• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Stres Kerja Dengan Prestasi Kerja Perawat Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Stres Kerja Dengan Prestasi Kerja Perawat Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2016"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Sumber daya manusia merupakan salah satu kunci pokok yang harus diperhatikan, dengan segala kebutuhannya dalam sebuah Rumah Sakit. Sumber daya manusia yang dimiliki sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit (Johani,2002). Salah satu sumber daya yang terpenting dalam rumah sakit adalah perawat, dimana jumlah perawat merupakan jumlah terbesar dari seluruh petugas yang ada di rumah sakit.

Keberadaan perawat adalah sebagai ujung tombak pelayanan harus benar-benar diperhatikan dan dikelola secara profesional sehingga memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat dan untuk kemajuan rumah sakit itu sendiri (Depkes, 2003).

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI NO.938/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan subspesialistik serta memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalm rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

(2)

dilihat di setiap instalasi pelayanan kesehatan rumah sakit, dimana tenaga-tenaga kesehatan dituntut selama 24 jam siap siaga dalam pelayanan jasa pasien.

Stres kerja merupakan salah satu masalah yang serius didunia bahkan stres ditempat kerja bisa membebani perusahaan dengan biaya yang mahal karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The SeventhAnnual Labour Day Survey (2001) melaporkan bahwa 1 dari 5 orang penduduk Amerika mengalami stres kerja disepanjang hidup mereka. Survei ini juga dilakukan oleh Yale University and The Families Work Institute yang mengatakan bahwa 40% pekerja di Amerika juga mengalami stres berat berkaitan dengan pekerjaan mereka (Akramunnas, 2009).

Selye (1950, dikutip dari Hidayat, 2007) mengatakan bahwa stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Artinya bila seseorang yang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, yang menyebabkan orang tersebut dapat mengalami stres. Sebaliknya apabila seseorang yang dengan beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon dengan baik, maka orang itu tidak akan mengalami stres.

(3)

tinggi, karena tugas dan tanggung jawab perawat bukanlah hal yang ringan untuk dipikul hal inilah yang bisa menimbulkan stres kerja pada perawat. Tingkat stres yang tinggi yang dihadapi oleh perawat didalam bekerja akan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan secara tidak langsung akan mempengaruhi ritme kinerja para perawat yang dituntut untuk memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan skill, knowledge dan kemampuan psikologis dalam menghadapi tantangan kerja padaperawatan pekerjaan untuk memberikan layanan yang berkualitas kepadapasien dan keluarganya.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat tidak terlepas dari penilaian kinerja perawat untuk melihat prestasi kerja perawat sebagai bentuk penghargaan atau reward kepada perawat yang kinerja nya baik.

Seorang pekerja dalam hal ini perawat dikatakan memiliki prestasi dalam bekerja, jika beban kerja yang ditetapkan tercapai atau jika realisasi hasil lebih tinggi daripada yang ditetapkan. Kondisi ini disebut prestasi dalam kategori terbaik. Tuntutan yang tidak mampu dikendalikan oleh setiap perawat akan menimbulkan ketegangan dalam diri perawat dan jika tidak dapat diatasi maka perawat tersebut akan mengalami stress (Hariandja, 2002).

(4)

Karakteristik inti tersebut menjadi perilaku dan sikap standar bagi semua tenaga kerja dan dijadikan standar dalam menyeleksi calon tenaga kerja baru (Dharma, 1995).

Hampir setiap kondisi pekerjaan dapat menyebabkan stress, tergantung reaksi pekerja bagaimana menghadapinya. Faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan stress pada diri pekerja antara lain beban kerja yang berlebihan, desakan waktu dalam menangani pasien yang membuat perawat tertekan, beberapa tekanan juga datang dari sikap pimpinan, konflik dan ambiguitas peran mampu menyebabkan stress bagi pekerja (Davis, 1996).

Seorang perawat yang dalam bidang pengabdiannya selalu bertemu dengan orang lain dan berinteraksi sosial, komunikasi dengan teman sejawat dan pasien. Dalam pengabdiannya, seorang perawat tidak dapat memilih pasien yang dirawatnya. Dirumah sakit seorang perawat ditempatkan disuatu ruangan tertentu. (Singgih D.Gurasa dan Ny.Singgih D.Gurasa, 2003).

Pasien yang dihadapi menderita penyakit yang berbeda-beda, mereka yang berasal dari berbagai latar belakang dengan usia yang berbeda-beda pula. Pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia juga mengakibatkan stres, contoh tenaga medis mempunyai beban kerja yang berat dan harus menghadapi situasi kehidupan dan kematian setiap hari. (Bart Smet,1993).

Keadaan ini sama halnya dengan semakin besar tekanan yang dialami seseorang maka makin besar stres yang dialami. (Abraham Charles,1997).

(5)

komunikasi dengan atasan dan teman kerja tidak baik, mudah bosan , merasa tidak puas terhadap sesuatu yang salah dan beban kerja untuk gaji, merasa tidak seefisien sebagaimana mestinya, merasa tidak mempunyai perasaan secara emosional terhadap masalah dan kebutuhan orang lain dan frustasi dalam melaksanakan pekerjaan.

Stress dapat membantu atau merusak prestasi kerja tergantung seberapa besar tingkat stress itu. Bila tidak ada stress, tantangan kerja juga tidak ada dan prestasi kerja cenderung menurun, sejalan dengan meningkatnya stress, prestasi kerja cenderung naik karena stress kerja membantu perawat untuk mengarahkan segala sumber daya dalam memenuhi kebutuhan kerja. Bila stress kerja terlalu besar maka prestasi kerja cenderung menurun karena stress mengganggu pelaksanaan pekerjaan.Pekerja kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya, menjadi tidak mampu mengambil keputusan, dan perilakunya menjadi tidak menentu (Gitosudarmo, 2000).

Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar merupakan salah satu Rumah Sakit yang dikelola oleh pihak swasta yang beroperasi selama 24 jam yang baru saja menerima pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan yang mengakibatkan bertambahnya jumlah pasien dari hari ke hari yang mengakibatkan beban kerja perawat pun meningkat. Rata-rata jumlah pasien di ruang IGD pada bisa mencapai 30 orang setelah penerimaan pelayanan BPJS di

(6)

IGD (Instalasi Gawat Darurat), 10 orang perawat di ruang ICU (Intensive Care Unit) dan sisanya perawat yang diruang rawat inap dan di poliklinik rawat jalan.

Pada survey awal yang dilakukan penulis dengan melakukan wawancara ke beberapa perawat, diperoleh informasi bahwa di ruang IGD dan ICU merupakan lingkungan kerja yang memiliki kecenderungan stres yang tinggi. Hal

ini dimungkinkan karena perawat IGD dan ICU dihadapkan pada pasien dengan

kondisi jiwa yang terancam, sehingga membutuhkan perhatian, pengetahuan dan

keterampilan khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat.

Hal lain juga sebagai penyebab stres bagi perawat IGD dan ICU berasal

dari keluarga pasien sehingga keluarga pasien sering mengeluh dan memberikan

kritikan–kritikan sepihak tanpa mempertimbangkan beban dan situasi kerja

perawat. Kondisi ini pula menjadi penyebab lain stres bagi perawat. Selain

kondisi pasien yang kritis, ruang IGD dan ICU yang dilengkapi dengan berbagai

fasilitas yang memerlukan keterampilan khusus seperti monitor jantung, respirator

dan suasana kerja yang tenang memberikan kesan yang serius, serta menuntut

ketrampilan khusus untuk dapat melaksanakan pekerjaan di ruang IGD dan ICU.

Kondisi kerja tersebut juga merupakan stressor yang kuat terhadap stres kerja

bagi Perawat IGD dan ICU.

(7)

berdasarkan izin pihak rumah sakit yang hanya mengizinkan peneliti melakukan penelitian pada dua shift.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka permasalahan penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan stres kerja perawat dengan prestasi kerja pada perawat di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres kerja perawat dengan prestasi kerja pada perawat di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tingkat stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2016.

2. Mengetahui tingkat prestasi kerja pada perawat di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2016.

(8)

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ho : Tidak ada hubunganstres kerja perawat dengan prestasi kerja pada perawat di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2016 2. Ha : Ada hubungan stres kerja perawat dengan prestasi kerja pada

perawat di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2016

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada rumah sakit dalam mengatasi masalah stress kerja dan upaya meningkatkan prestasi kerja perawat.

2. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pemikiran guna memperluas cakrawala wawasan dalam bidang manajemen sumber daya manusia khususnya dalam masalah stress kerja dan prestasi kerja perawat.

Referensi

Dokumen terkait

PEMBELAJARAN PERAKITAN KOMPUTER DENGAN MODEL SAVI BERBANTUAN MULTIMEDIA 3D UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Merujuk pada definisi politik sendiri yaitu tentang seni untuk mencapai tujuan, maka dalam tahap ini siswa SMA akan mempelajari sesuatu yang praktis, seperti bernegosiasi, debat

temperatur yang tinggi pada gesekan antara permukaan pahat dengan benda kerja,.. gesekan antara chip dengan sudut bebas

Siswa dapat pula langsung belajar dalam sistem dengan memilih kategori yang akan dipelajari seperti kategori dari bangun dan bangun ruang dimana setiap objek dari

Shihab, et al, “ RSM Based Study of Cutting Temperature during Hard Turning with Multilayer Coated Carbide Insert”, International Conference on Materials Processing

antara hasil pengukuran respon nyeri saat istirahat dengan skor nyeri saat positioning pada masing – masing alat ukur BPS dan CPOT menunjukkan tingkat korelasi yang

Observation guide was used to measure the aspects of enthusiasm, excitement, discipline, and totality of the lower grade elementary school students when they were

SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PEMASANGAN JARINGAN INTERNET WIFI.ID PADA PT.TELKOM AKSES.. KABUPATEN KUDUS