Makalah
PERAN AHA CENTER DALAM MENANGGULANGI BENCANA
DI ASIA TENGGARA
Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah ASEAN
Disusun Oleh:
Senoaji Rizusman 151150109
Gaezar Josh Samuel L 151150112 Dhimas Wresniwira 151150116 Ahmad Shidqi Mu’afa 151150135
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
PENGERTIAN
ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Center) merupakan badan inter-pemerintah anggota organisasi ASEAN untuk penanggulangan bencana yang bertujuan mengantisipasi dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam. Badan ini resmi didirikan di Jakarta dengan ditandatanganinya kesepakatan KTT ASEAN di Bali oleh para Menteri Luar Negeri ASEAN pada tanggal 17 November 2011 lalu.
Terdapat tiga pilar yang terdapat dalam AHA Center, pertama yaitu Hazard science and technology terutama untuk wilayah ASEAN, kedua Information and Communication Technology yang merupakan key factor dari center ini dan ketiga yaitu disaster management. (Sumber: BPPT)1. Yang dilakukan AHA Center adalah
mengumpulkan data dan informasi mengenai kebencanaan dan kemudian mendistribusikan data tersebut kepada pihak yang membutuhkan.
B.
TUJUAN DAN PROGRAM
AHA Center mempunyai dua tujuan utama. Tujuan yang pertama yaitu untuk memfasilitasi kerjasama dan koordinasi antara PBB dan Organisasi Internasional lainnya dalam bidang penanggulangan bencana. Yang kedua, adalah untuk melakukan aksi apabila terjadi bencana di wilayah ASEAN, dan juga memfasilitasi Negara anggota ASEAN apabila meminta bantuan atau permintaan kepada AHA terkait dengan penanggulangan bencana.
Dalam keterkaitannya denga AADMER, AHA Center memiliki fungsi sebagai berikut2 :
i. Menghimpun data terkait sumber daya di kawasan yang dapat digunakan untuk penanggulangan bencana dan respon darurat.
1 AHA CENTER: TANGGAP BENCANA ASEAN:
http://www.bppt.go.id/teknologi-sumberdaya-alam-dan-kebencanaan/931-aha-center-tanggap-bencana-asean. 23 November 2011. (diakses pada 01 Desember 2016, 11:15 WIB)
2 ASEAN AGREEMENT ON DISASTER MANAGEMENT AND EMERGENCY RESPONSE (AADMER)
ii. Memfasilitasi dan mengelola secara periodik ketersediaan sumber daya untuk menanggulangi bencana.
iii. Memfasilitasi segala aktifitas teknis terkait penanggulangan bencana. AHA Center memiliki beberapa program yang telah dijalankan, salah satunya yaitu AHA Center Executive Programme (ACE Programme). ACE Programme adalah program yang dirancang untuk mempersiapkan para pemimpin masa depan untuk penanggulangan bencana di ASEAN, yang sejauh ini sangat intensif melakukan pelatihan penanggulangan bencana di kawasan ASEAN. Program ini dikelola ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assitance on disaster management (AHA Centre), dengan dukungan dari pemerintah Jepang melalui Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF). Program ini ditujukan untuk menjadikan AHA lebih kuat dan lebih responsif dalam hal penanggulangan bencana. ACE programme ini juga merupakan program untuk memperkuat program-program AHA lainnya.3
C.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana prospek AHA Centre dalam bidang penanggulangan bencana di Asia Tenggara?
BAB II
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN AHA (ASEAN HUMANITARIAN ASSISTANCE)
Pembentukan AHA (ASEAN Humanitarian Assistance) ditujukan untuk dapat menanggulangi suatu bencana yang terjadi pada negara anggota ASEAN secara cepat dan tepat. Namun karena AHA (ASEAN Humanitarian Assistance) ini belum lama terbentuk, yakni baru terbentuk pada tahun 2011, maka masih ada permasalah dalam pelaksanaannya di lapangan. Seperti kurangnya koordinasi antara negara-negara anggota ASEAN dalam menanggapi bencana yang ada dan kurangnya respon negara-negara
3 Media Briefing AHA Centre Executive Programme: Preparing the Future Leaders of Disaster
ASEAN. AHA sudah berusaha agar mendorong persatuan semua masyarakat ASEAN. Tujuannya adalah agar semua lembaga non pemerintah, antara lain lembaga swadaya masyarakat, industri, akademisi, dan media bisa terlibat lebih banyak, baik untuk manajemen bencana maupun saat tanggap darurat di Asia Tenggara. Dengan terkoordinasi dalam satu wadah, bantuan dalam jumlah besar bisa dikejar dalam waktu cepat. Karena kurangnya koordinasi inilah yang menyebabkan AHA (ASEAN Humanitarian Assistance) belum bisa bekerja secara maksimal. Masalah utama yang terjadi di dalam organisasi ASEAN adalah kurangnya kerjasama sesama anggota ASEAN. Dimana setiap anggota ASEAN masih berpegang teguh untuk memenuhi kepentingan nasionalnya masing-masing. Sehingga apa yang terjadi dengan negara anggota ASEAN yang lain ditanggapi dengan respon yang agak lambat. AHA sudah bergerak secara cepat saat penanggulangan bencana angin topan di Filipina tahun 2013 lalu namun volume bantuan yang datang bisa dikatakan lamban dan mengakibatkan jatuhnya korban tidak bisa di minimalisir. Dari hal inilah dikatakan bahwa koordinasi dan kerjasama anggota-anggota ASEAN diharuskan untuk lebih ditingkatkan lagi karena jika kerjasama dan respon anggota-anggota ASEAN yang lain sudah baik, maka kinerja AHA akan lebih maksimal dan jika sewaktu-waktu ada bencana yang menerjang kawasan Asia Tenggara, jumlah korban yang berjatuhan bisa diminimalisir. Inti dari permasalahan di dalam ASEAN adalah kurangnya kerjasama antara anggota-anggotanya.
BAB III
ISU DAN ATURAN MAIN
bisa memberi informasi yang tepat, cepat dan akurat bagi negara-negara ASEAN yang dilanda bencana serta bisa memperkuat kelembagaan penanganan bencana.
Dasar hukum pembentukan AHA Centre adalah Perjanjian ASEAN tentang Penanggulangan Bencana dan Tanggap Darurat (ASEAN Agreement on Disaster Manegement and Emergency Report, disingkat AADMER) yang disepakati dan ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Negara Anggota ASEAN pada tanggal 26 Juli 2005 dan mulai berlaku pada 24 Desember 2009. Pasal 20 dari AADMER menguraikan tujuan dari pembentukan AHA Centre. Berikut merupakan kutipan isi dari Pasal 20 AADMER yang menjadi dasar hukum pembentukan dan pelaksanaan AHA Centre :
PART VIII. ASEAN CO-ORDINATING CENTRE FOR HUMANITARIAN ASSISTANCE Article 20
ASEAN Co-ordinating Centre for Humanitarian Assistance4
1. The ASEAN Co-ordinating Centre for Humanitarian Assistance on disaster management (AHA Centre) shall be established for the purpose of facilitating co-operation and co-ordination among the Parties, and with relevant United Nations and international organisations, in promoting regional collaboration.
2. The AHA Centre shall work on the basis that the Party will act first to manage and respond to disasters. In the event that the Party requires assistance to cope with such a situation, in addition to direct request to any Assisting Entity, it may seek assistance from the AHA Centre to facilitate such request.
3. The AHA Centre shall carry out the functions as set out in ANNEX and any other functions as directed by the Conference of the Parties.
Jika saja AADMER tidak disetujui dan diratifikasi oleh negara-negara anggota ASEAN maka AHA Centre tidak akan terbentuk dan pembentukan komunitas ASEAN secara khusus ASEAN Socio-Cultural Community tidak akan berjalana lancar.
Dalam pelaksanaannya AHA Centre dipandu oleh Program Kerja AADMER 2010-2015 yang mencakup semua aspek dalam penanggulangan bencana, antara lain:
1. Peringatan dini tentang perkiraan resiko bencana; 2. Pemantauan bencana;
3. Pencegahan dan mitigasi bencana;
4. Kesiapsiagaan dan tanggapan terhadap bencana; 5. Pemulihan pasca bencana
Saat ini, karena masih dalam tahap awal pembentukan, AHA Centre hanya ditugaskan untuk fokus pada pemantauan dan kesiapsiagaan serta tanggapan darurat bencana.
Secara khusus fungsi dari AHA Centre dapat diklasifikasikan ke dalam lima bagian, yaitu5 :
1. sebagai pusat informasi bencana ASEAN.
2. sebagai pusat mobilisasi bantuan kepada negara ASEAN jika dibutuhkan, termasuk aset, peralatan, material, dana dan sumber daya manusia.
3. sebagai pusat koordinasi operasi antara lain memfasilitasi tanggap darurat bersama.
4. sebagai pusat koordinasi administrasi yang memfasilitasi proses dari transit personil, peralatan, material dan fasilitas lainnya dalam kaitan dengan pemberian bantuan.
5. sebagai pusat koordinasi pengetahuan dan penelitian kebencanaan di ASEAN, memfasilitasi kerjasama teknis dan penelitian di bidang kebencanaan.
BAB IV
CAPAIAN
PENCAPAIAN AHA (ASEAN HUMANITARIAN ASSISTANCE)
Setelah AHA Centre berdiri, tercatat ada dua bencana alam besar terjadi di Asia Tenggara yakni banjir Thailand tahun 2011 dan topan Haiyan, Filipina 2013 silam. Kedua bencana ini dapat dikatakan sebagai bencana besar yang menimpa Asia Tenggara setelah Tsunami Aceh 2004 silam. ketika bencana banjir melanda Thailand pada tahun 2011,
5Yuniarti, Anik. 2011. Penanganan Bencana Alam Dalam Wacana Pembangunan ASEAN Community 2015.
Thailand tidak hanya kehilangan 9% dari Produk Domestik Brutonya, namun juga harus menanggung kerusakan infrastruktur yang belum juga pulih hingga saat ini. Thailand menempati ranking 32 dalam Natural Hazards Relative Economic Exposure Index dan termasuk negara berisiko tinggi.6
Namun, pencapaian dari AHA ASEAN Humanitarian Assistance) yang paling disorot adalah saat terjadinya bencana topan Haiyan di Filipina. Topan Haiyan adalah topan terbesar yang menerjang Filipina tahun 2013 lalu. Kecepatan angin Haiyan pada tingkat maksimal mencapai 315 kilometer per jam. Akibat kencangnya kecepatan angin Haiyan ribuan rumah hancur dan sekira 10 ribu jiwa dikhawatirkan tewas. Dimana AHA berperan sebagai bala bantuan dalam penanggulangan bencana di Filipina meskipun peranan utama dalam mengatur bantuan tetap diserahkan kepada pemerintah Filipina.
Peran AHA center terhadap bencana topan Haiyan adalah berkoordinasi dengan badan penanggulangan bencana di Filipina dengan cara memonitor progress penanggulangan bencana oleh badan yang terkait. Juga ada bantuan di luar makanan melliputi air bersih, pembangunan penampungan dan pakaian.
Setelah terjadinya bencana tersebut, AHA langsung mengadakan pertemuan internal untuk mengetahui sejauh mana perkembangan bantuan yang mereka berikan untuk korban topan Haiyan. Pertemuan ini dihadiri juga oleh beberapa negara anggota ASEAN termasuk Filipina itu sendiri. Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan, dimana bantuan utama yang akan diperlukan sudah dalam tahapan mobilisasi ke tempat kejadian perkara. Dalam kasus ini oeran AHA bisa terlihat dengan responnya terhadap masalah bencana yang melanda kawasan Asia Tenggara.
BAB V
TANTANGAN DAN KRITIK
A. Tantangan yang akan dihadapi terkait kondisi ASEAN saat ini
6 Hijauku. “Lima Negara Asia Paling Rentan Bencana Alam”. 17 Agustus 2012.
ASEAN sebagai salah satu bentuk institusi regional bisa dibilang punya tingkat institusional yang rendah. Bila dibandingkan dengan EU, ASEAN masih kalah jauh dari tingkat integritas EU yang sudah sangat kompleks. Menurut Ruland, salah satu faktor yang menyebabkan integrasi ASEAN rapuh adalah demokratisasi. Ruland menyatakan bahwa memang demokratisasi bisa memperkuat nasionalisme dari suatu negara, akan tetapi akan memberikan dampak yang sebaliknya pada kohesi asosiasi. Bisa saja, suatu intitusi yang awalnya sudah berkohesi, malah ikatannya jadi terkikis dengan adanya demokratisasi. Hal ini malah menjadi dilema bagi negara-negara anggota ASEAN untuk meningkatkan integritas regional mereka atau tidak.
Hal ini juga diperparah dengan tidak adanya identitas regional dari ASEAN. Seperti pernyataan Benny Teh Cheng Guan dalam The Copenhagen Journal of Asian Studies 20 yang berjudul ASEAN's Regional Integration Challenge: The ASEAN Process, negara-negara anggota ASEAN hampir tidak memiliki interest yang sama. Cukup sulit untuk menentukan interest siapa yang bermain dalam ASEAN.7 Sehingga,
permasalahan interest ini jadi semakin kompleks karena bagaimana pun juga, negara-negara di ASEAN memiliki latar belakang yang berbeda. Mereka juga punya objektif masing-masing yang cukup beragam. Dengan adanya berbagai macam interest yang bermain, maka identitas regional ASEAN akan sulit terwujud sehingga struktur dari ASEAN sendiri pun melemah. Pada akhirnya, ASEAN tidak bisa berintegrasi lebih dalam.
B. Tantangan yang akan dihadapi AHA Centre
Ada beberapa faktor tertentu selain faktor alam itu sendiri. Kurangnya koordinasi dalam bentuk peringatan dini dan respon siaga bencana antar negara di Kawasan Asia Tenggara serta instansi-instansi pemerintah disetiap negara yang berhubungan dengan kebencanaan yang kurang dalam memberikan peringatan dini sehingga mengakibatkan banyaknya kerugian yang harus ditanggung oleh pemerintah maupun masyarakat yang
7 Benny The Cheng Guan.. ASEAN's Regional Integration Challenge: The ASEAN Process. The Copenhagen
terkena bencana. Beberapa faktor inilah yang melatarbelakangi tingginya tingkat kerugian akibat bencana alam yang tidak diantisipiasi secara tepat. Apabila hal semacam ini tidak dijadikan sebuah pelajaran kedepannya, tentu nantinya program-program penanggulangan bencana tidak dapat berjalan dengan optimal.
Adanya bantuan yang didapatkan dari kerjasama regional, dapat meningkatkan kemampuan kompetensi inti AHA Centre untuk penanggulangan bencana di Kawasan Asia Tenggara yang rentan terjadinya bencana alam. Kompetensi inti AHA Centre sebagai fungsi koordinasi, mobilisasi sumber daya, dan manajemen pengetahuan tentu harus ditunjang oleh aplikasi teknologi untuk meningkatkan kompetensi inti. Tujuan akhirnya adalah fungsi kreasi nilai sebagai kompetensi inti AHA Centre dan memperkuat AHA Centre.
Namun, setiap program yang dicanangkan pasti memiliki berbagai permasalahan yang dapat menghambat kinerja program itu sendiri. Apalagi AHA Centre, sebagai organisasi yang bergerak di bidang penanggulangan bencana pasti memiliki permasalahan serius seperti besar tidaknya bencana yang sedang dihadapi, kesiapan sumber daya untuk menanggulangi bencana, atau bahkan yang lebih parah apabila sikap empati dari masyarakat ASEAN sendiri yang kurang begitu besar. Pada pemaparan sebelumnya sempat disinggung bahwa krisis identitas regional merupakan salah satu hal yang cukup membahayakan ASEAN. Padahal, apabila kembali menghadapi suatu bencana alam yang terjadi di suatu daerah di kawasan, diperlukan sinergi dari seluruh anggota kawasan untuk mengerahkan bantuan kepada masyarakat yang sedang tertimpa bencana. Namun, jika kesadaran akan persatuan regional sulit direalisasi dan masing-masing Negara terlalu menjunjung tinggi nasionalismenya, maka sinergi tersebut sulit tercapai.
Tenggara. Serta dibutuhkan juga kerjasama ASEAN dalam hal ini AHA Centre (ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management/ASEAN Human Assistance) sebagai perwujudan negara-negara ASEAN dalam masalah penanggulangan bencana alam. Dengan berbagai fakta yang terjadi di lapangan, AHA Center telah menunjukkan kinerja yang maksimal dalam menghadapi situasi darurat. Namun, untuk kedepannya, AHA Center masih memiliki banyak tantangan dan juga banyak peluang untuk mencapai tujuan dari komunitas ASEAN tahan bencana pada tahun 2015.
C. Kritik Terhadap Aturan Main AHA Centre
Kritik yang ditujukan bukan terhadap aturan main yang disusun, melaikan dalam praktik penanggulangan bencana yang terjadi. Salah satu kritik terkait kinerja AHA Centre yang paling disorot adalah kritik yang dilayangkan oleh pemerintah Filipina terkait kesigapan AHA dalam menangani bencana angin topan Haiyan 2013 silam. Meskipun bencana tersebut dapat ditanggulangi, dan para korban dapat diselamatkan, namun peran vital AHA dalam masalah ini dinilai kurang optimal oleh pemerintah Filipina. Hal ini dikarenakan, dalam upaya penyelamatan korban bencana Haiyan, justru seolah-olah Filipina sendiri yang turun tangan. Dan di situ peran AHA hanya sebatas memonitor perkembangan penanganan bencana topan Haiyan saja.
KESIMPULAN
Sebagai organisasi yang bergerak di bidang penanganan bencana alam dan pendorong masyarakat untuk menumbuhkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, AHA Centre dinilai sebagai sebuah terobosan yang positif bagi masyarakat ASEAN. Tujuan utama AHA Centre yaitu untuk memfasilitasi kerjasama dan koordinasi antara PBB dan Organisasi Internasional lainnya dalam bidang penanggulangan bencana dan melakukan aksi apabila terjadi bencana di wilayah ASEAN, dan juga memfasilitasi Negara anggota ASEAN apabila meminta bantuan atau permintaan kepada AHA terkait dengan penanggulangan bencana, juga menjadi hal positif bagi masa depan ASEAN terkait penanggulangan bencana alam. Kemajuan ini juga ditunjukkan dalam peran AHA Centre adalam upaya penanganan bencana topan Haiyan 2013. Di situ AHA cukup berperan aktif dalam usaha penanganan bencana dan penyelamatan korban bencana alam, walaupun kerja AHA dalam kasus tersebut dinilai kurang optimal.
Bercermin dari peristiwa Haiyan dan kritik-kritik yang diberikan terhadap AHA, tentu masih diperlukan evaluasi dan rekonstruksi system kerja, mengingat organisasi ini juga dapat dikatakan masih baru untuk ASEAN. Aspek-aspek vital seperti pengelolaan sumber daya, sosialisasi kepada masyarakat terkait penanggulangan bencana di ASEAN masih perlu untuk lebih digencarkan. Ditambah lagi, kurangnya sinergi antaranggota ASEAN sendiri juga dapat disebut sebagai PR bagi ASEAN agar kinerja AHA Centre bisa berjalan secara optimal.
JURNAL
AHA Centre: Frequently Asked Question
http://www.ahacentre.org/content/faq
diakses tanggal 30 Oktober 2016 pukul 14.17
ASEAN AGREEMENT ON DISASTER MANAGEMENT AND EMERGENCY RESPONSE (AADMER) Work Programme 2010 – 2015 (hlm. 99)
ASEAN. 2005. ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Respond.
Benny The Cheng Guan.. ASEAN's Regional Integration Challenge: The ASEAN Process. The Copenhagen Journal of Asian Studies 20
Yuniarti, Anik. 2011. Penanganan Bencana Alam Dalam Wacana Pembangunan ASEAN Community 2015. Yogyakarta: UPN "Veteran" Yogyakarta.
ARTIKEL
Gilang Akbar Noviansyah. AHA Centre Executive Programme Gandeng Jepang Guna Pelatihan Bencana. 30 Juni 2014
http://m.metrotvnews.com/news/peristiwa/Gbm4R5PN-aha-centre-executive-programme-gandeng-jepang-guna-pelatihan-bencana
diakses tanggal 01 November 2016 pukul 23.01
Hijauku. “Lima Negara Asia Paling Rentan Bencana Alam”. 17 Agustus 2012.
http://www.hijauku.com/2012/08/17/lima-negara-asia-paling-rentan-bencana-alam/
diakses pada 1 Desember 2016, 13:12 WIB
Humas. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Website Resmi. 23 November 2011. http://www.bppt.go.id/teknologi-sumberdaya-alam-dan-kebencanaan/931-aha-center-tanggap-bencana-asean
diakses tanggal 01 November 2016 pukul 22.56
Stephen Keithley. The Diplomats. “ASEAN Slowly Gets Up to Speed on Haiyan”. 23 November 2013