• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) pada Mata Pelajaran TIK Untuk Mengukur Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS di SMA negeri 1 Suruh T1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) pada Mata Pelajaran TIK Untuk Mengukur Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS di SMA negeri 1 Suruh T1 "

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN TIK UNTUK MENGUKUR PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII IPS

DI SMA NEGERI 1 SURUH

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Peneliti :

Diah Oktie Utami (702010065) Elizabeth Sri Lestari. S. Pd., MLIS

George J. L. Nikijuluw, S. Pd

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN TIK UNTUK MENGUKUR PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII IPS

DI SMA NEGERI 1 SURUH

1)

Diah Oktie Utami, 2) Elisabeth Sri Lestari. S. Pd., MLIS, 3) George J. L. Nikijuluw, S. Pd

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, salatiga 50711, Indonesia 1)

702010065@student.uksw.edu, 2)Elizabeth@staff.uksw.edu, 3)

George.Nikijuluw@staff.uksw.edu Abstract

This reseach measure student result’s study to know if there is any significant difference after implementing CTL method in ICT at State Senior High School 1 Suruh. CTL learning model helps students to develop their thinking to correlate the subject with real life. This reseach is experimental which consists of control class and experimental class. Analysis technique in the reseach is Mann Witney-test. CTL learning model was implement on experimental class and the result shows that post-test has higher results than pre-test. Beside that by implementing CTL learning model, students become more active and creative. In summary there is an elevating significant value that is projected from CTL based learning results.

Keyords : CTL method, student involvement, learning effectiveness

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur bagaimana peningkatan hasil belajar siswa apakah meningkat setelah menggunakan model pembelajaran Cotextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Suruh. Model pembelajaran CTL mendorong siswa untuk bisa mengembangkan pola berfikir yang menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Teknis analisis data yang digunakan adalah Uji Mann Witney test. Model pembelajaran CTL diterapkan pada kelompok eksperimen dan didapatkan hasil nilai post-test yang lebih tinggi daripada nilai pre-test. Selain dengan menerapkan pembelajaran CTL, siswa mengalami perubahan sikap menjadi lebih aktif dan kreatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan keaktifan siswa yang dapat mempengaruhi atau meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata kunci : Metode pembelajaran CTL, keaktifan siswa, efektivitas pembelajaran

1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Universitas Kristen Satya Wacana

2)

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana 3)

(8)

6

1. PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah proses belajar peserta didik yang menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pemilihan model pembelajaran yang tepat perlu diupayakan guru untuk memudahkan proses terbentuknya pengetahuan pada siswa, namun guru juga harus memperhatikan apakah model pembelajaran yang digunakan itu penerapannya sudah efektif dan efisien. Di SMA Negeri 1 Suruh pembelajaran yang berlangsung berfokus pada guru sebagai sumber belajar utama pengetahuan, karena guru menggunakan metode ceramah yang akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif dalam pembelajaran dikelas. Selain itu siswa juga merasa bosan, mengantuk dan sulit berkonsntrasi.

Salah satu model yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran TIK materi CorelDraw adalah pembelajaran kontekstual atau lebih dikenal dengan Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta hubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau cara siswa belajar. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri, dan juga perlu dikondisikan untuk terbiasa memecahkan masalah, menentukan hal-hal yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan gagasan – gagasan. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa.

Dengan menggunakan model pembelajaran CTL diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK kelas XII. Maka dari itu model pembelajaran CTL sangat berhubungan atau berpengaruh pada mata pelajaran TIK karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk agar terbiasa memecahkan masalah yang tidak asing dalam kehidupan mereka sehari-hari.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Yang Relevan

(9)

7

Dribble bola basket siswa SMP IT Babussalam Probolinggo setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL adalah sebagai berikut: tidak ada siswa yang mencapai kategori hasil belajar tinggi sekali, siswa yang mencapai kategori tinggi 5 orang kategori sedang 2 orang siswa, kategori rendah 7 orang siswa, dan kategori rendah sekali 11 siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara hasil belajar dribble bola basket siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) [12].

Penelitian lainnya dilakukan oleh Hajir tahun 2010 Program studi pendidikan fisika Universitas Muhamadiyah Purworejo dengan judul “Penerapan Pembelajaran Contextual Tea ching and Lea rning (CTL) untuk Peningkatan

Pemahaman IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wonosari Sadang” Jenis

penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode: lembar observasi pemahaman IPA siswa, angket pemahaman IPA siswa, soal tes. Setelah data diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik Deskriptif Persentase. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pemahaman IPA pada siswa meningkat yaitu pada siklus I persentasenya sebesar 63,55%. Setelah dilakukan tindakan siklus II meningkat menjadi 75,27%. Peningkatan pemahaman siswa ini berpengaruh yang tadinya 63,64% menjadi 81,82%.

Persamaan dalam kedua penelitian yang dilakukan yaitu sama-sama menerapkan pembelajaran CTL untuk peningkatan hasil belajar setelah dilakukan perlakuan atau treatment. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan yaitu peneliti pertama hanya menilai dari aspek efektif, peneliti kedua hanya menilai aspek kognitif, sedangkan penelitian saya menilai aspek efektif dan aspek kognitif karena menilai dari hasil belajar siswa dan perubahan sikap siswa.

Pengertian Pembelajaran dan Model Pembelajaran

Pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis, melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi[1]. Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran adalah suatu pola perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer dan lain-lain[2]. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

(10)

8

subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks pribadi, sosial dan budaya mereka[3].

Komponen Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Dalam pandangan ini strategi yang diperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Karena itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara : a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

b. Memberikan kesempatan pada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan

c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. 2. Menemukan (Inquiry)

Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang dialami. Metode inquiry memberi peluang kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya siswa ditantang untuk mencari, melakukan dan menentukan sendiri. Jadi siswa lebih produktif bukan. Dalam menerapkan strategi pembelajaran Contextual Tea ching and Learning (CTL). Tugas guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang efektif.

3. Bertanya (Questioning)

Bertanya (questioning) adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan dan aspek penting dari pembelajaran[4]. Orang bertanya karena ingin tahu, menguji, mengkonfirmasi, mengapersepsi, mengarahkan atau menggiring, mengaktifkan skemata, mengklarifikasi, memfokuskan dan menghindari kesalahpahaman. Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu dimulai dari pertanyaan. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Dalam semua pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya untuk :

a. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis b. Mengecek pemahaman siswa

c. Memecahkan persoalan yang dihadapi d. Membangkitkan respon kepada siswa

e. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa f. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

g. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru h. Untuk membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari siswa, dan i. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

(11)

9 5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan pada dasarnya adalah membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemostrasikan bagaimana guru mengiginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep aktifitas belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa cara mengoprasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa inggris, dan sebagainya. Atau, guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model bagaimana cara belajar. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara pikir tentang sesuatu yang baru dipelajari atau berfikir tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Refleksi merupakan gambaran tentang kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru saja diterimanya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian autentik adalah prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual. Prinsip yang dipakai dalam penilaian serta ciri-ciri penilaian autentik adalah sebagai berikut :

a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja, dan produk. b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pelajaran berlangsung

c. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian

d. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari. e. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa

KarakteristikPembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

(12)

10

Langkah-langkah Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

CTL dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1). Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya. 2). Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan. 3). Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan. 4). Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya. 5). Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya. 6). Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 7). Melakukan penelitian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa [5].

Hasil Belajar

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mereka melalui kegiatan pembelajaran[6]. Hasil belajar pada hakikatnya adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya[7]. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa merupakan suatu kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar yang ditunjukkan melalui penguasaan pengetahuan, keterampilan, atau tingkah laku. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah hasil tes ulangan yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai. Nilai hasil tes ulangan termasuk dalam ranah kognitif.

3. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif khususnya pada metode penelitian eksperimen. Karena penelitian ini bertujuan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu [8]. Selain itu metode ini juga dapat mengetahui apakah dengan menggunakan metode penelitian ini dalam model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Suruh.

Desain Penelitian

(13)

11

Tabel 3.1

Desain kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pre-test-post-test

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Kelas Eksperimen 0 X 0

Kelas Kontrol 0 – 0

Keterangan :

Kelompok Eksperimen (XII IPS 1) : menggunakan metode eksperimen Kelompok Kontrol (XII IPS 3) : menggunakan metode konvensional

X : perlakuan CTL

– : perlakuan konvensional

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Suruh tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah lima kelas. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 1 yang berjumlah 25 orang dan kelas XII IPS 3 yang berjumlah 25 orang. Kelas XII IPS 1 merupakan kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan penggunaan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), sedangkan kelas XI IPS 3 sebagai kelas kontrol yang diberikan metode pembelajaran Konvensional.

Dalam pemilihan kelas yang dilakukan melihat dari hasil rata-rata nilai UKK untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen diambil dari nilai rata-rata yang terendah yaitu kelas XII IPS 1 dan kelas kontrol diambil dari nilai rata-rata yang tertinggi yaitu kelas XII IPS 3.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemiudian ditarik kesimpulannya [9]. Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah aktifitas siswa melalui metode pembelajaran CTL.

2. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK.

Tahap Persiapan Penelitian

1. Konsultasi dengan pihak sekolah dan guru bidang studi mengenai waktu penelitian, populasi dan sampel yang akan dijadikan sebagai subjek dalam penelitian.

2. Penyusunan perangkat pembelajaran yaitu berupa RPP, skenario pembelajaran, dan LKS.

3. Pembuatan instrumen penelitian berupa Pilihan Ganda untuk mengukur keterampilan proses dan hasil belajar, lembar observasi untuk mengukur keterlaksanaan model yang digunakan.

(14)

12

Tahap Pelaksanaan Penelitian

Memberikan tes awal (pre-test) untuk mengukur keterampilan proses dan hasil belajar siswa untuk kedua kelas yaitu kelas XII IPS 1 dan XII IPS 3. Kemudian menentukan kedua kelas tersebut sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen berdasarkan nilai rata-rata KKM.

Kelas Kontrol

Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran yang biasanya dipakai oleh guru yaitu model pembelajaran konvensional. Memberikan tes akhir (post-test) berupa soal pilihan ganda untuk mengukur peningkatan keterampilan proses dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Kelas Eksperimen

Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran CTL pada pembelajaran TIK dengan observer selama pembelajaran. Memberikan tes akhir (post-test) berupa soal pilihan ganda untuk mengukur peningkatan keterampilan proses dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan (treatment).

Tahap Akhir Penelitian

1. Mengolah data hasil pre-test dan post-test.

2. Menganalisis data hasil penelitian dan membahas temuan penelitian 3. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data

4. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian

Gambar 3.1

Tahapan – tahapan pelaksanaan penelitian

Intrumen Penelitian

(15)

13

mengajar dinamakan post-test. Test ini berupa tes pilihan ganda. Selain itu instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah check list untuk mengamati keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung dilakukan pada kelas ekperimen.

Metode Pengumpulan Data

Berikut metode yang dipakai dalam pengumpulan data yang digunakan :

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk mendapatkan data tentang daftar nama serta jumlah siswa pada penelitian ini. Dokumentasi juga berupa foto untuk memberikan gambaran secara lebih nyata mengenai suasana kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Pengamatan / Observasi

Dalam teknik observasi peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan terhadap yang sistematis objek yang diteliti [10]. Observasi digunakan untuk mengetahui apakah pembelajaran sesuai dengan skenario atau tidak dan mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam pembelajaran. Dalam observasi ini peneliti menggunakan lembar observasi keaktifan siswa berupa check list untuk mengamati keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Penelitian yang

berjudul “Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Penggunaan Multimedia dalam

Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 10 Palembang.” hal-hal yang diamati adalah

keaktifan siswa pada waktu belajar yang meliputi [11]: 1. Perhatian siswa dalam waktu belajar

a. Siswa tidak mengobrol dengan teman

b. Siswa tidak mengerjakan pekerjaan lain pada saat guru mengajar c. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru

2. Respon siswa dalam belajar

a. Siswa berani bertanya kepada guru b. Siswa menjawab pertanyaan guru 3. Kedisiplinan siswa dalam belajar

a. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan b. Siswa mengumpulkan tugas tepat waktu c. Siswa tidak keluar masuk kelas

(16)

14

Tabel 3.2. Cheeklist Observasi

Perilaku siswa No.absen Skor

123456...25

Dari hasil lembar observasi keaktifan siswa yang dilakukan sebelum dan sesudah diberikan metode pembelajaran CTL, didapatkan hasil adanya perubahan sikap siswa menjadi aktif. Sebelum diberikan model pembelajaran CTL didapatkan hasil kurang dari 40% siswa aktif. Namun terdapat perubahan yang signifikan setelah diterapkan model pembelajaran CTL lebih dari 60% siswa aktif.

3. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti. Wawancara memiliki sifat yang luwes, pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga segala sesuatu yang ingin diungkap dapat digali dengan baik. Wawancara merupakan sumber informasi yang amat baik. Dalam penelitian ini wawancara hanya ditujukan kepada guru pengampu mata pelajaran TIK dengan tujuan untuk lebih mengetahui bagaimana keadaan sistem pembelajaran yang sudah berlaku.

(17)

15

media pembelajaran masih kurang banyak siswa yang pasif, merasa bosan, mengantuk, kurang berkonsentrasi dan siswa ramai sendiri, prestasi hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional masih kurang karena masih banyaknya siswa yang hasil belajarnya dibawah nilai rata-rata.

4. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian berupa tes pilihan ganda dengan menggunakan materi yang memiliki tingkat yang sama dengan materi belajar pada tingkatan siswa yang menjadi sampel penelitian.

Tes dilakukan 2 kali, yaitu pre-test dan post-test. Test ini dibagi menjadi dua waktu yaitu test yang diberikan sebelum memulai proses kegiatan belajar mengajar dinamakan pre-test, sedangkan tes yang diberikan setelah proses kegiatan belajar mengajar dinamakan post-test. Adapun jenis tes pilihan ganda dalam penelitian adalah tes tentang Corel Draw, disini siswa dituntut untuk mengerjakan soal pilihan ganda sehingga didapatkan hasil berupa data yang berupa soal kemudian diolah.

Teknik Analisis Data

Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah statistik nonparametrik. Statistik nonparametrik didasarkan dari model yang tidak mendasarkan bentuk khusus dari distribusi data. Dalam hal ini adalah perbedaan hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Analisis data dilakukan dengan teknik uji Mann Whitney-U menggunakan program SPSS for Windows Release 16.0. Uji Mann Whitney-U biasanya digunakan dalam berbagai bidang, misalnya pada psikologi digunakan untuk membandingkan sikap dan perilaku. Dalam bidang pengobatan, digunakan untuk mengetahui efek obat apakah sama atau tidak. Dalam pendidikan, dapat digunakan untuk mengetahui prestasi siswa yang berbeda.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 01 Suruh Kabupaten Semarang yang terletak di Jl. Jatirejo No. 17 Desa Jatirejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Suruh pada tahun terdiri dari kelas X, XI dan XII yang seluruhnya terdapat 15 kelas, 5 kelas X, 5 kelas XI, dan 5 kelas XII. Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Suruh tahun ajaran 2013/2014, yaitu kelas XII IPS 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XII IPS 3 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga September 2014.

Uji Pre-test dan Post-test Analisis Deskriptif Statistik

(18)

16 Tabel 3.2

Perolehan nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Eksperimen Kontrol

Rata-rata nilai post-test kelompok eksperimen yang sebesar 76,32 ternyata lebih besar daripada rata-rata nilai pre-test yang sebesar 68. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai kelompok eksperimen setelah dilakukan treatment. Kemudian dari uji Mann Whitney post-test dan pre-testt kelompok eksperimen diperoleh hasil yaitu nilai Asymp.Sign.2-tailed sebesar 0,008 < 0,050 yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pre-test dan post-test kelompok eksperimen.

Pada penghitungan signifikansi perbedaan skor post-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan rata-rata kelompok eksperimen sebesar 30,06 dan rata-rata kelompok kontrol sebesar 20,94. Hasil ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dengan selisih 9,12. Sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Suruh melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Dengan demikian hipotesis yang diajukan penulis yang menyatakan bahwa

“Ada Peningkatan yang Signifikan pada hasil belajar siswa kelas XII IPS 1 SMA

Negeri 1 Suruh yang diberikan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)” diterima.

Pembahasan Hasil Penelitian

(19)

17 Tabel 3.4

Perbedaan Proses Pembelajaran

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Berpusat pada guru Metode pembelajaran CTL

Siswa adalah penerima informasi secara pasif Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran

Pembelajaran sangat abstrak Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan yang nyata.

Waktu dalam latihan praktik lebih sedikit, pemberian materi lebih banyak

Waktu dalam praktik lebih banyak daripada pemberian materi

Pemberian soal latihan berupa soal yang sederhana seperti membuat bentuk-bentuk bidang datar .

Pemberian soal latihan berupa contoh logo sederhana yang sering mereka temui dalam

Activating Knowledge Guru mengulas materi tentang menu dan ikon serta tools-tools dalam perangkat lunak.

Siswa memperhatikan dan mempraktekkan langsung dikomputer masing-masing Acquiring Knowledge Pemberian materi sesuai untuk

pertemuan tersebut

Applying Knowledge Guru memberikan soal latihan untuk mengukur ketrampilan proses dan hasil belajar siswa.

Siswa mengerjakan soal latihan dengan membuat logo sederhana yang sering mereka temui.

Reflecting Knowledge Guru bertanya kepada siswa bagaimana tanggapan mereka

(20)

18

CorelDRAW, mengenalkan bagian-bagian program CorelDRAW, mengenalkan fasilitas toolbox pada program CorelDRAW. Siswa memahami dan mendapatkan materi dari penjelasan guru dan mempraktekkan langsung pada komputer masing-masing. Guru memberikan pemodelan dengan membuat logo flash distro. Siswa memahami dan memperhatikan guru yang sedang memberikan pemodelan. Guru memberikan soal latihan untuk mengukur ketrampilan proses dan hasil belajar siswa. Siswa mengerjakan soal latihan dengan membuat logo sederhana yang sering mereka temui. Guru bertanya kepada siswa untuk menanyakan bagian mana yang belum dimengerti dan kesulitan apa saja yang ditemui.

Pertemuan kedua, guru menjelaskan tentang mengelola dokumen, membuat objek dasar, mengolah obyek vektor, membuat teks pada CorelDRAW. Kemudian guru memberikan latihan untuk mengukur ketrampilan proses dan hasil belajar siswa. Siswa mengerjakan soal latihan dengan membuat gradasi warna serta memberikan teks.

Pertemuan ketiga, guru menjelaskan tentang pengelolaan obyek dasar, efek interaktif pada obyek vektor, menyimpan gambar dalam format bitmap, mencetak gambar. Siswa mendegarkan guru yang sedang mengajar dan mempraktekkan langsung di komputer masing-masing. Selanjutnya guru memberikan latihan untuk mengukur ketrampilan proses dan hasil belajar siswa. Siswa mengerjakan soal latihan dengan membuat logo sederhana.

Guru bersama-sama siswa membuat refleksi tentang apa yang sudah dipelajari. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan cukup maksimal, saat dimulai sudah terlihat semangat karena siswa termotivasi untuk belajar menggunakan aplikasi CorelDraw. Jalannya proses pembelajaran berjalan cukup lancar dan sudah baik. Siswa juga terlihat sangat senang saat proses pembelajaran berlangsung, dan ditunjukan dengan adanya hasil belajar yang lebih baik.

Kelompok kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Pada kelas kontrol kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru. Sedangkan kelompok eksperimen dengan metode pembelajaran Contextual Teaching and Lea rning (CTL). Dari hasil analisis yang ditunjukkan Asymp sig.2-tailed adalah 0,008 < 0,05 sehingga hasil uji signifikan secara statistik menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan pada hasil belajar kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan (treatment). Rata-rata kelompok eksperimen meningkat dari 24,42 menjadi 30,06 pada post-test karena kelompok ekperimen ini diberikan perlakuan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

(21)

19

yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan dari tugas yang diberikan. Tugas yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari sebagai contoh logo sederhana yang sering mereka temui sebagai contoh logo indomart dan siswa diberi kesempatan untuk mengolah dan mengeksplorasi berbagai toolbox pada aplikasi CorelDraw yang tepat untuk menyelesaikannya. Sehingga pemahaman siswa akan lebih kuat. Selain itu siswa juga lebih aktif saat kegiatan pembelajaran. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Contextual Tea ching and Lea rning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa sangat perlu diberi perhatian khusus pada penekanan teori serta frekuensi pratikum pada mata pelajaran TIK terutama pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Suruh tahun ajaran 2014/2015, melihat dari hasil analisa terdapat beberapa siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi setelah diberikan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Bila keadaan ini dipertahankan terus menerus maka akan semakin meningkatkan prestasi siswa di masa yang akan datang.

5. SIMPULAN

Permasalahan pada penelitian ini adalah guru menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah). Sehingga siswa menjadi pasif dalam pembelajaran karena guru menerapkan metode ceramah dalam pembelajaran TIK di SMA Negeri 1 Suruh. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang menggunakan metode CTL untuk mengetahui perubahan sikap dan hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yang terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebelum dan sesudah diberikan metode pembelajaran CTL, didapatkan hasil adanya perubahan sikap siswa menjadi menjadi aktif dan kreatif. Siswa dapat membangun pola pikir yang baru untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat menemukan beragam cara belajar siswa yang sesuai dengan masing – masing individu, serta menjadikan siswa lebih aktif dalam bertanya. Sebelum diberikan model pembelajaran CTL kurang dari 40% siswa aktif. Namun terdapat perubahan yang signifikan setelah diterapkan model pembelajaran CTL lebih dari 60% siswa aktif.

(22)

20

6. SARAN

Bagi pihak sekolah terutama kepala sekolah selaku pimpinan di sekolah diharapkan mendukung maupun memfasilitasi dalam penggunaan berbagai model pembelajaran yang diterapkan oleh para guru, sehingga tercipta kondisi belajar mengajar yang kondusif dan mampu menciptakan siswa yang lebih unggul di masa yang akan datang. Para guru hendaknya menindaklanjuti penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran TIK dan lain-lain, karena dengan metode pembelajaran ini proses belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan memaksimalkan hasil belajar siswa. Bagi penelitian yang akan datang perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan pokok bahasan lain yang menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran TIK, misalnya penerapan aplikasi Adobe Photoshop, autoCAD, dan aplikasi lainnya. Dan diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian dengan topik sejenis.

7. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran : Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta.

[2]. Joyce dan Weil. 2008. Model of Teaching. Needham Height, Massachusets : Alyn and Bachon.

[3]. Elaine B. Johnson. 2007 Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Media Utama

[4]. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.

[5]. Drs. Rusman. M. Pd. Model Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Persindo Persada.

[6]. Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

[7]. Sudjana, Nana. 2010. Dasar Da sar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Algesindo.

[8]. Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

[9]. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung : Alfabeta.

[10]. Abdurahman M dan Muhidin S A. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

[11]. Diedrich, Paul D. Dalam Desi (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Gambar

Tabel 3.1 Desain kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Gambar 3.1  tahapan pelaksanaan penelitian
Tabel 3.2. Cheeklist Observasi
Tabel 3.2 Perolehan nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
+2

Referensi

Dokumen terkait

dia beribadah kecuali hanya kepada Allah Ta’ala semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dia mencintai tauhid dan orang yang bertauhid, serta

[r]

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B8, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

pendudukan Jepang. Berdasarkan alasan itu, pada tahun 1947 pemerintah berencana untuk membuka kembali Bursa Efek Jakarta. Akan tetapi, rencana ini tertunda karena

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kombinasi serutan kayu meranti dan batang kelapa sawit terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel dan untuk

yang dijual dengan akta ini dalam segala hal, urusan. dan tindakan, tidak ada yang dikecualikan,

Semakin besar beban pajak yang harus dibayarkan maka semakin kecil laba bersih yang dihasilkan (Rosanti, 2013). Koreksi negatif menyebabkan laba fiskal berkurang sehingga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik minat belajar, motivasi belajar, dan prestasi belajar mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas