

Allah SWT. menginstruksikan, bagi masing-masing manusia mempunyai tujuan, ke sanalah Ia mengarahkannya, maka berlombalah kamu mengejar kebaikan. Dimanapun kamu berada, Allah akan menghimpun kamu karena Allah berkuasa atas segalanya (QS.al-Baqarah :148) dan untuk kamu masing-masing Kami tentukan suatu Undang-Undang dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki niscaya Ia menjadikan kamu suatu umat, tetapi Ia hendak menguji kamu atas pemberian-Nya. Maka berlombalah kamu dalam kebaikan (QS Al-Maidah :48). Manifestasi Ilahi ini mengisyaratkan adanya kompetensi yang harus dijalankan manusia menuju kebaikan pribadi dan sosial. Hidup kompetitif adalah sesuatu yang niscaya dalam pluralitas manusia yang menaik dan sengaja dinaikkan. Hidup kompetitif ini akan senantiasa ditemui oleh manusia dalam keadaan bagaimanapun, pada saat kapanpun, dan ditempat mana pun. Tentu kompetisi itu harus mengacu kepada undang-undang (syir’ah) dan metode/jalan (minhaj) konsensus bersama dalam kebaikan.

(2)

Hidup kompetitif menuju kebaikan pribadi dan sosial yang sesuai dengan undang-undang memerlukan suatu metode atau jalan salah satunya adalah dengan berlaku disiplin, disiplin dalam hidup dan kehidupan.

Pengertian disiplin (discipline) dalam Dictionary of Education, adalah

1)the process or result of derecting or subordinating immediate wishes, impulses, desires, or interest for the sake of an ideal or for the purpose of gaining more effective, dependable action; 2)persistent, active, and self, directed pursuit of some considered course of action in the face of distraction, confusion and difficulty; 3)direct authoritative control of pupil behaviour through punishments and/or rewards; 4) negatively, any restraints of inpulses, frequently through distatepul or painpul means; 5) a branch of knowledge; 6) a course of training designed to develop a mental or physical ability or an attitude 1

Menurut Hurlock, konsep umum dari disiplin adalah sama dengan hukuman (punishment). Disiplin hanya digunakan apabila anak melanggar peraturan dan tata tertib yang ditetapkan oleh orang tua, guru atau orang dewasa sehubungan dengan tuntutan masyarakat dimana anak tersebut hidup.

Menurut pengertian di atas, secara garis besar disiplin adalah proses atau hasil dari mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan tuntutan, keinginan atau minat yang ideal atau untuk mencapai tujuan yang lebih efektif, atau pengawasan otoriter langsung terhadap tingkah laku anak dengan menggunakan hukuman dan ganjaran.

2

Dengan demikian disiplin terkait dengan peraturan dan hukuman akibat melanggar peraturan tersebut. Tujuan disiplin sendiri adalah untuk membentuk tingkah laku sehingga perilaku tersebut sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh budaya dimana individu itu berada.3

Dalam mendisiplinkan anak, peraturan merupakan salah satu dari hal yang diperlukan, menurut Clemes dan Bean, peraturan adalah: a) pernyataan yang dimengerti anak tentang apa yang diharapkan dari dirinya; b) keterangan Disini terkandung pengertian bahwa disiplin merupakan cara untuk mengajari anak bertingkah laku menuju kehidupan yang lebih baik, kebaikan pribadi dan sosial.

1

Carter V. Good, Dictionary of Education (New York; McGrow Hill, Inc.,1973), h. 185-185

2

Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (New York; McGraw-Hill, Inc.,1978) p. 393

3

(3)

yang memungkinkan anak untuk menentukan bagaimana dan bilamana sesuatu harus dikerjakan; c) definisi yang memberi anak kesempatan untuk membedakan mana yang benar dan yang salah, yang tepat , yang patut dan yang tidak patut ; d) komunikasi yang memungkinkan anak untuk mengetahui apa yang diharapkan dari dirinya, apa saja nilai-nilai orang tua, dan apa saja yang telah didefinisikan orang tua sebagai perilaku yang baik. Sebaliknya, peraturan memungkinkan orang tua mengetahui bilamana anak itu melanggarnya atau kalau perlu memeriksa apakah tugas telah dilakukan; e) metode mengorganisasikan kehidupan keluarga dalam sebuah rumah tangga. Peraturan memungkinkan mereka mengetahui tanggung jawabnya sendiri dan tanggung jawab orang lain serta menetapkan definisi tentang pengaturan waktu dan peranan; dan f) sebuah sarana untuk mengurangi ketegangan dengan mendifinisikan hal-hal secara jelas dan memungkinkan semua pihak untuk mengetahui sebelumnya peristiwa yang mungkin terjadi dan kapan terjadinya. Selanjutnya, peraturan memungkinkan orang tua mengajar anak mereka tentang kedisiplinan, tanggung jawab, nilai, sikap dan segala sesuatu yang harus dipelajari anak di rumah sebelum mereka belajar dari luar.4

Penanaman disiplin akan peraturan ini tentunya ada pengawasan, ada reward dan ada funishment.Pemberian pahala (reward) bagi manusia unggul dalam konteks pendidikan kiranya memperoleh pembenaran teologis (theologis justivication). Agama Islam sendiri mengandung konsep pahala dan dosa untuk mengukur kualitas hidup manusia beriman. Adalah konsep reward dan punishment merupakan pengukuran pendidikan bagi kualitas fungsional edukatif siswa yang berprestasi dan bermasalah. Hadiah, penghargaan, dan cenderamata adalah urgen diberikan kepada mereka yang berprestasi. Sebaliknya, hukuman sebagai vaksinasi dini dalam konteks pendidikanpun layak diberikan kepada mereka yang bermasalah.

5

Reward dalam kamus Bahasa Indonesiadiartikan dengan ganjaran dan hadiah, upah dan pahala, membalas dan memberi penghargaan. Reward dalam pendidikan adalah memberi penghargaan,memberi hadiah pada anak untuk angka-angkanya atau prestasinya.. Reward adalah alat pendidikan refresif yang bersifat menyenangkan dan membangkitkan atau mendorong anak untuk berbuat sesuatu yang lebih baik terutama anak yang malas. Reward diberikan kepada B. Pengertian Reward dan Punishment

4

Haris Clemes dan Reynoll Bean, Cara Mendisiplinkan Anak Tanpa Merasa Bersalah, (Jakarta;Binarupa Aksara, 1995), h. 48-49

5

(4)

anak yang mempunyai prestasi-prestasi dalam pendidikan, memiliki kerajinan dan tingkah laku yang baik sehingga dapat dijadikan contoh teladan bagi kawan-kawannya.6

Reward harus diberikan pada saat yang tepat, yaitu segera sesudah anak didik berhasil (jangan ditunda), jangan diberikan janji, karena akan dijadikan sebagai tujuan kegiatan.

Dalam memberikan reward, seorang pendidik harus menyesuaikan dengan perbuatan-perbuatan atau pekerjaan anak didik dan jangan sampai menebalkan sifat materialis pada anak didik, kemudian pendidik juga harus menghilangkan anggapan anak didik terhadap upah atau balas jasa atas perbuatan yang dilakukan. Menurut Wens Tanlain, reward adalah tindakan pendidik yang berfungsi memperkuat penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang telah dicapai oleh anak didik. Tindakan ini merupakan pengakuan setuju terhadap yang telah dilakukan dan dicapai oleh anak didik.

7

Suwarno dalam bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan mengemukakan, punishment atau hukuman adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak yang menjadi asuhan kita dengan maksud supaya penderitaan itu betul-betul dirasakannya, untuk menuju ke arah perbaikan.

Reward diberikan pada anak dengan maksud sebagai penghargaan dan rasa bangga atas pekerjaan dan prestasi anak, sekaligus dengan niat agar anak melakukannya terus menerus, meningkatkan semangat dan motivasi serta minatnya dalam bekerja dan belajar.

Sedangkan punishment dalam bahasa keseharian adalah pemberian sanksi atau hukuman. Dalam pengertian terminologi punishment adalah suatu perbuatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja yang menyebabkan penderitaan terhadap seseorang yang menerima hukuman, sebagai akibat dari kesalahan yang dibuatnya. Hubungannya dengan pendidikan,sebenarnya punishment juga termasuk dalam alat pendidikan represif yang disebut juga alat pendidikan kuratif atau koreksi.

8

Punisment ialah tindakan terakhir terhadap pelanggaran-pelanggaran yang sudah berkali-kali dilakukannya. Setelah diberitahukan, ditegaskan dan diperingatkan.9

6

HM.Hofi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1993, h.69

7

Wens Tanlain dkk, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, PT.Gramedia, Jakarta, 1989, h.55

8

Suwarno, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Baru, Surabaya, 1985, h.115

9

(5)

C. Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam

1. Reward, Tujuan dan Bentuknya

Seorang guru yang bijaksana harus memulai pendidikan dengan memberi hadiah dan segala macam jenisnya sebelum memberi sanksi. Reward itu tidak harus berupa materi, apresiasi yang baik juga merupakan hadiah. Reward diberikan dengan syarat : a) hanya diberikan pada anak yang telah mendapatkan prestasi yang baik, b) jangan menjanjikan ganjaran/hadiah lebih dulu sebelum anak berprestasi. c) diberikan dengan hati-hati jangan sampai anak menganggapnya sebagai upah, d) jangan sampai menimbulkan kecemburuan bagi anak yang lain, namun sebaiknya harus menimbulkan semangat dan motivasi bagi anak didik yang lain.

Secara kongkret ganjaran atau reward dalam pendidikan tidak hanya berupa materi, apresiasi yang baik juga merupakan reward yang bernilai tinggi. Reward hendaknya diberikan dengan tujuan :

a. Membangkitkan dan merangsang belajar anak, lebih-lebih bagi anak yang malas dan lemah.

b. Mendorong anak agar selalu melakukan perbuatan yang lebih baik lagi. c. Menambah kegiatannya atau kegairahannya dalam belajar.

Menurut Muhammad Jameel Zeeno reward bisa berupa :

a. Pujian yang Mendidik

Seorang guru atau pendidik yang baik hendaknya memberi pujian kepada siswa ketika ia melihat tanda-tanda yang baik dan terpuji pada diri dan perilaku siswanya. Hal yang sama juga dilakukan pada saat pendidik melihat kesungguhan siswanya. Saat ada siswa yang memberikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan si guru, ia harus mengatakan, “jawaban yang kamu berikan baik sekali, semoga Allah memberkatimu”, kalimat-kalimat lembut seperti ini selalu memberi motivasi bagi siswa dan memperkuat semangat maknawi dalam jiwanya. Kalimat itu juga akan meninggalkan pengaruh yang baik sekali dalam jiwanya, yang dapat menyebabkan ia menyukai guru dan sekolahnya. Otaknyapun menjadi mudah menerima pelajaran.

(6)

b. Memberi Hadiah

Seperti kita ketahui dan maklumi bersama, karakter anak pasti lebih menyukai mendapat hadiah yang sifatnya berwujud materi. Ia pun pasti akan berusaha keras untuk mendapatkannya. Oleh karena itu, seorang hendaknya merespons apa yang disukai oleh seorang anak. Ia harus bisa menberikan hadiah-hadiah tersebut pada kesempatan yang tepat. Seorang siswa yang rajin, berakhlak baik, dan yang dapat menjalankan kewajibannya pada Tuhannya, seperti shalat dan amal-amal baik, ia layak memperoleh hadiah dari gurunya. Kala itulah, anak itu akan menemukan jiwanya senang sekali menerima itu di hadapan teman-temannya. Untuk diketahui, pada usia pelajar, jiwa seorang anak telah dipenuhi instink suka memiliki.

c. Mendo’akan

Seorang guru hendaknya memberi motivasi dengan mendo’akan siswanya yang rajin dan sopan. Guru bisa saja mendoakannya dengan mengatakan,” Semoga Allah selalu memberimu taufik dan hidayah,”Saya berharap masa depanmu cemerlang.” Sebaliknya, untuk siswa yang kurang rajin atau tidak melakukan hal yang baik, maka si guru mendoakannya dengan mengatakan,”Semoga Allah memberi petunjuk dan memperbaikimu”.

d. Papan Prestasi

Papan prestasi yang ditempatkan di lokasi strategis pada lingkungan sekolah merupakan salah satu hal yang bermanfaat. Pada papan itu, dicatat nama-nama siswa yang berprestasi baik dari prilaku, kerajinan, kebersihan, maupun dalam pelajarannya. Pengumuman ini memberi motivasi pada siswa yang lain untuk meneladani teman-temannya itu, agar para siswa yang lain juga berkeinginan namanya bisa tercatat dalam papan itu.

e. Menepuk Pundak

(7)

f. Menjadikan Acuan pada Siswa yang Berprestasi dalam Memberikan Semangat Siswa yang Lain

Seorang guru sepantasnya bila menjadikan acuan pada siswa yang berprestasi dalam memberikan semangat siswa yang lain. Ini merupakan penghargaan yang besar dan patut dilakukan dalam rangka memberikan semangat bagi siswa-siswa yang lain.

g. Berpesan pada yang Lain

Penghargaan model ini bisa dilakukan dengan cara seorang guru memberikan pesan kepada siswa-siswanya dan guru-guru yang lain mengenai seorang siswa yang berprestasi baik. Ini akan menjadikan motivasi bagi siswa tersebut. Teman-temannyapun akan meneladani yang bersangkutan dalam kesungguhan dan akhlaknya.

h. Berpesan pada Keluarga Siswa yang Bersangkutan

Seorang guru dapat saja menulis surat dan mengirimkannya lewat siswa yang bersangkutan. Di dalam surat tersebut, si guru menyebutkan prestasi-prestasi siswa dan memberi pujian padanya. Hal ini juga bermanfaat dalam memberi motivasi kepada keluarga siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan akan mereka melalui cara yang paling baik. Inipun bermanfaat bagi siswa itu sendiri demi kemajuan serta kepribadiannya yang baik.

Sesederhana apapun sebenarnya reward sangat berarti bagi siswa untuk meningkatkan motivasi dan semangat belajar dan prestasinya. Sebenarnya reward bisa hanya dalam bentuk anggukan kepala, senyuman manis dan acungan jempul. Akan tetapi yang penting sekali adalah reward diberikan dengan syarat : a) hanya diberikan pada anak yang telah mendapatkan prestasi yang baik, b) jangan menjanjikan ganjaran/hadiah lebih dulu sebelum anak berprestasi. c) diberikan dengan hati-hati jangan sampai anak menganggapnya sebagai upah, d) jangan sampai menimbulkan kecemburuan bagi anak yang lain, namun sebaiknya harus menimbulkan semangat dan motivasi bagi anak didik yang lain.

2. Punishment yang Dilarang dan yang Mendidik

(8)

memberi motivasi kepada siswa untuk belajar. Sebaliknya, pemberian sanksi selalu memberi pengaruh yang buruk bagi jiwa siswa. Hal ini juga dapat membunuh semangat berprestasi dan maju dalam jiwa siswa.

Banyak siswa yang akhirnya meninggalkan bangku sekolah lantaran melihat keras hati dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh sebahagian gurunya. Para siswa telah terbiasa memberi label seorang guru yang keras hati sebagai guru yang sewenang-wenang. Seorang guru yang bijaksana sudah sepatasnya menghindari memberikan banyak sanksi atau hukuman apalagi yang berupa sanksi fisik. Ada beberapa resiko yang mungkin akan didapat oleh seorang guru pada saat ia memberikan sanksi kepada anak didiknya. Antara resiko tersebut adalah sebagai berikut :

- proses belajar mengajar mengalami kendala, tidak hanya bagi siswa yang bersangkutan, tetapi juga menghambat proses belajar bagi siswa yang lain. - Hubungan si guru dan siswa yang mendapat sanksi pastilah akan berdampak

buruk pada semua

- pemahaman pelajaran tidak bisa diterima sepenuhnya oleh siswa yang mendapat sanksi

- pemikiran guru tidak berkembang lagi pada saat melaksanakan sanksi itu - hal ini juga berimbas pada siswa yang lain pada saat menerima pelajaran - guru sudah terlihat tidak terhormat dan tidak terhargai di depan para

muridnya.

a. Sanksi yang Dilarang

Satu peraturan atau tata tertib mungkin akan dilanggar anak, dan pelanggaran menyebabkan adanya hukuman yang merupakan akibat atau konsekuensi dari suatu kesalahan. Namun perlu diingat bahwa hukuman harus bersifat mendidik, dan memberitahu kesalahannya serta menyadarkan dan melatih anak-anak untuk tunduk serta patuh para peraturan yang telah ditetapkan.

Hukuman diberikan dengan maksud memperbaiki dan mendidik ke arah yang baik, Abdullah Nashih Ulwan menyatakan “ diberikan kesempatan kepada anak didik untuk bertobat dari apa yang dilakukannya, memberi kesempatan untuk minta maaf dan untuk memperbaiki kesalahannya.10

10

(9)

- memperbaiki tingkah laku dan perbuatan anak

Agar hukuman itu bersifat sebagai satu perbuatan paedagogik, hendaknya mempunyai tujuan sebagai berikut :

- menimbulkan koreksi terhadap dirinya sendiri

- mengarahkan anak agar dapat mengendalikan dan menginsyafi bahwa setiap perbuatan yang menyebabkan dia terhukum itu tidak baik

Hukuman tidak boleh dilakukan dengan memperlihatkan kekerasan dan sebagai tindakan balas dendam. Hukuman yang semacam itu menurut Djaka Cs tidak memperbaiki, tetapi menyakiti hati anak, jadi tidak mendidik. Oleh karena itu pendidik, harus dapat menahan hati dan bersabar.11

- Hukuman harus sesuai dengan kesalahan anak didik

Dalam dunia pendidikan ada beberapa syarat dalam memberikan hukuman, yaitu :

- hukuman harus adil

- Hukuman harus diberikan agar anak didik mengerti benar apa sebabnya ia dihukum dan apa maksud hukuman itu

- Hukuman diberikan harus dalam keadaan tenang

- Hukuman harus disertai dengan penjelasan, sebab bertujuan untuk memperbaiki akhlak

- Hukuman harus diakhiri dengan pemberian ampunan

- Hukuman diberikan jika terpaksa atau sebagai alat pendidikan terakhir

- Yang berhak memberikan hukuman hanyalah orang yang cinta pada anak saja, kalau tidak berdasarkan cinta maka hukuman atau bersifat balas dendam.

Untuk memperkuat uraian di atas, akan dikemukakan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang syarat-syarat dalam memberikan hukuman. Menurut Ngalim Purwanto, ada empat syarat dalam memberikan hukuman :

- Hukuman harus ada hubungannya dengan kesalahan

- Hukuman harus disesuaikan dengan kepribadian dan usia anak - Hukuman harus diberikan dengan adil

- Guru harus sanggup memberikan maaf setelah hukuman itu dijalankan.12

Djaka Cs mengemukan beberapa syarat dalam memberikan hukuman yaitu :

- Memberikan hukuman hendaknya dalam keadaan tenang, supaya dapat mempertimbangkannya.

- Motif manakah yang mendorong anak itu melakukan perbuatan salah itu

11

Djaka Cs, Rangkuman Ilmu Mendidik, Mutiara, Jakarta, 1976, h.92

12

(10)

- Masuk tipe manakah anak itu? Adakah hukuman itu berkesesuaian - Adakah setimpal dengan pelanggarannya?

- Adakah adil hukuman itu ?

- Adakah hubungan antara pelanggaran dengan hukuman?13

Muhammad Jameel Zeeno mengungkapkan, pada saat guru atau pendidik terpaksa memberikan sanksi atau hukuman, ia sebaiknya dapat menghindari beberapa hal sebagai berikut :

- Memukul wajah anak. Hal ini tidak jarang kita temui di masyarakat atau di rumah-rumah tangga, juga di sekolah-sekolah, bahkan ada yang sampai pukulan tersebut mengenai mata ada telinga dan mengakibatkan indra anak terganggu. Oleh itu oleh para pemerhati pendidikan dan kesehatan ini satu hal yang sangat dilarang dan harus dihindari.

- Terlalu keras, seorang pendidik yang keras pada saat memukul akan disebut oleh murid-muridnya sebagai seorang yang kasar dan zalim. Sebutan dan gelar demikian suatu tanda buruk dan ketidak senangan anak terhadap si guru. Nabi Muhammad SAW mengatakan sesungguhnya pada kelemah lembutan ada kebajikan, inilah yang mestinya ditampilkan.

- Kata-kata yang tidak pantas. Kata-kata yang tidak pantas adalah kata-kata yang buruk dan sangat menyakitkan psikologi seorang anak, bahkan ada anak yang mengatakan ia lebih baik dipukul daripada dikatakan dengan bahasa-bahasa yang buruk serta menyinggung perasaan.14

Bila guru mengucapkan kata-kata yang tidak baik akan mengakibatkan si anak tidak mau lagi mengikuti pelajaran, atau berlaku menyimpang dan menyeleweng sebagai reaksi dari kekesalannya.

Ada sebagian guru yang suka mencela, mencaci dan mengatakan anak dengan kata-kata yang kasar pada seorang siswa yang berbuat salah. Para siswa yang lain merasa iba melihatnya, pastilah semua itu akan berpengaruh pada jiwa siswa-siswanya. Kebiasaan itupun pada gilirannya akan tertanam dalam jiwa si murid. Merekapun menginguti apa yang sering dilakukan oleh gurunya itu dalam perilaku dan tindakan mereka. Merekapun menjadi orang yang serng marah , mencela, mencaci dan semacamnya.

13

Djaka Cs, Op cit, h.108

14

(11)

B. Punishment yang Mendidik

Ada beberapa sanksi mendidik yang sekaligus dapat dipergunakan oleh para pendidik untuk menghukum siswa-siswa yang melanggar peraturan dan disiplin belajar. Sanksi-sanksi ini merupakan sanksi mendidik yang tidak beresiko.

1) Bermuka Masam

Seorang guru dapat saja kadang-kadang bermuka masam di hadapan anak didiknya jika mereka berbuat kegaduhan, atau terhadap anak yang melakukan kesalahan dan melanggar peraturan. Tentu ini lebih baik daripada memukul atau menendang si anak, dengan cemberut atau bermuka masam secara psikologis sudah memukul perasaannya dan membuatnya malu dengan kawan-kawannya yang lain.

2) Membentak

Pada waktu anak melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan alangkah lebih mendidiknya bila seorang guru menghukumnya dengan bentakan. Bentakan dimaksud adalah dengan kata-kata keras dan mengejukkan dan tertuju kepada dia yang melakukan kesalahan, bisa juga berbentuk kata-kata teguran akan kelakuan yang salah yang dilakukannya.

3) Melarang Melakukan Sesuatu

Melarang melakukan sesuatu adalah hukuman yang ringan dan mendidik, misalnya ada anak yang terlambat datang ke sekolah, dia dihukum untuk tidak boleh ikut belajar pada jam pertama. Ini bentuk hukuman yang lebih menyentuh dan memberikan kesadaran jika ini tetap dilakukan dia akan rugi dengan sendirinya.

4) Berpaling dan Tidak Menyapa

Dengan segala kemungkinan yang dimiliki seorang pendidik, ia hendaknya berpaling dari anak atau muridnya pada saat ia mengetahui anak atau muridnya itu berdusta atau melakukan kesalahan. Dengan guru berpaling, siswa akan merasa ia telah melakukan kesalahan.

(12)

D. PENUTUP

Penghargaan dan hukuman adalah alat pendidikan represif, dan kuratif terhadap apa yang dilakukan dan diperbuat anak didik. Penghargaan dan hukuman diberikan dengan maksud memperbaiki dan mempertinggi sifat, sikap dan tingkah laku anak serta memberikan kesadaran akan segala kesalahan yang dilakukannya dan bagaimana memperbaikinya.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nashih Ulwan, Terj. Jamaludin Miri, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Pustaka Amini, Jakarta, 1999

A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005

Carter V. Good, Dictionary of Education, Mc.Graw Hill, New York, 1973

Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Mc.Graw Hill, New York, 1978

Djaka cs, Rangkuman Ilmu Mendidik, Mutiara, Jakarta, 1976

Haris Clemes dan reynooll Bean, Cara Mendipsilinkan Anak Tanpa Merasa Bersalah, Binarupa, Aksara, Jakarta, 1995

HM. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1993

M.Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1970

Muhammad Jameel Zeeno, Resep Menjadi Pendidik Sukses, Kelompok Mizan, 2005

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Karya CV, Bandung, 1986

Suwarno, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Baru, Surabaya, 1985

Referensi

Dokumen terkait

 Guru memberi contoh cara pengucapan surat al-Kautsar ,Quraisy yang benar sesuai makhrajnya.  Siswa menirukan pelafalan surat al-Kautsar ,Quraisy

• Guru terus bertanya dan melengkapi peta konsep yang ada di papan tulis • Guru sesekali memberi pujian pada siswa yang menjawab dengan benar • Sebagian besar siswa ikut

Begitupun dengan hasil penelitian Uji t secara parsial dihasilkan bahwa variabel reward, Punishment, dan Gaya Komunikasi Guru berpengaruh positif signifikan terhadap

- Siswa menyebutkan intonasi dalam membaca karangan (guru menulis intonasi yang tepat di papan tulis dengan

Hukuman dapat dijadikan pelajaran bersama bagi siswa yang lain bahwa suatu kesalahan tersebut akan memiliki dampak negatif jika dilakukan dan akan merugikan

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu masih kurangnya pengawasan controling dari kepala sekolah terhadap kinerja guru,

Laporan ini berisi tentang pemberian penghargaan dan hukuman kepada guru dan siswa di Yayasan Pesantren Terpadu Al Munawar pada tahun

Mengingat reward dan punishment merupakan cara yang efektif dan banyak dimanfaatkan oleh guru di suatu lembaga pendidikan dengan tujuan agar motivasi belajar siswa bertambah, dari latar