KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS TENTANG TIGA GURU DI DUA SEKOLAH)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Veronika Princesta Srikamti NIM : 081424016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS TENTANG TIGA GURU DI DUA SEKOLAH)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Veronika Princesta Srikamti NIM : 081424016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau sebagian dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Juli 2013
Penulis
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Veronika Princesta Srikamti
NIM : 081424016
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan karya ilmiah saya
yang berjudul:
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS TENTANG TIGA GURU DI DUA SEKOLAH)
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 30 Juli 2013
Yang menyatakan
vi
ABSTRAK
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS TENTANG TIGA GURU DI DUA SEKOLAH) Oleh:
Veronika Princesta Srikamti 081424016
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui (1) kompetensi pedagogik guru IPA (2) dan persepsi siswa tentang guru khususnya mengenai aspek-aspek guru terkait dengan kompetensi pedagogik.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP X dan SMP Y di kota Yogyakarta pada bulan Oktober – November 2012. Subyek penelitian ini adalah 3 guru IPA yang terdiri dari 2 guru senior dan 1 guru muda, serta siswa kelas 7A dan 7F dari SMP X, serta siswa kelas 7.1 dan 7.2 dari SMP Y. Instrumen pengumpulan dan pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari observasi kelas, wawancara, serta kuesioner persepsi siswa.
Penelitian diawali dengan penyusunan instrumen, observasi kelas, kuesioner persepsi siswa, dan wawancara guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) masing-masing narasumber sebagai guru IPA kelas 7 telah berupaya memenuhi kompetensi pedagogik sebagaimana yang diidealkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, (2) Dalam realitasnya masing-masing narasumber sudah melaksanakan kompetensi pedagogik dengan baik namun belum dapat dikatakan sempurna bila dibandingkan dengan kompetensi pedagogik sebagaimana yang diidealkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. (3) dengan total skor maksimum 4,00 (sangat baik), keseluruhan siswa di masing-masing kelas dan sekolah memiliki persepsi yang baik tentang guru khususnya mengenai aspek-aspek guru terkait dengan kompetensi pedagogik, yaitu dengan masing-masing skor 2,87 oleh siswa kelas 7.1 SMP Y, 3,01 oleh siswa kelas 7.2 SMP Y, 2,68 oleh siswa kelas 7A SMP X, dan, 2,91 oleh siswa kelas 7F SMP X.
vii
ABSTRACT
PEDAGOGICAL COMPETENCE OF SCIENCE TEACHERS AND STUDENTS' PERCEPTIONS ABOUT THE COMPETENCE OF
LEARNING
(CASE STUDIES OF THREE TEACHERS IN TWO SCHOOLS) By:
Veronika Princesta Srikamti 081424016
This research is a qualitative descriptive study aimed to determine (1) science teachers' pedagogical competence (2) and students' perceptions of teachers, especially regarding aspects related to teachers' pedagogical competence. The research was conducted in the junior X and Y in the city of Yogyakarta SMP in October-November 2012. The subjects of this study were 3 science teachers consisting of 2 senior teachersand a young teacher, and students of the class 7A and 7F Junior X, as well as class 7.1 and 7.2 grade students of SMP Y. Instrument collection and processing of data in this study consists of classroom observation, interviews, and questionnaire of student perceptions.
The research begins with the preparation of instruments, classroom observations, questionnaire of student perceptions, and teacher interviews.
The results showed that (1) each speaker as a 7th grade science teacher has tried to meet the pedagogical competence as idealized by Government Regulation No. 19 Year 2005 on National Education Standards and the Ministerial Regulation No. 16 of 2007, (2) In reality each sources already implement pedagogical well but can not say perfect when compared with pedagogical competence as an idealized by Government Regulation No. 19 Year 2005 on National Education Standards and the Ministerial Regulation No. 16 of 2007. (3) with a maximum total score of 4.00 (very good), the entire students in each class and the school has good perception of the teacher particularly on aspects related to teachers' pedagogic competence, with each score 2.87 by SMP 7.1 grade Y, 3.01 by 7.2 grade SMP Y, 2.68 by junior 7A grade X, and, by 2.91 7F junior grade X.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan karena atas segala rahmatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan dengan baik penelitian dan penulisan skripsi dengan
judul Kompetensi Pedagogik Guru Ipa dan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi
Tersebut Dalam Pembelajaran (Studi Kasus Tentang Tiga Guru Di Dua Sekolah).
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik karena bantuan baik dalam hal material, dukungan,
saran maupun gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
yang ini, penulis secara khusus mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim M.Ed.,Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah
dengan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, saran serta semangat
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Br. Valentinus Naryo FIC, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Pangudi Luhur
1 Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian.
3. Ibu Kristiyani, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Taman Dewasa Jetis
Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada
ix
4. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
dan semua dosen penguji atas semua saran dan masukan yang berguna demi
penyempurnaan skripsi ini.
5. Segenap dosen Jurusan Pendidikan Fisika yang telah sabar membimbing
serta telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Segenap staff karyawan Sekertariat JPMIPA, Pak Sugeng, Mbak Heni, Mas
Arif, atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Mama, Papa, Nio, Sio, Deo, Inma, dan semua kerabat dekat, atas segala
dukungan baik materi, spritual, atas kasih sayang dan doa yang tiada henti
kepada penulis.
8. Sahabat-sahabatku “Power Rangers” : Astrid, Berta, Laras, Siska, dan Yeni
serta Katrin, Eka, Taat, dan Yanti atas bantuan dan semangat yang diberikan
selama penelitian.
9. Sahabat-sahabatku “ORS” : Nana, Paskalis, Charles, dan Yosep yang telah
memberikan semangat dan dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi
ini.
10. Teman-teman seperjuangan dari Pendidikan Fisika angkatan 2008 atas
kebersamaan kita selama kuliah.
11. Teman-teman FKPMKS atas kebersamaan kita dalam berorganisasi dan
berjuang dalam suka dan duka sebagai teman satu daerah di kota
Yogyakarta ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas
x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... v
ABSTRAK ...vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR LAMPIRAN ...xiv
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. KAJIAN TEORI ... 6
A.Kompetensi Guru ... 6
1. Pengertian Kompetensi ... 7
2. Kompetensi Guru ... 7
3. Kompetensi Pedagogik ... 8
B.Persepsi ... 14
1. Pengertian Persepsi ... 14
2. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran ... 15
3. Aspek-aspek Persepsi ... 16
xii
5. Faktor-faktor Persepsi ... 18
6. Pengukuran Persepsi ... 18
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 20
A.Jenis Penelitian ... 20
B.Subyek Penelitian ... 20
C.Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
D.Desain Penelitian ... 21
1. Tahap I : penyusunan instrumen ... 21
a. Kuesioner profil kompetensi pedagogik guru ... 21
b. Kuesioner persepsi siswa ... 21
2. Tahap II : pengamatan guru mengajar di kelas... 21
3. Tahap III: wawancara dengan guru ... 21
4. Tahap IV : pengisian kuesioner persepsi oleh siswa ... 22
E. Instrumen Penelitian ... 22
1. Observasi kelas ... 22
2. Kuesioner persepsi ... 23
3. Wawancara guru ... 24
F. Validitas dan Reliabilitas ... 24
G.Metode Analisis Data ... 25
1. Profil Kompetensi Pedagogik Guru ... 25
2. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran ... 26
BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A.Pelaksanaan Penelitian ... 31
B.Data, Analisis Data dan Pembahasan ... 32
1. Kompetensi Pedagogik Guru IPA ... 32
a. Pemahaman Terhadap Siswa ... 32
b. Perancangan Pembelajaran ... 48
c. Pelaksanaan Pembelajaran ... 55
xiii
e. Pengembangan Siswa Untuk Mengaktualisasikan Berbagai
Potensi Yang Dimilikinya ... 75
f. Pembelajaran Yang Mendidik dan Dialogis ... 80
g. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran... 87
2. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran ... 99
a. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran ... 99
b. Persepsi Siswa Tentang Guru Khususnya Mengenai Aspek-Aspek Guru Terkait Dengan Kompetensi Pedagogik ... 106
C.Keterbatasan Penelitian ... 107
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 110
A.Kesimpulan ... 110
B.Saran ... 111
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A1. Kuesioner Persepsi Siswa Oleh Pramusanti Nur ... 115
Lampiran A2. Kuesioner Persepsi Siswa ... 119
Lampiran B1. Hasil Pengisian Kuesioner Persepsi Siswa ... 124
Lampiran B2. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Persepsi Siswa ... 132
Lampiran B3. Fieldnotes ... 136
Lampiran B4. Kronologi Kejadian ... 164
Lampiran B5. Transkrip Wawancara ... 197
Lampiran B6. RPP Subyek Penelitian ... 232
xv DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Alternatif Jawaban Menurut Skala Likert ... 28
Tabel 3.2. Penggolongan Pernyataan Positif dan Negatif ... 28
Tabel 3.3. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Persepsi Siswa ... 29
Tabel 3.4. Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa ... 30
Tabel 3.5. Kategori Hasil Kuesioner Persepsi Siswa ... 31
Tabel 4.1.Data Tiga Guru Yang Menjadi Subyek Penelitian ... 31
Tabel 4.2.Kesimpulan Kompetensi Pemahaman Terhadap Siswa ... 47
Tabel 4.3.Kesimpulan Kompetensi Perancangan Pembelajaran ... 54
Tabel 4.4.Kesimpulan Kompetensi Pelaksanaan Pembelajaran ... 66
Tabel 4.5.Kesimpulan Kompetensi Evaluasi Hasil Belajar ... 75
Tabel 4.6.Kesimpulan Kompetensi Pengembangan Siswa Untuk Mengaktualisasikan Berbagai Potensi Yang Dimilikinya ... 80
Tabel 4.7.Kesimpulan Kompetensi Pembelajaran Yang Mendidik dan Dialogis ... 87
Tabel 4.8.Kesimpulan Kompetensi Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran ... 92
Tabel 4.9. Kesimpulan Kompetensi Pedagogik Masing-masing Subyek ... 94
Tabel 4.10Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa Kelas 7.1 SMP Y ... 99
Tabel 4.11. Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa Kelas 7.2 SMP Y ... 101
Tabel 4.12. Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa Kelas 7A SMP X ... 102
Tabel 4.13. Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa Kelas 7F SMP X ... 104
Tabel 4.14. Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa Secara Keseluruhan... 105
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan dana
dan usaha yang cukup besar serta merupakan kebutuhan utama tiap manusia.
Hal ini dikarenakan pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan upaya mewujudkan cita-cita
bangsa yaitu kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sementara ini mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang
diharapkan, terbukti dengan masih banyaknya siswa yang belum lulus karena
tidak mencapai standar nilai yang sudah ditetapkan. Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Salah satu faktor eksternal yang turut menentukan mutu pendidikan
adalah guru. Di dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “guru” adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Hal ini sekaligus merupakan pengakuan bahwa guru
pengajaran yang dilaksanakan, hingga pada akhirnya berperan dalam
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor
16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
sebagai standar kompetensi yang perlu dimiliki oleh guru dalam melaksanakan
profesinya. Standar kompetensi guru ini terdiri atas empat kompetensi utama,
yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Dari empat
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, penelitian ini difokuskan pada
kompetensi pedagogik. Karena dalam proses belajar mengajar kompetensi
pedagogik lebih dominan berperan dalam mengelola pembelajaran peserta
didik.
Kompetensi pedagogik meliputi kemampuan merencanakan program
belajar-mengajar, kemampuan melaksanakan proses belajar-mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi. Kemampuan-kemampuan
tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa apabila dikelola dengan baik
oleh guru. Hal ini sejalan dengan pernyataan Farida (2008 : 19), bahwa
kompetensi pedagogik juga meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki.
Dalam proses belajar-mengajar dapat timbul persepsi siswa terkait
dengan penglihatannya terhadap seorang guru. Persepsi adalah tanggapan
pancaindra. Persepsi siswa mengenai kompetensi guru dapat berbeda-beda. Hal
ini tergantung bagaimana penguasaan kompetensi yang baik oleh guru,
sehingga dapat memberikan persepsi siswa yang baik pula sehingga tercipta
keberhasilan siswa dalam belajar.
Jadi disini, persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik dalam
pembelajaran adalah sejauh mana seorang guru dapat mengaplikasikan
keterampilannya dalam proses belajar mengajar di kelas di mata siswa.
Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk mengetahui sejauh mana
penguasaan kompetensi pedagogik guru IPA, serta persepsi siswa tentang
kompetensi tersebut dalam pembelajaran maka peneliti melakukan penelitian
B. Batasan Masalah
Peneliti membatasi permasalahan untuk penelitian sebagai berikut:
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dibatasi pada 4 orang guru IPA yang terdiri dari 2 guru
senior dan 2 guru muda dengan masa pengalaman mengajar masih dibawah
5 tahun serta siswa-siswi dari kelas yang diampu oleh guru tersebut.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah kompetensi pedagogik guru serta bagaimana
persepsi siswa tentang guru khususnya mengenai aspek-aspek guru terkait
dengan kompetensi pedagogik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka
peneliti merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kompetensi pedagogik guru IPA yang menjadi responden?
2. Bagaimanakah persepsi siswa tentang guru khususnya mengenai
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana kompetensi pedagogik guru IPA yang menjadi
responden.
2. Mengetahui persepsi siswa tentang guru khususnya mengenai aspek-aspek
guru terkait dengan kompetensi pedagogik.
E. Manfaat Penelitian
Dari informasi yang ada diharapkan penelitian ini dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru:
- Sebagai masukan dalam usaha meningkatkan kualitas kompetensi
pedagogik guru dalam mata pelajaran IPA sehingga diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat menumbuhkan persepsi yang
positif dalam diri siswa terhadap guru.
- Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran.
2. Bagi Peneliti:
- Merupakan pengalaman melakukan penelitian ilmiah sehingga menambah wawasan dan kemampuan peneliti tentang penelitian ilmiah,
20 BAB II KAJIAN TEORI
A. Kompetensi Guru
1. Pengertian Kompetensi
Menurut Lefrancois dalam Asmani (2009:37), kompetensi merupakan
kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar.
Kompetensi juga diartikan sebagai suatu keterampilan atau kemahiran
yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan dari tingkat sederhana atau
dasar hingga tingkat lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan
berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar,
yang lazimnya terdiri dari: (1) penguasaan minimal kompetensi dasar; (2)
praktik kompetensi dasar; (3) penambahan, penyempurnaan, atau
pengembangan terhadap kompetensi atau keterampilan. Tiga kategori
proses tersebut dapat terus berlanjut selama masih ada kesempatan untuk
melakukan penyempurnaan atau pengembangan kompetensi.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai terkait dengan profesi
tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan
diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi
2. Kompetensi Guru
Seorang guru baru dapat dikatakan sebagai guru yang profesional bila
sudah menguasai 4 kompetensi utama guru. Kompetensi guru
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Empat kompetesi utama guru dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
d. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
3. Kompetensi Pedagogik
Pedagogik berasal dari kata Yunani “paedos”, yang berarti anak
laki-laki, dan “agogos” yang berarti mengantar, membimbing. Jadi pedagogik
secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada zaman Yunani kuno
yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian
secara kiasan pedagogik ialah seorang ahli yang membimbing anak ke
arah tujuan hidup tertentu.
Meskipun kompetensi pedagogik merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari empat kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang
guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kompetensi pedagogik sendiri merupakan kompetensi utama yang harus
dimiliki guru agar pembelajaran yang dilakukan efektif dan dinamis. Agar
mencapai perubahan yang pesat dan produktif, seorang guru harus belajar
secara maksimal untuk menguasai kompetensi pedagogik baik secara teori
Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, kompetensi pedagogik
guru mata pelajaran pada tingkat SMP terdiri atas 37 buah kompetensi
yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti yang disajikan berikut ini:
a. Menguasai karakteristik siswa dari aspek fisik, moral spiritual, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan siswa.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian, evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa kompetensi
siswa yang meliputi: pemahaman terhadap siswa, perancangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, serta
pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Dalam penelitian ini selain menggunakan 5 komponenutama
kompetensi pedagogik yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, peneliti juga
menambahkan 2 komponendari 10 inti kompetensi pedagogik guru yang
tertera dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, yaitu komponen
tentang pembelajaran yang mendidik serta pemanfaatan teknologi
pembelajaran.
a. Pemahaman terhadap siswa
Selama proses pembelajaran berlangsung tentu ada terjadinya
interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang terjadi antara guru dan
siswa menandakan bahwa adanya usaha untuk saling memahami.
Seorang guru harus terlebih dahulu memahami situasi siswanya, agar
kemudian guru dapat menentukan perlakuan apa yang paling tepat
untuk diterapkan pada siswa hingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Terdapat 5 hal yang harus dipahami guru dari siswa, yaitu tingkat
kecerdasan, kreativitas, kondisi fisik, perkembangan kognitif serta
b. Perancangan pembelajaran
Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, karena hal ini akan menjadi
dasar pada pelaksanaan pembelajaran. Dalam merancang pembelajaran
guru pertama-tama harus mengetahui segala hal yang diperlukan dalam
pembelajaran nantinya, misalnya: materi apa yang akan disampaikan,
sumber belajar apa yang akan digunakan, metode maupun media apa
yang akan digunakan, apa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, serta
daya dukung lainnya. Setelah semua daya dukung telah diidentifikasi,
selanjutnya guru tinggal melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun
sebelumnya.
c. Pelaksanaan pembelajaran
Pelaksanaan atau implementasi adalah proses yang memberikan
kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya
manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat
membentuk kompetensi danmencapai tujuan yang diinginkan.
d. Evaluasi hasil belajar
Tujuan dari evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui
efektivitas pembelajaran yang sudah dilakukan. Bentuk evaluasi belajar
pada siswa dapat berupa tes tertulis, tes lisan, tes praktik, pemberian
tugas, dan kumpulan hasil kerja siswa. Dengan melakukan evaluasi
permasalahan kiat mengembangkan proses pembelajaran, dan
mendapatkan suntikan semangat baru dalam melakukan modernisasi
proses pendidikan (Asmani, 2009 : 96).
e. Pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya
Pengembangan siswa merupakan kemampuan yang harus dimiliki
oleh seorang guru untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki oleh siswa. Dalam prosesnya, guru harus memberikan
kesempatan aktualisasi potensi anak didik secara luas, maksimal, dan
memuaskan (Asmani, 2009 : 94). Pengembangan siswa dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain melalui pengayaan, remedial,
bimbingan dan konseling (BK), serta melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Apabila seorang guru dapat mengenali potensi masing-masing siswa,
menyediakan wahana aktualisasi, serta terus memberikan semangat
untuk mengeluarkan kemampuan terbaik dan pada akhirnya dapat
memperoleh prestasi yang optimal, maka pada akhirnya guru tersebut
akan terus dikenang siswanya sebagai sosok guru yang sangat
mendukung siswanya.
f. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Dalam proses pembelajaran, guru tidak cukup hanya dengan
melakukan transfer limu pada siswa. Melainkan juga harus dapat
memberikan pengalaman yang mendidik bagi siswa. Selanjutnya,
mendidik hendaknya berlangsung sebagai proses atau usaha yang
dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil pengalaman individu berinteraksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri individu banyak
ragamnya, baik sifatnya maupun jenisnya. Karena itu tidak semua
perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar.
Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran yang mendidik berupa
perubahan tingkah laku yang disadari, kontinu, fungsional, positif,
tetap, bertujuan, dan komprehensif.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, pertama-tama guru harus
dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dan dialogis. Yaitu
dimana guru tidak melulu mendominasi pembelajaran yang dapat
mematikan kreativitas dan potensi siswa, melainkan siswa diberikan
kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreativitas siswa
dalam pembelajaran, antara lain diskusi, pengamatan, penelitian,
praktikum, tanya jawab, karya wisata, studi kasus, bermain peran, dan
kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran (Asmani, 2009 : 89).
g. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
Pada saat ini, teknologi informasi dan komunikasi sudah
merupakan hal yang sangat biasa. Sedangkan dalam pembelajaran di
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajarannya
dikarenakan oleh alasan-alasan tertentu. Padahal dengan
mengikutsertakan unsur teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran, tidak hanya dapat memacu semangat siswa dan
mengurangi rasa jenuh, tapi juga dapat membantu memudahkan serta
mengefektifkan proses pembelajaran. Selain itu hal ini juga merupakan
tantangan bagi guru untuk terus mengikuti dinamika publik yang ada.
Bentuk teknologi informasi dan komunikasi yang dapat digunakan
dalam pembelajaran, antara lain: komputer, internet, laboratorium,
digital library, kelompok diskusi, majalah dinding, lapangan olahraga,
serta lingkungan yang dapat membuat siswa merasa nyaman menikmati
proses pembelajaran.
B. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Menurut Slameto (2010:102), persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia.
Persepsi pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang dialami oleh
setiap individu dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik
itu obyek, peristiwa, maupun informasi. Selain itu menurut Rahmanto
(1985 : 64), persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hasil hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan
Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa
persepsi itu merupakan penafsiran yang unik terhadap suatu situasi.Oleh
karena persepsi merupakan proses individu dalam menafsirkan sesuatu,
tentunya persepsi akan dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan penerima
rangsangan. Sehingga dapat terjadi perbedaan persepsi antara seseorang
atau kelompok dengan persepsi seseorang atau kelompok lain.
Merujuk pada uraian di atas, maka yang dimaksud persepsi siswa
adalah suatu proses pengamatan, pemaknaan, dan penafsiran yang
dilakukan oleh siswa terhadap suatu objek, sehingga siswa dapat
menyadari, menanggapi, memperoleh kesan dan pandangan terhadap objek
tersebut.
2. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas terjadi
interaksi antara guru dan siswa. Selama proses interaksi ini terjadi, guru
dan siswa dapat saling mempersepsi satu sama lain. Dalam penelitian ini
peneliti mencoba mencari tahu bagaimana persepsi siswa terhadap realisasi
kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran IPA, dengan guru dan
segala aktifitasnya sebagai objek.
Berdasarkan uraian di atas maka persepsisiswa tentang kompetensi
pedagogik guru dalam pembelajaran diartikan sebagai proses siswa
menanggapi, memperoleh kesan dan pandangan terhadap segala aktivitas
guru selama kegiatan belajar mengajar.
3. Aspek-aspek Persepsi
Schiffman dalam Pramusanti (2011:34) memaparkan 2 aspek persepsi,
yaitu:
a. Kognisi
Aspek kognisi meliputi bagaimana pandangan atau pemaknaan
individu mengenai obyek sosial dan kejadian-kejadian yang dialami
individu dalam lingkungan sosialnya.
b. Afeksi
Aspek afeksi meliputi bagaimana perasaan individu terhadap obyek
sosial dan kejadian-kejadian yang dialami individu dalam lingkungan
sosialnya.
4. Prinsip Dasar Persepsi
Berikut adalah beberapa prinsip dasar tentang persepsi yang perlu
diketahui oleh seorang guru agar dapat mengetahui siswanya secara lebih
baik dan dengan demikian menjadi komunikator yang efektif.
a. Persepsi itu relatif bukan absolut
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu tidak mampu
b. Persepsi itu selektif
Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari
banyak rangsangan yang ada di sekeliling pada saat-saat tertentu. Hal
ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa
yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya.
Ini berarti juga bahwa seseorang memiliki keterbatasan dalam
menerima rangsangan.
c. Persepsi itu mempunyai tatanan
Dalam menerima rangsangan, seseorang akan menerimanya dalam
bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Bila rangsangan
yang diterima tidak lengkap maka ia akan melengkapinya sendiri
hingga hubungan itu menjadi jelas.
d. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan)
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan
pesanmana yang akan dipilih untuk diterima. Selanjutnya bagaimana
pesan yang dipilih itu akan ditata dan bagaimana pula dengan pesan
tersebut akan diinterpretasikan.
e. Persepsi seseorang atau kelompok lain, sekalipun situasainya sama
Perbedaan persepsi ini dapat diakibatkan karena adanya perbedaan
individual. Perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau
5. Faktor-faktor Persepsi
Bimo (1994 : 54) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
individu dalam membuat persepsi antara lain:
a. Internal (keadaan individu)
Terdapat dua keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil
persepsi yaitu: keadaan fisiologis dan keadaan psikologis individu.
Bila sistem fisiologis terganggu maka akan berpengaruh dalam
persepsi seseorang, sedangkan psikologis antara lain: pengalaman,
perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, maupun motivasi,
akan berpengaruh pada seseorang melakukan persepsi.
b. Eksternal (obyek itu sendiri dan lingkungan)
Agar suatu obyek dapat dipersepsi, maka obyek tersebut harus
cukup kuat. Hal ini bertujuan untuk mencapai ketepatan persepsi. Bila
suatu obyek bukan dalam bentuk fisik maka ketepatan persepsi jauh
lebih terletak pada individu yang mengadakan persepsi. Sedangkan
lingkungan atau situasi melatarbelakangi obyek persepsi. Obyek dan
lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor
internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi.
6. Pengukuran Persepsi
Menurut Azzahy (2008), mengukur persepsi hampir sama dengan
mengukur sikap. Walaupun materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi
obyek diterjemahkan dalam sistem angka. Selanjutnya menurut Azwar
dalam Suparyanto (2011), memaparkan bahwa pengukuran persepsi dapat
dilakukan dengan menggunakan skala Likert.
Skala Likert sendiri merupakan suatu skala yang biasa digunakan
untuk menghitung skala yang berkaitan dengan teori dan teknik dalam
pengukuran pendidikan dan psikologis, mencakup pengukuran
pengetahuan, kemampuan, sikap, dan sifat kepribadian. Skala Likert
umum digunakan dalam kuesioner. Saat menanggapi
pernyataan/pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan
persetujuan mereka dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.
Dalam skala sikap model Likert biasanya terdiri atas beberapa
pertanyaan/pernyataan yang bersifat favourable dan unfavourable yang
sudah terpilih berdasarkan kualitas isi dan analisis statitiska terhadap
kemampuan pertanyaan/pernyataan tersebut dan mengungkap sikap
kelompok. Pilihan jawaban dalam skala Likert biasanya disediakan 5
pilihan kategori persetujuan sebagai berikut:
a. Sangat tidak setuju/sangat tidak sesuai (STS)
b. Tidak setuju/tidak sesuai (TS)
c. Ragu-ragu/netral (N)
d. Setuju/sesuai (S)
20 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif karena
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru IPA
dan persepsi siswa tentangguru khususnya mengenai aspek-aspek guru terkait
dengan kompetensi pedagogik. Penelitian ini juga bersifat naturalistic
observation, yaitu dimana peneliti meneliti subyek dalam setting yang
natural. Peneliti juga tidak membuat manipulasi apa pun, hanya mengamati,
mencatat, dan merekam apa yang terjadi (Suparno, 2010 : 155).
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah 4 orang guru IPA yang terdiri atas 2 guru
senior dan 2 guru muda, serta siswa-siswi yang berasal dari salah satu kelas
yang diampu oleh masing-masing guru.
E. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP X dan SMP Y di kota Yogyakarta pada
F. Desain Penelitian
Penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu : (1) penyusunan instrumen
kuesioner persepsi siswa, (2) pengamatan guru mengajar di kelas, (3)
wawancara dengan guru, dan (4) pengisian kuesioner persepsi oleh siswa.
1. Tahap I : penyusunan instrumen kuesioner persepsi siswa
Kuesioner persepsi diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang realisasi kompetensi
pedagogik guru dalam pembelajaran.
2. Tahap II : pengamatan guru mengajar di kelas
Pengamatan guru mengajar di kelas dilakukan oleh peneliti dengan
mengikuti proses pembelajaran di kelas guru yang bersangkutan. Selama
mengikuti proses pembelajaran, peneliti melakukan kegiatan merekam,
mengamati, dan mencatat apa saja yang terjadi.
3. Tahap III : wawancara dengan guru
Wawancara bersama gurudilakukan setelah pengamatan guru
mengajar di kelas selesai dilaksanakan. Wawancara yang akan dilakukan
adalah wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin adalah
wawancara yang bebas menanyakan apa saja yang diperlukan namun
tetap menggunakan pedoman wawancara berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Pertanyaan wawancara yang akan
4. Tahap IV : pengisian kuesioner persepsi oleh siswa
Kuesioner persepsi yang merupakan kuesioner tertutup diberikan pada
siswa dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang
realisasi kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian (Suparno, 2010:56). Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu dengan observasi kelas,
wawancara guru, serta kuesioner untuk siswa.
1. Observasi kelas
Observasi kelas dilakukan beberapa kali di kelas X selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan handy camera.
Hal-hal yang akan direkam dalam penelitian ini adalah:
a. Situasi kelas saat guru mengajar
b. Situasi kelas saat guru berinteraksi dengan siswa
Selain itu peneliti juga menggunakan catatan lapangan deskriptif yaitu
semua catatan tentang segala sesuatu yang didengar, dilihat, diamati,
dialami, dipikirkan, dan direfleksikan oleh peneliti baik itu setting, orang,
tindakan, maupun pembicaraan yang terjadi di dalam proses pembelajaran
2. Kuesioner persepsi
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis untuk
memperoleh informasi dari sampel yang ingin diketahui (Suparno, 2010 :
61). Ada pun kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner persepsi siswa
tentang realisasi kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran.
Kuesioner persepsi diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang realisasi kompetensi
pedagogik guru dalam pembelajaran.Kuesioner persepsi ini merupakan
kuesioner tertutup, yaitu dimana sampel tinggal menjawab sesuai dengan
pilihan yang sudah tersedia.
Item-item dalam kuesioner ini merupakan kombinasi antara aspek
persepsi dan ciri-ciri kompetensi pedagogik guru, yaitu kognisi dan afeksi
terhadap kompetensi guru. Secara kognisi, siswa akan memandang,
menafsirkan, menilai kemampuan dan keterampilan guru dalam hal
kompetensi pedagogik yang meliputi kemampuan mengelola
pembelajaran, pemahaman siswa, perancangan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi
pembelajaran, evaluasi pembelajaran serta pengembangan siswa.
Sedangkan aspek afeksi meliputi perasaan siswa mengenai
kemampuan dan keterampilan gurunya dalam hal kompetensi pedagogik
yang meliputi kemampuan mengelola pembelajaran, pemahaman siswa,
dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi pembelajaran
serta pengembangan siswa (Pramusanti, 2011 : 56).
Kuesioner persepsi dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk skala
likert dengan empat alternatif jawaban, sehingga sampel tinggal memberi
tanda lingkaran (O) pada jawaban yang tersedia. Jenis pernyataan ada dua
macam, yaitu pernyataan positif dengan skor 4, 3, 2, 1 dan pernyataan
negatif dengan skor 1, 2, 3, 4. Kuesioner ini terdiri dari 44 item pernyatan
yang dikembangkan oleh Nur Pramusanti (2011) yang telah diuji validitas
dan realibilitasnya.
3. Wawancara guru
Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara bebas
terpimpin. Wawancara bebas terpimpin adalah wawancara yang bebas
menanyakan apa saja yang diperlukan namun tetap menggunakan
pedoman wawancara berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan. Pertanyaan wawancara yang akan diberikan berdasarkan pada
hasil pengamatan di kelas. Proses wawancara akan direkam dalam bentuk
suara.
H. Validitas dan Reliabilitas
Perhitungan validitas pada instrumen kuesioner persepsi siswa dilakukan
dengan menggunakan teknik korelasi product momentdari Pearson.
skor total item dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product
and Service Solutions) for Windows Release 15.0.
Sedangkan uji reliabilitas yang digunakan yaitu formula Alpha Cronbach,
dimana data yang diperoleh dari hasil skoring akan diolah dengan
menggunakan SPSSfor Windows Release 15.0. Koefisien realibilitas yang
makin mendekati angka satu akan menunjukkan semakin reliabelnya variabel
yang sedang diteliti.
Subyek yang digunakan untuk uji coba berjumlah 100 responden. Dari
hasil uji validitas item terdapat 45 item yang valid. Item yang valid
mempunyai koefisien validitas corrected item-total correlation bergerak dari
0,204 sampai 0,620 dan koefisien reliabilitas alpha = 0,886 (Nur Pramusanti,
2011 : 73-74). Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan
44 item dari total 45 item yang sudah diuji validitas tersebut, dikarenakan ada
1 item pernyataan positif yang kemudian disebutkan lagi di nomor
selanjutnya namun pernyataan positif tersebut dikelompokkan sebagai
pernyataan negatif. Oleh sebab itu peneliti memutuskan untuk tidak
menggunakan 1 item yang dikelompokkan dalam pernyataan negatif tersebut.
(Kuesioner persepsi siswa oleh Pramusanti Nur terlampir pada lampiran A1).
I. Metode Analisis Data
1. Profil Kompetensi Pedagogik Guru
Untuk mengetahui profil kompetensi pedagogik guru, peneliti
Setelahsemua data terkumpul, kemudian peneliti membandingkan data
yang satu dengan yang lain untuk melihat apakah data tersebut konsisten
atau tidak. Setelah itu data-data tersebut dikumpulkan dan ditentukan
gagasan utama yang mewakili. Gagasan utama inilah yang disebut
dengan kategori dalam data dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya.
2. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Gurudalam Pembelajaran
Untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap realisasi
kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran, peneliti menggunakan
analisis dari kuesioner yang diberikan pada siswa. Kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini terdiri dari 44 item yang dikembangkan
oleh Nur Pramusanti (2011) yang telah diuji validitas dan realibilitasnya.
Dalam pernyataan pada kuesioner disediakan 4 alternatif jawaban
dimana siswa diminta untuk memilih salah satu jawaban yang dirasa
paling sesuai. Alternatif jawaban tersebut menggunakan skala Likert
yang terdiri atas pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Setelah data terkumpul, kemudian langkah-langkah pengolahan data
dapat dibagi secara garis besar yaitu:
a. Pemeriksaan kuesioner.
Kuesioner yang terkumpul dan telah diisi responden,
b. Pemberian kode
Pemberian kode atau skor diberikan untuk setiap pilihan dari
setiap item berdasarkan ketentuan yang ada. Adapun pola
pembobotan untuk pemberian kode tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 : Alternatif Jawaban Menurut Skala Likert
Alternatif Jawaban Skor Untuk Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Sedangkan untuk penggolongan pernyataan positif dan negatif
pada kuesioner persepsi siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.2 : Penggolongan Pernyataan Positif dan Negatif
No Aspek Nomor Item Jumlah
Positif Negatif 1 Kognisi terhadap kompetensi pedagogik guru:
Pemahaman terhadap siswa 1, 2,
11, 24
2 Afeksi terhadap kompetensi pedagogik guru: Pemahaman terhadap siswa 25, 26,
27
40, 41,
No Aspek Nomor Item Jumlah Positif Negatif
Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran
28, 30, 35, 39,
43
38 6
Pelaksanaan pembelajaran
yangmendidik dan dialogis - 34, 36 2
Evaluasi hasil belajar 37 29, 31 3
Pemanfaatan teknologi
pembelajaran 32 44 2
Pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
- 33 1
TOTAL 23 21 44
c. Penyusunan dalam bentuk tabel
Yaitu dimana hasil pemeriksaan kuesioner dituangkan dalam
bentuk tabel rekapitulasi secara lengkap untuk seluruh item. Adapun
pola rekapitulasi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3:RekapitulasiHasil Kuesioner Persepsi Siswa
Responden Skor Item Total
1 2 3 ... N
1 2 3 N
d. Pembagian kategori
Untuk menentukan kategori dari skor rata-rata, melalui
perhitungan frekuensi skor jawaban responden pada setiap alternatif
jawaban, dapat ditentukan skor rata-ratanya dengan menggunakan
P a n ja n g k e la s in te r v a l = R e n ta n g
B a n y a k k e la s in te r v a l
Sesuai dengan skor alternatif jawaban kuesioner yang memiliki
rentang dari 1 hingga 4, maka banyak kelas interval adalah sebanyak
4 kelas, sehingga diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:
P a n ja n g k e la s in te r v a l = 4 − 1
4 = 0 .7 5
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh skala penafsiran skor
rata-rata jawaban responden seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.4: Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa
Skor rata-rata Kategori
1.00 – 1.74 Kurang
1.75 – 2.49 Cukup
2.50 – 3.24 Baik
3.25 – 4.00 Sangat Baik
Setelah hasil skor rata-rata masing-masing siswa diketahui, data
tersebut dimasukkan ke dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.5 : Kategori Hasil Kuesioner Persepsi Siswa
Sedangkan untuk mengetahui persepsi keseluruhan siswa dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
P e r s e p s i k e s e lu r u h a n = Ju m la h s k o r to ta l s is a k e s e lu r u h a n ju m la h s is a × ju m la h p e r n y a ta a n
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian diperoleh skor rata-rata
keseluruhan, yang kemudian dapat ditentukan dalam kategori persepsi
31
BAB IV
DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
J. Pelaksanaan Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan, subyek yang diteliti terdiri atas 2 guru
senior dari SMP X dan 1 guru muda dari SMP Y. Jumlah subyek guru yang
diteliti tidak sesuai dengan yang sudah peneliti rencanakan sebelumnya, yaitu
2 guru senior dan 2 guru muda. Hal ini disebabkan oleh sulitnya mencari guru
muda di wilayah Sleman, Yogyakarta. Baik dikarenakan sekolah yang dituju
tidak memiliki guru IPA muda atau ketika sudah menemukan guru IPA muda,
justru guru tersebut sedang berhalangan untuk menjadi subyek penelitian.
Setelah kurang lebih 1 bulan lamanya (19 September – 18 Oktober 2012)
peneliti mencari subyek guru untuk diteliti, dan setelah berkonsultasi dengan
dosen pembimbing akhirnya peneliti memutuskan untuk hanya meneliti 3
orang guru yang sudah bersedia untuk menjadi subyek penelitian peneliti.
Berikut data 3 guru yang menjadi subyek penelitian:
Tabel 4.1 : Data Tiga Guru Yang Menjadi Subyek Penelitian
No Subyek Sekolah Ket
1 Subyek I SMP X Guru senior
(1994 – sekarang)
2 Subyek II SMP X Guru senior
(1999 – sekarang)
3 Subyek III SMP Y Guru muda
(2012 – sekarang)
Sedangkan sampel siswa yang mengisi kuesioner adalah berasal salah
K. Data, Analisis Data dan Pembahasan
Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang memperlihatkan
bagaimana kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran serta persepsi
siswa tentang kompetensi tersebut dalam pembelajaran.
Data penelitian ini diolah dalam 2 cara yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif yaitu data yang diperoleh
dari video pengamatan guru mengajar di kelas, fieldnotes dan transkrip
wawancara guru. Sedangkan data yang dianalisis secara kuantitatif adalah
hasil kuesioner persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dalam
pembelajaran.
1. Kompetensi Pedagogik Guru IPA
Pada penelitian ini, untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru
IPA masing-masing sampel, peneliti menggunakan data video
pengamatan guru mengajar di kelas, fieldnotes dan transkrip
wawancara guru. Adapun kompetensi pedagogik masing-masing guru
IPA adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman Terhadap Siswa
1) Subyek I
Dalam usaha memahami karakter dan kemampuan siswa,
subyek I berusaha memperoleh informasi mengenai anak
didiknya baik dari pengamatan selama pembelajaran, informasi
dari orangtua maupun dari Bimbingan Konseling (BK) seperti
“Jadi segala informasi dibutuhkan, baik dari orang tua, dari anak itu sendiri, dari subyek, teman-temannya dan khususnya BK. Biasanya BK itu secara khusus memberikan dialog pribadi (dengan siswa), itu (dapat menjadi) masukan-masukan (sebagai penentu) prioritas bagi anak-anak tertentu.”
Dari hasil wawancara dan pengamatan di kelas, subyek I
sudah hapal sebagian besar nama siswa terutama siswa yang
membutuhkan perhatian khusus. Siswa yang tergolong
membutuhkan perhatian khusus misalnya siswa yang menurut
subyek I belum memiliki mental untuk belajar. Hal ini
ditunjukkan dengan perilaku siswa yang lebih sering ngobrol
dengan sesama siswa dibandingkan memperhatikan pelajaran.
Siswa yang sudah terbentuk mental belajarnya sehingga sering
dijadikan contoh teladan bagi siswa lainnya juga lebih
gampang untuk diingat namanya. Berikut adalah kutipan hasil
wawancara dengan subyek I:
“Ya sebagian besar hapal tapi tidak semua, khususnya anak-anak yang butuh perhatian khusus, taruhlah misalnya yang butuh perhatian khusus ada beberapa siswa yang mungkin agak, mungkin secara mental untuk anak, itu belum terbentuk mental belajar atau anak yang bisa dipakaisebagai teladan bagi teman temannya itu juga (gampang untuk dihapal namanya).”
Subyek I menyatakan bahwa dengan mengetahui
karakteristik siswa, selain dapat membantu dalam memetakan
kondisi siswa yang memang sudah menjadi kewajiban guru,
tapi juga sebagai langkah awal untuk menentukan
pendampingan belajar siswa yang sering dilakukan subyek I di
kelas berupa beberapa hal, misalnya pengkondisian tempat
duduk siswa. Siswa yang dilihat dari segi akademis dianggap
masih kurang oleh subyek I dan ternyata di kelas sering ribut
akan diminta untuk duduk di barisan depan agar lebih terpantau
oleh guru selama proses belajar berlangsung, serta agar tidak
mengganggu siswa lain sehingga suasana belajar dapat menjadi
lebih kondusif. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan
subyek I:
“Penempatan tempat duduk itu sudah mulai kita atur dengan melihat kondisi siswa. Kalau anak-anak misalnya si a secara akademis kurang dan ternyata dia di kelas ribut, ya ini kan harus kita sesuaikan, berarti anak ini supaya bisa konsentrasi dalam belajar, kita pindahkan (tempat duduknya). Selain itu juga agar terciptanya suasana belajar dengan baik.”
Selama 4 kali pengamatan di kelas, terjadi aktivitas
subyek yang mengatur tempat duduk. Aktivitas tersebut terjadi
pada pertemuan ke-3, pada hari Senin, tanggal 3 November
2012, menit ke-5. (Kronologi kejadian terlampir pada lampiran
B3).
Subyek I juga menyatakan bahwa siswa di kelas 7F ini
sering mengalami kesulitan ketika menghadapi soal hitungan
pengaplikasian rumus. Namun subyek beranggapan bahwa hal
ini dapat terjadi bukan karena siswa tidak bisa, namun karena
siswa kurang gigih dan sifat ingin serba instan dalam belajar.
dalam mendampingi siswa, karena masing-masing siswa
memiliki kondisi yang berbeda-beda. Bentuk pendampingan
siswa yang lain yaitu dapat berupa memanggil langsung siswa
yang bermasalah atau dengan pemanggilan orangtua siswa
untuk mengetahui apakah ada faktor penyebab yang berasal
dari luar sekolah. Berikut kutipan hasil wawancara dengan
subyek I:
“Kalau kesulitan belajar (pada siswa) secara makro gak ya, mungkin kalau dalam mengitung, mengaplikaskan (rumus). Tapi dari segi itu sebenarnya bukan karena anak itu tidak mampu, tapi anak itu kurang gigih dalam belajar. Jadi maunya kan (serba) instan (dalam mengerjakan soal). (Dalam menghadapi siswa yang kurang gigih dalam belajar) butuh kesabaran, butuh waktu, dan pendampingan. (Pendampingan dapat berupa) pemanggilan, kontak dengan orang tuanya, (agar orang tuanya) juga tahu (masalah yang terjadi pada analnya), dan minimal nanti kalau ada hal-hal yang terkait dengan siswa terutama tentang nilai dan lainnya, orang tua bisa tau.”
Dikarenakan kondisi kelas yang belum terlalu kondusif
untuk belajar, subyek I sering menggunakan metode mendikte
dalam menyampaikan materi pelajaran. Subyek I menyatakan
hal ini dilakukan untuk memancing siswa agar lebih
memperhatikan dan siswa menjadi terbiasa menulis. Kegiatan
tanya jawab dengan siswa juga sering dilakukan dengan tujuan
untuk merangsang siswa berpikir. Berikut kutipan hasil
wawancara dengan subyek I:
memperhatikan dengan membaca/mendikte. Dengan membaca/mendikte, anak otomatis mau menulis.”
Pada pertemuan pertama, lama subyek I mendikte yaitu 10
menit 40 detik dari total mengajar 80 menit. Pada pertemuan
kedua, lama subyek I mendikte yaitu 16 menit 38 detik dari
total mengajar 40 menit. Pada pertemuan ketiga, lama subyek I
mendikte yaitu 24 detik dari total mengajar 40 menit. Dan pada
pertemuan keempat, lama subyek I mendikte yaitu 10 menit 37
detik dari total mengajar 80 menit. (Kronologi kejadian
terlampir pada lampiran B3).
“(Kegiatan tanya jawab dengan siswa) ya untuk
merangsang (siswa) yang lain juga (agar mau
bertanya/menjawab).”
(Wawancara dengan subyek I, guru IPA kelas 7F SMP X, tanggal 30 November 2012.)
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa subyek I telah
melakukan upaya pemahaman terhadap siswa, khususnya siswa
kelas 7F dengan cara memperoleh informasi dari orangtua
siswa, memperoleh informasi dari bimbingan konseling, serta
melakukan interaksi komunikasi secara langsung dengan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Dari upaya-upaya
yang telah dilakukan, subyek I menjadi tahu bagaimana
karakteristik siswa kelas 7F, seperti: siapa saja siswa yang
membutuhkan perhatian khusus selama pembelajaran
atau siswa yang dari segi akademis masih kurang,
kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa seperti ketika menghadapi
soal hitungan pengaplikasian rumus, serta sifat siswa yang
kurang gigih dalam belajar.
2) Subyek II
Dalam usaha memahami karakter dan kemampuan peserta
didik, berdasarkan pengalaman mengajar dibeberapa sekolah
dan setelah 10 tahun mengajar sebagai subyek IPA di SMP X,
subyek II berpendapat bahwa mengajar IPA pada siswa SMP
harus pertama-tama mengenalkan konsep-konsep yang
sederhana dikarenakan menurut subyek II, kebanyakan siswa
masih belum bisa untuk diajak berpikir asbtrak, seperti yang
dituturkan berikut ini:
“Susah memang anak SMP itu, kadang-kadang sangat sulit, hanya beberapa yang bisa berfikir abstrak. Makanya saya menyampaikan hal-hal yang sederhana saja, hal-hal yang berkaitan dengan hal yang dia kenal, kalau kita melampaui abstraknya dia, atau perkembangan, itu sulit sekali. (Siswa yang bisa diajak berpikir abstrak) hanya ada beberapa, bisa dihitung dengan jari lima.”
“Makanya saya memasukkan konsep-konsep yang sederhana seperti misalnya rumus fisika massa jenis dan sebagainya gak pakai lambang. Sulit sekali, lambang massa jenis gak tau. Misalnya rumus massa jenis sama dengan m dibagi v (c = m/v) jarang sekali yang tahu. Kalau misal massa jenis, massa dibagi volume, mereka tau.”
“Makanya, kalau saya, jalan tengahnya dengan dihapal pelan-pelan. Dengan menghapal akan terbiasa, misalnya rumus kimia air H2O itu anak sudah tau tapi gak ngerti, H itu
Subyek II juga mengutarakan bahwa jumlah siswa di kelas
7A yang sudah terlihat memiliki potensi terutama dalam
pembelajaran IPA, jumlahnya masih sedikit, sisanya adalah
siswa dengan kemampuan yang sedang. Meskipun demikian,
subyek II mengakui bahwa keseluruhan siswa di sekolah
termasuk siswa di kelas 7A, memiliki tingkat motivasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dari sekolah lain.
Subyek II berpendapat bahwa tingginya motivasi belajar yang
dimiliki siswa bisa saja disebabkan karena sebagian besar siswa
yang berasal dari latar belakang keluarga dengan ekonomi yang
juga tinggi. Selanjutnya menurut subyek II, para orangtua siswa
yang berlatar belakang ekonomi tinggi ini cenderung untuk lebih
memperhatikan pendidikan anaknya, termasuk baik secara
langsung maupun tidak langsung menekan anaknya untuk
berprestasi di sekolah. Berikut kutipan wawancara dengan
subyek II:
“(Potensi siswa terutama dalam pelajaran IPA) kalau dilihat dalam satu kelas itu, mungkin bisa dihitung lima.”
Subyek II mengakui bahwa penerapan gaya mengajar di
tiap kelas berbeda-beda, tergantung dengan kondisi kelas,
karakteristik siswa, serta komposisi tingkat kecerdasan siswa
dalam satu kelas. Menurut subyek II, siswa di kelas 7A
termasuk ramai. Meskipun demikian, siswa di kelas 7A
termasuk siswa dengan tingkat kecerdasan yang tinggi terutama
bila dibandingkan dengan kelas 7 lainnya, misalnya dengan
kelas 7B. Berikut kutipan wawancara dengan subyek II:
“Penerapan gaya ya berbeda-beda, pertimbangannya keadaan kelas. Misalnya, karakter anak yang satu kelas tenang, yang satu kelas ramai. Kemudian yang kedua pertimbangannya peta kelas, artinya oh kelas ini anak-anak dominasinya lebih bagus disini, tingkat kecerdasannya lebih bagus, perlakuannya jadi lebih santai. Jadi kalau yang (kelas dengan tingkat kecerdasan) agak rendah memang pertama harus banyak energi, lebih ekstra untuk memasukkan materi. Kalau yang seperti 7A ini termasuk kelas yang ramai tetapi tinggi tingkat Iqnya. (Kalau pun ada yang) tidak tinggi, tapi bisa. Saya juga kaget ketika dibandingkan dengan 7B, ternyata ulangannya lebih bagus rata-ratanya ketimbang 7B.”
Saat melakukan wawancara dengan subyek II, subyek II
sempat bercerita tentang salah satu kasus yang pernah
dialaminya bersama salah satu siswa, meskipun siswa tersebut
bukan merupakan siswa kelas 7A. Dari hal ini dapat dilihat
bahwa subyek II sungguh berusaha memahami permasalahan
yang sedang dihadapi siswa, seperti yang dituturkan berikut ini:
banyak sosialisasi (sering main), kenal teman-teman dan sebagainya. Kemudian saya beri tahu Clarissa, Ibunya kemarin bertanya kenapa Clarissa nilainya kok gak seperti biasanya. Trus saya kroscek dengan Ibunya, ternyata Clarissa juga kurang konsentrasi (dalam belajar). Jadi match gitu (yang saya amati dengan yang terjadi di rumah).”
(Wawancara dengan subyek II, guru IPA kelas 7A SMP X, tanggal 3 Desember 2012).
Dari uraian di atas, terlihat bahwa subyek II telah
melakukan upaya pemahaman terhadap siswa, khususnya siswa
kelas 7A dengan cara memperoleh informasi dari orangtua
siswa, memperoleh informasi dari bimbingan konseling, serta
melakukan interaksi komunikasi secara langsung dengan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Dari upaya-upaya
yang telah dilakukan, subyek II menjadi tahu bagaimana
karakteristik siswa kelas 7A, seperti: sebagian besar siswa yang
belum bisa untuk belajar tentang abstrak, siswa memiliki
motivasi belajar yang tinggi, siswa kelas 7A sering ramai
selama pembelajaran namun termasuk cerdas bila dibandingkan
dengan kelas 7 lain yang juga diajar oleh subyek II.
3) Subyek III
Subyek III selaku guru muda yang mengampu mata
pelajaran IPA kelas 7.1 dan 7.2 di SMP Y telah berusaha
memahami karakter dan kemampuan siswa, dengan cara
mencoba untuk akrab dengan para siswa. Usaha mengakrabkan
bercanda dengan siswa, hingga mencari tahu tingkat
kemampuan kognitif masing-masing siswa melalui
dokumentasi daftar nilai. Subyek III juga berpendapat bahwa
dengan mengakrabkan diri dengan siswa, maka dalam proses
belajar akan menjadi lebih gampang dalam berinteraksi dengan
siswa. Dengan cara-cara tersebut subyek III dapat mengetahui
bahwa para siswa kelas 7.1 dan 7.2 memiliki minat serta
perhatian yang bagus pada mata pelajaran IPA yang
diampunya.
Dalam wawancara, subyek III menuturkan bahwa
kemampuan kognitif siswa sangat mempengaruhi sikap siswa
tersebut di kelas. Selain itu, subyek III juga mengutarakan
bahwa meskipun pada dasarnya baik kelas 7.1 dan 7.2
sama-sama ramai, namun tetap ada yang membedakan kedua kelas
tersebut. Subyek III berpendapat bahwa siswa di kelas 7.1 lebih
baik dari aspek kognitifnya dibandingkan dengan siswa kelas
7.2. Berikut kutipan wawancara dengan subyek III:
“Rata-rata semakin mereka pintar, makin anteng, manut, diam, gak berisik sama yang lain, gak ngerusuhi. Aku pernah bilang (ke siswa), 'yang rame-rame itu belum tentu pinter', mereka langsung komentar 'wo Bapak ki'. Tapi ya bener, yang nilainya 89 an, diem loh, biasa aja, manut aja. Yang rata-rata nilainya buruk ya itu, modelannya pecicilan gitu.”