• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Chapter III V"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III PENYAJIAN DATA

5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

Pemberlakuan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan

menjadi Pajak Daerah di Kabupaten Langkat dimulai sejak Januari 2014.

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Sektor Perdesaan dan Perkotaan masih rendah dibandingkan dengan perkotaan

yang masyarakatnya memiliki rasa antusiasme yang tinggi dalam membayar

PBB.

Berikut penulis akan menyajikan Data Potensi atau Kemampuan Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dalam memungut Pajak Bumi dan

Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaaan pada Tahun 2014 – 2016 adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1

Potensi Penerimaan PBB-P2 tahun 2014

Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

Pada tahun 2014 jumlah SPPT terutang sebanyak 320.000 lembar dengan

SPPT Tahun 2014

Jumlah SPPT Penerimaan

Jumlah SPPT Terutang SPPT Dibayar SPPT Menunggak

320.000 242.009 77.991

(2)

sebanyak 242.009 lembar dengan penerimaan sebesar Rp. 10.184.929.561,00

dan SPPT yang menunggak sebanyak 77.991 lembar dengan penerimaan

sebesar Rp. 3.282.235.481,00, maka dapat diketahui persentase penerimaan

PBB-P2 pada tahun 2014 berdasarkan jumlah SPPT yang telah dibayar dari

jumlah SPPT teturang keseluruhan ada sebesar 75,62%.

Tabel 3.2

Potensi Penerimaan PBB-P2 Tahun 2015

SPPT Tahun 2015

Jumlah SPPT Penerimaan

Jumlah SPPT Terutang SPPT Dibayar SPPT Menunggak

314.180 241.332 72.848

Rp. 14.563.554.493,00 Rp. 11.186.775.690,59 Rp. 3.376.778.802,41

Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

Pada tahun 2015 jumlah SPPT terutang sebanyak 314.180 lembar dengan

penerimaan sebesar Rp. 14.563.554.493,00, SPPT yang telah dibayar

sebanyak 241.332 lembar dengan penerimaan sebesar Rp. 11.186.775.690,59

dan SPPT yang menunggak sebanyak 72.848 lembar dengan penerimaan

sebesar Rp. 3.376,778.802,41 maka dapat diketahui persentase penerimaan

PBB-P2 pada tahun 2015 berdasarkan jumlah SPPT yang telah dibayar dari

jumlah SPPT teturang keseluruhan ada sebesar 76,81%

Tabel 3.3

Potensi Penerimaan PBB-P2 Tahun 2016

SPPT Tahun 2016

Jumlah SPPT Penerimaan

Jumlah SPPT Terutang SPPT Dibayar SPPT Menunggak

314.180 255.475 58.705

(3)

Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

Pada tahun 2016 jumlah SPPT terutang sebanyak 314.180 lembar dengan

penerimaan sebesar Rp.17.618.849.059,00, SPPT yang telah dibayar

sebanyak 255.475 lembar dengan penerimaan sebesar Rp. 14.326.731.071,00

dan SPPT yang menunggak sebanyak 58.705 lembar dengan penerimaan

sebesar Rp. 3.292.118.042,00 maka dapat diketahui persentase penerimaan

PBB-P2 pada tahun 2016 berdasarkan jumlah SPPT yang telah dibayar dari

jumlah SPPT teturang keseluruhan ada sebesar 81,31%

6. Target dan Realisasi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

Setiap kecamatan di Kabupaten Langkat membantu BAPENDA

Kabupaten Langkat untuk Meningkatkan PAD Kabupaten Langkat khususnya

dalam Pemungutan PBB-P2 yang dilaksanakan oleh UPT PBB Kabupaten

Langkat. Berikut ini adalah Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di tiap kecamatan di wilayah

Kabupaten Langkat selama tiga tahun terakhir sejak diberlakukannya

Pengelolaan PBB-P2 oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat.

Tingkat pencapaian realisasi penerimaan PBB-P2 tahun 2014-2016

sebesar 101,85%, 101,70%, 106,46%. Tingkat pencapaian realisasi PBB-P2 di

tahun 2016 merupakan tingkat pencapaian tertinggi dari tahun 2014-2016 dan

juga merupakan realisasi PBB-P2 terbesar selama tiga tahun periode

2014-2016. Sedangkan tingkat pencapaian realisasi pada tahun 2015 merupakan

(4)

Tabel 3.4

Daftar Realisasi Penerimaan PBB-P2 Tiap Kecamatan Tahun 2014 No Kecamatan Target Realisasi %

WIL. I 2.831.000.000 2.668.379.917 94.26

9 Pematang jaya

376.000.000

WIL. III 2.851.000.000 2.530.385.704 88.75

24 Dispenda 529.000.000 2.118.337.388 400.44 Jumlah 10.000.000.000 10.184.929.561 101.85 Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2017

Berdasarkan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan

dan Perkotaan pada tahun 2014 terdapat 10 kecamatan yang berhasil

merealisasikan target penerimaan diatas 100% yaitu Bahorok, Kutam Batu,

Salapian, Serapit, Kuala, Selesai, Padang Tualang, Sawit Seberang, P.susu,

(5)

Tabel 3.5

Daftar Realisasi Penerimaan PBB-P2 Tiap Kecamatan Tahun 2015

No Kecamatan Target Realisasi % WIL. I 2.905.000.000,00 2.942.006.815,54 101.27 9 WIL. II 3.774.000.000,00 3.199.341.522,00 84.77 17 Pematang jaya

380.000.000,00 24 Dispenda 1.400.000.000,00 2.223.903.138,00 158.85 Jumlah 11.000.000.000,00 11.186.775.690,54 101.70 Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2017

Berdasarkan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

Perkotaan pada tahun 2015 terdapat 18 kecamatan yang berhasil merealisasikan

target penerimaan diatas 100% yaitu Bahorok, Kutam Batu, Salapian, Serapit,

Kuala, Sei Bingai, Selesai, Binjai, Wampu, Hinai, Padang Tualang, Batang

(6)

Tabel 3.6

Daftar Realisasi Penerimaan PBB-P2 Tiap Kecamatan Tahun 2016 No Kecamatan Target Realisasi %

WIL. I 3.572.000.000 3.681.217.923 103.06

9 Pematang jaya

430.000.000

WIL. III 3.380.000.000 4.474.292.242 132.38

24 Dispenda 2.117.374.000 2.495.514.140 117.86 Jumlah 13.457.000.000 14.236.731.017 106.46 Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Tahu

Berdasarkan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan

dan Perkotaan pada tahun 2016 terdapat 19 kecamatan yang berhasil

merealisasikan target penerimaan diatas 100% yaitu Bahorok, Kutam Batu,

Salapian, Serapit, Kuala, Selesai, Binjai, Wampu, Secanggang, Hinai, Padang

Tualang, Batang Serangan, Sawit Seberang, Babalan, Sei Lepan, Brandan

(7)

Dari daftar realisasi yang ingin dicapai BAPENDA Kabupaten Langkat,

untuk meningkatkan PAD Kabupaten Langkat dalam hal ini pemungutan

PBB-P2 sangat diperlukan , jika dilihat dari Potensi penerimaannya

nampaknya masih belum memenuhi dalam hal kepatuhan pembayaran pajak

Bumi dan Bangunan.penulis beranggapan bahwa realisasi yang didapatkan

dibapenda masih bisa ditingkatkan kedepannya.

7. Perbedaan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PBB-P2 Berdasarkan Jumlah SPPT Dengan Target Yang Telah Ditetapkan Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

Di Kabupaten Langkat pada tahun 2014 sampai dengan 2016 hanya sekitar

75% - 81% wajib Pajak yang patuh dalam membayar PBB-P2, tetapi

menariknya dari Persentase tersebut Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Langkat mampu mencapai target realisasi 100%. Yang pada saat itu terhitung

3 (tiga) tahun berjalannya Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

mengelola PBB-P2 pasca pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak Daerah.

Pada tahun 2014 menetapkan target sebesar Rp. 10.000.000.000

Sedangkan dari hasil realisasi hanya 242.009 SPPT yang berhasil dikeluarkan

dengan pendapatan sebesar Rp.10.184.929.561 Ini berarti realisasi

pendapatan dari PBB mencapai target sebesar 101,85%.

Pada tahun 2015 target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Langkat sebesar Rp.11.000.000.000 sedangkan dari hasil realisasi

hanya 241.332 SPPT yang berhasil dikeluarkan dengan pendapatan sebesar

Rp.11.186.775.690 berarti realisasi pendapatan dari PBB mencapai target

(8)

Dan pada tahun 2016 target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Langkat sebesar Rp.13.457.000.000 sedangkan dari hasil

realisasi hanya 255.475 SPPT yang berhasil dikeluarkan dengan pendapatan

sebesar Rp.14.326.731.017 berarti realisasi pendapatan dari PBB mencapai

target sebesar 106,46%.

8. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang pengelolaan Pajak Bumi

dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Langkat penulis mengajukan beberapa pertanyaan dan

mendapatkan jawabansebagai berikut:

a. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak

Bagaimana kondisi penerimaan pembayaran PBB-P2 di Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat ini selama tiga tahun terakhir,

mengalami peningkatan atau malah menagalami penurunan sejak tahun

diberlakukan nya pengalihan?

“Berdasarkan penerimaan pembayaran PBB-P2 yang diperoleh Di Badan

Pendapatan Daerah Kabupten Langkat mengalami peningkatan setiap tahunnya

ditinjau dari target dan realisasi Penerimaannya yang pada tahun 2014

sebesar101.85%, pada tahun 2015 sebesar 101.70%, dan tahun 2016

sebesar 106.46%”.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak

Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib

pajak dalam membayar PBB-P2 di Badan Daerah Kabupaten Langkat ?

“Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,

(9)

anggapan masyarakat bahwa timbal balik (kontra prestasi) pajak tidak bisa

dinikmati secara langsung, Minimnya sosialisasi kepada masyarakat

dikarenakan kurangnya SDM yang membidangi pengelolaan PBB-P2 di Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat, Kondisi ekonomi masyarakat yang

kecil, Tingkat kebenaran data di SPPT dengan fakta objek pajak yang

sebenarnya”.

c. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak

Apa saja upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Langkat dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam

membayar PBB-P2 ?

“Memberikan sosialisasi kepada wajib pajak sehingga wajib pajak mengetahui

serta dapat menambah pengetahuan tentang manfaat serta peran pentingnya

membayar Pajak Bumi dan Bangunan, Melakukan peningkatan pelayanan,

Mempermudah pelayanan, Mengadakan pekan panutan, Melakukan upaya

(10)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengelolaan dan Pemungutan PBB-P2 Kabupaten Langkat

Pajak Bumi dan Bangunan pada awalnya merupakan pajak pusat yang

alokasi penerimannya dialokasikan ke daerah-daerah dengan proporsi tertentu,

namun demikian dalam perkembangannya berdasarkan Undang – Undang

Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pajak ini

khususnya sektor perdesaan dan perkotaan menjadi sepenuhnya pajak daerah.

Pengalihan pengelolaan PBB-P2 kepada pemerintah daerah paling lambat

diserahkan pada awal tahun 2014, sehingga bagi pemerintah daerah yang

sudah siap mengelola PBB-P2 sebelum tahun 2014 bisa melaksanakannya

paling cepat sejak tahun 2011.Dengan adanya Pengalihan Pajak Bumi dan

Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan dari pusat ke daerah, Pemerintah

Daerah kini mempunyai tambahan sumber pendapatan asli daerah (PAD).

Di Kabupaten Langkat Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

Perkotaan mulai berlaku menjadi Pajak Daerah dimulai sejak Januari 2014.

Dikarenakan adanya masa transisi yang diberikan pemerintah pusat dimulai

sejak diberlakukannya pengalihan selama 5 tahun, pemerintah memberikan

waktu untuk Badan Pendapatan Daerah melakukan Persiapan seperti persiapan

SDM, server dan sarana prasarana. Oleh karena itu Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Langkat baru bisa memenuhi persiapan tersebut pada akhir 2013

(11)

Berikut dapat dilihat pada tabel 4.1 yaitu persentase tingkat kepatuhan

berdasarkan pencapaian realisasi dari target yang ditetapkan oleh Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat :

Tabel 4.1

Persentase tingkat kepatuhan berdasarkan Pencapaian Realisasi Target No Tahun Target Realisasi Persentase

1 2 3

2014 2015 2016

10.000.000.000 11.000.000.000 13.457.000.000

10.184.929.561 11.186.775.690 14.326.731.017

101.85% 101.70% 106.46%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan table 4.1 dapat diketahui bahwa persentase pencapaian target

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Langkat pada tahun 2014 sampai tahun 2016 sudah melebihi

target yakni pada tahun 2014 mencapai 101,85% lalu pada tahun 2015

mencapai 101,70% kemudian kembali mengalami peningkatan pada tahun

2016 mencapai 106,46% hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan di

kabupaten langkat tinggi, namun jika persentase tingkat kepatuhan wajib

pajak diukur berdasarkan jumlah SPPT yang dibayar dari keseluruhan jumlah

SPPT terutang tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi

dan bangunan tidak mencapai 100%. Ada pun tingkat kepatuhan berdasarkan

(12)

Tabel 4.2

Persentase Tingkat Kepatuhan WP berdasarkan jumlah SPPT Tahun SPPT

Terutang

SPPT Menunggak

SPPT yang Dibayar

Persentase Tingkat Kepatuhan 2014

2015 2016

320.000 314.180 314.180

77.991 72.848 58.705

242.009 241.332 255.475

75.62% 76.81% 81.31%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa persentase tingkat kepatuhan

wajib pajak pada tahun 2014 hanya mencapai 75,62% kemudian mengalami

peningkatan yang tidak terlalu signifikan pada tahun 2015 hanya mencapai

76,81% yang kemudian meningkat lagi pada tahun 2016 mencapai 81,31%.

Hal itu dikarenakan tingkat kepatuhan wajib pajak berdasarkan target yang

ditetapkan oleh Badan Pendapatan Daerah dihitung berdasarkan jumlah

nominal pembayaran PBB-P2 yang telah direncanakan oleh Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat, sedangkan tingkat kepatuhan wajib

pajak berdasarkan jumlah SPPT yang dibayar dari keseluruhan jumlah SPPT

terutang dihitung berdasarkan jumlah transaksi pembayaran PBB-P2 sehingga

terdapat kemungkinan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dapat

menerima jumlah realisasi Pembayaran PBB-P2 yang lebih besar apabila

jumlah SPPT yang dibayar wajib pajak mengalami peningkatan yang secara

langsung akan mempengaruhi jumlah realisasi pembayaran PBB-P2.

B. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB-P2

Berdasarkan Data yang di diperoleh penulis selama melakukan penelitian,

tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan

(13)

diberlakukannya Pengalihan PBB-P2 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Langkat mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dapat dilihat pada Grafik :

Grafik 4.1

Tingkat kepatuhan Wajib Pajak

Sumber : Data Diolah

Pada tahun 2014 tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

PBB-P2 sebesar 75,62%, pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 1,19%

dari tahun sebelumnya sehingga tingkat kepatuhan meningkat menjadi 76,81%,

dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 4,5% dari tahun

sebelumnya sehingga tingkat kepatuhan meningkat menjadi 81,31%. Dapat

diketahui bahwa kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2 mengalami

peningkatan, maka meningkat pula penerimaannya. Peningkatan penerimaan

PBB-P2 Di Kabupaten Langkat erat kaitannya dengan kontribusi yang

diberikan PBB-P2 terhadap PAD Kabupaten Langkat. Dapat diketahui bahwa

72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82

2014 2015 2016

TINGKAT KEPATUHAN (%)

(14)

kontribusi yang diberikan PBB-P2 terhadap PAD Kabupaten Langkat selama

tahun 2014-2016 mengalami peningkatan.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB-P2

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Kepala Bidang pengelolaan Pajak

Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Langkat dapat diketahui Beberapa Faktor yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak, diantaranya :

Kurangnya kesadaran masyarakat, walaupun sebagian besar masyarakat di

Kabupaten Langkat sudah menyadari pentingnya membayar PBB, tetapi tidak

sedikit pula masyarakat yang masih belum menyadari akan kewajibannya

sebagai Wajib Pajak PBB yang memanfaatkan Tanah dan Bangunan.

Masyarakat menganggap pembangunan daerah bukanlah tanggung jawab

mereka. Padahal seharusnya mereka sadar bahwa fasilitas sarana dan

prasarana yang mereka manfaatkan sebenarnya adalah hasil dari penerimaan

PBB.

Jauhnya jarak tempuh menuju tempat pembayaran, Wilayah yang cukup

luas dan banyaknya jumlah wajib pajak yang terdapat di wilayah Kabupaten

Langkat jika dibandingkan dengan jumlah petugas sangat jauh berbeda

sehingga kurangnya sosialisasi, yang menyebabkan masyarakat belum

terinformasi akan pentingnya membayar PBB-P2 yang nantinya bermanfaat

untuk pembangunan daerah.

Terdapat perbedaan antara kebenaran data di SPT dengan objek pajak

(15)

membayar pajak dikarenakan tidak adanya pelaporan setelah melakukan

pengalihan atas kepemilikan, kesalahan dalam penulisan data objek maupun

data wajib pajak.

Kondisi Perekonomian masyarakat yang kecil,Kabupaten Langkat yang

terdiri dari desa-desa yang sebagian besar penduduknya berpenghasilan kecil,

oleh karena itu mereka tidak mampu dan merasa terbebani jika harus

membayar PBB yang terutang karena beralasan lebih mengutamakan

kebutuhan hidup sehari-hari yang lebih penting seperti kebutuhan pangan dan

biaya pendidikan daripada membayar pajak.

Minim sosialisasi oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat ini

menyangkut masalah sumber daya yang kurang, yaitu dari tim lapangan yang

ada masih kurang, dan tim penilai yang ada tidak terlalu maksimal, mungkin

itu malasalah yang di hadapi bapenda khususnya UPT PBB-P2, serta masalah

eksternal dari bapenda yaitu wajib pajak itu sendiri, mengapa wajib pajak,

karena bapenda telah menghitung dan mengimput data sesuai yang diberikan

oleh wajib pajak itu sendiri.dan ternyata masih ada wajib wajib pajak yang

kurang disiplin.

D. Upaya-upaya Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB-P2

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Kepala Bidang pengelolaan

Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat, Ada pun upaya-upaya yang dilakukan

oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dengan Melakukan

(16)

Langkat dengan membangun sarana prasarana, hal ini diharapkan mampu

menambah kenyamanan dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap

pemerintah.

Memberikan sosialisasi kepada wajib pajak sehingga wajib pajak

mengetahui serta dapat menambah pengetahuan tentang manfaat serta peran

pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan, sosialisasi dilakukan

melalui Media cetak seperti ; spanduk, famplet, koran, brosur, Perangkat

kecamatan dan perangkat desa/kelurahan yang nantinya diharapkan akan

mensosialisasikan kemasyarakatnya, serta melakukan Sosialisasi langsung

kepada wajib pajak potensial seperti Perusahaan-perusahaan.

Mempermudah pelayanan dengan mobil keliling, Bupati Langkat juga

meluncurkan Mobil Kas Pelayanan Pembayaran PBB-P2 yang diberikan oleh

Pimpinan PT. Bank Sumut, “yang tujuannya untuk melayani para wajib pajak

yang ada di desa-desa dengan motonya "Menjelajah Desa Menjemput Pajak "

Mengadakan pekan panutan, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Langkat rutin mengadakan suatu kegiatan yaitu “Pekan Panutan” berupa

apresiasi terhadap Wajib Pajak yang patuh dan tepat waktu dalam membayar

pajaknya dengan pemberian hadiah (doorprize) dengan diadakannya

pengapresiaan oleh pemerintah kepada masyarakat diharapkan mampu

meningkatkan antusiasme dan kepedulian masyarakat dalam membayar pajak

Melakukan upaya pendekatan terhadap Wajib Pajak PBB agar tidak

menghindari untuk membayar PBB dan tidak menganggap pajak sebagai

beban, tetapi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi Wajib Pajak PBB

(17)

Langkat. Penyampaiannya bisa melalui acara yang formal ataupun informal.

Acara formal biasanya menggunakan format acara yang disusun sedemikian

rupa secara resmi. Contohnya: Sosialisasi bendaharawan, seminar dan

sebagainya. Acara informal biasanya menggunakan format acara yang lebih

santai dan tidak resmi. Contohnya: Ngobrol santai dengan wartawan, dengan

tokoh masyarakat, dan sebagainya. Dengan tingginya intensitas informasi

yang diterima oleh masyarakat, maka dapat secara perlahan merubah mindset

(18)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di Bab sebelumnya, maka sebagai akhir dari

penulisan ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pajak Bumi dan Bangunan pada awalnya merupakan pajak pusat yang

alokasi penerimannya dialokasikan ke daerah-daerah dengan proporsi

tertentu, namun demikian dalam perkembangannya berdasarkan Undang –

Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

pajak ini khususnya sektor perdesaan dan perkotaan menjadi sepenuhnya

pajak daerah. Pengalihan pengelolaan PBB-P2 kepada pemerintah daerah

paling lambat diserahkan pada awal tahun 2014, sehingga bagi pemerintah

daerah yang sudah siap mengelola PBB-P2 sebelum tahun 2014 bisa

melaksanakannya paling cepat sejak tahun 2011.Dengan adanya

Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan

dari pusat ke daerah, Pemerintah Daerah kini mempunyai tambahan

sumber pendapatan asli daerah (PAD). Di Kabupaten Langkat Pajak Bumi

dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan mulai berlaku menjadi

Pajak Daerah dimulai sejak Januari 2014.

2. Berdasarkan target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan Darerah dalam

tiga tahun terakhir sejak diberlakuannya Pajak Bumi dan Bangunan sektor

Perdesaan dan Perkotaaan menjadi Pajak Daerah dan dikelola oleh Badan

(19)

target dan meningkat setiap tahunnya yaitu Rp.10.184.929.561 dari target

Rp.10.000.000.000 pada tahun 2014, Rp.11.186.775.690 dari target

Rp.11.000.000.000 dan pada tahun 2015, dan Rp.14.326.731.017 dari

target Rp.13.457.000.000 pada tahun 2016.

3. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Langkat selama

kurun waktu tiga tahun terakhir sejak diberlakukannya Pengalihan PBB-P2

di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat mengalami peningkatan

setiap tahunnya, Pada tahun 2014 tingkat kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak PBB-P2 sebesar 75,62%, pada tahun 2015 mengalami

peningkatan sebesar 1,19% dari tahun sebelumnya sehingga tingkat

kepatuhan meningkat menjadi 76,81%, dan pada tahun 2016 mengalami

peningkatan sebesar 4,5% dari tahun sebelumnya sehingga tingkat

kepatuhan meningkat menjadi 81,31%.

4. Adanya kesalahan teknis berupa alamat yang tertera di SPPT tidak sama

dengan yang kenyataannya, banyaknya SPPT sehingga menyulitkan

petugas dalam memilah-milah SPPT sesaui dengan RW ataupun RT, dan

banyaknya tanah dan bangunan kosong yang sudah berpindah tangan atau

sudah dijual kepda pihak lain dan pemiliknya sebelumnya tidak

melaporkannya kepda pihak kelurahan sehingga sangat menyulitkan

(20)

B. Saran

Selain menarik kesimpulan diatas, penulis juga mengajukan saran-saran, yang

mana nantinya diharapkan dapat diterapkan dan berguna dalam meningkatkan

pelayanan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat, antara lain

sebagai berikut :

1. Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat harus sering mengadakan

sosialiasi guna mengajak Wajib Pajak untuk lebih sadar dan ikut

berpartisipasi dalam membayar pajak terutama PBB-P2 salah satunya

dengan cara Melakukan sosialisasi melalui media cetak dan elektronik

2. Melakukan pendataan ulang bagi objek pajak yang dirasa sudah tidak

sesuai untuk pembaruan penentuan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) . dan

Mengadakan pemutakhiran data pola SISMIOP (Sistem Manajemen

Informasi Objek Pajak). Dengan pemutakhiran data diharapkan objek PBB

dapat tergali dengan lebih optimal sehingga dapat ditingkatkan agar

pembangunan berjalan dengan baik karena sumber pendapat daerah

semakin meningkat.

3. Menambah jumlah SDM dalam bidang pajak daerah khususnya yang

menangani PBB-P2 agar dapat meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat.

4. Lebih meningkatkan koordinasi dengan aparatur pemerintah seperti Camat

dan Kades/Lurah guna meningkatkan potensi PBB agar segera

disampaikan kepada Wajib Pajak. Sebab aspek penting untuk

(21)

penagihan tunggakan tapi meningkatkan sistem pelayanan publik dalam

pelayanan dasar.

5. Melakukan strategi jemput bola dengan sarana mobling (mobil keliling)

yang diharapkan lebih berperan aktif ke wilayah-wilayah yang tidak

tersedia tempat pembayaran dan survey lapangan.

6. Wajib Pajak sebagai warga negara yang baik, seharusnya memberikan

partisipasinya untuk ikut membangun negara dengan membayar pajak

tepat waktu, untuk kepentingan dan kesejahteraan negara dan masyarakat

serta memberikanmasukan baik kritikan maupun solusi kepada pemerintah

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.4
Tabel 3.5
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku tidak baik pada sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan peneliti tentang pencegahan

Padahal apabila aspek ergonomis serta keselamatan dari suatu fasilitas dan juga lingkungan kerja apabila diperhatikan dengan seksama, maka dapat mengurangi keluhan-keluhan

Kelompok DA80 dan DA200 menunjukkan dengan ALA selama 4 minggu menunjukkan penurunan adanya pelebaran pada ruang bowman, pengecilan ukuran bobot ginjal pada dosis 80mg/kg berat

skripsi yang berjudul “Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus

Pada hoc tampak bahwa terdapat peningkatan kadar MCP-1 pemberian polifenol buah tindosis C, kadar MCP-1 berada yang berbeda secara bermakna antara kelompok kontrol

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja di bagian pengolahan

Manfaat dari perancangan ini adalah mampu memberikan identitas visual yang menggambarkan potensi-potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Jarum dan media promosi yang sesuai dengan

Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Pkn pada materi mengenal lembaga – lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat saat diberikan