• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasar dan Perilaku Konsumen pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pasar dan Perilaku Konsumen pdf"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

i KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Agung, Shalawat serta Salam tercurah limpah kepada baginda Nabi Besar Muhammad Saw, juga kepada keluarganya, para shahabatnya, pengikut dan orang-orang yang berada di jalannya hingga akhir zaman. Alhamdulillaah dengan segala syukur kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pasar dan Perilaku Konsumen”. Makalah ini adalah hasil dari kesabaran dan perjuangan meskipun kami menyadari masih ada kekurangan di dalamnya.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Farah Ruqoyah, S.S., M.Si, selaku Dosen Mata Kuliah Sosiologi Ekonomi yang telah memberikan tugas ini kepada kami dan membantu kami sebagai penulis menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dan bekerja sama menyusun makalah ini.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok, menambah wawasan bagi para pembaca, memberikan gambaran tentang pasar dan proses perilaku konsumen dalam ekonomi khususnya yang berkaitan dengan pasar secara ringkas dan mudah dipahami. Kemudian, kami berharap para pembaca bisa mengambil pelajaran dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari serta mengamalkannya.

Semoga makalah ini bermanfaat dan bisa menjadi bahan evaluasi dan tolak ukur dalam makalah-makalah lainnya khususnya bagi mata kuliah Sosiologi Ekonomi di masa yang akan datang. Mohon kritik dan sarannya. Terima kasih.

Penulis,

(2)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

BAB II ... 2

PEMBAHASAN ... 3

A. Pasar Konsumen ... Error! Bookmark not defined. B. Perilaku Konsumen ... 9

C. Model Perilaku Konsumen ... 11

D. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Konsumen ... 16

E. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen ... 18

G. Studi Kasus Pasar dan Perilaku Konsumen ... 24

BAB III ... 26

PENUTUP ... 26

A. Simpulan ... 26

B. Saran ... 26

(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Secara sosiologis, pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Transaksi ini terjadi atas dasar kesepakatan atas dua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli. Di setiap wilayah, khususnya di Indonesia, kita dapat menjumpai pasar dengan mudah. Karena pasar merupakan sumber kehidupan bagi warga masyarakat maka pasar banyak dijumpai di setiap wilayah di Indonesia.

Pasar merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang ada dalam masyarakat, bahkan aktivitas pasar merupakan puncak aktivitas ekonomi setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pasar menjadi cerminan aktivitas ekonomi yang di dalamnya tidak hanya terjadi proses jual beli, tetapi banyak hal yang bisa dilakukan seperti interaksi sosial yang menjadi dasar perilaku individu untuk menentukan tindakan ekonomi.

Konsumen membuat banyak keputusan pembelian setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan pembelian konsumen secara sangat rinci untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak yang mereka beli, kapan mereka membeli, dan mengapa mereka membeli.1

Pemasar dapat mempelajari pembelian konsumen yang sebenarnya untuk menemukan apa yang mereka beli, di mana dan berapa banyak. Tetapi mempelajari tentang mengapa terjadi suatu perilaku pembelian konsumen tidaklah mudah jawabannya sering terkunci jauh didalam pikiran konsumen.

(4)

2 Konsumen merupakan unsur terpenting ekonomi, perilakunya sangat penting dalam kemajuan ekonomi dan menentukkan ekonomi masyarakat. Dalam aktivitasnya, konsumen selaku penikmat mempunyai banyak sekali perilaku yng perlu untuk dipahami. Oleh karena itu penting untuk di rumuskan dalam makalah dengan judul Pasar dan Perilaku Konsumen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalaha tersebut, maka dapat di simpulkan bahwa rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud pasar pasar?

2. Apa saja unsur-unsur pasar dan penggolongan pasar?

3. Bagaimana konsep, model, dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi perilaku konsumen?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka diambil tujuan makalahnya dalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pasar pasar;

2. unsur-unsur pasar dan penggolongan pasar

(5)

3 BAB II

PEMBAHASAN A. Definisi Pasar

Berbicara pasar secara sempit tentunya bicara tentang suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan jasa, dalam hal secara sempitnya. Sedangkan pengertian pasar secara luas adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang atau jasa dan pembeli yang mengeluarkan uang untuk membeli barang dengan harga tertentu.

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan. Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan di alun-alun kota atau tempat parkir, pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional dan pasar komoditas, hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar ilegal seperti pasar untuk obat-obatan terlarang.

(6)

4 Pengaruh ini merupakan studi utama ekonomi dan telah melahirkan beberapa teori dan model tentang kekuatan pasar dasar penawaran dan permintaan. Ada dua peran di pasar, pembeli dan penjual. Pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam masyarakat. Pasar mengizinkan semua item yang diperdagangkan untuk dievaluasi dan harga. Sebuah pasar muncul lebih atau kurang spontan atau sengaja dibangun oleh interaksi manusia untuk memungkinkan pertukaran hak (kepemilikan) jasa dan barang.

Beberapa ahli di bidang ekonomi pernah menjelaskan tentang definisi pasar. Berikut adalah penjelasan mengenai pengertian pasar menurut para ahli:

1. William J. Stanton

Menurut William J. Stanton, pengertian pasar adalah sekumpulan orang yang ingin meraih kepuasan dengan menggunakan uang untuk berbelanja, serta memiliki kemauan untuk membelanjakan uang tersebut.

2. Kotler dan Amstrong

Pengertian pasar menurut Kotler dan Amstrong adalah sejumlah pembeli aktual dan juga potensial dari sebuah produk atau jasa. Besarnya pasar tergantung pada jumlah orang yang punya kebutuhan dan mau melakukan transaksi. Banyak pemasar yang manganggap bahwa pembeli dan penjual adalah sebuah pasar, dimana pembeli akan menerima produk/ jasa yang diinginkan setelah melakukan pembayaran. Dan penjual akan mengirimkan produk/ jasa yang telah dibayar oleh si pembeli.

3. Simamora

(7)

5 4. Handri Ma’aruf

Pengertian pasar menurut Handri Ma’aruf adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli, dimana terjadi interaksi permintaan dan penawaran antara penjual dan pembeli hingga terjadi transaksi jual dan beli.

5. Atep Adya Barata

Pengertian pasar menurut Atep Adya Barata adalah tempat dimana berkumpulnya penjual dan calon pembeli, baik secara langsung maupun tak langsung saling berhubungan melaksanakan pertukaran, baik barang maupun jasa.

6. Dr. Winardi SE

Menurut Dr. Winardi SE, Pengertian Pasar adalah sebuah tempat dimana secara ideal harga-harga pada waktu tertentu adalah sama untuk semua penjual dan pembeli.

7. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Pengertian pasar menurut KBBI adalah sekumpulan orang yang melakukan kegiatan transaksi jual-beli. Pasar merupakan sebuah tempat untuk kegiatan jual-beli yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi atau perkumpulan dengan maksud untuk mencari derma.

Dari penjelasan tersebut, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pasar adalah tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual dan beli untuk memenuhi kebutuhan.

B. Unsur-unsur dan Penggolongan Pasar

Dari penjelasan definisi pasar maka kita dapat mengetahui ciri-ciri pasar, yaitu:

a. Ada barang atau jasa yang diperjualbelikan b. Terjadi transaksi jual beli

(8)

6 d. Terjadinya interaksi antara pembeli dan penjual

e. Transaksi terjadi ketika ada kesepakatan antaran penjual dan pembeli

Secara umum pasar dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Walaupun pasar tradisional telah mengalami gempuran dari pasar modern, namun cukup banyak masyarakat yang lebih memilih belanja di pasar tradisional.

1. Pasar Tradisional

Pengertian pasar tradisional adalah sebuah tempat bertemunya para penjual dan pembeli serta terjadi proses jual beli secara langsung yang melalui proses tawar menawar. Bentuk bangunan pasar tradisional ini berupa kios, los, atau gerai.

Barang yang dijual di pasar tradisional adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari. Pasar jenis ini mudah ditemukan di berbagai daerah, misalnya pasar Klewer di Solo, pasar Minggu di Jakarta, dan pasar Beringharjo di Yogyakarta.

2. Pasar Modern

Pasar modern adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta melakukan transaksi. Namun, di pasar modern tidak terjadi proses tawar menawar karena barang yang dijual sudah diberi label harga pas.

Bentuk pasar modern ini berada di dalam bangunan dimana para pelayanannya dilakukan secara mandiri atau swalayan, dan bisa juga dilayani oleh seorang pramuniaga. Barang-barang yang dijual di pasar tradisional biasanya kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang tahan lama. Contoh pasar pasar modern; minimarket, supermarket, dan lain sebagainya.

1. Jenis-Jenis Pasar yang Ada di Masyarakat

(9)

7 a. Pasar Berdasarkan Sifat dan Waktu Kegiatannya

Jenis pasar yang satu ini dapat kita ketahui dengan melihat sifat dan waktu kegiatannya. Diantaranya adalah:

a. Pasar harian: pasar yang kegiatannya dilakukan setiap hari, misalnya pasar tanah abang.

b. Pasar mingguan: pasar yang kegiatannya hanya terjadi sekali dalam seminggu, misalnya pasar minggu.

c. Ada Pasar tahunan: pasar yang kegiatannya hanya terjadi sekali dalam satu tahun, misalnya Pasar Raya Jakarta (PRJ)

d. Pasar Temporer: pasar yang kegiatannya hanya pada waktu tertentu saja, misalnya bazar murah

b. Pasar Berdasarkan Wujudnya

Jenis pasar ini bisa kita kenali dengan melihat wujudnya. Diantaranya adalah:

a. Pasar konkret (pasar nyata): pasar dimana terjadi hubungan langsung antara penjual dan pembeli, misalnya pasar tradisional dan pasar swalayan b. Pasar Abstrak (pasar tak nyata): pasar dimana terjadi pertemuan langsung

antara penjual dan pembeli, namun barang yang diperjualbelikan tidak secara langsung, misalnya pasar modal.

c. Pasar Berdasarkan Jangkauannya

Betnuk pasar ini mudah kita kenali dengan melihat jangkauannya di masyarakat, diantaranya adalah:

(10)

8 b. Pasar nasional: pasar yang menjangkau pembeli di dalam satu negara. Dengan kata lain, pasar nasional ini dapat melayani permintaan dari berbagai daerah dalam satu negara.

c. Pasar internasional: pasar yang penjualannya sudah bisa menjangkau berbagai negara di seluruh dunia.

d. Pasar Berdasarkan Bentuk dan Strukturnya

Jenis pasar dapat kita kenali dari bentuk dan strukturnya, diantaranya adalah:

1. Pasar persaingan sempurna (Perfect Competition Market)

Pasar yang di dalamnya terdapat banyak pembeli dan penjual dan mereka sudah paham tentang keadaan pasar tersebut

2. Pasar persaingan tak sempurna (Inperfect Competition Market)

Pasar yang terdiri dari beberapa penjual yang menguasai pasar, jumlah penjual biasanya tidak terlalu banyak.

Lebih lanjut, pasar persaingan tidak sempurna dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pasar oligopoli, pasar monopoli, dan pasar monopolistik.

a. Bentuk Pasar Oligopoli: pasar yang terdiri dari dari beberapa penjual yang memasarkan barang khusus, dimana masing-masing penjual dapat saling mempengaruhi harga, misalnya perusahaan semen dan industri telekomunikasi.

b. Pasar Monopoli: pasar dimana seluruh penawaran terhadap permintaan telah dikuasai oleh satu organisasi penjual tertentu.

(11)

9 2. Peran dan Fungsi Pasar di Masyarakat

Secara umum, ada 5 fungsi dan peran pasar bagi masyarakat, diantaranya adalah:

a. Menetapkan harga; menetapkan harga suatu barang/ jasa sesuai dengan permintaan dan penawaran di pasar.

b. Mengorganisir produksi; menentukan metode produksi yang paling sesuai dengan memaksimalkan rasio antara output produk dengan input sumber daya.

c. Mendistribusikan produksi; pasar berperan sebagai distributor pembayaran kepada para pelaku pasar, dalam hal ini tenaga kerja sesuai produktifitasnya.

d. Menyelenggarakan penjatahan; bertujuan untuk membatasi konsumsi dari produksi yang tersedia. Masing-masing pembeli mendapatkan jatah sesuai dengan daya belinya.

e. Menyediakan barang dan jasa untuk masa depan; pasar turut berperan sebagai fasilitator dalam hal pengelolaan tabungan dan investasi. Pasar yang memfasilitasi investasi dan tabungan adalah pasar modal.

C. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah suatu tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Fokus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang. Selain itu, ada beberapa pengertian perilaku konsumen menurut para ahli, antara lain:

Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be

defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using,

(12)

10

they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

Menurut Ebert dan Griffin (1995) Consumer behavior dijelaskan sebagai:

The various facets of the decision of the decision process by which customers

come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.

Ada tiga wujud konsumen yaitu:

1. Personal Consumer: konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau

jasa untuk penggunaannya sendiri.

2. Organizational Consumer: konsumen ini membeli atau menggunakan

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.

3. Konsumsi dalam pandangan sosiologi sebagai masalah selera, identitas, atau gaya hidup maksudnya terkait kepada aspek-aspek sosial budaya. Sosiolog memandang dari segi selera sebagai sesuatu yang dapat berubah, difokuskan pada kualitas simbolik dari barang (maksudnya jika di lihat orang menjadi menarik dan modis), dan tergantung dari persepsi tentang selera orang lain. Konsumsi adalah kegiatan atau tindakan mempergunakan komoditas barang atau jasa untuk memenuhi keinginan, dengan cara atau sikap yang umum, yang dipengaruhi oleh struktur dan pranata sosial di sekitarnya.

Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu:

(13)

11 langsung pada sikap dan perilaku konsumen. Kelompok referensi akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.

b. Faktor internal adalah merupakan faktor yang termasuk adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.

Selain itu perilku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical

activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of

goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.2

D. Model Perilaku Konsumen

Kegiatan konsumsi adalah tindakan atau kegiatan mempergunakan barang/jasa, di mana tindakan itu didasarkan pada makna subjektif, rasionalitas, emosi dan motif tertentu dari individu agar di mengerti dan dipahami oleh orang lain.

Weber (1978) berpendapat bahwa selera merupakan pengikat kelompok dalam (ingroup). Actor-aktor kolektif berkompetisi dalam penggunaan barang-barang simbolik. Keberhasilan dalam berkompetisi ditandai dengan kemampuan untuk memonopoli sumber budaya, sehingga akan meningkatkan prestis dan solidaritas kelompok dalam.

Sedangkan Veblen (1973) memandang selera sebagai senjata dalam berkompetisi. Kompetisi tersebut berlangsung antar pribadi, antara seseorang dengan orang lain. Jika dalam masyarakat tradisional, keperkasaan seseorang

(14)

12 sangat dihargai; sedangkan dalam masyarakat modern, penghargaan diletakkan atas dasar selera dengan mengkonsumsi sesuatu yang merupakan refleksi dari kepemilikan. Dalam masyarakat perkotaan, anggota kelas tertentu mempunyai kemampuan untuk mengonsumsi barang-barang tertentu yang dilekatkan pada gaya hidup dari kelompok status tertentu.

Kapitalisme pasar membentuk manusia menjadi makhluk ekonomi sebagai satu-satunya dimensi kehidupannya. Tentu saja, kemudian, hubungan sosial antar sesama manusia sarat dengan simbol dan logika ekonomi.

Ketika produksi kapitalisme mencapai puncak kelimpahan barang, sehingga kebutuhan tercukupi, perusahaan berusaha bukan hanya mencipta barang, namun sekaligus menciptakan kebutuhan. Ini merupakan upaya kapitalisme pasar untuk terus menguasai kehidupan. Melalui berbagai instrumen dan cara-cara persuasif, kapitalisme memaksa masyarakat mengkonsumsi tanpa henti. Muncul kemudian kebutuhan semu, bukan karena butuh (need), namun lebih pada ingin (want).

Produksi tentu tak lepas dari konsumsi, pasangannya. Sebab keduanya saling membutuhkan. Pada awal perkembangan masyarakat, produksi adalah upaya usaha memenuhi kebutuhan sendiri. Namun, karena barang yang dihasilkan berlebih maka ditukarkan barang lain, untuk tujuan yang berbeda. Pertukaran barang ini kemudian memunculkan pasar, dan barang tersebut berubah nilainya menjadi komoditas. Karl Marx melihat hal tersebut sebagai perubahan nilai guna (use value) menjadi nilai tukar (exchange value).

(15)

13 Tentu saja perubahan pola perilaku konsumsi tidak terjadi begitu saja. Perubahan pola dan perilaku konsumsi terjadi seiring perkembangan infrastruktur masyarakat. Berbagai penemuan di bidang teknologi dan meletusnya Revolusi Industri, mengkonsumsi menjadi niscaya setelah produksi. Produksi barang secara massal meniscayakan proses produksi mengalami percepatan. Begitu pula usaha untuk menghabiskan dan menggunakan barang. Zaman ini memunculkan masyarakat baru yakni masyarakat konsumen. Masyarakat inilah yang menjadi pengguna barang yang dihasilkan oleh produksi massal tersebut.

Perubahan sosial serta produksi massa industrial yang mempengaruhi pola perilaku mengkonsumsi mendorong beberapa tokoh untuk mengkajinya. Oleh Haryanto Soedjatmiko, dalam Saya Berbelanja, maka Saya Ada: Ketika Konsumsi dan Desain Menjadi Gaya Hidup Konsumeris (Jalasutra: 2008), membagi perilaku konsumsi ke dalam tiga periode dengan masing-masing kondisi sosial di sekitarnya. Tiga periode tersebut yakni; periode klasik, kemunculan sosiologi konsumsi, dan periode posmodernis.

Teori konsumsi klasik digawangi oleh Karl Marx, Max Weber, dan George Simmel. Pada dasarnya Marx adalah seorang yang lantang mengecam kapitalisme dengan berbagai implikasi eksploitasinya. Sehingga, tak mengherankan bila Marx mengatakan bahwa hasil produksi tidak secara langsung terkait dengan kebutuhan masyarakat. Barang produksi adalah komoditas yang mendahulukan nilai tukar daripada nilai guna. Dalam kondisi demikian, masyarakat merupakan obyek yang didorong produsen untuk mengkonsumsi. Masyarakat berada pada subordinat produksi, di mana produsen mampu menciptakan kebutuhan masyarakat.

(16)

14 konsumsi tidak berhenti. Masyarakat mulai sadar akan kesenangan berkat kemajuan industri.

Tokoh berikutnya adalah George Simmel, yang menekankan interaksi pertukaran, terutama dalam perekonomian. Munculnya uang sebagai alat tukar dan munculnya perkotaan memunculkan model baru dalam mengkonsumsi. Pertumbuhan kelas sosial urban dan model konsumsi baru tersebut tidak bisa dipisahkan dari modifikasi barang konsumsi. Pertumbuhan imajinasi mengenai barang konsumsi muncul dari penilaian terhadap barang konsumsi. Puncak imajinasi itu bergantung dan berperan pada munculnya masyarakat urban yang berorientasi pada pemasaran mode (fashion) (Chaney, 2006: 55). Simmel menyimpulkan bahwa mengkonsumsi membentuk konstruksi masyarakat dan menimbulkan budaya baru masyarakat. Di sini terjadi pergeseran dari masyarakat konsumen (consumer society) menjadi budaya konsumen (consumer culture).

Kemudian muncul seorang sosiolog dari Prancis, Pierre Bourdieu, yang yang menurut buku ini mempelopori kemunculan periode sosiologi konsumsi. Bourdieu menghubungkan konsumsi dengan simbol-simbol sosial dalam masyarakat. Dalam pandangannya produk konsumsi, merupakan simbol status dan kelas sosial seseorang. Musik klasik misalnya, hanya dinikmati orang-orang tertentu (biasanya dari kelas atas). Konsumsi dibentuk oleh ide, simbol, selera, yang kemudian secara tidak langsung maupun tidak menciptakan pembedaan dalam masyarakat. Dalam konsumsi, selera, preferensi, gaya hidup, dan standar nilai ditentukan oleh kelas yang lebih superior. Kelas atas bukan hanya unggul secara ekonomi politik, namun juga budaya dengan menentukan dan melakukan hegemoni dalam pola-pola konsumsi.

(17)

15 terhadap konsumsi masyarakat posmodern oleh buku ini diwakili dua tokoh posmodernis, yakni Mike Featherstone dan Jean Baudrillard.

Berbeda dengan dua zaman sebelumnya atau juga dalam pandangan Featherstone, di mana konsumsi menjadi sumber diferensiasi masyarakat. Justru posmodernitas menurut Baudrillard megaburkan kelas dan status sosial. Bahkan Baudrillard menyatakan era posmodern sebagai “matinya yang social”, kematian masyarakat. Siapa pun yang mampu bisa merayakan konsumsi tanpa memandang kelas dan status sosial. Konsumsi memberikan identitas tertentu tanpa memandang batas-batas sosial.

Featherstone menjelaskan budaya konsumen dengan membaginya ke dalam tiga tipe Chaney, 2006: 67); pertama, konsumerisme merupakan tahap tertentu kapitalis. Kedua, konsumerisme dan konsumsi merupakan persoalan yang lebih sosiologis mengenai relasi benda-benda dan cara melukiskan status. Praktik konsumsi merupakan strategi untuk menciptakan dan membedaan status sosial. Tipe kedua dari konsumsi ini dapat kita lihat dengan munculnya komunitas pengguna barang tertentu, misalnya klub motor merk tertentu. Pandangan ini berbeda dengan pandangan Baudrillard di atas. Ketiga, Featherstone melihat munculnya kreativitas konsumsi. Kreativitas konsumsi ini terkait dengan estetikasi konsumsi yang pada perkembangan selanjutnya menciptakan mode, estetisasi bentuk, dan gaya hidup.

Tokoh selanjutnya, Jean Baudrillard, melihat konsumerisme sebagai logika untuk memenuhi kepuasan hasrat. Melimpahnya barang konsumsi bukan lagi karena kebutuhan masyarakat, namun lebih pada pemuasan nafsu mereka. Dalam pandangan Baudrillard, kapitalisme akhir memanfaatkan mesin hasrat tersebut untuk terus membelenggu masyarakat dalam jerat konsumerisme.

(18)

16 Munculnya strategi fordisme tersebut terus-menerus menempatkan masyarakat dalam kubangan konsumerisme.

Kajian tentang konsumerisme dan sosiologi konsumsi menjadi penting saat ini. Sigfikansinya adalah, perubahan masyarakat saat ini cenderung menuju pada budaya komsumeris seiring menjamurnya pusat perbelanjaan. Kajian ini dimulai dari tokoh klasik, tokoh sosiologi konsumsi, dan teori posmodern dengan konteks sosial masing-masing zaman mereka. Kajian keilmuan sosiologi dalam masyarakat konsumsi jelas akan senantiasa penting di masa yang akan datang.3

E. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, social:

1. Faktor Budaya 2. Faktor Sosial

1. Faktor Budaya a. Budaya

Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan tingkah laku sesorang karena budaya tumbuh dalam suatu masyarakat sejak kecil. Pengertian budaya itu sendiri adalah kumpulan nila-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya (Philip Kotler, 1997). Setiap masyarakat mempunyai budaya dan pengaruh budaya pada tingkah laku pembelian bervariasi amat besar, oleh karenanya pemasar selalu mencoba menemukan pergeseran budaya agar dapat mengetahui produk baru yang mungkin diinginkan.

(19)

17 Contoh: Pergeseran budaya dalam hal pakaian yang menuju ke non-formalitas, maka mengasilkan meningkatnya permintaan pakaian-pakaian santai, dan munculnya perusahaan garmen dan UKM dimana-mana.

b. Sub Budaya

Sub budaya adalah sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi, termasuk juga agama, kelompok ras, dan wilayah geografi (Philip Kotler,1997). Banyak sub budaya membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Contoh: Supermarket di New York, dimana orang Asia mencakup lebih dari 13% populasi menyediakan CD dan Video artis Asia, produk kesehatan dan kecantikan yang disukai orang Asia yang bertujuan untuk menjual barang-barang untuk melayani bangsa Asia.

c. Kelas sosial

Kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur dengan para anggota yang menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku yang serupa (Philip Kotler, 1997). Kelas sosial menentukan pemilihan produk dan merek tertentu dalam bidang-bidang seperti pakaian, peralatan rumah tangga dan sebagainya.

Contoh: Suatu perusahaan membuat berbagai macam desain produk dan variasi harga mahal untuk memenuhi kepuasan orang-orang yang sangat memperhatikan selera dan merek, contoh mobil mewah, rumah elit, pakaian mahal, dan lain-lain.

2. Faktor Sosial a. Kelompok kecil

(20)

18 mempunyai interaksi reguler tapi informal, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja. Beberapa merupakan kelompok sekunder, mempunyai interaksi lebih formal dan kurang reguler, mencakup kelompok keagamaan, asosiasi professional, dan serikat pekerja. Kelompok acuan berfungsi sebagai titik perbandingan atau acuan langsung (tatap muka) atau tidak langsung dalam membentuk sikap dan tingkah laku sesorang (Philip Kotler,1997). Contoh: Jaringan social Facebook, Twitter, instagram, WhatApss, dan lain-lain.

b. Keluarga

Selain kelompok keluarga juga sangat mempengaruhi tingkah laku pembeli. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, salah satu contoh yang paling dominan adalah keterlibatan suami-istri dalam proses pembelian.(Philip Kotler, 1997)

Contoh: Anak-anak sangat mempengaruhi keputusan keluarga tentang kemana mereka akan berlibur atau berbelanja. Hasilnya banyak pusat perbelanjaan yang menyediakan wahana bermain untuk anak sehingga mereka bias berbelanja sekaligus mengajak anak-anaknya berlibur.

c. Status dan Peran

Status dan peran seseorang ketika dia menjadi anggota kelompok, klub organisasi, posisinya ditentukan banyak peran dan status seseorang itu sendiri dalam organisasi, setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat misalnya peran manajer masyarakat mempunyai status yang lebih tinggi dalam masyarakat dibanding peran masyarakat lain pada umumnya.

Contoh: Seorang ibu yang bekerja disebuah perusahaan sebagai manajer, secara otomatis akan membeli pakaian yang sesuai dgn perannya yang rapi, maka muncullah seragam kerja dan lain-lain.

(21)

19 Perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, dimana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering mereka menggunakannya. 4

G. Kepercayaan

Dalam terminology sosiologi, konsep kepercayaan dikenal dengan trust.

Definisi kepercayaan (trust) dalam Oxford English Dictionary dijelaskan sebagai

confidence in yang berarti yakin pada dan relianceon yang bermakna percaya atas beberapa kualitas atau atribut sesuatu atau seseorang, atau kebenaran suatu pernyataan.5

Torvik (2000), menyebutkan kepercayaan merupakan “kecenderungan perilaku tertentu yang dapat mengurangi risiko yang muncul dari perilakunya”. Pengertian kepercayaan yang dikaitkan dengan risiko dikritik oleh beberapa teoritis, salah satu diantaranya adalah Giddens (2005). Menurut Giddens (2005) kepercayaan pada dasarnya terikat, bukan kepada risiko, namun kepada berbagai kemungkinan. Kepercayaan selalu mengandung konotasi keyakinan ditengah-tengah berbagai akibat yang serba mungkin, apakah dia berhubungan dengan tindakan individu atau dengan beroperasinya system. Dalam kasus kepercayaan terhadap agen manusia, dugaan akan keyakinan melibatkan “kebaikan” (penghargaan) atau cinta kasih. Itulah mengapa kepercayaan kepada seseorang secara psikologis mengandung konsekuensi bagi individu yang percaya: sandera moral terhadap keberuntungan diserahkan. Kepercayaan, menurut Giddens (2005), didefinisikan sebagai keyakinan akan rehabilitas seseorang atau sistem, terkait dengan berbagai hasil atau peristiwa, dimana keyakinan itu

4

Loc.cit., , hlm. 6

(22)

20 memngekspresikan suatu iman (faith) terhadap integrase atau cinta kasih orang lain, atau terhadap ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan teknis).6

Definisi kepercayaan yang tidak dikaitkan dengan risiko, juga dikemukakan oleh Zucker (1986). Zucker memberi batasan kepercayaan sebagai “seperangkat harapan yang dimiliki bersama-sama oleh semua yang berada dalam pertukaran”. Definisi Zucker tersebut dekat dengan batasan yang diberikan oleh Lawang. Menurut Lawang (2004) kepercayaan merupakan “hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu pihak atau kedua belah pihak melaui interaksi social”. Selanjutnya Lawang(2004) menyimpulkan inti konsep kepercayaan sebagai berikut: (1) hubungan social anatara dua orang atau lebih. Termasuk dalam hubungan ini adanya institusi, yang dalam pengertian diwakili orang. (2) harapan yang terkandung dalam hubungan itu yang kalua direalisasi tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak. (3) interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu terwujud.

Suatu kepercayaan jika dihubungkan dengan pasar, khususnya interaksi antara pembeli dan pedagang merupakan hubungan yang diperoleh karena pada dasarnya mereka saling berinteraksi dan saling membutuhan. Interaksi sosial yang sering dan mendalam sehingga dapat dipahami oleh penjual maupun pembeli, apalagi hal tersebut terjadi pada pasar tradisional yang masih terdapat budaya tawar-menawar. Kepercayaan akan terbentuk diantara penjual dan pembeli apabila suatu proses jual beli sring dilakukan dan kerjasama meluas ke berbagai hal.

Menurut Sandstrom dan Dunn (2014), interaksi sosial juga dapat membangun kepercayaan antara kedua pihak, termasuk penjual dan pembeli. Kepercayaan akan terbentuk melalui interaksi antara satu pihak dengan pihak yang lainnya secara terus menerus. Kepercayaan menurut Rousseau et al. (dalam wahyudi, Milla, dan Muluk, 2017), adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku yang baik dari orang lain.

(23)

21 Kepercayaan ini yang nantinya dapat mempengaruhi loyalitas konsumen atau pembeli terhadap penjual. Morgan dan Hunt (dalam Aryani dan Rosinta, 2010) mengatakan bahwa tingginya kepercayaan akan dapat berpengaruh terhadap menurunnya kemungkinan untuk melakukan perpindahan terhadap penjual lainnya, atau sering disebut dengan loyalitas. Kepercayaan dapat mempengaruhi loyalitas (Bastian, 2014).

Menurut Reichheld dan Sasser (dalam Aryani dan Rosinta, 2010), Loyalitas pelanggan merupakan suatu bentuk perilaku konsumen yang mengarah pada kemungkinan pembelian ulang, meningkatnya loyalitas pada harga, dan memberikan rekomendasi pada pihak lain (Foster dan Cadogan, dalam Bastian, 2014).

a. Lingkungan Kepercayaan

Setiap kepercayaan dimiliki suatu lingkungan. Giddens (2005) menentukan dua setting yang berbeda bagi tumbuh dan berkembangnya suatu lingkungan kepercayaan., yaitu masyarakat pra-modern dan modern.

1. Masyarakat pra-modern

Dalam masyarakat pra-modern, menurut Giddens, ditemukan 4 lingkungan yang menumbuhkembangkan kepercayaan, yaitu hubungan kekerabatan, komunitas masyarakat lokal, kosmologi religious, dan tradisi. Pada masyarakat pra-modern hubungan kekerabatan merupakan konteks lingkungan yang dapat menjadi asal muasal tumbuh kembangnya suatu kepercayaan. Hubungan kekerabatan menyediakan suatu mata rantai hubungan social yang dapat diandalkan, yang secara prinsip dan umum dilakukan, membentuk media pengorganisasian relasi kepercayaan (Giddens, 2005).

(24)

22 Makna aktifitas rutin beada di dalam tradisi dan dalam kaitan antara tardisi dan ritual (Gidden, 2005).7

2. Masyarakat Modern dan Pengaruh Adanya Kepercayaan (Trust)

Berbeda dengan masyarakat pra-modern, masih berdasarkan pandangan Giddens, dalam masyarakat modern terdapat 3 lingkungan yang dapat menimbulkan kepercayaan, yaitu sistem abstrak, relasi personal dan orientasi masa depan. Sistem abstrak merupakan lingkungan utama bagi tumbuh kembangnya kepercayaan pada masyarakat modern.

Munculnya kepercayaan antara penjual dan pembeli dimulai karena adanya interaksi sosial. Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli, baik itu di pasar tradisional maupun pasar modern adalah bentuk transaksi perdagangan. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi sosial antara penjual dan pembeli tergolong kepada interaksi sosial asosiatif dengan bentuk kerja sama (cooperation). Cooley (Soekanto, 2012) mengatakan bahwa kerja sama adalah proses apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Hal ini sesuai dengan tujuan penjual dan pembeli melakukan interaksi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau kepentingan-kepentingan yang sama.

Setelah adanya interaksi sosial, adanya kegiatan ekonomi atau kebutuhan antara pembeli dan penjual menjadi faktor utama. Pembeli membutuhkan barang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik pangan, sandang, dan papan. Panjual membutuhkan uang sebagai profit dari hasil penjulan mereka. Kebutuhan dasar ekonomi tersebut yang mendasari besarnya trust di masyarakat. Selain itu, perkembangan budaya masyarakat juga menjadi faktor adanya kepercayaan dalam penjual dan pembeli`

Bentuk Kepercayaan8

(25)

23 Diskusi tentang sosiologis tentang kepercayaan umunya dikaitkankan dengan keterbatasan perkiraan dan ketidakpastian yang berkenan dengan perilaku orang lain dan motif mereka (Gambetta, 1998).

Luhmann (1973) memandang bahwa kepercayaan merupakan suatu cara yang terpenting dari orientasi manusia terhadap dunia. Kepercayaan adalah suatu mekanisme yang mereduksi kompleksitas sosial. Ia memelihara keberlangsungan suatu masyarakat.

Bentuk kepercayaan itu bisa dilihat dari kemunculan kepercayaan tersebut. Berdasrkan munculnya, bentuk kepercayaan dapat dibagi atsa keprcayaan askriptif dan kepercayaan prosesual. Kepercayaan askriptif muncul dari hubungan yng dipeoleh berdasarkan atas ciri-ciri yang melekat pada pribadi seperti latar belakng kekerabatan, dan etnis. Sedangkan kepercayaan prosesual muncul melaui proses interaksi social yang dibangun oleh para aktor yang terlibat.

Selanjutnya Luhmann (1973) juga mebedakan antara bentuk kepercayaan keseharian (everyday trust) termasuk kepercayaan pribadi dan system kepercayaan (system trust) sebagai suatu bentuk yang lebih impersonal. Masyarakat modern lebih banyak berjalan di atas system kepercayaan yang didasarkan atas cara0cara dimana institusi hadir dihadapan kita dibandingkan pada kepercayaan emosional pribadi (Dunn, 1984).

(26)

24 bersifat umum dan garis besar saja. Oleh sebab itu semakin bersifat tidak rinci dan tidak tegas suatu kontrak maka semakin tinggi ketergantungan pada janji-janji yang digantungkan pada kontrak tersebut. Sedangkan kepercayaan niat baik menunjuk pada harapan bersama pihak yang terlibat memiliki komitmen terbuka satu sama lainnya untuk melakukan sesuatu yang terbaik bagi keuntungan bersama.9

H. Studi Kasus Pasar dan Perilaku Konsumen

Dalam jurnal yang berjudul “Perilaku Konsumen Dalam Berbelanja Pakaian Wanita Di Pasar Pagi Samarinda” yang ditulis oleh M. Fahrul Ainul Yakin, diperoleh beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1. Faktor kebudayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku konsumen dalam berbelanja pakaian wanita di Pasar Pagi Samarinda.

2. Faktor sosial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perilaku konsumen dalam berbelanja pakaian wanita di Pasar Pagi Samarinda.

3. Faktor pribadi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perilaku konsumen dalam berbelanja pakaian wanita di Pasar Pagi Samarinda.

4. Faktor psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku konsumen dalam berbelanja pakaian wanita di Pasar Pagi Samarinda.

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, dan kesimpulan tersebut di atas serta menyadari bahwa kenyataan tentang faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja pakaian wanita di Pasar Pagi Samarinda, maka berikut ini ada beberapa hal yang dapat disarankan yaitu sebagai berikut:

(27)

25 1. Adanya hasil penelitian ini dapat mepertimbangkan strategi – stategi yang lebih baik untuk meningkatkan pangsa pasar sesuai dengan trend saat ini, dengan indictor indikator yang telah dianalisa, maka mentuk faktor-faktor yang dapat dijadikan referensi untuk membuat kebijakan. 2. Perilaku konsumen akan menentukan pengambilan keputusan dalam

pembelian mereka. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas enam tahap yaitu: menganalisa keinginan dan kebutuhan, menilai beberapa sumber yang ada, menetapkan tujuan pembelian, mengidentifikasikan alternatif pembelian, mengambil keputusan untuk membeli dan perilaku sesudah pembelian. Maka perusahaan harus lebih meningkatkan kualitas dan kinerjanya melalui kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi.

(28)

26 BAB III

PENUTUP A. Simpulan

Pasar merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang ada dalam masyarakat, bahkan aktivitas pasar merupakan puncak aktivitas ekonomi setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pasar menjadi cerminan aktivitas ekonomi yang di dalamnya tidak hanya terjadi proses jual beli, tetapi banyak hal yang bisa dilakukan seperti interaksi sosial yang menjadi dasar perilaku individu untuk menentukan tindakan ekonomi.

Adanya suatu kegiatan atau aktivitas ekonomi dalam pasar karena adanya kepercayaan (trust) dalam kegiatan ekonomi masyarakat tersebut. Kepercayaan ini uncul karena adanya interaksi dan faktor salaing membutuhkkan dalam ekonomi sehingga menyebar kepada adanya kepercayaan dalam berjual beli antara penjual dan pembeli. Hal tersebut juga tidak terlepas darai adanya faktor keterlekatan sosial, dimana penjual dan pembeli melaksanakan kegiatan ekonomi dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, politik, selera, fashion, dan agama.

Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan dan kinerja anggapan produk. Jika kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa; jika memenuhi harapan, konsumen puas; jika melebihi harapan, konsumen sangat puas. Jika konsumen puas, ia mungkin ingin membeli produk itu kembali. Pelanggan yang puas juga cenderung mengatakan hal-hal baik tentang merek kepada orang lain. Dipihak lain, konsumen yang kecewa mungkin mengabaikan atau mengembalikan produk. Mereka mungkin mencari informasi yang memastikan nilai produk yang tinggi. Pemasar juga harus mengamati bagaimana pembeli menggunakan dan menyingkirkan produk.

B. Saran

(29)

27 tradisional masih menjadi ikon perekonomian Indonesia yang berdasarkan ekonomi gotong royong. Pekerjaaan kita bersama untuk kembali kepada pasar tradisional meskipun dibalik kompleksitas permasalahan yang ada dengan memberikan sumbangsih dan solusi bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Damsar dan Indrayani, 2016, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Prenadamedia Group

Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk, 2007, Perilaku Konsumen edisi ketujuh, Jakarta: Indeks

Silalahi, Ulbert, 2016, Studi tentang Ilmu Administrasi, Bandung: Sinar Baru Alglesindo

Suyanto, Bagong, 2014, Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Prenadamedia Group Basu Swastha, dan Handoko, T. Hani. Manajemen Pemasaran: Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Pertama. (Yogyakarta: BPFE, 2000),

Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Surabaya, Andi, 2015

Philip Kotler dan Gary Amstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran (Terjemahan oleh Hendra (Jakarta: Erlangga, 2004

Sandstrom, G, M., & Dunn, E, W. (2014). Social interactions and well-being: The Surprising Power of Weak Ties. Personality and Social Psychology Bulletin. Retrieved November 29, 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah variabel bebas dari penelitian di atas adalah perasan buah papaya mengkal sedangkan penelitian penulis adalah air

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman sengon pada lokasi penelitian meningkatkan kualitas kesuburan tanah diindikasikan dari adanya peningkatan masukan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka secara garis besar telah menjawab masalah dan sub masalah yang terdapat dalam penelitian ini, antara lain: Permasalahan pertama

[r]

Kementerian Kehutanan dapat mencapai organisasi sukses atau unggul apabila peningkatan kinerja di atas dilakukan melalui tahapan reformasi yang diawali dengan evaluasi

ini, Grup menghitung jumlah penurunan nilai berdasarkan setisih antara jumtah terpulihkan atas investasi pada Entitas Asosiasi dan nilai tercatatnya dan mengakuinya

nasionalnya dan ini adalah hukum Inggris. 4etapi hukum Inggris ini menun$uk kembali kepada hukum Prancis yaitu hukum dari domisili. Maka apakah menurut hukum Prancis akan